Anda di halaman 1dari 72

Rancangan Penelitian i

KATA PENGANTAR

Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian Riset, Teknologi, dan


Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mempunyai kewajiban untuk melaksanakan program
pendidikan dan pelatihan (Diklat). Program diklat untuk dosen yang sedang dirintis oleh
pusdiklat adalah Pelatihan Dosen Profesional Pratama. Tujuan Pelatihan Dosen Profesional
Pratama secara umum adalah meningkatkan kompetensi dan profesionalitas dosen dalam
melaksanakan tridharma perguruan tinggi.
Berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 2012 pasal 46 ayat 2 yang menyatakan
bahwa, hasil penelitian wajib disebarluaskan dengan cara diseminarkan, dipublikasikan,
dan/atau dipatenkan oleh Perguruan Tinggi. Oleh karena itu menjadi kewajiban bagi seorang
dosen untuk memublikasikan karya ilmiah minimal satu artikel dalam satu semester. Selain
untuk meningkatkan kualitas mengajar dosen, memublikasikan karya ilmiah juga menjadi
salah satu faktor pendukung untuk kenaikan pangkat jabatan fungsional dosen sehingga dosen
diwajibkan menulis dan memublikasikan suatu karya tulis, baik hasil penelitian maupun
masalah yang timbul dari kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi kewajiban tersebut, seorang
dosen harus mengetahui konsep dasar penelitian, jenis-jenis penelitian, perencanaan penelitian,
dan kebijakan skema penelitian Kemenristekdikti sehingga mampu merancang sebuah
penelitian.
Kami meyakini bahwa modul ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan
saran yang membangun untuk perbaikan modul ini. Semoga modul ini dapat memberikan
manfaat dan membantu mereka menjalankan perannya dengan integritas yang tinggi.

Jakarta, Juli 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Deskripsi Singkat 2
C. Capaian Pembelajaran 3
D. Materi Pokok Dan Submateri Pokok 3
BAB II KONSEP DASAR PENELITIAN
A. Pengertian Metode Penelitian 5
B. Metodologi Penelitian 6
C. Etika Penelitian 8
D. Standar Acuan Penelitian (Rand’s) 9
E. Latihan 10
BAB III JENIS-JENIS PENELITIAN
A. Penelitian Berdasarkan Data Dan Analisis 11
B. Penelitian Berdasarkan Tujuan 13
C. Penelitian Berdasarkan Metode 15
D. Penelitian Berdasarkan Tingkat Eksplanasi 18
E. Latihan 19
BAB IV PROSEDUR PENELITIAN
A. Perumusan Masalah Dan Tujuan Penelitian 20
B. Variabel Penelitian 28
C. Jenis Penelitian 29
D. Populasi Dan Sampling 33
E. Teknik Pengumpulan Data 34
F. Latihan 47

Rancangan Penelitian ii
BAB V KEBIJAKAN SKEMA PENELITIAN KEMENRISTEKDIKTI
A. Pengelolaan Penelitian 48
B. Skema Penelitian Dasar (PD) 52
C. Skema Penelitian Terapan (PT) 53
D. kema Penelitian Pengembangan (PP) 54
E. Skema Penelitian Dosen Pemula (PDP) 55
F. Skema Penelitian Kerjasama antar Perguruan Tinggi (PKTP) 55
G. Skema Penelitian Pascasarjana 56
H. Skema Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi 60
I. Skema Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi 61
J. Skema Penelitian Pengembangan Unggulan Perguruan Tinggi 63
K. Latihan 64
65
DAFTAR PUSTAKA

Rancangan Penelitian iii


DAFTAR TABEL

Tabel. 4.1. Kesesuaian Skema Penelitian Pendanaan BOPTN dengan Acuan 50


PMK
Tabel. 4.2. Pengusulan Penelitian Berdasarkan Klaster Perguruan Tinggi 51

Rancangan Penelitian iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Proses/ Prosedur Penelitian 20


