Anda di halaman 1dari 21

TEMUAN AUDIT, BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA AUDIT

OLEH

Muhammad Azrillah Syahputra

1702122419

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2020

1
DAFTAR ISI

Contents
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A.    Latar Belakang................................................................................................................3
B.     Rumusan Masalah..........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A.    Temuan Audit.................................................................................................................5
B.     Sifat Temuan Audit........................................................................................................6
C.    Saran-saran untuk perbaikan...........................................................................................7
D.    Temuan Audit yang Dapat Dilaporkan...........................................................................7
E.     Elemen-elemen Temuan Audit......................................................................................8
F.     Pembahasan Temuan......................................................................................................9
G. Bukti Audit.................................................................................................................9
H.  Keputusan Bukti Audit...................................................................................................11
I.  Kompetensi Bukti Audit..................................................................................................11
J.    Kertas Kerja Audit.........................................................................................................13
K.    Isi Kertas Kerja.............................................................................................................13
L.       Tujuan Pembuatan Kertas Kerja................................................................................14
M.      Kepemilikan Kertas Kerja Dan Kerahasiaan Informasi Dalam Kertas Kerja............15
N.    Faktor - Faktor Yang Harus Diperhatikan Oleh Auditor Dalam Pembuatan Kertas
Kerja Yang Baik...................................................................................................................16
O.     Susunan Kertas Kerja..................................................................................................17
BAB III.....................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................18
A.    Kesimpulan...................................................................................................................18
B.     Saran............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independen dapat

menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu kesatuan

ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari

keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk melaksanakan

suatu audit atau pemeriksaan, selalu diperlukan keterangan dalam bentuk yang dapat

dibuktikan dan standar-standar atau kriteria yang dapat dipakai oleh auditor sebagai pegangan

untuk mengevaluasi keterangan tersebut.

Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, proses,

atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak,

yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit

telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah

disetujui dan diterima.

Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya

memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari dengan teliti keadaan

yang dihadapinya. Dalam banyak hal, auditor independen lebih mengandalkan bukti yang

bersifat pengarahan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat menyakinkan

(convincing evidence).

3
Dalam sebuah siklus audit kinerja terdapat beberapa tahapan, seperti yang sudah

dipelajari sebelumnya, yang pertama dilakukan adalah perencanaan dan survey pendahuluan

dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang bersifat umum mengenai semua bidang dan

aspek dari entitas yang diaudit serta kegiatan dan kebijakan entitas,dalam waktu yang relatif

singkat. Untuk memenuhi hal ini maka diperlukan beberapa poin penting, diantaranya adalah

pemahaman entitas, mengidentifikasi area kunci (key control), menetapkan tujuan dan

lingkup audit, penetapan criteria audit, identifikasi bukti audit, penyusunan laporan survei

pendahuluan, penyusunan program pengujian terperinci, pengumpulan dan pengujian bukti

audit, dan terakhir yaitu menghasilkan kertas kerja audit. Sampai dengan tahap ini, auditor

telah menyelesaikan pekerjaan mengumpulkan, menguji, serta mendokumentasikan data dan

informasi yang diperolehnya dalam bentuk kertas kerja audit. Langkah selanjutnya adalah

mengelola informasi ini menurut urutan yang seharusnya, dalam bentuk temuan audit.

Temuan audit ini harus mudah dan cepat dipahami pembaca, untuk kemudian

mengkomunikasikan dengan entitas yang diaudit. Kegiatan menyusun temuan audit

merupakan tahap akhir dari dari pelaksanaan audit (audit terinci), sebelumnya melangkah

pada tahap pelaporan.

Temuan audit merupakan bagian dari suatu proses audit kinerja dimana bagian ini

memuat pesan pokok yang ingin disampaikan auditor ke pembaca laporan, dan merupakan

alasan utama dibuatnya laporan tersebut. Temuan audit adalah kesimpulan akhir dari kegiatan

pemeriksaan, yaitu auditor melakukan pemeriksaan dengan mengumpulkan bahan bukti

audit (audit evidence collection) kemudian melakukan analisis/evaluasi terhadap bahan bukti

audit (audit evidence evaluation).

