Anda di halaman 1dari 7

Kerangka Pemetaan Horizontal : Sistem Koordinat, Sudut, Jarak, Arah, Poligon

Kerangka dasar horizontal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan
posisi horizontalnya berupa koordinat pada bidang datar (X,Y) dalam sistem proyeksi tertentu. Bila
dilakukan dengan cara teristris, pengadaan kerangka horizontal bisa dilakukan menggunakan cara
triangulasi, trilaterasi atau poligon. Pemilihan cara dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan dan
ketelitian yang dikehendaki. ( Purworhardjo, 1986).

1. Sistem Koordinat Peta

Koordinat adalah kedudukan sesuatu titik pada peta, yang merupakan pertemuan garis tegak dan garis
mendatar dari suatu lembaran peta. Sistem koordinat peta yang resmi ada dua macam yaitu :

A. Koordinat Geografis

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus terhadap
katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan katulistiwa.
Koordinat geografis merupakan koordinat yang digunakan untuk membaca peta Rupa Bumi, yang
dinyatakan dalam satuan derajat (◦), menit (‘), dan detik (“).

B. Koordinat Grid / Koordinat UTM

Koordinat grid dinyatakan terhadap sumbu X (absis) dan sumbu Y (ordinat). Dalam koordinat grid,
kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan (datum). Koordinat grid
yang lazim di peta adalah koordinat grid UTM (Universal Transverse Mercator) sumbu yang di gunakan
adalah sumbu X dan Y. Garis horizontal diberi nomor urut dari barat ke timur/kiri ke kanan (sumbu X).
Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara / bawah ke atas (sumbu Y). Sistem koordinat grid
mengenal penomoran 4, 6, 8 dan 14 angka. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 4 atau 6 angka,
dan untuk daerah yang lebih sempit/detail dengan penomoran 8 atau 14 angka. Koordinat grid 14
angka, terdiri dari 7 angka absis (X) dan 7 angka ordinat (y).

 Membaca Koordinat Peta

Membaca koordinat peta merupakan kemampuan yang wajib dimiliki dalam menerapkan ilmu navigasi
darat di alam bebas. Membaca koordinat peta adalah salah satu hal yang dasar dalam menggunakan
peta. Terdapat berbagai cara untuk dapat menentukan dan membaca koordinat peta, diantaranya yaitu
dapat menggunakan protaktor maupun penggaris. Fungsi dari protaktor maupun penggaris dalam hal
ini adalah sebagai alat bantu. Dengan alat bantu tersebut kita bisa mendapatkan koordinat peta lebih
teliti.

Secara umum membaca koordinat peta khususnya koordinat geografis seperti berikut :
1) Cara membaca : Lintang (….o ….’….’’ LU/LS) / Bujur (….o ….’ ….’’ BB/BT)
2) Perhatikan nilai Lintang dan Bujur pada garis peta yang paling luar
3) Perhatikan berapa nilai interval pergeseran antara setiap garis peta pada lintang dan bujur
(dalam detik / ….’’)
4) Cara menentukan
 Pembesaran nilai horizontal ke atas berarti berada di belahan bumi utara (bawah ke atas / kiri ke
kanan)
 Pembesaran nilai horizontal ke bawah berarti berada di belahan bumi selatan (atas ke bawah /
kiri ke kanan)
5) Hitung berapa detik nilai penyimpangan koordinat yang akan dicari , hasilnya ditambahkan
dengan nilai garis (bagian utara tambahkann garis dibawahnya, bagian selatan tambahkan nilai
garis diatasnya, sedangkan garis bujur ditambahkan nilai garis di kirinya). Hasilnya adalah
koordinat yang dicari.