Gambar 3.2 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data 41

Rancangan Penelitian v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian merupakan salah satu kewajiban bagi setiap dosen. Setiap dosen wajib
melakukan penelitian sebagai bagian dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Definisi dosen menurut UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi adalah
pendidik professional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
Pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
UU No 14/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 60; UU No 12/2012 tentang
Pendidikan Tinggi pasal 4; Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara no 17/2013
tentang Jabatan Fungsional dan Angka Kredit Dosen pasal 7, karya-karya dosen mencakup
tiga tugas pokok, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Agar
dapat memenuhi tujuan pendidikan tinggi (pasal 5 UU No 12/2012), maka dosen
diwajibkan menyebarluaskan karya-karya tersebut dalam publikasi ilmiah (pasal 12 UU
No 12/2012; dan pasal 49 UU No 5/2014). Jenis publikasi ilmiah ini, menurut pasal 8
Permenpan No 17/2013, dapat berbentuk buku referensi, buku ajar, monograf, artikel di
media massa, dan jurnal ilmiah nasional dan internasional.
Sebelum dosen dapat menyebarluaskan karya-karyanya sesuai dengan peraturan-
peraturan yang berlaku, kemampuan awal yang harus dimiliki dosen dalam bidang
penelitian adalah menyusun rancangan penelitian. Rancangan penelitian digunakan
sebagai pedoman bagi dosen dalam melaksanakan tahapan-tahapan penelitian. Rancangan
penelitian merupakan salah satu tahapan yang harus dilalui atau dibuat oleh seorang dosen
agar penelitian yang akan dilakukan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
Rancangan penelitian berhubungan erat dengan tujuan. Dengan tujuan yang jelas,
gambaran tentang apa yang harus dilakukan dan kesulitan-kesulitan yang akan dihadari
akan dapat tergambar dan terselesaikan jika seorang dosen memahami tentang rancangan

Rancangan Penelitian 1
penelitian. Selai memiliki tujuan untuk dijadikan dasar saat penelitian nantinya akan
dilaksanakan, rancangan penelitian juga memiliki banyak manfaat dalam proses penelitian,
beberapa diantaranya adalah (1) menjelaskan tujuan penelitian, (2) memberikan gambaran
kesulitan penelitian, (3) memberikan gambaran mengenai struktur sebuah penelitian, (4)
merancang strategi untuk membuktikan hipotesis, (5) menjadi pegangan yang jelas untuk
peneliti dan (6) sebagai penentu batas sebuah penelitian.
Berdasarkan pada pentingnya dan banyaknya manfaat dari rancangan penelitian
bagi seorang dosen menjalankan salah satu tugasnya dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi,
maka dalam diklat fungsional dosen 1 tentang penelitian, salah satu materi yang akan
disampaikan adalah terkait rancangan penelitian. Kompetensi yang diharapakan adalah
dosen-dosen nantinya mampu menjelaskan mengenai konsep dasar penelitian dan jenis-
jenis metode penelitian, menguraikan prosedur penelitian dengan lengkap, memberi
contoh beberapa instrument penelitian, menjelaskan beberapa teknik sampling, membuat
desain penelitian yang sesuai dengan permasalahan, serta membedakan beberapa skema
penelitian sesuai dengan kebijakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
(Kemenristekdikti). Kompetensi-kompetensi tersebut menjadi kerangka atau dasar untuk
mencapai tujuan akhir yang diharapkan yaitu merancang penelitian dalam bentuk proposal
penelitian yang mendapatkan hibah penelitian sesuai dengan skema penelitian yang
menjadi kebijakan Kemenristekdikti.

B. Deskripsi Singkat

Modul publikasi karya tulis ilmiah memfasilitasi pembentukan pengetahuan dan


keterampilan dasar mengenai rancangan penelitian. Modul ini disajikan dalam bentuk file
PDF sebagai salah satu LOM (Learning Objeck Material) dalam learning Management
system (LMS). Modul ini berisi tentang konsep dasar penelitian, jenis-jenis penelitian,
prosedur penelitian dan kebijakan skema penelitian Kemenristekdikti

Rancangan Penelitian 2
C. Capaian Pembelajaran

Capaian pembelajaran yang ingin dicapai setelah mempelajari modul ini adalah
peserta dapat.
1. Menjelaskan konsep dasar penelitian
2. Menjelaskan jenis-jenis penelitian
3. Menjelaskan prosedur penelitian
4. Menjelaskan kebijkan skema penelitian Kemenristekdikti

