Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

1. PENGERTIAN NAPZA DAN PRAVELENSI PENYALAHGUNAAN NAPZA


Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) yang istilah populernya dikenal oleh
masyarakat dengan Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif), adalah zat-zat
yang mewakili semua bahan yang dapat menyebabkan ketergantungan dan dapat merusak
susunan syaraf. Menurut UU RI No.22/1977, Narkotika adalah zat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilang rasa dan dapat menimbulkan ketergantungan. Sedangkan
Psikotropika adalah zat alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan prilaku (UU RI No.5/1997).

Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti gangguan fungsi


organ tubuh hati, jantung, paru, ginjal, alat reproduksi dan penyakit menular seperti Hepatitis
dan HIV/AIDS. Selain itu penyalahgunaan narkoba dapat pula menyebabkan gangguan jiwa
seperti paranoid serta gangguan fungsi sosial. Meskipun narkoba adalah sesuatu zat yang
dapat merusak kesehatan, fungsi sosial dan gangguan jiwa, namun semakin hari Jurnal Skala
Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014 pemakai atau penyalahgunaan narkoba cenderung
meningkat.

Maraknya penyalahgunaan narkoba dewasa ini tidak hanya di kota-kota besar saja, tapi sudah
sampai ke kota-kota kecil. Tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu saja, namun sudah
menyebar ke berbagai kelas sosial, profesi dan kelompok usia. Badan Narkotika Nasional
menyebutkan bahwa jumlah penyalahgunaan narkoba di Indonesia adalah berkisar 1,5 % dari
jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 2,9 sampai 3,2 juta (Arimurti,2010). Di Kalimantan
Selatan populasi pengguna narkoba lebih tinggi dibandingkan polulasi nasional, yaitu sekitar
2 % dari jumlah penduduk. Tahun 2008 Pengguna narkoba di Kalimantan Selatan adalah
sebesar 40.810, tahun 2010 sebesar 46.966 dan tahun 2012 adalah sebesar 52.472
(www.kalsel.polri.go.id, 5/12/2012)
2. FAKTOR PREDISPOSISI DAN TINGKAT PENYALAHGUNAAN NAPZA
1. Pengaruh faktor ketidaktahuan terhadap penyalahgunaan narkoba
Menurut Notoatmodjo (2003), Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh faktor
pendidikan&Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut diharapkan akan semakin luas pengetahuannya.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan bukan sebaliknya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup, termasuk dalam hal
ini informasi tentang dampak dan bahaya narkoba terhadap kesehatan. Dengan mendapatkan
informasi yang benar tentang narkoba dan bahayanya, akan dapat mencegah seseorang untuk
menyalahgunakannya. Seperti yang dikemukakan Notoatmodjo (2007), bahwa perilaku
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu
sendiri, diantaranya adalah persepsi dan proses belajar.

2. Pengaruh faktor stres psikologis terhadap penyalahgunaan narkoba


Persaingan kerja di bidang swasta juga relatif lebih tinggi Jurnal Skala Kesehatan Volume 5
No. 1 Tahun 2014 dibandingkan dengan di pemerintahan. Tuntutan kedisplinan, kemampuan
kerja dan adanya persaingan kerja dapat menimbulkan stres. Stres adalah pengalaman emosi
negatif yang diiringi dengan perubahan fisiologis, biokimia dan behavioral yang dirancang
untuk mereduksi atau menyesuaikan diri terhadap stressor dengan cara memanipulasi situasi,
mengubah stressor atau dengan mengakomodasi efeknya. Fakta bahwa stres bergantung pada
orangnya menunjukkan adanya proses psikologis, yaitu kejadian yang menekan akan
menimbulkaan stres jika dianggap sebagai kejadian yang menimbulkan stres, bukan sebagai
yang lainnya. Dengan timbulnya stres, seseorang biasanya berusaha untuk mengatasinya atau
berusaha melakukan mekanisme koping. Salah satu mekanisme koping yang mungkin
digunakan adalah penghindaran yaitu seseorang menghindari atau meminimalkan
signifikansinya atau melupakan stresor melalui penyalahgunaan narkoba. Hal ini senada
menurut Afandi (2000) bahwa sebagian penggunaan narkoba untuk tujuan bersenang-senang
dan untuk bersosialisasi. Ada juga yang menggunakan narkoba untuk mengatasi stres dan
menghindari masalah yang sedang dihadapi.

