BAB I
PENDAHULUAN
global, memiliki Quality Management System ISO 9002 yang sangat bergengsi
mulai tahun 1995 dan pada Maret tahun 2002 PT. Indo-Bharat Rayon mendapat
setifikat ISO 14000 untuk Enviromental Management System.
Proses yang ada di PT. Indo Bharat Rayon untuk tiap departemennya
adalah sebagai berikut :
1. Departemen Viscose
Proses Alkalizing
Proses Xanthation
Bak recovery through brfungsi mengambil kembali CS2 pada staple fibre
rayon.
Bak after treatment berfungsi mencuci/membersihkan serat staple fibre
rayon dari zat-zat kimia, memutihkan serta memberi pelumas pada serat
Mesin spinbath
Heater Kondensor (HK) berfungsi untuk menampung uap air yang tidak
terkondensasikan dan menjaga kestabilan vakum dalam sistem.
TFF (Top Feed Filter) berfungsi untuk memisahkan kristal Na2SO4 dari
mother liquor yang masih belum terpisah dan tempat ditambahkanya
hypoklorit untuk menjaga nilai whiteness.
PT. Indo Bharat Rayon memiliki dua departemen yang berperan penting
dalam proses utama yaitu :
a. Departemen Viscose
Departemen ini bertugas untuk membuat larutan viscose
b. Departemen Spinning
Departemen ini melakukan pengolahan larutan viscose menjadi rayon,
mulai dari proses penggumpalan larutan viscose hingga pengepakan serat
rayon.
Selain itu ada beberapa departemen yang berperan dalam proses pendukung,
yaitu :
Universitas Jenderal Achmad Yani
(UNJANI) 10
Laporan Kerja Praktik PT. Indo Bharat Rayon
Purwakarta - Jawa Barat
A. Hasil Produksi
Setiap departemen menghasilkan produk utama, produk samping, dan
produk penunjang.
industri kosmetika dan medis. Berdasarkan kualitasnya, staple fibre rayon yang
diproduksi PT. Indo Bharat Rayon ada tiga macam, yaitu :
a. BR (bright) artinya fiber dengan warna yang mengkilat
b. HT (high tenacity) artinya fiber dengan kekuatan tarik tinggi.
c. HT SD (high tenacity semi dull) artinya fiber dengan kekuatan tarik tinggi
dan warna fiber redup.
operasi PT Indo Bharat Rayon,selain itu direktur keuangan juga bertugas untuk
melaksanakan penyajian data menyangkut laporan keuangan.
Manajer Akunting bertugas untuk mengelola segala sesuatu yang
berhubungan dengan masalah keuangan perusahaan, pembayaran gaji dan
lain-lain.
Manajer Bahan Baku bertugas untuk mengelola segala sesuatu yang
berhubungan dengan masalah penyediaan bahan baku penunjang produksi
dan lain-lain.
3. Direktur Teknik
Direktur Teknik bertugas menjalankan kebijakan yang berkaitan dengan
pengoprasian mesin-mesin perusahaan serta sarana dan prasarana
pendukung lainnya.
Manajer Produksi bertugas mengelola masalah produksi dan lain-lain yang
berpengaruh langsung dengan produksi, adapun yang berhubungan manajer
produksi antara lain :
- Kepala Departemen Viskosa bertugas memimpin, mengawasi dan menilai
hasil dari tujuan Departemen Viskosa yaitu membuat larutan viskosa.
- Kepala Departemen Spinning bertugas memimpin, mengawasi proses
produksi di Departemen Spinning.
- Kepala Departemen Auxilliary bertugas memimpin, mengawasi dan
menilai hasil dari tujuan Departemen Auxilliary yaitu membuat larutan
koagulasi .
- Kepala Departemen Ancillary bertugas memimpin, mengawasi proses
produksi dan menilai hasil dari tujuan Departemen Ancillary.
- Kepala Departemen Laboratorium bertugas memimpin, mengawasi dan
menilai hasil dari tujuan Departemen Laboratorium.
- Kepala Departemen Sarana Penunjang Produksi bertugas memimpin,
mengawasi dan menilai hasil dari Departemen Sarana Penunjang Produksi.
Manajer Teknik bertugas mengelola pengoperasian mesin produksi serta
sarana dan prasarana produksi lainnya.
Kepala Departemen Teknik bertugas mengelola masalah penunjang teknik
produksi seperti bengkel, pengelasan dan lain-lain.
2. Pemasaran
Produk utama PT Indo Bharat Rayon adalah serat stapel rayon viskosa.
Hasil produksi tersebut 30% nya di ekspor ke Korea,India,Hongkong,Italia,China,
Turki dan Iran. Dan 70 % nya di pasarkan di dalam negeri dan dikirim ke kota
kota besar seperti Semarang,Jakarta,Bandung,Padang,Surakarta,Cirebon dan
Tanggerang. Kualitas pemasaran hasil produksi tergantung dari permintaan pasar
dan kapasitas alat produksi. Produk samping yang di hasilkan oleh PT Indo
Bharat Rayon yaitu natrium sulfat. Produk tersebut dipasarkan untuk daerah lokal
seperti Jakarta, Surabaya, Tangerang dan Bogor, sedangkan untuk pemasaran luar
negeri diekspor ke Korea, Jepang dan Thailand. PT Indo Bharat Rayon dalam
pemasarannya bekerja sama dengan PT. Pura Golden Lion sebagai distributor
tunggal baik pemasaran produk utama serat rayon viskosa maupun produk
samping natrium sulfat. Produk tersebut dipasarkan ke anak cabang perusahaan
yaitu Birla Grup sehingga akan meningkatkan pemasaran dari produksi serat
rayon viskosa yang dihasilkan.