B.     Rumusan Masalah

4
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan temuan audit?

2. Bagaimana sifat temuan audit?

3. Bagaimana cara melakukan pendekatan untuk mengonstruksi temuan?

4. Apakah yang dimaksud dengan bukti audit?

5. Bagaimanakah keputusan bukti audit?

6. Bagaimanakah kompetensi bukti audit?

7. Apakah yang dimaksud dengan kertas kerja audit ?

8. Apa tujuan pembuatan kertas kerja ?

9. Faktor Apa saja yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja ?

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Temuan Audit

Menurut ISO 9000, temuan audit adalah hasil evaluasi dari bukti audit yang

dikumpulkan terhadap kriteria audit. Temuan audit dapat mengindikasikan, baik kesesuaian

ataupun ketidaksesuaian dengan kriteria audit atau peluang perbaikan. Pengertian

ketidaksesuaian sendiri adalah penyimpangan melalui bukti obyektif atas kriteria audit yang

ditetapkan auditor harus menginvestigasi untuk menentukan secaratepat kriteria audit yang

5
dilanggar dan menetapkan rekomendasi tindakan perbaikan. Jenis ketidaksesuaian dalam

temuan audit antara lain:

1.      Major

Sebuah temuan audit dikatakan kategori major, apabila tidak sesuai dengan persyaratan

ISO 9001:2008 yang seharusnya dijalankan dan harus dilakukan perbaikan segera.

2.      Minor

Sebuah temuan audit dikatan kategori minor, apabila terdapat inkonsistensi dalam

menjalankan prosedur yang diturunkan dari ISO 9001:2008 dan diberikan deadline waktu

tertentu untuk memperbaikinya.

3.      Observasi

Sebuah temuan audit dikatakan kategori observasi, apabila temuan tersebut bukan

termasuk dalam persyaratan ISO 9001:2008 tetapi sebaiknya dijalankan. Dalam temuan

observasi, auditor akan memberikan rekomendasi sebagai usulanpeningkatan, namun

divisi terkait dalam perusahaan memiliki hak bebas untuk menjalankan atau tidak

menjalankan usulan tersebut.

B.     Sifat Temuan Audit

1.      Temuan audit dapat memiliki berbagai bentuk & ukuran misalnya:

a.       Tindakan-tindakan yang seharusnya diambil tetapi tidak dilakukan, seperti pengiriman

yang dilakukan tetapi tidak ditagih.

b.      Tindakan-tindakan yang dilarang, seperti pegawai yang mengalihkan sewa dari

perlengkapan perusahaan ke perusahaan kontrak pribadi untuk kepentingannya sendiri.

c.       Tindakan-tindakan tercela, seperti membayar barang dan perlengkapan pada tarif yang

telah diganti dengan tarif yang lebih rendah pada kontrak yang lebih menguntungkan.

6
d.      Sistem yang tidak memuaskan, seperti diterimanya tindak lanjut yang seragan untuk

klaim asuransi yang belum diterima padahal klaim tersebut bervariasi dalam jumlah dan

signifikansinya.

e.       Eksposur-eskposur risiko yang harus dipertimbangkan.

f.       Temuan audit sering disebut kekurangan (deficiencies).

2.      Istilah “temuan´cenderung terlalu negatif, sedang “kondisi” relatif lebih tepat dan

dianggap lebih nyaman, tidak memberi ancaman, dan tidak menimbulkan tanggapan

defensif bagi auditee.

3.      Temuan audit menjelaskan bahwa sesuatu yang baik saat sekarang (current) atau masa

lalu ( histories ) serta yang mungkin terjadi dimasa yang akan dating (future) terdapat

kesalahan.

