Maraknya penyalahgunaan narkoba dewasa ini tidak hanya di kota-kota besar saja, tapi sudah
sampai ke kota-kota kecil. Tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu saja, namun sudah
menyebar ke berbagai kelas sosial, profesi dan kelompok usia. Badan Narkotika Nasional
menyebutkan bahwa jumlah penyalahgunaan narkoba di Indonesia adalah berkisar 1,5 % dari
jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 2,9 sampai 3,2 juta (Arimurti,2010). Di Kalimantan
Selatan populasi pengguna narkoba lebih tinggi dibandingkan polulasi nasional, yaitu sekitar
2 % dari jumlah penduduk. Tahun 2008 Pengguna narkoba di Kalimantan Selatan adalah
sebesar 40.810, tahun 2010 sebesar 46.966 dan tahun 2012 adalah sebesar 52.472
(www.kalsel.polri.go.id, 5/12/2012)
2. FAKTOR PREDISPOSISI DAN TINGKAT PENYALAHGUNAAN NAPZA
1. Pengaruh faktor ketidaktahuan terhadap penyalahgunaan narkoba
Menurut Notoatmodjo (2003), Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh faktor
pendidikan&Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut diharapkan akan semakin luas pengetahuannya.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan bukan sebaliknya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup, termasuk dalam hal
ini informasi tentang dampak dan bahaya narkoba terhadap kesehatan. Dengan mendapatkan
informasi yang benar tentang narkoba dan bahayanya, akan dapat mencegah seseorang untuk
menyalahgunakannya. Seperti yang dikemukakan Notoatmodjo (2007), bahwa perilaku
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu
sendiri, diantaranya adalah persepsi dan proses belajar.
Dewasa ini, kenakalan remaja yang sering temui adalah penggunan narkoba. Narkoba
bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi kita. Kita telah sering mendengar dan membaca berita
tentang narkoba baik di media elektronik maupun media cetak. Di Indonesia, peredaran
narkoba sudah menjadi permasalahan serius yang harus segera diatasi. Hingga kini,
penyebaran narkoba sudah hampir tidak bia di cegah. Mengingat bahwa saat ini teknologi
sudah semakin canggih. Hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudahnya
mendapatkan narkoba dari oknum – oknum yang tidak bertanggungjawab.
Menurut data yang diterima oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah penyalahgunaan
narkoba di Tanah Air mencapai 3,5 juta orang pada tahun 2017 lalu. Bahkan hampir 1 juta
orang diantaranya telah menjadi pecandu. Kebanyakan dari korban-korban tersebut adalah
remaja. Menanggapi fenomena ini pemerintah telah menetapkan negara kita sedang berada
dalam keadaan darurat dalam penyalahgunaan narkoba. Bila narkoba digunakan secara terus
menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan.
Ketergantungan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena
terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung,
paru-paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat
tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi
pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun
sosial seseorang.
1. Dampak Fisik:
Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi
akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim.
Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual.
Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak
haid).
Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
yang hingga saat ini belum ada obatnya.
Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu
konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa
menyebabkan kematian.
2. Dampak Psikis dan Sosial bagi pemakai narkoba antaralain :
Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.
Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.
Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal.
Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan
rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada
waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi
(bahasa gaulnya sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial
seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.
Seperti pengalaman teman saya yang sempat menggunakan narkoba, saya melihat banyak
perubahan pada dirinya dalam bentuk fisik maupun psikis. Perubahan fisik dan psikis yang
sangat terlihat oleh saya adalah nasfu makannya yang meningkat sehingga membuat berat
badannya menjadi naik drastis, selain itu saya juga merasakan sifatnya lebih emosional dan
sulit berkonsentrasi ketika berbicara. Jenis narkoba yang digunakan teman saya adalah ganja.