1.5.4 Ketenagakerjaan
1. Jumlah dan Tingkat Pendidikan
Tenaga kerja PT. Indo Bharat Rayon terdiri dari laki-laki dan perempuan
dengan jumlah tenaga kerja keseluruhan sekitar 1390 orang yang terdiri dari :
a) Tenaga kerja tingkat SD berjumlah 139 orang
b) Tenaga kerja SLTP/sederajat berjumlah 116 orang
c) Tenaga kerja SLTA/sederajat berjumlah 787 orang
d) Tenaga kerja D1 berjumlah 95 orang
e) Tenaga kerja D2 berjumlah 20 orang
f) Tenaga kerja D3 berjumlah 90 orang
g) Tenaga kerja S1 berjumlah 135 orang
h) Tenaga kerja S2 berjumlah 8 orang
Jam Kerja Non Shift
Karyawan yang bekerja non shift adalah pimpinan perusahaan, staf
manajemen, personalia, administrasi dan marketing. Pengaturan jam kerja non
shift dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah ini:
Hari Jam Kerja Jam Istirahat
Senin s/d Kamis 08.30 – 16.45 12.00 – 13.00
Jumat 08.30 – 16.45 11.45 – 12.30
Sabtu 08.30 – 12.15 -
Tabel 1.3 Jadwal Kerja Non Shift
2. Jam Kerja Shift
Sistem kerja shift diterapkan agar produksi tetap berjalan selama 24 jam.
Hari kerja diatur, setiap 6 (enam) hari kerja libur 2 (dua) hari, dan sistem shift
dibagi 4 (empat) grup yang bekerja secara bergantian. Setiap pekerja mempunyai
waktu libur satu hari dalam seminggu, sedangkan kerja lembur dilakukan dengan
sukarela sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Pengaturan sistem kerja
shift dapat dilihat pada Tabel 1.4. Karyawan shift diberikan istirahat makan secara
bergiliran selama setengah jam setelah melakukan aktivitas bekerja selama 4 jam.
Hari S S R K J S M S S R K J S M
Grup
A O O
1 1 2 2 3 3 F F 1 1 2 2 3 3
F F
B O O O O
F F 1 1 2 2 3 3 F F 1 1 2 2
F F F F
C O O O O
3 3 F F 1 1 2 2 3 3 F F 1 1
F F F F
D O O O O
2 2 3 3 F F 1 1 2 2 3 3 F F
F F F F
Tabel 1.4 Jadwal Kerja Shift
Keterangan: Angka 1 : Shift Pagi Angka 3 : Shift Malam
Angka 2 : Shift Siang OFF : Istirahat atau Libur
Penetapan giliran kerja shift diatur oleh supervisor tiap-tiap departemen,
agar proses produksi tetap berlangsung. Pengaturan jam kerja shift dilihat pada
Tabel 1.5
Kelompok Kerja Jam Kerja Jam Istirahat
Shift 1 07.00 – 15.00 10.30 – 11.00
Shift 2 15.00 – 23.00 18.00 – 19.00
Shift 3 23.00 – 07.00 02.30 – 13.00
Tabel 1.5 Sistem Kerja Shift
3. Sistem Pembinaan dan Pengembangan Karyawan
Sistem pembinaan dan pengembangan karyawan merupakan hal penting
dalam meningkatkan kinerja dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh
perusahaan
Pembinaan Karyawan Baru
Pembinaan karyawan baru dilakukan kepada karyawan baru yang belum
memiliki pengalaman di bidang tersebut. Pembinaan dilakukan dengan
memberikan pengetahuan dan melakukan pengawasan oleh kepala divisi selama
beberapa minggu hingga karyawan tersebut menguasai bidangnya. Upaya-upaya
yang dilakukan oleh PT Indo Bharat Rayon antara lain:
Memperkenalkan karyawan dengan lingkungannya agar karyawan
dapat cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya.
173
- Satu jam berikutnya = jumlah jam lembur x 300 % x upah
173
- Jam ke 9 dan seterusnya = jumlah jam lembur x 400 % x upah
173
7. Kesejahteraan dan Jaminan Sosial Bagi Karyawan
Fasilitas yang disediakan PT Indo Bharat Rayon bertujuan menyediakan
fasilitas yang bagi kesejahteraan karyawan, antara lain :
Makanan
Perusahaan memberikan makanan dan minuman satu kali saat istirahat di kantin
sesuai daftar menu yang diatur oleh perusahaan dan serikat pekerja.
Perumahan
Pekerja tetap diberikan fasilitas perumahan yang tersedia dekat lokasi pabrik.
Pakaian Seragam
Perusahaan memberikan pakaian seragam kepada semua karyawan yang
harus dipakai selama bekerja. Pakaian seragam berupa dua setel pakaian dan
topi, satu pasang sepatu, dan satu stel pakaian kerja untuk bagian mekanik.
Kesehatan
Perusahaan memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan, pengobatan dan
tindakan medis lainnya bagi karyawan dan keluarganya. Untuk pelaksanaannya
disediakan poliklinik diperusahaan dan RSUD Bayu Asih dan RSKB Rama
Hadi ditunjuk sebagai rujukan dan depot obatnya.
Transportasi
PT Indo Bharat Rayon menyediakan fasilitas antar jemput bagi seluruh
karyawan berupa bis yang diatur oleh perusahaan.
Cuti atau Hari Libur
Seluruh karyawan berhak mendapat izin cuti tahunan selama 12 hari kerja yang
diberikan melalui dua tahap atas persetujuan kedua belah pihak dan tetap
mendapatkan upah penuh. Untuk karyawan mendapatkan cuti haid, hamil, cuti
melahirkan yang diatur sesuai dengan undang-undang No.1 tahun 1951. Pada
hari libur Nasional atau Hari Raya yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Karyawan yang dibutuhkan dapat bekerja dengan status lembur, sedangkan yang
tidak bekerja dibayar sesuai dengan gaji pokok.
Peribadatan dan Peringatan Hari Besar Keagamaan
Perusahaan menyediakan Masjid bagi karyawan yang beragama Islam untuk
melaksanakan ibadah sholat dan biaya peringatan hari besar keagamaan di
tanggung sepenuhnya oleh perusahaan.
Sarana Olah Raga
Perusahaan juga menyediakan fasilitas olah raga seperti lapangan bulutangkis,
lapangan tenis, kolam renang, tenis meja dan sebagainya.