C.    Saran-saran untuk perbaikan

Saran-saran perbaikan dari seorang auditor pada temuan audit berfungsi untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kegiatan-kegiatan di dalam perusahaan dan

mencegah kecurangan terjadi (Fraud Prevention). Temuan-temuan audit memang

membutuhkan suatu tindakan perbaikan. Di sisi lain, sebuah saran untuk memperbaiki suatu

kondisi, yang tidak melanggar aturan atau kriteria yang telah ditetapkan, merupakan masalah

lain. Pada kasus-kasus ini, manajer operasi memiliki hak untuk mengimplementasikan saran

tersebut atau tidak.

D.    Temuan Audit yang Dapat Dilaporkan.

7
Tidak setiap kelemahan yang ditemukan auditor internal dapat dilaporkan. Temuan

audit yang dapat dilaporkan, harus memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Cukup signifikan,

2. didasarkan fakta,

3. obyektif,

4. relevan dan

5. cukup meyakinkan.

Pengujiannya adalah untuk memproyeksikan bagaimana kelemahan-kelemahan tersebut akan

diperhatikan oleh orang yang memiliki sifat wajar dan berhati-hati pada kondisi-kondisi yang

serupa.

E.     Elemen-elemen Temuan Audit

Fakta-fakta yang ditemukan auditor internal haruslah meyakinkan, kriterianya harus

dapat diterima, dan logika yang digunakan juga harus meyakinkan. Kebanyakan temuan audit

harus mencakup elemen-elemen tertentu, termasuk latar belakang, kriteria, kondisi,

penyebab, dampak, kesimpulan, dan rekomendasi. Setiap temuan audit yang mencakup

elemen-elemen ini baik eksplisit maupun implisit akan menjadi argumen yang kuat untuk

dilakukannya tindak perbaikan.

1.      Latar belakang (background): Identifikasi orang-orang yang berperan, hubungan

organisasi, dan memperhatikan tujuan serta sasaran.

2.      Kriteria (criteria) : tujuan & sasaran serta kualitas pencapaian.

3.      Kondisi (condition) : merupakan jantungnya temuan.

4.      Penyebab (cause) : memerlukan latihan pemecahan masalah (problem solving).

8
5.      Dampak (effect):

a. Temuan tentang keenomisan & efisiensi : diukur dalam $ atau Rp.

b. Temuan tentang keefektivan : ketidakmampuan untuk menyelesaikan hasil akhir.

6.      Kesimpulan (conclusion)  : harus didukung dengan fakta.

7.      Rekomendasi (recommendation) : tindakan yang dapat dipertimbangkan oleh

manajemen untuk memperbaiki kondisi yang salah atau memperkuat system

pengendalian intern.

F.     Pembahasan Temuan

Auditor internal menyusun temuan audit dan merenungkan rekomendasi, serta

mewaspadai kekeliruan mereka sendiri. Untuk mengecek pemahaman atas hal-hal yang

mereka temukan, auditor internal harus berbicara dengan orang yang paling mengetahui fakta

tersebut dan mengetahui interpretasi klien dan mencatatnya dalam kertas kerja.

1.      Pencatatan temuan audit :

a. Aktivitas pencatatan temuan audit internal (Internal Audit Activity Record of Audit

Findings). Dibuat sesuai dengan tujuan.

b. Laporan pencatatan temuan audit (Record Audit Findings) :

2.      Memberikan acuan untuk bahan pembahasan.

3.      Digunakan unuk mengkomunikasikan temuan dengan auditee (klien) dan untuk

mendapatkan tanggapan tertulis.

4.      Keahlian komunikasi sangat penting bagi Auditor Internal, terutama dalam presentasi

hasil audit.