D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK

Modul rancangan penelitian ini terdiri dari empat topik pokok bahasan dengan
masing-masing memiliki sub topik bahasan yaitu
1. Konsep Dasar Penelitian
a. Pengertian Metode Penelitian
b. Metodologi Penelitian
c. Etika Penelitian
d. Standar Acuan Penelitian (RAND’S)
2. Jenis Penelitian
a. Penelitian Berdasarkan Data dan Analisis
b. Penelitian Berdasarkan Tujuan
c. Penelitian Berdasarkan Metode
3. Prosedur Penelitian
a. Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
b. Variabel Penelitian
c. Populasi dan Sampling
d. Teknik Pengumpulan Data
e. Instrumen Penelitian
f. Teknik Analisis Data
4. Kebijakan Skema Penelitian Kemenristekdikti
a. Pengelolaan Penelitian
b. Skema Penelitian Dasar
c. Skema Penelitian Terapan

Rancangan Penelitian 3
d. Skema Penelitian Pengembangan
e. Skema Penelitian Dosen Pemula
f. Skema Penelitian Kerjasama antar Perguruan Tinggi
g. Skema Penelitian Pascasarjana
h. Skema Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi
i. Skema Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi
j. Skema Penelitian Pengembangan Unggulan Perguruan Tinggi

Rancangan Penelitian 4
BAB – II
KONSEP DASAR PENELITIAN

Setelah pembelajaran selesai peserta dapat menjelaskan konsep dasar penelitian

A. Pengertian Metode Penelitian


Penelitian adalah suatu proses penyedikan yang ilmiah melalui pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyimpulan data berdasarkan pendekatan, metode, dan teknik
tertentu untuk menjawab permasalahan (Zaenal Arifin, 2012: 2). Penelitian adalah proses
yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi guna meningkatkan
pemahaman kita pada suatu topik (Imam Gunawan, 2013: 79). Penelitian merupakan
prosedur dasar mengakumulasikan ilmu pengetahuan (Dwi Astuti, 2017). Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut dapat digabungkan menjadi satu pengertian tentang
penelitian yaitu

Penelitian adalah prosedur penyelidikan untuk mengumpulkan, mengolah dan


menganalisis serta menyimpulkan informasi atau data berdasarkan pendekatan, metode,
dan teknik tertentu untuk menjawab permasalahan dan guna meningkatkan pemahaman
terhadap suatu topik sehingga dapat mengakumulasikan ilmu pengetahuan

I Made (2006: 69) menjelaskan pengertian metode adalah suatu prosedur atau cara
untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sulistio, Basuki
(2010: 92) menjelaskan bahwa metode adalah setiap prosedur yang digunakan untuk
mencapai tujuan akhir. Sedangkan Fitrah dan Luthfiyah (2017) menjelaskan metode
adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan agar tercapai hasil
sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat
digabungkan menjadi satu pengertian tentang metode yaitu

Metode adalah langkah sistematis untuk melaksanakan sesuatu agar mencapai tujuan
akhir yang diharapkan

Rancangan Penelitian 5
Pengertian tersebut dapat digabungkan menjadi dalam sebuah konsep metode
penelitian yang berarti

Metode Penelitian adalah langkah sistematis dalam penyelidikan untuk


mengumpulkan, mengolah dan menganalisis serta menyimpulkan informasi atau data
berdasarkan pendekatan, metode, dan teknik tertentu untuk mencapai tujuan akhir
yang diharapkan

Pengertian lainnya tentang metode penelitian menurut para ahli diantaranya


Sugyono (2013:2) yang menyatakan bahwa metode peneltiian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sunyoto (2013:
19) menjelaskan tentang metode peneltian yang merupakan urutan-urutan proses analisis
data yang disajikan secara sistematis. Pernyataan lainnya tentang metode penelitian dari
Fitrah dan Luthfiyah (2017), metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah dalam
memecahkan masalah dengan cara sistematis yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan.
B. Metodologi Penelitian
Sebagian besar orang menyamakan antara metode dan metodologi penelitian,
terkadang juga pengertian atau istilah tersebut dipertukarkan dan penggunaannya tidak
diperhatikan. Dalam berbagai buku tentang penelitian dijumpai berbagai definisi atau
batasan akan istilah-istilah diantara keduanya. Metode penelitian sudah dijelaskan di atas,
sedangkan untuk metodologi penelitian dijelaskan sebagai berikut. Metodologi penelitian
mempunyai periode perkembangan, seperti yang dikemukakan oleh Rummel yang dikutip
oleh Prof. Sutrisno Hadi MA (Narbuko, Cholid, dan Abu Achmadi, 2012) digolongkan
sebagai berikut:
1. Periode Trial and Error
Dalam periode ini diisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan masih dalam keadaan
embrional. Dalam periode ini orang menyusun ilmu pengetahuan dengan cara
mencoba-coba berulang kali sampai dijumpai suatu pemecahan masalah yang diangap
memuaskan.

