Oleh:
SUKMA PANGGALA
NIT. 18.3.06.065
NIT : 18.3.06.065
Mengetahui,
Mengetahui, Ketua
Program Studi
Teknik Budidaya Perikanan
22
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang maha Esa,
akhirnya Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) III yang berjudul “Teknik
Pembenihan Ikan Nila (Oreochromisniloticus) di Balai Perikanan Budidaya Air
Tawar (BPBAT) Mandiangin, Kalimantan Selatan” ini dapat diselesaikan sesuai
dengan target mutu dan waktu yang direncanakan.
Sukma Panggala
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
V. KESIMPULAN......................................................................................................... 30
5.2 Saran.......................................................................................................................... 30
Gambar Halaman
1. Ikan Nila............................................................................................................. 3
2. Kantor BPBAT Mandiangin ........................................................................... 20
3. Instalasi Budidaya Ikan Bincau....................................................................... 20
4. Struktur Organisasi BPBAT Mandiangin ....................................................... 22
5. Wilayah Kerja BPBAT Mandiangin ............................................................... 23
6. Pengapuran ...................................................................................................... 24
7. Pemupukan ...................................................................................................... 25
8. Pengisian Air Kolam ....................................................................................... 25
9. Pakan Induk..................................................................................................... 26
10. Panen Benih .................................................................................................... 29
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Salah satu faktor utama yang dimiliki dalam usaha ikan nila, yaitu
ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu diperlukan
praktik kerja lapang tentang teknik pembenihan ikan nila. Praktik kerja lapang
yang dilakukan di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin diharapkan
11
menambah wawasan dan kemampuan teknis sehingga dapat menjadi SDM yang
komponen.
1.2 Tujuan
Kegiatan PKL III yang dilaksanakan di Balai Perikanan Budidaya Air
Tawar (BPBAT) Mandiangin, Kalimantan Selatan bertujuan untuk:
Ikan nila berasal dari Afrika bagian Timur. Ikan nila memiliki bentu ktubuh
yang pipih kearah vertikal (compress). Posisi mulutnya terletak di ujung hidung
(terminal) dan dapat disembulkan (Suyanto 2003). Adapun klasifikasi ikan nila
menurut Amri dan Khairuman (2007), yaitu sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Familia : Cichlidae Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Genus : Oreochromis Sumber: Lukman et al. 2014
Spesies : Oreochromis niloticus
Menurut Amri dan Khairuman (2007), Morfologi ikan nila yaitu lebar badan
ikan nila umumnya sepertiga dari Panjang badannya. Bentuk tubuhnya
memanjang dan ramping, sisik ikan nila relative besar, matanya menonjol dan
besar dengan tepi berwarna putih. Ikan nila mempunyai lima buah sirip yang
berada dipunggung, dada, perut, anus, dan ekor. Sirip dubur (anal fin) memiliki 3
jari-jari keras dan 9-11 jari-jari sirip lemah. Sirip ekornya (caudal fin) memiliki 2
jari-jari lemah mengeras dan 16-18 jari-jari sirip lemah. Sirip punggung (dorsal
fin) memiliki 17 jari-jari sirip keras dan 13 jari-jari sirip lemah. Sementara sirip
dadanya (pectoral fin) memiliki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah.
Sirip perut (ventral fin) memilki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah.
Ikan nila memiliki sisik cycloid yang menutupi seluruh tubuhnya.
2.2. Habitat
Ikan niia umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk,
rawa, sawah, dan saluran irigasi, tetapi toleransi yang luas terhadap salinitas. Ikan
nila juga dapat hidup dan berkembang biak pada perairan payau dengan salinitas
optimal yang berkisarantara 0-35%.
Ikan nila mampu hidup pada suhu 14 - 38°C dengan suhu terbaik adalah
25-30°C dan dengan nilai pH air antara 6 - 8,5. Hal yang paling berpengaruh
dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0 – 29%
sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meski nila bias hidup
dikadar garam sampai 35% namun ikan sudah tidak dapat tumbuh berkembang
dengan baik (Suyanto 2003).