G. Bukti Audit

9
Mulyadi (2002 : 74) mendefinisikan bukti audit sebagai : Segala informasi yang

mendukung angka – angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan,

yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Bukti

audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi

penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor. Arens, Elder dan Beasley

(2008 : 225) mendefinisikan bukti audit “sebagai setiap informasi yang digunakan oleh

auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan

kriteria yang ditetapkan”.

Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam meyakinkan auditor bahwa

laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku

umum. Bukti audit mencakup informasi yang sangat persuasif, misalnya perhitungan auditor

atas sekuritas yang diperjualbelikan dan informasi yang kurang persuasif, misalnya respons

atas pertanyaan – pertanyaan dari para karyawan klien. Penggunaan bukti bukan hal yang

aneh bagi auditor. Bukti juga digunakan secara ekstentif oleh para ilmuwan, pengacara dan

ahli sejarah.

Tujuan audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat atas kewajaran laporan

keuangan klien. Untuk mendasari pemberian pendapat tersebut, maka auditor harus

menghimpun dan mengevaluasi bukti – bukti yang mendukung laporan keuangan tersebut.

Dengan demikian, pekerjaan audit adalah pekerjaan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti,

dan sebagian besar waktu audit sebenarnya tercurah pada perolehan atau pengumpulan dan

pengevaluasian bukti tersebut. Buku harian, buku besar dan buku pembantu, memo, dan

catatan tidak resmi seperti daftar lembaran kerja (work sheet) yang mendukung alokasi biaya,

perhitungan dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan

keuangan. Informasi pendukung lainnya meliputi semua dokumen seperti cek, faktur, surat

kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan pernyataan tertulis dari pihak yang kompeten,

10
informasi yang diperoleh auditor melalui tanya jawab, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan

fisik, serta informasi lain yang dihasilkan atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya

untuk menarik kesimpulan dengan alasan kuat.

Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit, dan hal itu

dinyatakan dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Ikatan Akuntan Indonesia (2001 : 326

pr. 1) menyatakan bahwa : “ Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi : Bukti audit

kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pernyataan,

dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan

keuangan auditan.” Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik

oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya.

Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan

kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga

untuk menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila

pendapat yang diberikannya tidak pantas.

H.  Keputusan Bukti Audit

Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti

yang tepat, yang diperlukan untuk memenuhi keyakinan bahwa komponen laporan keuangan

klien dan keseluruhan laporan telah disajikan secara wajar, dan bahwa klien

menyelenggarakan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan. Ada empat

keputusan mengenai bukti apa yang harus dikumpulkan dan berapa banyak bukti tersebut :

 a. Prosedur audit yang digunakan

 b. Berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tersebut. 

11
 c. Item – item mana yang akan dipilih dari populasi

 d. Kapan melaksanakan prosedur tersebut.

I.  Kompetensi Bukti Audit

Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan

informasi penguat. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan akuntansi

dan bukti-bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Pada umumnya, kecukupan bukti

diukur dengan ukuran sampel yang dipilih oleh auditor. Misalnya untuk suatu prosedur audit,

bukti yang diperoleh dari sampel sebesar 100 bukti umumnya akan lebih memadai daripada

pengambilan sampel sebanyak 50 bukti. Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh

beberapa faktor:

 Relevansi, bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit.

 Sumber,bukti audit yang berasal  dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya

 merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi.

 Ketepatan waktu,berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh oleh

auditor.

 Objektivitas, bukti objektif umumnya lebih andal dibandingkan dengan bukti yang

bersifat subjektif.

Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit yang dipengaruhi oleh beberapa faktor

berikut

1.      Pertimbangan profesional

12
Yaitu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keseragaman penerapan mutu dan

jumlah bukti yang diperlukan dalam audit.

2.      Integritas manajemen

Manajemen juga bertanggung jawab atas asersi yang tercantum dalam laporan keuangan.

Manajemen juga berada dalam posisi untuk mengendalikan sebagian besar bukti dan data

akuntansi yang mendukung laporan keuangan.