Rancangan Penelitian 6
2. Periode Authority and Tradition
Pada periode ini kebenaran ilmu pengetahuan didasarkan atas pendapat para
pemimpin atau penguasa waktu itu. Pendapat-pendapat itu dijadikan ajaran yang harus
diikuti begitu saja oleh rakyat banyak dan mereka harus menerima bahwa ajaran
tersebut benar. Di samping pendapat para penguasa atau pemimpin, tradisi dalam
kehidupan manusia memang memegang peranan yang sangat penting di masa lampau
dan menentang tradisi merupakan hal yang tabu. Karenanya tradisi dipercaya sebagai
hal yang benar, sehingga tradisi menguasai cara berpikir dan cara kerja manusia
berabad-abad lamanya. Sebagai contoh; sampai pertengahan abad 20, petani Jawa
masih memegang tradsisi bahwa mereka akan segera turun ke aswaah apabila telah
melihat bintang biduk (gubuk penceng) sebagai pertanda mulai turun hujan.
3. Periode Speculation and Argumentation
Pada periode ini ajaran atau doktrin para pemimpin atau penguasa serta tradisi yang
bercakal dalam kehidupan masyrakat mulai menggunakan dialektika untuk
mengadakan diskusi dalam memecahkan masalah untuk memperoleh kebenaran.
Dengan kata lain, masyarakat mulai membentuk kelompok-kelompok spekulasi untuk
memperoleh kebenaran dan menggunakan argumen-argumen. Masing-masing
kelompok membuat spekulasi dan argumen yang berbeda dalam memperoleh
kebenran. Oleh sebab itu, pada saat ini orang terlalu mendewakan akal dan kepandaian
silat lidahnya, yang kadang-kadang dibuat-buat supaya tampak masuk akal.
4. Periode Hypothesis and Experimentation
Pada periode ini orang mulai mencari rangkaian tata cara untuk mnerangkan suatu
kejadian. Mula-mula membuat dugaan-dugaan (hipotesis-hipotesis), kemudian
mengumpulkan fakta-fakta kemudian dianalisis dan diolah, hingga akhirnya ditarik
kesimpulan. Fakta-fakta tersebut diperoleh dengan eksperimen atau observasi-
observasi serta dokumen-dokumen.
Perkembangan periodisasi Hypothesis and Experimentation merupakan
perkembangan periodisasi tertinggi yang memunculkan pengertian-pengertian atau istilah
baru mengenai metodologi penelitian. Metodologi penelitian menurut Hidayat dan
Sedarmayanti (2002: 25) adalah pembahasan mengenai konsep teoritik berbagai metode,
kelebihan dan kekurangan, yang dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode
yang digunakan. Pengertian lainnya dijelaskan oleh Hilway (1956: 5) tentang metodologi
penelitian yaitu “a method of study by which, through the careful and exchausative of all