Rekreasi
Rekreasi untuk seluruh karyawan diselenggarakan setiap tahun pada sekitar
bulan Juni dan Juli di mana sebelumnya dilakukan pengaturan keberangkatan.
Fasilitas Lainnya
Fasilitas lainnya adalah koperasi karyawan yang menyediakan kebutuhan rumah
tangga, melayani tabungan hari tua, dan keluarga berencana.
8. Tunjangan Bagi Karyawan
Tunjangan yang diberikan kepada karyawan adalah sebagai berikut:
Tunjangan hadir
Tunjangan perjalanan dinas
Perusahaan dapat menugaskan pekerja melakukan pekerjaan dinas dan
biaya perjalanannya diberi oleh perusahaan.
Tunjangan kecelakaan kerja
Apabila karyawan mengalami kecelakaan akibat hubungan kerja sesuai
dengan yang dimaksud dalam undang-undang Kecelakaan Kerja, maka
ganti rugi adalah tanggung jawab PT ASTEK berdasarkan PP No. 33 dan
34 tahun 1977.
Tunjangan meninggal dunia dan kelahiran
Berikut ini adalah penjelasan mengenai tunjangan kematian dan kelahiran
yang diberikan perusahaan kepada karyawan.
Seorang karyawan meninggal dunia karena kecelakaan kerja, istri atau ahli
warisnya akan menerima tunjangan sesuai dengan Undang-Undang
Perburuhan No.3/ 1992/Program Jamsostek.
Seorang karyawan yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja,
istrinya atau keluarganya akan diberi tunjangan.
Jika keluarga karyawan meninggal dunia maka istri, anak atau suami
karyawan akan diberi tunjangan.
Kelahiran anak pertama dan kedua akan diberi tunjangan.
a. Penerangan.
Penerangan dalam ruang kerja karyawan memegang peranan yang
sangat penting dalam meningkatkan semangat karyawan sehingga
mereka akan dapat menunjukkan hasil kerja yang baik. Yang berarti
bahwa penerangan tempat kerja yang cukup sangat membantu
berhasilnya kegiatan – kegiatan operasiaonal perusahaan.
b. Udara
Di dalam ruangan kerja karyawan dibutuhkan udara yang cukup,
dimana dengan adanya pertukaran udara yang cukup, akan
menyebabkan kesegaran fisik dari karyawan tersebut. Adapun suhu
udara atau temperatur ruang kerja karyawan yang didapat
dipertahankan baik pada musim panas maupun musim dingin adalah
bahwa bahwa suhu udara harus dipertahankan dibawah 21 C untuk
menekan kelembaban.
c. Suara bising
Bunyi bising sangat diperhatikan, karena dapat membantu ,
merusak pendengaran dan dapat menimbulkan komunikasi yang salah.
Oleh karena itu setiap perusahaan selalu berusaha untuk
menghilangkan suara bising tersebut atau paling tidak menekannya
untuk memperkecil suara bising tersebut.
d. Kebersihan
Di dalam suatu perusahaan hendaknya menjaga kebersihan
lingkungan, sebab kebersihan lingkungan dapat mempengaruhi
kesehatan jiwa seseorang . bagi perusahaan hendaknya ikut bersama-
sama menjaga kebersihan karena hal itu merupakan tanggungjawab
kita bersama. Masalah kebersihan juga tergantung dari kontruksi
gedung yang sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan di dalam
menjaga kebersihan.
BAB II
PROSES PRODUKSI
1. Departemen Viscose
Proses yang berlangsung pada departemen viscose dapat dilihat pada
gambar 2.1 berikut:
HOMOGENIZER
SLURRY PRESS
MATURING DRUM
SIMPLEX ROOM
NaOH 2%
DISSOLVER DAN
BLENDER
RIPENING ROOM
slurry mixer karena apabila pulp dimasukkan terlebih dahulu, impeller tidak akan
kuat berputar. Pulp dimasukkan ke dalam slurry mixer setelah NaOH secara
perlahan higga terbentuk slurry.
Reaksi yang terjadi di dalam pulper :
(C6H9O4OH)n+nNaOH (C6H9O4ONa)n+nH2O
Sellulosa kaustik alkali sellulosa air
Di dalam slurry mixer ini proses berlangsung pada suhu 510C. Proses ini
dilakukan secara batch dengan waktu reaksi 7-8 menit.
3) Homogenizer
Homogenizer berfungsi untuk mencampurkan slurry yang berasal dari
pulper agar menjadi larutan yang homogen. Hal ini dikarenakan bubur alkali
sellulosa yang berasal dari pulper masih terdapat gumpalan-gumpalan. Adapun
kecepatan putar dari impeller pada homogenizer adalah 40 rpm. Selain itu,
homogenizer juga berfungsi sebagai penampung sementara sebelum masuk ke
slurry press.
4) Slurry press
Slurry press merupakan tempat untuk memisahkan alkali selullosa dari
larutan NaOH. Dari homogenizer, slurry dialirkan ke dalam slurry press untuk
mengalami pressing dengan menggunakan dua buah roll dengan putaran yang
berlawanan arah sehingga alkali selulosa akan terpisah dari larutan NaOH. Yang
harus diperhatikan pada unit slurry press ini yaitu speed pulp, Vat pressure, roll
press, dan Flow. Konsentrasi slurry yang masuk akan mempengaruhi setting
tekanan yang akan digunakan. Semakin sedikit slurry yang masuk mengakibatkan
vat pressure akan semakin tinggi sehingga kecepatan putar roll press harus
dikurangi agar pemisahan NaOH berlangsung sempurna, begitu juga sebaliknya.