Ikan betina yang siap memijah akan mengeluarkan telur di lubang yang
telah dipersiapkan oleh jantan dan telur-telur tersebut akan dibuahi oleh ikan
jantan. Setelah telur dibuahi, telur tersebut akan dikumpulkan oleh ikan betina dan
dierami di dalam mulut sampai menetas. Lama pengeraman di dalam mulut
berkisar antara 1 – 2 minggu tergantung suhu air tempat dilakukannya pemijahan.
Setelah larva dilepas oleh induk betina, larva-larva tersebut akan kembali kedalam
mulut induk betina apabila ada bahaya yang mengancam. Kondisi air yang tenang
akan menguntungkan bagi pertumbuhan dan pemijahan ikan nila. Upaya
memperoleh tingkat pemijahan yang optimum, ikan nila bersifat poligami,
2
makanisbah kelamin dianjurkan 1 jantan untuk 2 betina pada luasan kolam 10 m
(Santi 2018).
Pemijahan secaraa lamiah, pemijahan dilakukan dengan cara
memasangkan induk jantan dengan betina dengan perbandingan 1:3, kepadatan
induk adalah 1-2 ekor induk betina per meter persegi dengan kedalam kolam
sekitar 50 cm. Pemijahan sebaiknya dilakuakn manipulasi lingkungan yaitu
dengan cara pengeringan kolam, pengaliran air baru ke dalam kolam dan
pemberian lumpur berpasir pada dasar kolam yang digunakan agar induk mudah
dalam membuat sarang. Ciri telah terjadi pemijahan adalah terbentuknya lekukan
– lekukan berbentuk bulat didasar kolam dengan diameter 30-50 cm. Lamanya
pemijahan sampai benih lepas dari perawatan induk adalah sekitar 14 hari (Santi
2018).
2.3.6 PenetasanTelur
Pelepasan telur terjadi beberapa kali dalam jarak waktu beberapa menit.
Waktu yang diperlukan untuk pemijahan kurang lebih 10 - 15 menit. Sekali
bertelur induk nila dapat mengeluarkan telur 300 - 3000 butir, tergantung berat
dan umur induk betina. Sebaiknya induk betina nila dipijahkan saat umur 2 tahun.
Telur yang telah dibuahi lalu dikulum oleh induk betina di dalam rongga mulut
untuk dierami, selama mengerami telur induk betina tidak makan sehingga
kelihatan kurus (Agung 2011).
Selesai pemijahan induk nila jantan pergi meninggalkan induk betina.
Beberapa hari kemudian induk jantan itu dapat melakukan perkawinan dengan
betina lainnya. Telur menetas setelah 2 hari, anak nila (banyak) yang baru menetas
masih mengandung kantong kuning telur. Ukuran burayak yang baru menetas
antara 0,9 – 1 mm. Burayak ini masih terus tinggal di dalam mulut induknya
sampai 5 - 7 hari sampai kuning telurnya terserap habis. Setelah itu burayak mulai
mencari makan di luar mulut induknya. Ketika burayak belajar makan, burayak
memakan zooplankton yang ukuran kecil sekali. Apabila tidak terdapat
zooplankton, pakannya dapat diganti dengan bekatul atau tepung kedelai (Agung
2011).
2.4 ManajemenPakan
Menurut Amri dan Khairuman (2003), ikan nila tergolong ikan pemakan
segala (Omnivore), sehingga bias mengkonsumsi makanan, berupa hewan dan
tumbuhan. Larva ikan nila makananny aadalah, zooplankton seperti Rotifera sp.,
Daphnia sp., serta alga atau lumut yang menempel pada benda - benda di habitat
hidupnya. Apabila telah dewasa ikan nila diberi makanan tambahan dapat berupa,
dedak halus, bungkil kelapa, pelet, ampas tahu dan lain–lain.
b.Pasca Panen
Penanganan pasca panen ikan nila dapat dilakukan dengan cara
penanganan ikan hidup. Saat keadaan hidup, hal yang perlu diperhatikan agarikan
tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20°C. Waktu
pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari. Berdasarkan lama/jarak
pengiriman.
10
III. METODE PRAKTIK
11
pemberian pakan dan sampling. Wawancara meliputi proses Tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan di lakukan oleh 2 orang atau lebih.