3.      Kepemilikan publik versus terbatas

Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam audit atas laporan

keungan perusahaan publik (misalnya PT yang go Public) dibandingkan dengan audit atas

laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh kalangan terbatas (misalnya PT tertutup).

4.      Kondisi keuangan

Umumnya jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan proses kebangkrutan,

pihak-pihak yang berkepentingan, seperti kreditur, akan meletakan kesalahan dipundak

auditor, karena kegagalan auditor untuk memberikan peringatan sebelumnya mengenai

memburuknya kondisi keuangan perusahaan. Dalam keadaan ini, auditor harus

mempertahankan pendapatnya atas laporan keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang

telah dilaksanakan.[2]

J.    Kertas Kerja Audit

SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai

berikut: “kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai
13
prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang

diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.” Contoh kertas

kerja adalah program audit, hasil pemahaman terhadap pengndalian intern, analisis,

memorandum, surat konfirmasi, representasi klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen

perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Data kertas kerja

dapat disimpan dalam pita magetik, film, atau media yang lain.

K.    Isi Kertas Kerja

Kertas Kerja biasanya berisi dokumentai yang memperlihatkan:

1.      Telah dilaksanakan standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah

direncanakan dan disupervisi dengan baik.

2.      Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai

atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,

saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.

3.      Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah

diperoleh, prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan , yang

memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan auditan.

L.       Tujuan Pembuatan Kertas Kerja

Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk:

1.      Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.

14
Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan

merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.

2.      Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.

Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di

kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau

pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya.

3.      Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.

Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan

dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan

berbagai macam bukti yang membentuk kertas kerja. Pengkordinasian dan

pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan

kertas kerja.

4.      Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.

Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit

berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode

akuntansi yang berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien,

catatan dan ank e akuntansi klien, pengendaian intern klien, dan rekomendasi perbaikan

yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu, jurnal-jurnal adjustment yang

disarankan untuk menyajikan secara wajar laporn keuangan yang lalu.

M.      Kepemilikan Kertas Kerja Dan Kerahasiaan Informasi Dalam Kertas Kerja

SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah milik

kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi. Namun, hak kepemilikan kertas

kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur

15
dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, ntuk meghindarkan

penggunaan hal-hal yag bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yangtidak semestinya.

Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur

bahwa auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja

dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun.

Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan dengan

kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut: Anggota Kompartemen

Akuntan Pubik tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia tanpa

persetujuan dari klien.

Hal-hal yang ank membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien kepada

pihak lain adalah :

1. Jika klien tersebut menginginkannya,.

2. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika kertas

kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.

3. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).

4. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan

keharusan untuk mengadakan peer review di antara sesame akuntan publik. Untuk me-

review kepatuhan auditor terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer

review informasi yang tercantum dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor

akuntan public lain) tanpa memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja

tersebut.

N.    Faktor - Faktor Yang Harus Diperhatikan Oleh Auditor Dalam Pembuatan Kertas

Kerja Yang Baik

16
Kecakapan teknis dan keahlian professional seorang auditor independen akan

tercermin pada kertas kerja yang dibuatnya. Auditor yang kompeten adalah auditor yang

mampu menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat. Ada lima aspek yang harus

diperhatikan untuk memenuhi tujuan ini:

1.      Lengkap.

Kertas kerja harus lengkap dalam arti:

a. Berisi semua informasi yang pokok.

b. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan.

2.      Teliti.

Memperhatikan ketelitian penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari

kesalahan tulis dan perhitungan.

3.      Ringkas

Kertas kerta dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang relevan dengan tujuan

audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Harus menghindari rincian yang tidak

perlu, serta merupakan ringkasan dan penafsiran data dan bukan hanya merupakan

penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja.

4.      Jelas.

Penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari. Penyajian informasi

secara sistematik perlu dilakukan.