Slurry press akan menghasilkan mat yang kemudian masuk ke dalam
preshredder untuk dicabik-cabik agar diperoleh butiran-butiran yang lebih halus
untuk mencegah terjadinya chooking didalam shredder roll sehingga tidak akan
menyumbat saluran yang menuju ke maturing drum. Lickering wir merupakan
alat yang digunakan dalam proses pencabikan. Larutan NaOH 18% yang terpisah
setelah pengepressan akan melewati wagner filter untuk memisahkan kotoran-
kotoran yang terbawa dalam larutan NaOH. NaOH hasil penyaringan wagner
filter dialirkan ke press lye tank 2 di unit soda station, sedangkan kotoran-
kotorannya langsung dibuang. Komposisi alksel yang dihasilkan dari slurry press
adalah selulosa 33,5–33,9% dan NaOH (alkali) 15,5–15,9%. Parameter ideal pada
slurry press dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Parameter Ideal Di Slurry Press
Slurry press no. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Vat press (Ton) 0,47 0,55 0,58 0,60 0,55 0,45 0,31 0,55 0,55 0,55
Nip roll press
15,2 13,4 15,8 14,2 19,7 12,2 13,35 21 15,1 14,3
(Ton)
Speed drive (%) 53 47 43 51 50 55 50 50 50 52
Flowrate (m3/hr) 17 OR 24 18 23 23 22 20 23 23
Free loading 10 7 10 10 10 4 10 8 9 10
Sumber : Viscose Departemen
5) Maturing Drum
Maturing drum merupakan alat yang berfungsi untuk pematangan alkali
selullosa yang bertujuan untuk mengkondisikan alksel agar dapat bereaksi dengan
CS2 pada proses pembentukan alkali selullosa xanthat didalam simplex, dan proses
depolimerisasi yaitu menurunkan derajat polimerisasi alkali selullosa dari sekitar
1000 menjadi 300. Proses pemeraman didalam maturing drum berlangsung
selama 4 jam, semakin lama pemeraman maka viskositas semakin rendah.
Lamanya pemeraman bergantung pada kecepatan putar maturing drum. Kecepatan
putaran yang tinggi menyebabkan waktu pemeraman semakin cepat sehingga
reaksi depolimerisasi tidak sempurna. Maturing Drum adalah alat berbentuk
silinder besar dengan panjang 18 m dan diameter 2,3 m yang berputar dengan
kecepatan ± 0,4 putaran/menit atau 2,5 menit per putaran. Didalam alat ini
terdapat buffle dengan kemiringan 5-8 dengan maksud agar alksell didalam drum
bergerak maju perlahan. Suhu di dalam maturing drum perlu dijaga pada range
43-45°C pada outlet drum. Semakin tinggi suhu didalam maturing drum maka
viskositasnya semakin rendah (BF rendah) dan Ripening Index (RI) naik. Oleh
karena itu, maturing drum dilengkapi dengan water jacket yang berfungsi untuk
mempertahankan suhu di dalam drum agar tetap dalam kondisi yang ditentukan.
Pemanas yang digunakan dalam jaket berasal dari steam sedangkan pendinginya
berasal dari chilled water. Kematangan alksell dapat dikontrol dengan memeriksa
kekentalan alksell dengan uji Ball Fall (BF) sekitar 60-70 detik tiap satu jam. Dari
maturing drum alksell didinginkan dalam cooling device dengan bantuan blower
agar nilai derajat polimerisasi alksell tidak berubah lagi atau dengan kata lain
menghentikan proses depolimerisasi. Alksell yang keluar dari cooling device
memiliki suhu 27-28o C. Dari cooling device alksell dialirkan ke unit silo
menggunakan udara yang berasal dari blower dengan tekanan 0,2 bar (sistem
pneumatik).
6) Silo
Silo merupakan tempat penampungan alksell dan tempat penimbangan
berat alksell sebelum masuk simplex. Silo yang terdapat pada departemen viscose
1 dapat menampung sekitar 2,4 ton alkali selullosa. Silo dilengkapi alat
pengontrol berat dan motor getar (vibrator motor) guna memudahkan alksell turun
ke simplex. Masuknya alksell ke silo diatur dengan membuka dan menutup
gate/pintu feeding yang digerakan otomatis. Alksel terlebih dahulu akan mengisi
silo yang kosong hingga mencapai berat yang telah disetting setelah penuh gate
akan menutup dan selanjutnya alkcell akan mengisi silo kosong berikutnya.
7) Simplex room
Simplex merupakan reactor batch tempat terbentuknya larutan viscose. PT.
Indo Bharat Rayon memiliki 18 buah simplex pada departemen viscose 1 yang
dijalankan secara manual. Simplex dilengkapi dengan motor pengaduk dengan dua
gear kecepatan. Sebelum digunakan simplex harus dalam keadaan bersih.
Setelah berat timbangan alksell di silo memenuhi berat yang diharapkan
yaitu 2,4 ton, selanjutnya alksell dimasukkan ke dalam simplex dan ditutup rapat-
rapat untuk mencegah udara luar masuk simplex. Selanjutnya simplex divakum
hingga mencapai tekanan -25 mmHg pada suhu ±31-32°C, tujuan dari
pemvakuman ini ialah agar pada saat CS2 dimasukkan ke dalam simplex tidak
menimbulkan ledakan dan menghindari adanya oksigen karena titik didih CS 2
sebesar 43°C. CS2 yang dimasukkan kedalam simplex sebanyak 200 L. Motor
pengaduk diatur pada kecepatan rendah yaitu 3 putaran per menit. Pada saat CS2
bereaksi dengan alksell tekanan dan temperatur akan naik hingga 39°C, lalu suhu
akan turun kembali menjadi 34-36 °C, hal ini menandakan produk telah matang
(alksell berubah warna dari putih menjadi orange). Setelah itu dimasukkan larutan
2. Departemen Spinning
merupakan hasil akhir dari produk PT. Indo Bharat Rayon .Proses pembuatan
staple fibre rayon ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu: Dope Room, Spinning
Machine, Cutter, Recovery Through, After Treatment, Drying, dan Balling Press.
Larutan Spinbath
Larutan Viscose
Universitas Jenderal Achmad Yani Spinning
(UNJANI) Static Mixer Machine 38
Preparation Tank
Laporan Kerja Praktik PT. Indo Bharat Rayon
Purwakarta - Jawa Barat
seksi spinning machine selain terjadi proses utama yaitu pembentukan filamen
juga terjadi reaksi samping yang menghasilkan air dan natrium sulfat. Kandungan
NaOH pada larutan viscose bereaksi dengan H2SO4 pada larutan spinbath
sehingga terjadi pembentukan Natrium Sulfat yang mengakibatkan meningkatnya
kadar Natrium Sulfat dalam larutan spinbath.