Rancangan Penelitian 7
ascertainable evidence bearing upon a definable problem, we reach a solution to the
problem”. Fitrah dan Luthfiyah (2017) menyatakan bahwa metodologi penelitian adalah
kegiatan yang dilakukan secara sistematik guna menyelesaikan suatu permasalahan atau
menjawab pertanyaan, atau pengguna metode ilmiah secara formal dalam menyelesaikan
masalah.
C. Etika Penelitian
Bertens (2007: 22) ada dua pengertian etika: sebagai praktis dan sebagai refleksi.
Sebagai praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma-norma moral yang baik yang
dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika
sebagai praktis sama artinya dengan moral atau moralitas yaitu apa yang harus dilakukan,
tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan sebgainya. Etika sebagai refleksi adalah
pemikiran moral. Etika dalam ranah penelitian lebih menunjuk pada prinsip-prinsip etis
yang diterapkan dalam kegiatan penelitian.
Pentingnya etika penelitian mengacu pada berbagai masalah dalam membina karir
mempublikasikan hasil penelitian, meningkatkan pengetahuan membangun kewibawaan.
Adanya masalah dan tekanan tersebut, ditambah dengan kurangnya kesadaran mereka,
bias menyebabkan peneliti mengambil jalan pintas yang tidak etis. Pada umumnya,
perilaku tidak etis disebabkan oleh kurangnya kesadaran dan keinginan yang kuat dari
peneliti untuk tidak mengambil jalan pintas.
Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-santun yang
memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di masyarakat, norma hokum
mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran, dan norma moral yang meliputi
itikad dan kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian. Dengan demikian meskipun
intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki resiko yang dapat merugikan
atau membahayakan responden, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek
sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan. Sehingga semua
penelitian memiliki etika penelitian.
Prinsip-prinsip etika penelitian (Sony dan Bagya, 2017: 14) yang harus menjadi
pedoman bagi peneliti adalah sebagai berikut.
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity). Peneliti perlu
mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka
berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan
dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian

Rancangan Penelitian 8
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and
confidentiality). Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu.
3. Keadilan. Semua subjek penelitian harus diperlakukan dengan baik, sehingga terdapat
keseimbahan antara manfaat dan risiko yang dihadapi oleh subjek penelitian. Jadi
harus diperhatikan risiko fisik, mental dan risiko sosial.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan. Peneliti melaksanakan
penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat
semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat
populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi
subyek. Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stres
tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah
terjadinya cedera.
Prinsip-prinsip tersebut menjadi landasan kode etika bagi peneliti yang
dimaksudkan sebagai acuan moral bagi peneliti secara nasional dalam melaksanakan
penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemanusiaan. Salah
satu kode etika peneliti terdapat pada Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia tentang Kode Etika Peneliti yang dapat dilihat pada tautan di bawah ini.
http://pusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Perka-LIPI-tentang-Kode-Etika-
Peneliti.pdf

D. Standar Acuan Penelitian (RAND’S)


Standar acuan penelitian secara umum adalah sebagai berikut.
1. Masalah harus dirumuskan dengan baik, dan tujuan penelitian harus jelas
2. Pendekatan studi harus dirancang dan dieksekusi dengan baik
3. Studi harus dapat dipahami secara terbuka tanpa adanya isolasi intelektual
4. Data dan informasi harus tersedia sebaik mungkin
5. Asumsi harus eksplisit dan dibenarkan, sehingga dapat ketidakpastian yang
mempengaruhi keabsahan temuan dan kelayakan rekomendasi
6. Penelitian harus memajukan/memperbaharui pengetahuan, kuat menghadapi isu
kebijakan dan harus berintegrasi dengan pengetahuan yang ada
7. Implikasi dan rekomendasi harus logis
8. Dokumentasi harus akurat, mudah dimengerti, jelas tersruktur

Rancangan Penelitian 9
9. Penelitian harus menarik, bermanfaat, dan relevan dengan stakeholder dan pengambil
keputusan
10. Penelitian harus objektif, independent, dan seimbang, dimana harus dapat dipercaya
oleh masyarakat berbasis kebebasan intelektual, bukan kebebasan finansial
11. Penelitian harus konprehenshif dan integrative
12. Penelitian harus inovatif
Sementara untuk standar acaun penelitian perguruan tinggi mengacu pada Standar
Nasional Penelitian. Standar nasional penelitian adalah kriteria minimal tentang sistem
penelitian pada perguruan tinggi yang berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Ruang lingkup standar nasional penelitian terdiri atas; standar hasil
penelitian, standar isi penelitian, standar proses penelitian, standar penilaian penelitian,
standar peneliti, standar sarana dan prasarana penelitian, standar pengelolaan penelitian,
dan standar pendanaan dan pembiayaan penelitian. Penjabaran lebih lengkap tentang
standar nasional penelitian dapat dilihat pada Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 yang dapat liat pada tautan di bawah ini.
https://img.akademik.ugm.ac.id/unduh/2015/PERMENRISTEKDIKTI_Nomor_44_Tahu
n_2015_SNPT.pdf

E. LATIHAN
1. Jelaskan perbedaan antara metode penelitian dan metodologi penelitian
2. Jelaskan Pentingnya Etika Penelitian bagi seorang peneliti
3. Identifikasi Standar Nasional Penelitian Perguruan Tinggi
a. Jelaskan keunggulannya!
b. Jelaskan kelemahannya!