Sedangkan partisipasi aktif meliputi semua kegiatan yang ada di lapangan
mulai dari persyaratan lokasi, pemeliharaan induk, seleksi induk, proses
pemijahan, penetasan telur, periapan wadah, pemeliharaan larva, pemberian pakan
larva, pengolahan kualitas air, pemanenan benih, pendederan, grading, pemberian
pakan, pencegahan hama dan penyakit dan pemanenan dan pascapanen.
Keterangan:
F = Jumlah seluruh telur (butir)
Bg = Bobot seluruh gonad (gr)
Bs = Bobot sebagian gonad (gr)
Fs = Jumlah telur pada sebagian gonad (butir)
Keterangan:
FR = Derajat pembuahan telur (%)
Jd = Jumlah telur yang dibuahi
Jk = Jumlah telur secara keseluruhan
Keterangan:
HR = Kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah larva saat panen (ekor)
No = Jumlah larva saat tebar (ekor)
( )
100
Keterangan:
SGR = Presentase berat rata-rata (% gram/hari)
Wt = Berat rata-rata akhir (gram)
Wo = Berat rata-rata awal (gram)
T = Waktu pemeliharaan (hari)
3.6.4 Pemijahan
Prosedur kerja dalam melakukan pemijahan sebagai berikut (Effendi
2017):
a) Memasukan kakaban serta waring kedalam kolam sebagai substrat sebagai
tempat telur melekat;
b) Masukkan air kedalam kolam setinggi 30 cm;
d) Meletakkan induk jantan dan betina dalam satu kolam dengan rasio 3 : 5;
g) Telur yang berhasil dibuahi berwarna putih telur dan telir yang tidak dibuahi
berwana kuning transparan;
a. Suhu
Pengukuran suhu dengan menggunakan termometer dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a) Penyediaan termometer digital/batang dengan tingkat ketelitian 0,1;
c. DO
Pengukuran DO meter menggunakan DO meter,dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a) Sediakan alat DO meter;
b) Mengkalibrasi DO meter dengan menggunakan aquades;
c) Melakukan pengukuran dengan memasukkan sensorik DO meter kedalam
kolam selama 2 menit;
d) Mengkalibrasi ulang DO meter untuk disimpan kembali;
e) Melakukan pengukuran di pagi hari dan sore hari;
f) Mencatat dan mengolah data pengukuran.
b. Pascapanen
tanggal 12 Januari 2006, lalu status Loka ini berubah menjadi Balai berdasarkan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Perikanan Budidaya Air Tawar, Perikanan
Budidaya Laut, Perikanan Budidaya Air Payau dan nama BBAT Mandiangin
Secara geografis Lokal Budidaya Air Tawar Mandiangin terletak pada kaki
Panjang (sebela hutara), Desa Kiram (sebelah selatan), Desa Mandiangin Timur
serta bimbingan teknis perikanan budidaya air tawar. Untuk melaksanakan tugas
fungsi :
1. Sub Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas untuk melakukan penyiapan bahan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelaporan keuangan,
kegiatan teknis, anggaran, pengelolaan kepegawaian, tata laksana, barang
milik negara, rumah tangga, dan ketatausahaan.
2. Seksi Pengujian dan Dukungan Teknis, mempunyai tugas untuk melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan layanan pengujian laboratorium persyaratan
kelayakan teknis, kesehatan ikan dan lingkungan, produksi induk induk
unggul, benih bermutu, dan sarana produksi, serta bimbingan teknis perikanan
budidaya air tawar.
3. Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama, mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan uji terapteknik, standardisasi, sertifikasi,
kerjasama teknis, pengelolaan dan pelayanan system informasi, serta
publikasi perikanan budidaya air tawar.
4. Kelompok Jabatan Fungsional, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
perekayasaan, pengujian, penerapan dan bimbingan penerapan
standar/sertifikasi perbenihan dan pembudidayaan ikan air tawar,
pengendalian hama dan penyakit ikan, pengawasan benih dan
pembudidayaan, dan penyuluhan serta kegiatan lain sesuai tugas masing-
masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan perundang undangan yang
berlaku. Jabatan Fungsional yang ada di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
Mandiangin sampai dengan bulan Desember 2014 adalah Perekayasa, Teknisi
Litkayasa, Pengawas Perikanan dan Pengendali Hama Penyakit Ikan.