3. Pengaruh faktor coba-coba terhadap penyalahgunaan narkoba


salah satu faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba adalah faktor individu,
dimana individu memakai narkoba bermula dari ingin mencoba, karena ingin tahu, dan
karena ditawarkan orang. Usia remaja seringkali disebut sebagai masa yang kritis sehingga
jika tidak mendapatkan bimbingan dan informasi yang tepat maka seringkali terjadi masalah
yang dapat mempengaruhi masa depan mereka (Tafal, 2003). Masa remaja adalah masa
pencarian identitas diri sebelum remaja tersebut memasuki usia dewasa. Keingintahuan
terhadap hal-hal baru dan kecenderungan untuk mencobanya adalah salah satu sifat masa
remaja yang suka bereksperimen. Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan
bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, akan terjadi proses berurutan yaitu
kesadaran, ketertarikan, penilaian, mencoba dan mengadopsi1 . Kontak dengan narkoba
sering terjadi pada usia remaja. Berkumpul bersama teman sebaya, lalu bila salah satu dari
mereka mengkonsumsi narkoba, maka yang lainnya akan mencobanya, mungkin sekedar
ingin tahu atau juga ingin memperlihatkan kehebatannya.
4. Pengaruh faktor pergaulan terhadap penyalahgunaan narkoba
sesuai yang dikemukanan Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003), bahwa lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Banyak yang tahu bahwa
penyalahgunaan narkoba adalah melanggar hukum. Namun seseorang tetap saja
menggunakannya dengan berbagai alasan. Alasan tersebut dijadikan dalih mengapa mereka
memakai narkoba, antara lain adalah untuk mencari sensasi, agar tampak modern, mengikuti
pergaulan, ingin menarik perhatian, ingin sesuatu yang baru, dan sebagainya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Pribadi (2011) bahwa alasan seseorang memakai narkoba dapat disimpulkan
adalah untuk mencari pengalaman yang menyenangkan, untuk pergaulan, mengatasi
persoalan dan untuk pengobatan. Secara khusus perilaku dipengaruhi oleh harapan yaitu
yang pertama adalah respon lingkungan, artinya individu menggunakan narkoba karena
memang mengikuti anjuran lingkungan sekitarnya yaitu temannya, yang kedua adalah
konsekuensi tindakan, artinya individu menggunakan narkoba karena takut dinilai
terbelakang atau kuno. Sedangkan Insentif adalah nilai dari suatu tujuan, antara lain dapat
berupa perasaan diri lebih baik. Menurut Wills &Cleary (1984) bahwa pengaruh kelompok
sebaya terhadap perilaku berisiko kesehatan dapat terjadi melalui mekanisme peer
socialization, dengan arah pengaruh berasal dari kelompok sebaya artinya ketika individu
bergabung dengan kelompoknya maka individu tersebut akan dituntut untuk berperilaku sama
dengan kelompoknya, sesuai dengan norma yang telah dikembangkan oleh kelompok
tersebut.
5. Pengaruh faktor kekurangpercayaan diri terhadap penyalahgunaan narkoba
menurut Afandi (2000), bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyalahgunaan
narkoba adalah faktor individu yaitu individu yang memiliki konsep diri negatif. Selain itu
cara penilaian seseorang terhadap suatu masalah turut berperan dalam membentuk konsep
diri individu yang bersangkutan. Seseorang yang mempunyai konsep diri yang negatif akan
menimbulkan kekurangpercayaan diri dalam pergaulan sosial dan pekerjaan seharihari.
Kekurang kepercayaan diri akan mengakibatkan seseorang mencari dukungan untuk
membuat mereka dapat percaya diri. Sebagian orang akan melakukan instropeksi,
membangun motivasi diri dan berfikir positif untuk meningkatkan rasa percaya dirinya, baik
dilakukannya sendiri maupun melalui bantuan orang lain, namun pada sebagian orang lainnya
ada yang memilih dengan menggunakan narkoba sebagai sarana untuk meningkatkan rasa
percaya dirinya.