Rancangan Penelitian 10
BAB – III
JENIS-JENIS PENELITIAN

Setelah pembelajaran selesai peserta dapat menjelaskan jenis-jenis penelitian


berdasarkan data dan analisis, tujuan, metode dan tingkat eksplanasi dengan benar

A. Penelitian Berdasarkan Data dan Analisis


Data yang dikumpulkan dalam penelitian dapat berupa data kualitatif atau data
kuantitatif. Data yang sudah dikumpulkan tersebut kemudian dianalisis. Analisis
dilakukan dengan cara yang spesifik sesuai dengan jenis datanya. Penelitian berdasarkan
data dan analisis dibedakan menjadi tiga, yaitu penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif,
dan penelitian campuran/gabungan (Tokan, 2016). Berikut penjelasan ketiga jenis
penelitan berdasarkan data dan analisis.

1. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menggunakan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat
diamati (Fitrah & Luthfiyah, 2017). Proses penelitian kualitatif dimulai dengan
menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian.
Data yang dikumpulkan kemudian ditafsirkan. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi seseorang atau kelompok terhadap
sesuatu (Hamdi & Bahruddin, 2014). Objek penelitian kualitatif meliputi seluruh
aspek/bidang kehidupan manusia, yaitu manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi
manusia. Objek tersebut diungkapkan kondisinya sebagaimana adanya atau dalam
keadaan sewajarnya (Fitrah & Luthfiyah, 2017). Qualitative research is an approach
for exploring and understanding the meaning individuals or groups ascribe to a social
or human problem. The process of research involves emerging questions and
procedures, data typically collected in the participant’s setting, data analysis
inductively building from particulars to general themes, and the researcher making
interpretations of the meaning of the data. (Creswell, 2014:32)

Rancangan Penelitian 11
Yusuf (2014:43) menjelaskan pendekatan kualitatif dapat digunakan apabila ingin
melihat dan mengungkapkan suatu keadaan maupun suatu objek dalam konteksnya,
menemukan makna (meaning) atau pemahaman yang mendalam tentang sesuatu
masalah yang dihadapi, yang tampak dalam bentuk data kualitatif, baik berupa
gambar, kata, maupun kejadian serta dalam “natural setting”, sedangkan suatu
pendekatan kauntitatif adalah apabila data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif
atau jenis data lain yang dapat dikuantitatifkan dan diolah dengan menggunakan
teknik statistik. Ciri utama metode penelitian kualitatif adalah penekanannya pada
lingkungan yang alamiah sehingga sasaran penelitian berada dalam kondisi asli seperti
apa adanya tanpa rekayasa penelitian (Fitrah & Luthfiyah, 2017). Selain itu, Morrison
(2017:22) berpendapat bahwa metode kualitatif bersifat fleksibel sehingga
memungkinkan peneliti untuk mempelajari berbagai bidang baru yang menarik,
Misalnya, kuesioner pada penelitian kuantitatif tidak akan menyediakan data yang
tidak ditanyakan, tetapi peneliti yang melakukan observasi lapangan atau focus group
dapat menemukan segi-segi dari subjek penelitian yang tidak terpikirkan sebelum
penelitian dimulai.

Tujuan penelitian kualitatif menurut Yusuf (2017) untuk menggambarkan/


mendeskripsikan realitas sesuai dengan konteksnya, menyatakan apa adanya,
eksplorasi, memperoleh makna, menemukan pemahaman yang mendalam tentang
sesuatu, dan mengerti teori.