4.2.2 Pengapuran
Gambar 6. Pengapuran
(Sumber. Dokumentasi Pribadi)
4.2.3 Pemupukan
Dosis pupuk kandang juga bergantung kepada kesuburan kolam ikan, biasanya
berkisar antara 100-150 gram/m2, sedangkan untuk kolam yang kurang
kesuburannya dapat ditebarkan kotoran ayam sebanyak 300 – 500 gr/m2 . Dosis
yang digunakan untuk pupuk buatan biasanya berkisar antara 200-300 gram/m2.
Kolam dapat juga dipupuk menggunakan TSP dan Urea masing-masingsebanyak
24
10 gr/m2 dan kapur pertanian sebanyak 25 – 30 gr/ m2 atau disesuaikan dengan
tingkat kesuburan lahan. 7 – 10 hari kemudian kolam siap untuk diairi.
Gambar 7. Pemupukan
(Sumber. Dokumentasi Pribadi)
Telur yang telah dibuahi memiliki ukuran diameter 25-50 mm, selama
mengerami telurnya induk ikan betina tidak pernah makan atau
berpuasa, hingga bobot badannya berkurang. Pengeraman telur
terjadi selama 7-8 hari dan setelah menetas larva tersebut masih dijaga
oleh induknya selama 7 hari. Ukuran larva yang baru menetas berkisar
0,9-1 mm, dan larva tersebut menghisap kuning telur yang masih
menempel pada tubuhnya sebagai cadangan makannnya dan energinya.
4.8 Pemeliharaan Larva
Setelah telur menetas sampai 4 hari larva ikan tidak diberi pakan
tambahan karena larva tersebut masih memiliki kantong kuning telur
yang masih menempel di tubuhnya yang dapat digunakan sebagai sari
makanan bagi larva dan dapat dijadikan sebagai sumber energinya
untuk pertumbuhan serta perkembangannya. Kemudian larva tersebut
berumur 12 atau 14 hari, selanjutnya dilakukan pemindahan larva pada
kolam pemeliharaan benih, larva tersebut dipelihara dikolam yang
luasnya tidak lebih dari dan idealnya adalah 8,45 x 4 m dengan padat
2
penebarannya antara 1000-1500 ekor/m . Pemindahan dilakukan
dengan cara mengambil larva ikan dengan menggunakan seser atau
waring agar ikan tidak stres, setelah benih ikan ditangkap kemudian,
benih tersebut ditampung kedalam ember yang dipasang
dikolam tersebut, selanjutnya larva harus ditebar dikolam pendederan.
Setelah pengambilan larva tersebut terkumpul, kemudian larva ikan
tersebut dibiarkan pada kolam pemeliharaan dan larva akan
mendapatkan pakan alami yang telah tersed dikolam penetasan telur
tidak dilakukan karena nila merupakan ikan yang mengerami telurnya di
dalam rongga mulutnya (mouth bereder) karena menggunakan sistem
panen.
5.1 Kesimpulan
Kegiatatan PKL III yang berjudul Teknik Pembenihan Ikan Nila di Balai
Budidaya Perikanan Air Tawar Mandiangin, Kalimantan Selatan diharapkan dapat
mengembangkan wawasan dan pengalaman penulis dalam produksi budidaya ikan
nila, mampu menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan nila, serta mengatasi
kendala – kendala yang terjadi selama kegiatan pembenihan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari Praktik Kerja Lapang (PKL) III perlu ditingkatkan
lagi kegiatan pengontrolan kualitas air dalam kegiatan pembenihan ikan nila
karena merupakan salah satau media hidup bagi ikan nila yang dan merupakan
faktor yang paling penting dalam menjaga kualitas air untuk pertumbuhan dan
perkembangna ikan. Selain itu apabila kualitas air rendah maka akan memicu
timbulnya berbagai penyakit yang dapat menyerang organ tubuh ikan nila.
DAFTAR PUSTAKA