3. DAMPAK NAPZA BAGI KELANGSUNGAN HIDUP PENGGUNA


Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju dewasa. Disamping itu,
masa remaja juga merupakan masa yang mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan
rawan terhadap pengaruh – pengaruh negatif, seperti penggunaan narkoba, merokok,
melakukan kejahatan kriminal, tawuran, bahkan sampai seks bebas. Kenakalan remaja dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Kenakalan remaja itu sendiri merupakan suatu perilaku
menyimpang yang melanggar norma dan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Dewasa ini, kenakalan remaja yang sering temui adalah penggunan narkoba. Narkoba
bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi kita. Kita telah sering mendengar dan membaca berita
tentang narkoba baik di media elektronik maupun media cetak. Di Indonesia, peredaran
narkoba sudah menjadi permasalahan serius yang harus segera diatasi. Hingga kini,
penyebaran narkoba sudah hampir tidak bia di cegah. Mengingat bahwa saat ini teknologi
sudah semakin canggih. Hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudahnya
mendapatkan narkoba dari oknum – oknum yang tidak bertanggungjawab.

Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan


adiktif lainya. Narkoba adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik
secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau
perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik
dan psikologis. Penyebab penyalahagunaan narkoba pada generasi muda dapat disebabkan
oleh duafaktor, yaitu :
1. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri,
seperti kecemasan, depresi serta kurangnya religiusitas. Kebanyakan
penyalahgunaan narkotika dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja
yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang
pesat merupakan individu yang rentan dalam penyalahgunaan obat-obat terlarang
ini. Remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahguna narkoba.
2. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau lingkungan
seperti kondisi keluarga, lemahnya hukum serta pengaruh lingkungan. Lingkungan
yang baik akan memberikan pengaruh positif dan terhidar dari penyalahgunaan
narkoba.

Menurut data yang diterima oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah penyalahgunaan
narkoba di Tanah Air mencapai 3,5 juta orang pada tahun 2017 lalu. Bahkan hampir 1 juta
orang diantaranya telah menjadi pecandu. Kebanyakan dari korban-korban tersebut adalah
remaja. Menanggapi fenomena ini pemerintah telah menetapkan negara kita sedang berada
dalam keadaan darurat dalam penyalahgunaan narkoba. Bila narkoba digunakan secara terus
menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan.
Ketergantungan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena
terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung,
paru-paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat
tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi
pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun
sosial seseorang.
1. Dampak Fisik:
 Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
 Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi
akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
 Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim.
 Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
 Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
 Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual.
 Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak
haid).
 Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
yang hingga saat ini belum ada obatnya.
 Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu
konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa
menyebabkan kematian.
2. Dampak Psikis dan Sosial bagi pemakai narkoba antaralain :
 Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.
 Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.
 Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal.
 Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
 Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
 Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
 Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
 Pendidikan menjadi terganggu, masa depan  suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan
rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada
waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi
(bahasa gaulnya sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial
seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

Seperti pengalaman teman saya yang sempat menggunakan narkoba, saya melihat banyak
perubahan pada dirinya dalam bentuk fisik maupun psikis. Perubahan fisik dan psikis yang
sangat terlihat oleh saya adalah nasfu makannya yang meningkat sehingga membuat berat
badannya menjadi naik drastis, selain itu saya juga merasakan sifatnya lebih emosional dan
sulit berkonsentrasi ketika berbicara. Jenis narkoba yang digunakan teman saya adalah ganja.
Penggunaan narkoba dalam bentuk apapun menurut saya sangat berbahaya, apalagi
pendidikan teman saya menjadi terganggu dan sampai di Drop Out dari sekolah akibat
menggunakan obat- obatan terlarang tersebut. Bahkan teman saya sampai sempat di
rehabilitasi agar dapat kembali seperti sediakala.

Oleh karena itu, narkoba sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup bangsa ini. Hal ini
dikarenakan barang haram ini dapat menghancurkan masa depan generasi muda sebagai
calon penerus bangsa. Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar,
sudah menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua,
guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba
terhadap generasi muda. Banyak hal yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja
dalam penyalahgunaan narkoba, dan membantu remaja yang sudah terjerumus
penyalahgunaan narkoba. Ada tiga tingkat intervensi, yaitu :
 Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan,
penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll.
Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap
intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai
bentuk materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga.
 Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal
(initialintake)antara 1 – 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan
Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 – 3 minggu untuk
melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
 Tersier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam
proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12
bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi
dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan
kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan
konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan
alternatif, dll.