2. Penelitian Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif memandang tingkah laku manusia dapat diramal dan realitas
sosial; objektif dan dapat diukur. Oleh karena itu, penggunaan penelitian kuantitatif
dengan instrumen yang valid dan reliabel serta analisis statistik yang sesuai dan tepat
menyebabkan hasil penelitian yang dicapai tidak menyimpang dari kondisi yang
sesungguhnya. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data kuantitatif dari
hasil pengukuran atau asesmen variabel dengan menggunakan instrument. Instrumen
yang dapat digunakan dalam penelitian ini dapat berupa angket, tes, dan skala (Yusuf,
2017). Tujuan penelitian kuantitatif (Yusuf, 2017), yaitu membuat generalisasi,
meramalkan, menguji teori, menetapkan/ mendeskripsikan fakta, menguji hipotesis,
menunjukkan hubungan antarvariabel, dan menemukan teori. Quantitative research
is an approach for testing objective theories by examining the relationship among

Rancangan Penelitian 12
variables. These variables, in turn, can be measured, typically on instruments, so that
numbered data can be analyzed using statistical procedures (Creswell, 2014:32).
Morrison (2017:24) memberikan perbedaan mendasar antara penelitian kuantitatif dan
kualitatif yaitu riset kualitatif dan kuantitatif tidak ditentukan pada pengukuran tetapi
perbedaan riset kualitatif dan kuantitatif terletak pada cara mengajukan pertanyaan.
Penelitian kualitatif menggunakan pertanyaan fleksibel, dan walaupun rancangan atau
daftar pertanyaan telah dipersiapkan terlebih dahulu, peneliti dapat mengubah
pertanyaan atau mengajukan pertanyaan lanjutan. Penelitian kunatitatif menggunakan
pertanyaan yang tetap, dalam arti, semua responden akan menjawab pertanyaan yang
sama. Walaupun pertanyaan lanjutan dapat ditambahkan ke dalam kuesioner, namun
pertanyaan tersebut harus sudah dimasukkan sebelum proyek penelitian dilaksanakan.

3. Penelitian Gabungan (Mixed Method)


Penelitian gabungan adalah suatu penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan dan
analisis data dengan menggunakan pendekatan campuran kualitatif dan kuantitatif
(Yaumi & Damopolii, 2016). Penelitian gabungan menghasilkan fakta yang lebih
komprehensif dalam meneliti masalah penelitian, karena peneliti memiliki kebebasan
untuk menggunakan semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang
dibutuhkan. Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat
pengumpul data tertentu saja. Penelitian campuran digunakan jika penelitian
kuantitatif dan kualitatif tidak dapat menjawab pertanyaan penelitian. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data tersebut
dikumpulkan menggunakan variasi instrumen sesuai dengan tujuan (Yusuf, 2017).

Mixed methods research is an approach to inquiry involving collecting both


quantitative and qualitative data, integrating the two forms of data, and using distinct
designs that may involve philosophical assumptions and theoretical frameworks. The
core assumption of this form of inquiry is that the combination of qualitative and
quantitative approaches provides a more complete understanding of a research
problem than either approach alone. (Creswell, 2014:32)

B. Penelitian Berdasarkan Tujuan


Penelitian berdasarkan tujuan (Noor, 2017) dibedakan menjadi dua, yaitu
penelitian dasar dan penelitian terapan. Prosedur yang digunakan oleh kedua penelitian