1. Analisi Peta
Lakukan analisis Peta terlebih dahulu. Dari hasil pengamatan didapat data sebagai berikut :
Peta tersebut adalah peta Rupa Bumi Indonesia
Skala Peta adalah 1 : 10.000
Interval garis lintang/bujur adalah 10″
Interval garis lintang/bujur adalah 3,09 Cm
10″ = 3,09 Cm pada Peta (Saya sebut nilai “L”)
2. Melakukan Pengukuran
3. Melakukan Perhitungan
Tentukan nilai X’ dan Y’, yaitu garis lintang dan bujur yang menjadi acuan pengukuran, yang
berimpit dengan nominal “0” pada penggaris
X’ = 110° 29’ 50,0” BT (Lihat gambar “pengukuran garis bujur”)

Y’ = 1° 12’ 30,0” LS (Lihat gambar “pengukuran garis lintang”)

X = X’ + ((X”/L) x Interval )

X = 110° 29’ 50,0” BT + ((0,85/3,09) x 10″)

X = 110° 29’ 50,0” BT + (8,5″/3,09)

X = 110° 29’ 50,0” BT + 2,75 ”


X = 110° 29’ 52,75” BT

Y = Y’ + ((Y”/L) x Interval )

Y = 1° 12’ 30,0” LS + ((2,25/3,09) x 10″)

Y = 1° 12’ 30,0” LS + (22,5″/3,09)

Y = 1° 12’ 30,0” LS + 7,28 ”

Y = 1° 12’ 37,28” LS

Hasil akirnya adalah 110° 29’ 52,75” BT ; 1° 12’ 37,28” LS

2. Sudut
Sudut horizontal adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk penentuan sudut arah dan
azimuth. Jenis-jenis sudut horizontal yang paling biasa diukur dalam pekerjaan pengukuran
tanah adalah sudut dalam, sudut ke kanan dan sudut belokan.
1. Sudut Dalam
Sudut dalam, terlihat dalam gambar 7.3, ada di sebelah dalam poligon tertutup dan
sudut luar terletak di luar poligon tertutup. Sudut luar merupakan axplement (pelingkar)
dari sudut dalam. Keuntungan mengukur sudut luar adalah penggunaannya sebagai
pengecekan, karena jumlah sudut dalam dan sudut luar pada satu stasiun (titik) harus sama
dengan 360o. Sebuah kesalahan serius dapat terjadi jika sudut-sudut searah dan berlawanan
arah jarum jam dicampur aduk. Karenanya harus dipakai prosedur yang seragam, misalnya
bila mungkin selalu mengukur sudut searah jarum jam dan arah putaran ditunjukkan dalam
buku lapangan dengan sebuah sketsa.

2. Sudut ke kanan
Sudut ke kanan diukur searah jarum jam dari stasiun belakang ke stasiun depan.

3. Sudut belokan
Sudut belokan diukur ke kanan (searah jarum jam) dari perpanjangan garis belakang ke
stasiun depan. Sudut belokan selalu lebih kecil dari 180 derajad dan arah putaran ditentukan
dengan jalan menambahkan ka dan ki pada harga numerisnya. Jadi, sudut B dalam gambar
7.4 adalah Kanan (Ka) dan sudut di C adalah Kiri (ki).
3. Jarak
1. Jarak pada peta
Jarak pada peta adalah jarak antara satu wilayah ke wilayah lain yang ada pada peta mewakili
jarak sebenarnya di atas permukaan bumi. Jarak pada peta ini biasanya menggunakan satuan
cm.

2. Skala peta
Skala peta adalah rasio atau angka perbandingan antara jarak dua titik pada peta dengan jarak
sebenarnya di atas permukaan bumi. Skala peta biasanya menggunakan perbandingan misal 1:
500.000 dibaca 1 cm pada peta mewakili 500.000 cm/ 5 km (jarak sebenarnya) di atas
permukaan bumi.