Hasil samping tersebut kemudian ikut ke dalam larutan koagulan yang
menyebabkan larutan koagulan menjadi encer dan perlu di make up. Larutan
spinbath sisa pemakaian dialirkan ke seksi spinbath untuk diolah kembali hingga
komposisinya sesuai dengan limit yang telah ditentukan.
3) Cutter
Setelah mengalami peregangan, tow dipotong menjadi staple dengan
panjang 38 – 51 mm (setting panjang fibre bisa berubah-ubah sesuai permintaan
konsumen). Cutter mempunyai dua pisau yang terpasang dengan sudut 1200 pada
piringan yang berputar. Pada saat dipotong tow diletakkan dengan posisi tegak
lurus terhadap pisau. Posisi ini diperoleh dengan bantuan semburan air bertekanan
2,5 – 4,5 kg/cm2. Air tersebut terdiri atas funnel water yang merupakan air
sirkulasi dari sump zone dan ventury water yang merupakan air dari scrubber
dengan suhu keduanya sekitar 900C. Penggunaan ventury water dilakukan untuk
menunjang penggunaan funnel water agar tangki funnel water tidak kosong
karena sebagian funnel water disirkulasikan ke departemen auxillary untuk
recovery Na2SO4.
4) Recovery Through
2nd 3rd
Scrubber 1st
Condenser Condenser
Condenser
Separator
Uap air dan
Uap CS2
CS2 Storage
Tank
Fibre/Tow CS2 Recovery Through
Steam
Recovery through dilakukan untuk mengambil kembali CS2 yang ada pada
staple fibre untuk dikembalikan ke departemen ancillary untuk selanjutnya
mengalami refinery.
Pengambilan CS2 dilakukan dengan menginjeksikan uap air yang memiliki
suhu sekitar 90 oC dari bagian bawah bak recovery through. Uap air tesebut akan
menguapkan CS2 yang terdapat pada fibre. Campuran uap air dan uap CS2 dijebak
oleh air yang keluar dari scrubber dengan tujuan untuk menghilangkan belerang.
Campuran uap tersebut kemudian dialirkan ke sistem kondensor.
Sistem kondensor terdiri dari tiga buah kondensor yang terpasang seri.
Tujuan dipasang seri adalah untuk menurunkan suhu secara bertahap sampai
mencapai suhu yang diinginkan. Pada kondensor I suhu dikendalikan dari suhu
940C menjadi 850C, dengan menggunakan soft water di kondensor II sehingga
suhunya turun menjadi 50-60 0C. Kondensor II posisinya tegak lurus dengan
tujuan CS2 yang akan dipisahkan akan turun ke separator. Pada kondensor III
suhu diturunkan kembali mencapai 15-25 0C dengan menggunakan chilled water.
Kandungan CS2 liquid sekitar 45% dan dikirim ke departemen ancillary.
Sementara itu uap yang tidak terkondensasi pada kondensor III dibuang ke udara
melalui chimney.
5) After Treatment
Fibre
Hypochlorite
Bleach Wash
& H2O2
b. Desulph Wash
Desulph wash merupakan proses pencucian fibre untuk menghilangkan
sulphur dengan menggunakan NaOH 18%. Reaksi kimia yang terjadi adalah
sebagai berikut :
2 NaOH + H2S → Na2S + 2 H2O
Na2S + H2S → 2 NaSH
Na2S + n S → Na2S(n+1)
6 NaOH + 8 S → 2 Na2S2O3 + Na2S + 3 H2S
c. Second Wash
Proses yang terjadi pada desulf wash adalah pencucian mat dengan soft
water, tujuannya untuk membersihkan sisa desulf bath yang bersifat alkali
sehingga dapat mengurangi alkalinitas air.
d. Bleach Wash
Pada zone bleaching dilakukan proses pemutihan mat dengan menggunakan
larutan pemutih pada suhu operasi sekitar 600C. Larutan pemutih yang digunakan
adalah hypochlorite dan hydrogen peroksida. Oksigen yang terkandung berfungsi
mengeringkan fibre. Unit dryer dibagi dalam 9 zona, yaitu zona A1-A dan Zona
B1-B4. Proses pengeringan ini berlangsung secara bertahap, masing-masing zone
mempunyai suhu pengeringan yang berbeda-beda. Perpindahan serat dari zona A
ke ona B adalah dengan menggunakan conveyor, serat menempel pada conveyor
karena adanya tekanan dari sirkulasi pada fan.
7) Balling Press
b) Proses penyediaan larutan asam sulfat dan proses pemurnian CS2 yang
terjadi di Departemen Ancillary.
A. Departemen Auxillary
Departemen Auxillary bertugas untuk menangani acid recovery dan salt
recovery. Maksud dari penanganan acid recovery yaitu menampung return acid
(larutan spinbath) dari spinning departemen dan mengendalikan konsentrasi acid
agar dapat digunakan kembali oleh spinning departemen, sedangkan penanganan
salt recovery yaitu mengambil produk samping yang terbentuk yaitu sodium
sulphate (Na2SO4) yang terbentuk akibat reaksi antara larutan viscose dan larutan
spinbath yang dihasilkan dari proses regenerasi di departemen spinning.