5.      Rapi.

Kerapian dalam membuat kertas kerja berguna membantu auditor senior dalam me-

review hasil pekerjaan stafnya, serta memudahkan auditor dalam meperoleh informasi

dari kertas kerja tersebut

17
O.     Susunan Kertas Kerja

Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja untuk setiap kliennya

1. Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan, yang

disebut arsip kini (current file)

2. Arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relatif tidak mengalami

perubahan.

Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya hanya mempunyai manfaat untuk tahun

yang diaudit saja. Arsip permanen berisi informasi sebagai berikut :

1. Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien

2. Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer

3. Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang behubungan dengan

pengendalian

4. Copy surat perjanjian penting yang mempunyai  masa laku jangka panjang.

5. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan

6. Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk klien.

Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan yaitu :

a. Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam

audit tahun-tahun mendatang.

b. Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang

baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.

c. Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.

18
Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relatif tidak pernah mengalami perubahan

harus juga dimasukkan ke dalam arsip permanin. Akun-akun seperti tanah, gedung,

akimulasi, depresiasi, investasi, utang jangka panjang, modal saham dan akun lain yang

termasuk dalam kelompok modal sendiri adalah jarang mengalami perubahan dari tahun ke

tahun. Pemeriksaan pertama terhadap akun tersebut akan menghasilkan informasi yang akan

berlaku beberapa tahun, sehingga dalam audit berikutnya auditor hanya akan memeriksa

transaksi-transaksi tahun yang diaudit yang berkaitan dengan akun-akun tersebut. Dalam hal

ini arsip permanen benar-benar menghemat waktu auditor karena perubahan-perubahan

dalam tahun yang diaudit tinggal ditambahkan dalam arsip permanen, tanpa harus

memunculkan kembali informasi-informasi tahun-tahun sebelumnya dalam kertas kerja

tersendiri.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari pembahasan diatas diketahu bahwa temuan audit merupakan himpunan data dan

informasi yang dikumpulkan, diolah dan diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan

instansi tertentu yang disajikan secara analitis  menurut unsur- unsurnya yang dianggap

bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Tetapi mempunyai tujuan yang lebih

spesifik, yaitu mencapai keefektifan dan efisiensi dalam suatu perusahaan tersebut.

Sedangkan Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor

mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang

19
diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.” Contoh kertas

kerja adalah program audit, hasil pemahaman terhadap pengndalian intern, analisis,

memorandum, surat konfirmasi, representasi klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen

perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Data kertas kerja

dapat disimpan dalam pita magetik, film, atau media yang lain.

B.     Saran

Dari uraian makalah ini, penyusun merekomendasikan pentingnya untuk menguasai

konsep Temuan Audit, karena hal tersebut akan dapat membantu mengevaluasi

kegiatankegiatan audit yang dilakuakan dalam suatu perusahaan. Dan hasilnya memberikan

umpan balik tentang fungsi temuan audit bagi para mahasiswa dalam melakukan tugas

sebagai auditor.

20
DAFTAR PUSTAKA

Referensi Ilmu Akuntansi (2012, 29 November). Wewenang dan Tanggung Jawab Internal

Auditor.  Diperoleh 26 April 2013,

dari http://referensiakuntansi.blogspot.com/2012/11/wewenang-dan-tanggung-

jawabinternal.html

Sawyer, Lawrence B, Morimer A Dittenhofer, James H Scheiner. 2005. Edisi Lima. Internal

Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Firman Personal Blogs (2010, 9 Januari). Temuan Audit. Diperoleh 26 April 2013,

dari http://ffirmann.wordpress.com/2010/01/09/temuan-audit/

Me, Myself, and I (2012, 25 Maret). Temuan Audit.  Diperoleh 26 April 2013,

dari http://diariesofinri.blogspot.com/2012/03/temuan-audit.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Bukti_audit  

http://supriakuntansisy.blogspot.co.id/2011/05/bukti-audit.html

21

Anda mungkin juga menyukai