4.. PERAN KELUARGA PADA KLIEN DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA


Sebagian orangtua, mempunyai anak yang terlibat napza seringkali menjadi suatu aib
keluarga. Tidak jarang orangtua langsung meninggalkan anaknya begitu saja, atau terlena
oleh rasa gagal menjadi orangtua sehingga melupakan problem yang utama. Banyak orangtua
merasa telah melakukan sesuatu, setelah memasukkan anaknya ke panti rehabilitasi dan
merasa upaya itu sudah cukup. Memasukkan anak ke panti rehabilitasi memang merupakan
salah satu jalan yang saat ini masih dianggap yang paling tepat. Namun, tingkat relaps
(kembali menjadi penderita ketergantungan obat) tinggi yaitu 60-70%. Lingkungan yang
mendukung terutama keluarga sangat berperan dalam proses penyembuhan seseorang yang
ketergantungan obat. Hal ini disebabkan, tidak banyak dari mereka yang keinginan
sembuhnya datang dari dalam dirinya sendiri.

Bila keluarga hanya menyuruh mereka untuk berhenti tetapi tidak mewujudkannya dalam
dorongan positif, hasilnya tidak akan nyata. Sugesti yang dimunculkan dari obat-obatan itu
akan lebih kuat daripada suruhan untuk berhenti dari orang lain. Lebih banyak pengguna
membutuhkan dukungan orangtua daripada yang mempunyai tekad baja untuk lepas.
Berkembangnya asumsi di masyarakat pencandu narkoba sekeras apa pun berusaha tidak bisa
sepenuhnya sembuh. Pencandu narkoba selalu identik dengan kekerasan, bertingkah
seenaknya, mengganggu orang lain, dan merusak. Stigma negatif dan sebagai sampah
masyarakat selalu ditujukan pada para pencandu narkoba. Stigma negatif itu yang akhirnya
kembali membuat seorang mantan pencandu narkoba kembali terpuruk. Perasaan kesendirian,
tak punya kawan, membuat mereka kembali terbenam dalam gelimang narkoba. Hanya
sebagian kecil mantan pencandu yang berhasil menata kembali hidupnya walau harus
melewati perjuangan yang keras dan berliku
Rehabilitasi yang telah dijalani tidak menjaminm bahwa penyalahguna NAPZA tidak akan
menggunakan NAPZA kembali. Penelitian yang dilakukan di Deli Serdang tahun 2012
didapatkan 62,38 % mantan penyalahguna napza menjadi pecandu berulang setelah
dinyatakan sembuh. Maka perlu dikaji lebih lanjut mengenai komponen penting dalam
mempertahankan motivasi dan salah satu faktor yang paling kuat adalah dukungan keluarga.
komponen penting dalam menjaga motivasi klien agar berhasil dalam rehabilitasi dan terus
hidup sehat setelah rehabilitasi adalah dukungan dari keluarga yang dapat meningkatkan
motivasi dan mempertahankan motivasi untuk sembuh dari klien (Lubis, 2012).
Dukungan keluarga adalah suatu prilaku yang dianggap mendukung karena memiliki sifat
yang menghibur dan menguatkan atau prilaku yang mengarahkan keyakinan individu bahwa
ia dincintai dan dihargai. Keluarga meiliki peranan penting dalam upaya peningkatan
kesehatan dan pengurangan resiko penyakit dalam masyarakat mengingat keluarga adalah
satuan terkecil dalam masyarakat. Peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek
keperawatan dalam meningkatkan status kesehatan anggota keluarganya dimana setiap
manusia harus dikaji secara komperhensif (Dion, 2013). Dukungan keluarga menjadi
peningkatan semangat dan harga diri serta menjadi sumber cinta kasih dan mampu mengubah
mekanisme koping yang buruk, serta diharapkan keluarga mampu menjalankan fungsi
dasarnya beruapa cinta kasih, rasa aman, rasa dimiliki dan rasa diharapkan (Nasir, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmojo.S, (2003), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta


Pribadi.H (2011), Menangkal Narkoba,HIV dan kekerasan, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya.
Badan Narkotika Nasional dan Tim, 2004, Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba di Indonesia, Laporan Penelitian, Jakarta
Notoatmodjo, S, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta, Rineka Cipta Press

Anda mungkin juga menyukai