Departemen auxilliary ini memiliki enam unit, yaitu :
FILTER FILTER
EVAPORATOR MSFE
TOP TANK
Seksi spinbath ini bertugas untuk merecovery larutan return spinbath dari
seksi spinning machine di departemen spinning sehingga didapatkan larutan
spinbath yang sesuai persyaratannya untuk kembali dikirimkan ke seksi spinning
machine. Larutan return spinbath memiliki kandungan air yang cukup besar
sebagai hasil reaksi antara asam (H2SO4) dengan basa (NaOH) yang juga
menghasilkan garam glauber. Komposisi larutan return spinbath adalah sebagai
berikut :
2) Unit Evaporator
FILTER
HEAD TANK
VESSEL 13
VESSEL 14
A1 SAMPAI A11
THICKBATH TANK
TOP TANK
Universitas Jenderal Achmad Yani
(UNJANI) 47
Laporan Kerja Praktik PT. Indo Bharat Rayon
Purwakarta - Jawa Barat
Dalam unit ini terjadi proses penguapan, penguapan adalah konversi dari suatu
bahan cair menjadi wujud gas. Cairan yang masuk ke unit evaporator adalah
cairan spinbath yang telah digunakan di spinning departement. Cairan spinbath
yang keluar dari spinning departement mengandung banyak air, sehingga akan
menyebabkan konsentrasi H2SO4 turun sedangkan konsentrasi larutan Na2SO4
akan meningkat. Setiap produksi 1 ton fiber maka air yang dikembalikan dari
spinning ke dept.auxillary sebanyak 7,6 m3/jam. Oleh karena itu, air harus
dipisahkan dari cairan spinbath dengan cara penguapan. Penguapan cairan
spinbath ini dimaksudkan untuk meningkatkan konsentrasi larutan spinbath dan
mengembalikannya pada komposisi awal agar dapat digunakan kembali di
spinning department.
PT. Indo Bharat Rayon memiliki tiga belas unit evaporator yang
menggunakan sistem Multi Stage Flash Evaporator (MSFE). Setiap mesin
spinning memiliki sumber larutan spinbath dari evaporator masing-masing, yaitu:
masuk ke sealing pot untuk dikirim lagi ke boiler house untuk diproses menjadi
steam kembali.
Dari H1 larutan masuk ke dalam vessel 1 (V1) kemudian ke dalam vessel 2
(V2) sampai ke dalam vessel 12 (V12) dan akhirnya dikeluarkan ke dalam thick
bath tank dan selanjutnya masuk ke top tank untuk dikirim kembali sebagai
larutan spinbath ke unit spinning machine di departemen spinning. Suhu pada
masing-masing vessel yaitu
VK1, VK 2, VK3
ALAT CRYSTALLIZER
MAGMA TANK
MELTER TANK
4) Unit Calcinations
SETTLER TANK
TRIPLE EFFECT
EVAPORATOR
MELTER TANK
SETTLER TANK
5) Unit Dryer
Kristal natrium sulfat basah dari TFF dimasukkan dalam pipa dryer
bersamaan dengan udara panas yang mengalir ke atas sehingga terjadi kontak
sepanjang pipa. Selama proses pengontakkan tersebut maka akan terjadi
penguapan air. Udara pengering yang digunakan dipanaskan oleh gas panas hasil
pembakaran solar yang dilakukan dalam Chamber. Udara luar dihembuskan dan
dibakar dengan solar yang dispraykan ke dalam Chamber. Udara panas dengan
suhu 450°C ditarik dengan exhaust fan dari atas dengan laju tertentu sehingga
kristal natrium sulfat basah terfluidisasi di dalam pipa.
Aliran udara yang keluar dari dryer dimasukkan ke cyclone untuk
memisahkan kristal hasil pengeringan. Di dalam cyclone kristal akan turun ke
bawah sedangkan gasnya ikut keluar di delivery exhaust fan. Suhu udara keluar
dari dryer adalah 1750C dengan kandungan air 0,01% di dalam kristal Na 2SO4.
Produk akhir Na2SO4 harus memenuhi beberapa kriteria di bawah ini:
Kemurnian : min.99,5%
pH kristal : 5,6-6,5
moisture : max 0,10%
Berger (kilat) : 78-82%
6) Unit Bagging
Natrium sulfat anhydrous yang telah mengalami proses drying kemudian
ditampung di silo dan dikemas menggunakan karung dengan bagging machine
yang bekerja secara otomatis. Jumlah mesin bagging ada dua. Kapasitas produksi
setiap mesin adalah 70 ton/hari dan dikemas dalam karung dengan berat 25, 50
dan 1000 kg.
B. Departemen Ancillary
Ancillary Department merupakan departemen yang bertugas menyediakan
larutan asam sulfat untuk auxillary department dan spinning department. Tugas
pokok dari Ancillary department terbagi menjadi 3 tugas, yaitu: Acid Plant, CS2
Refinery Plant, dan Waste Sulphuric Acid Plant.
1) Acid Plant
Departemen ancillary memiliki dua acid plant bertugas untuk
memproduksi H2SO4 98,5%. Acid plant 1 memiliki kapasitas 150 ton/hari, Acid
plant 2 memiliki kapasitas 120-130 Ton/hari, dan Acid Plant 3 memiliki kapasitas
150 Ton/hari. Proses pembuatan dilakukan dengan proses kontak antara sulfur
cair dengan udara kering menggunakan katalis vanadium pentoksida (V2O5), yang
berfungsi mengkonversi SO2 menjadi SO3.
Bahan baku dari pembuatan H2SO4 ini adalah sulphur cair dan udara
kering. Udara yang akan dikontakkan terlebih dahulu dilewatkan ke menara
pengering (drying tower) yang digerakkan oleh blower. Drying tower berisi
packing yang terbuat dari keramik. Proses pengeringan udara dilakukan dengan
menggunakan asam sulfat sebagai absorben untuk menyerap uap air yang
terkandung dalam udara. Penggunaan udara kering ini bertujuan untuk mencegah
korosi pada converter dan pipa-pipa serta mencegah kerusakan katalis, karena air
merupakan racun katalis.
Proses pembakaran sulfur oleh udara kering terjadi dalam furnace pada
suhu 900-1000 oC. Reaksi pembakaran tersebut bersifat eksotermis sehingga kalor
yang dihasilkan dapat digunakan pada boiler untuk menghasilkan steam. SO2
yang terbentuk dari proses pembakaran ini selanjutnya dialirkan ke converter.
Reaksi yang terjadi pada furnace adalah sebagai berikut:
S + O2 → SO2
SO2 + ½ O2 → SO3
SO3 yang keluar dari Bed 1 memiliki suhu 590 oC. suhu keluaran yang
tinggi tersebut kemudian digunakan untuk menghasilkan steam pada boiler 2.