3. Jarak sebenarnya
Jarak sebenarnya adalah jarak sebenarnya antara satu wilayah ke wilayah lain. Jarak sebenarnya
biasanya menggunakan satuan km.
Dengan rumus :
JS = JP/S
JP = Jarak Peta
S = Skala
JS = Jarak Sebenarnya
4. Arah
Arah Garis
Arah sebuah garis adalah sudut horizontal antara garis itu dengan garis acuan yang telah
dipilih (misalnya meridian). Penentuan arah dilakukan dengan model Bearing dan Azimuth.
- Bearing
Merupakan sudut yang diukur ke barat (west, W) atau ke Timur (east, E) dari suatu garis
refrensi Utara (north, N) atau Selatan (south, S). nilai bearing tidak dapat melebihi nilai 90 o
atau melebihi nilai seperempat lingkaran. Tiap seperempat lingkaran dari nilai bearing
disebut quadrant.
- Azimut
Azimut adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang meridian acuan.
Dalam pengukuran tanah datar, Azimut biasanya diukur dari utara, tetapi para ahli
astronomi, militer dan National Geodetic Survey memakai selatan sebagai arah acuan.
Azimut berkisar antara 0 sampai 360o dan tidak memerlukan huruf-huruf untuk
menunjukkan kuadran. Jadi Azimut OA adalah 70 o, Azimut OB 145 o, Azimut OC 235 o, dan
Azimut OD 330 o. Perlu dinyatakan dalam catatan lapangan apakah Azimut diukur dari utara
atau selatan.

5. Polygon
Metode poligon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik di permukaan
bumi, yang terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak,
(Wongsotjitro,1977). Unsur-unsur yang diukur adalah unsur sudut dan jarak, jika koordinat
awal diketahui, maka titik-titik yang lain pada poligon tersebut dapat ditentukan
koordinatnya. Pengukuran dengan metodepoligonini terbagi menjadi dua bentuk yaitu:

1)Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah poligon dengan titik awal sama dengan titik akhir,
jadi dimulai dan diakhiri dengan titik yang sama.
Jika pada proses perhitungan poligon tertutup koordinat akhir sama
dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut dianggap benar, sebaliknya
jika koordinat akhir tidak sama dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut
dinyatakan salah karena titik awal dan titik akhir poligon tertutup adalah sama
atau kembali ketitik semula.
2)Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah poligon dimana titik awal dan titik akhirtidak
berimpit atau titik awal tidak bertemu dengan titik akhir. Poligon terbuka ditinjau
dari sistem pengukuran dan cara perhitungannya dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
a) Poligon Terikat sempurna
Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik awal
dan titik akhir terikat oleh koordinat dan azimuth atau terikat oleh dua
koordinat pada awal dan akhir pengukuran. Poligon jenis ini memiliki kelebihan
jika dibandingkan dengan poligon lainnya. Pada poligon ini kesalahan sudut
serta kesalahan jaraknya dapatdikoreksi dengan diketahuinya azimuth dan
koordinat awal serta azimuth dan koordinat akhir.

b) Poligon Terbuka Terikat Koordinat


Poligon terikat koordinat adalahpoligon yang titik awal dan titik akhirnya
terikat oleh koordinat, nilai azimuth awal dan akhir tidak diketahui.
Misal poligon terbuka terikat koordinat A123

c) Poligon Terbuka Terikat Sepihak


Poligon terbuka terikat sepihak adalah poligon yang hanya terikat
salah satu titiknya saja, bisa terikat pada titik awalnya atau titik akhirnya
saja. Misal poligon terbuka terikat sepihak A123

d) Poligon Terbuka Bebas


Poligon terbuka bebas adalah poligon lepas atau poligon yang tidak
terikat kedua ujungnya. Untuk menghitung koordinat masing-masing
titiknya maka harus ditentukan terlebih dahulu koordinat salah satu
titik sebagai acuann menghitung koordinat titik lainnya. Pada poligon ini
tidak ada koreksi sudut maupun koreksi jarak.

Sumber :

1. Purworhardjo,U., Ilmu Ukur Tanah Seri A – Pengukuran Horizontal, JurusanTeknik Geodesi ITB,
Bandung, 1986.
2. TBM Janar Duta, Koordinat Peta, 2018.
3. Wongsotjitro, S.,Ilmu Ukur tanah (Cetakan ke 5 ed.), Yogyakarta, 1977.

Anda mungkin juga menyukai