Penggunaan narkoba dalam bentuk apapun menurut saya sangat berbahaya, apalagi
pendidikan teman saya menjadi terganggu dan sampai di Drop Out dari sekolah akibat
menggunakan obat- obatan terlarang tersebut. Bahkan teman saya sampai sempat di
rehabilitasi agar dapat kembali seperti sediakala.
Oleh karena itu, narkoba sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup bangsa ini. Hal ini
dikarenakan barang haram ini dapat menghancurkan masa depan generasi muda sebagai
calon penerus bangsa. Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar,
sudah menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua,
guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba
terhadap generasi muda. Banyak hal yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja
dalam penyalahgunaan narkoba, dan membantu remaja yang sudah terjerumus
penyalahgunaan narkoba. Ada tiga tingkat intervensi, yaitu :
Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan,
penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll.
Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap
intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai
bentuk materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga.
Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal
(initialintake)antara 1 – 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan
Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 – 3 minggu untuk
melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
Tersier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam
proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12
bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi
dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan
kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan
konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan
alternatif, dll.
Bila keluarga hanya menyuruh mereka untuk berhenti tetapi tidak mewujudkannya dalam
dorongan positif, hasilnya tidak akan nyata. Sugesti yang dimunculkan dari obat-obatan itu
akan lebih kuat daripada suruhan untuk berhenti dari orang lain. Lebih banyak pengguna
membutuhkan dukungan orangtua daripada yang mempunyai tekad baja untuk lepas.
Berkembangnya asumsi di masyarakat pencandu narkoba sekeras apa pun berusaha tidak bisa
sepenuhnya sembuh. Pencandu narkoba selalu identik dengan kekerasan, bertingkah
seenaknya, mengganggu orang lain, dan merusak. Stigma negatif dan sebagai sampah
masyarakat selalu ditujukan pada para pencandu narkoba. Stigma negatif itu yang akhirnya
kembali membuat seorang mantan pencandu narkoba kembali terpuruk. Perasaan kesendirian,
tak punya kawan, membuat mereka kembali terbenam dalam gelimang narkoba. Hanya
sebagian kecil mantan pencandu yang berhasil menata kembali hidupnya walau harus
melewati perjuangan yang keras dan berliku
Rehabilitasi yang telah dijalani tidak menjaminm bahwa penyalahguna NAPZA tidak akan
menggunakan NAPZA kembali. Penelitian yang dilakukan di Deli Serdang tahun 2012
didapatkan 62,38 % mantan penyalahguna napza menjadi pecandu berulang setelah
dinyatakan sembuh. Maka perlu dikaji lebih lanjut mengenai komponen penting dalam
mempertahankan motivasi dan salah satu faktor yang paling kuat adalah dukungan keluarga.
komponen penting dalam menjaga motivasi klien agar berhasil dalam rehabilitasi dan terus
hidup sehat setelah rehabilitasi adalah dukungan dari keluarga yang dapat meningkatkan
motivasi dan mempertahankan motivasi untuk sembuh dari klien (Lubis, 2012).
Dukungan keluarga adalah suatu prilaku yang dianggap mendukung karena memiliki sifat
yang menghibur dan menguatkan atau prilaku yang mengarahkan keyakinan individu bahwa
ia dincintai dan dihargai. Keluarga meiliki peranan penting dalam upaya peningkatan
kesehatan dan pengurangan resiko penyakit dalam masyarakat mengingat keluarga adalah
satuan terkecil dalam masyarakat. Peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek
keperawatan dalam meningkatkan status kesehatan anggota keluarganya dimana setiap
manusia harus dikaji secara komperhensif (Dion, 2013). Dukungan keluarga menjadi
peningkatan semangat dan harga diri serta menjadi sumber cinta kasih dan mampu mengubah
mekanisme koping yang buruk, serta diharapkan keluarga mampu menjalankan fungsi
dasarnya beruapa cinta kasih, rasa aman, rasa dimiliki dan rasa diharapkan (Nasir, 2011).
DAFTAR PUSTAKA