Pemanfaatan panas tersebut mengakibatkan penurunan suhu pada suhu keluaran
boiler 2. Suhu SO3 yang masuk Bed 3 adalah 440 oC dan suhu keluarannya adalah
590 oC. SO3 keluaran tersebut kemudian dialirkan ke tube side heat exchanger.
Dalam heat exchanger tersebut SO3 mengalami pendinginan oleh soft water yang
dialirkan di bagian shell sehingga suhu SO3 turun menjadi 440 oC. Dari heat
exchanger SO3 dialirkan ke Bed 3A (Bed 3 pada plant 1) dan kemudian masuk ke
Bed 3B (Bed 4 pada Plant 1). Keluaran dari Bed 3B masuk ke tube side hot heat
exchanger (SO3 cooler) dan tube side cold heat exchanger. Setelah itu masuk ke
economizer Interpass Tower. Pada alat tersebut SO3 mengalami penndinginan
dengan menggunakan soft water. Lalu masuk ke Interpass Tower untuk
dikontakkan dengan H2SO4 dan membentuk oleum (H2S2O7) untuk kemudian
dialirkan ke circulation tank. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
SO3 + H2SO4 → H2S2O7
H2S2O7 + H2O → 2 H2SO4
SO3 yang belum terikat dengan H2SO4 dialirkan ke candle mist eliminator.
Dalam candle mist eliminator gas-gas pengotor tertangkap oleh acid besi yang
terdapat di dalamnya. Dari candle mist eliminator SO3 dialirkan kembali ke cold
heat exchanger, hot heat exchanger, dan heat exchanger pada bagian shellnya.
Kemudian SO3 masuk kemali ke converter Bed 4. SO3 yang keluar dari Bed 4
(Bed 5 pada Plant 1) dialirkan ke Final Absorption Tower Economizer untuk
dikontakkan kambali dengan acid. Gas SO3 yang masih terlepas atau tidak kontak
dengan acid masuk ke scrubbing tower yang didalamnya terdapat air yang
disemprotkan untuk menangkap SO3. SO3 yang masih belum terikat dibuang
melalui chimney.
untuk dicairkan dan dimurnikan lagi. Sedangkan gas yang tidak terkondensasi
masuk ke tail gas condenser dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas.
Kondensat dari sulfur separator kondensor total diumpankan ke dalam
still II sedangkan H2S dipisahkan reflux condenser. Selanjutnya gas dilewatkan ke
dalam oil scrubber system yang fungsinya untuk menangkap CS2 yang lolos tidak
ikut terkondensasi, sedangkan gas H2S yang tidak terkondensasi akan ditampung
di gas holder. Pada gas holder terjadi proses pembakaran H2S sehingga yang
terbuang ke udara dalam bentuk SO2 karena H2S merupakan gas yang berbahaya.
Menara distilasi diisi dengan packing yang terbuat dari keramik untuk
memperluas kontak permukaan dan mempercepat perubahan fasa cair menjadi
fasa gas.
Product condenser menggunakan air biasa dengan suhu 28 – 30 0C,
sedangkan reflux, tail gas, dan sulfur separator menggunakan chilled water
dengan suhu 8 – 90C yang diproduksi oleh departemen viscous. Jumlah storage
tank penampungan CS2 yang digunakan adalah 18 buah dengan kapasitas masing-
masing tangki 45 Ton. Storage tank no. 1, 2, 3, dan 4 berasal dari CS 2 recovery
dari departemen spinning. Storage tank no. 5, 6, dan 7 merupakan penampungan
CS2 dari refinery dan storage tank no. 8 – 18 merupakan tangki penampungan CS 2
dari PT. Indo Raya Kimia.
3) Waste Sulphuric Acid Plant
Waste Sulphuric Acid Plant berfungsi untuk merecovery gas dari spinning
untuk diubah jadi H2SO4 (Treatment limbah gas). Proses diawali dari pencucian
lean gas yaitu limbah gas yang berasal dari departemen spinning. Proses
pencucian dilakukan dalam scrubber (ventury washer) dengan menggunakan air.
Air yang dialirkan pada scrubber akan menangkap pengotor-pengotor debu.
Sepertiga bagian dari lean gas (sisanya langsung masuk ke mixing chamber)
dan udara dari blower masuk ke combuster. Dalam combuster terjadi pembakaran
pada suhu ± 850 oC yang menghasilkan SO2. Dalam proses pembakarannya
dilakukan penambahan sulphur yang berfungsi untuk mempertahankan suhu SO2
yang masuk mixing chamber. Natural gas digunakan untuk memantik api. Dua
per tiga lean gas masuk ke mixing chamber untuk kemudian dicampurkan dengan
SO2 dari combuster. Suhu pada mixing chamber yaitu 380 oC.
Dari mixing chamber SO2 masuk ke converter yang terdiri dari 3 bed, yaitu:
2.3 Utilitas
1. Tenaga Listrik
Sumber tenaga listrik di PT Indo Bharat Rayon berasal dari 4 sumber yaitu
PLN, steam turbin, gas turbin dan solar turbin. PLN mensuplai listik dengan
kapasitas 13 MWatt. Jumlah listrik yang disuplai oleh PLN tidak dapat mencukupi
kebutuhan semua proses, sehingga PT Indo Bharat Rayon membuat pembangkit
listrik untuk mencukupi semua proses produksi dengan membuat turbin/generator.
Energi listrik yang dihasilkan dari steam turbin sebesar 35 Mwatt/hari, gas turbin
sebesar 15 Mwatt/hari dan solar turbin sebesar 2,5 Mwatt/hari.Turbin digerakan
oleh Steam oleh Departemen Power Plant yang dihasilkan dari boiler. Selain itu
steam power plant juga digunakan untuk proses produksi. Rata- rata steam normal
yang disuplai untuk keperluan proses sebesar 268 TPH (Ton per Hour). Steam
dihasilkan oleh Departemen Power Plant dihasilkan oleh 4 boiler yaitu 3 boiler
jenis AFBC (Atmospheric Fluidised Bed Coal) dan 1 boiler jenis CFBC
(Circulating Fluidised Bed Coal). Boiler jenis AFBC rata-rata menghasilkan
steam sebesar 60 TPH dan boiler jenis CFBC rata-rata menghasilkan steam
sebesar 70 TPH. Steam juga disuplai dari acid plant dan WSA dengan steam yang
dihasilkan kurang lebih 18 TPH. Parameter steam yang dihasilkan boiler untuk
memutar turbin yaitu dengan tekanan 65 bar dan temperatur 485ºC.High presure
steam digunakan untuk menggerakkan gas turbin untuk mengantisipasi apabila
listrik dari PLN mati. Temperature Flue Gas yang keluar dari turbin adalah 90°F
yang dimanfaatkan untuk pemanas boiler. Steam yang telah digunakan untuk
menggerakkan turbin, tekanannya menjadi berkurang (Low Pressure Steam).
Steam tersebut kemudian dialirkan ke departemen lain untuk proses produksi.
Sumber solar turbin dari solar dibakar oleh udara dari kompresor sehingga
menimbulkan titik nyala dan gas dibuang ke furnace melalui damper dan solar
turbin hanya digunakan sebagai cadangan.
2. Demineralisasi Plant
Boiler feed water yang diperoleh dari raw water hasil pengolahan Unit
Waste and Water Treatment dan dari air condensat steam yang selanjutnya diolah
menjadi air demineralisasi. Awal proses dilakukan proses penyaringan
dengan masuknya freon kedalam Evaporator. Gas Freon dari Evaporator akan
disedot oleh kompressor, kemudian gas freon tersebut dialirkan menuju kondensor
dan didalam kondensor mengalami perubahan fase dari gas menjadi cair. Cairan
freon secara overflow akan masuk ke ekspander dan di spray ke evaporator. Di
Evaporator terjadi transfer panas antara freon dengan brine sehingga Freon dapat
menurunkan temperatur hingga -25ºC. Freon yang telah digunakan akan
mengalami penguapan dan selanjutnya gas freon akan disedot oleh kompressor
dan begitu seterusnya. Temperatur limit yang ditentukan 5º-7ºC sesuai dengan
temperatur yang diperlukan oleh setiap departemen proses. Kapasitas masing-
masing sebagai berikut:
1. Chiller 1 dan 5 : 25 l/detik 3. Chiller 6 dan 7 : 110 l/detik
2. Chiller 2, 3 dan 4 : 50 l/detik 4. GS dan THX : 400l/detik
4. Unit Water Treatment
Unit Water Treatment merupakan unit yang bertangung jawab
menyediakan air untuk kebutuhan rumah tangga dan air untuk kebutuhan proses
produksi. Sumber air (raw water) yang akan diolah berasal dari sungai Citarum.
Kondisi awal air sungai citarum yang dipakai sebagai air proses produksi dapat
dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Kondisi awal air Sungai Citarum yang dipakai Sebagai Air Proses
Produksi di PT Indo Bharat Rayon
Parameter Kondisi air Sungai Citarum
COD 444,9 mg/L
BOD5 127 mg/L
TSS 445,2 mg/L
pH 5,4
Zinc (Zn) <0,0059 mg/L
Sulfida <0,026
Air tersebut kemudian diolah menjadi beberapa jenis air dengan karakteristik
yang berbeda yang disesuaikan dengan tujuan penggunaan air tersebut.
Pengolahan raw water menghasilkan hard water dan soft water.
Hard Water
Hard water adalah air hasil pengolahan raw water yang tidak dilakukan
pengolahan dengan resin penukar ion. Biasanya air ini digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga pabrik dan kebutuhan departemen tetapi bukan
digunakan untuk proses produksi.
Soft Water
Soft Water adalah air hasil pengolahan softener yang akan digunakan
untuk kebutuhan proses produksi seperti pencucian. Soft Water banyak digunakan
oleh Departemen Viskosa, Departemen Spinning, Departemen Auxilliary dan
Departemen Ancillary.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PT.Indo Bharat Rayon menghasilkan produk yaitu Viscose Rayon Fibre
sebagai produk utama dan Sodium Sulfat sebagai produk samping. PT. Indo-
Bharat Rayon terdiri dari beberapa departemen, yaitu departemen viscose yang
bertugas mengolah bahan baku pulp menjadi larutan viscose, departemen spining
yang bertugas melakukan pengolahan larutan viscose menjadi rayon, mulai dari
proses penggumpalan larutan viscose hingga pengepakan serat rayon. Selain itu
ada juga departemen pendukung seperti, departemen Auxillary bertugas untuk
mengolah larutan spinbath, departemen Ancilliary, bertugas untuk membuat
larutan asam sulfat (H2SO4) dan karbon disulfida (CS2), departemen Pengolahan
Air (Water Treatment) yang bertugas untuk mengolah limbah dan menyediakan
air. Power Plant, bertugas untuk menyediakan uap air dan menyediakan energi.
Laboratorium, bertugas memeriksa kadar bahan yang diperlukan disetiap proses
agar sesuai standar yang di tetapkan.
Bahan baku utama untuk pembuatan staple fibre rayon di PT. Indo Bharat
Rayon adalah Pulp. Pulp yang di gunakan di PT. Indo Bharat Rayon merupakan
pulp hasil impor dari Kanada dan Swedia. Kapasistas produksi rayon di PT. Indo
Bharat Rayon dan saat ini telah diperbesar menjadi 590 ton/hari Selain
3.2 Saran
Operasi yang berlangsung selama proses di PT. Indo-Bharat Rayon
sebagian besar masih menggunakan sistem manual yang mengakibatkan human
eror selama operasi berlangsung dan sangat beresiko akan keselamatan karyawan,
sebaiknya mulai lakukan dengan sistem automatic untuk menghindari hal
tersebut. Selain itu juga Limbah PT. Indo-Bharat Rayon biasanya mengeluarkan
bau yang tidak sedap sehingga menganggu masyarakat yang ada disekitar
PT.Indo Bharat Rayon, sebaiknya dilakukan pengolahan limbah lebih lanjut agar
tidak menimbukan bau yang tidak sedap.