Rancangan Penelitian 13
tersebut secara substansi tidak berbeda. Perbedaan keduanya terletak pada tingkat
permasalahan daripada substansinya.
1. Penelitian Dasar/Murni (Basic Research)
Penelitian dasar adalah penelitian yang dilakukan dalam rangka mengembangkan dan
menemukan sesuatu yang baru, baik berupa konsep, preposisi, maupun teori baru
(Yusuf, 2017). Penelitian ini tidak ditujukan secara langsung untuk mendapatkan
pemecahan bagi suatu permasalahan, tetapi lebih untuk memverifikasi suatu teori atau
memperdalam suatu konsep (Noor, 2017). Sedangkan Susanti (2016:1) menjelaskan
penelitian dasar (basic research) adalah pencarian terhadap sesuatu karena ada
perhatian dan keingintahuan terhada p hasil suatu aktivitas. Penelitian dasar
dikerjakan tanpa memikirkan ujung praktis atau titik terapan. Hasil dari penelitian
dasar adalah pengetahuan umum dan pengertianpengertian-pengertian tentang alam
serta hukum-hukumnya.
2. Penelitian Terapan
Penelitian terapan adalah suatu kegiatan yang sistematis dan logis dalam rangka
menemukan sesuatu yang baru atau aplikasi baru dari penelitian yang telah dilakukan
selama ini (Yusuf, 2017). Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang
suatu permasalahan. Penelitian terapan dibedakan menjadi tiga (Noor, 2017), yaitu
penelitian evaluasi, penelitian dan pengembangan, dan penelitian tindakan. Penelitian
Terapan menurut Susanti (2016:3) adalah bentuk penyelidikan yang hati-hati,
sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untu digunakan
dengan segera untuk keperluan tertentu. Hasil penelitian tidak perlu sebagai suatu
penemuan baru, tetapi merupakan aplikasi baru dari penelitian yang telah ada.
Penelitian terapan akan memerinci penemuan penelitian dasar untuk keperluan praktis
dalam bidang-bidang tertentu.
Berbeda dengan penelitian murni, Yusuf (2014:52) menjelaskan bahwa Berbeda
dengan penelitian murni, penelitian terapan lebih menekankan pada pengetrapan ilmu,
aplikasi ilmu, ataupun penggunaan ilmu untuk dan dalam masyarakat, ataupun untuk
keperluan tertentu. Penelitian terapan merupakan suatu kegiatan yang sistematis dan
logis dalam rangka menemukan sesuatu yang baru atau aplikasi baru dari penelitian
yang telah pernah dilakukan selama ini. Dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa
penelitian terapan mempraktikkan hasil penelitian murni untuk kehidupan dalam

Rancangan Penelitian 14
masyarakat. Karena itu semua penelitian terapan mencoba mengambil manfaat dari
hasil penelitian murni, dan mencari masalah yang berguna bagi masyarakat.
C. Penelitian Berdasarkan Metode
Penelitian tidak dapat diselesaikan dengan sembarang metode. Penelitian harus
dilakukan berdasarkan metode yang relevan dengan masalah yang diajukan, kemampuan
peneliti, biaya, lokasi, dan pertimbangan lainnya. Penelitian berdasarkan metode yang
digunakan dibedakan menjadi delapan (Tokan, 2016), yaitu survei, ex post facto,
eksperimen, naturalistik, penelitian kebijakan, penelitian tindakan, evaluasi, dan penelitian
sejarah.
1. Penelitian Survei
Penelitian survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Populasi tersebut
bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi dan unit-unit
kemasyarakatan, dan lain-lain, tetapi sumber utamanya adalah orang. Penggunaan
jenis kuosioner menentukan desain survei. Apabila peneliti menginginkan hasil yang
dapat mencerminkan kondisi nyata, maka survei memerlukan populasi yang besar
agar hasilnya akurat. Tujuan utama penelitian survei adalah untuk menggambarkan
keadaan saat penelitian dilakukan, mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang
sebagai perbandingan, dan menentukan hubungan kejadian yang spesifik (Fitrah &
Luthfiyah, 2017).

Fraenkel & Wallen dalam Yusuf (2014:48) mengemukakan tiga karakteristik


penelitian survei:
a. Informasi Informasi dikumpulkan dari sekelompok orang supaya dapat
menggambarkan aspek atau karakteristik populasi
b. Teknik utama yang digunakan dalam mengumpulkan informasi yaitu dengan
mengajukan pertanyaan, dan jawaban yang diberikan oleh responden disusun
menjadi data penelitian/studi.
c. Informasi dikumpulkan dari sejumlah orang, merupakan sampel penelitian.
Informasi yang dikumpulkan melalui survei dapat dikategorikan ke dalam tiga
hal, yaitu: (1) opini tentang kehidupan seharihari, seperti survei pasar, pool
pendapat tentang pemilihan presiden dan sebagainya: (2) sikap tentang sesuatu;
(3) fakta tentang individu yang diinterviu. Ini berarti data penelitian dapat berupa
kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan, aktivitas, dan pendapat seseorang;

Rancangan Penelitian 15
namun dapat pula berupa berbagai hal tentang kehidupan, seperti ciri ciri
demografis dari masyarakat, lingkungan sosial, maupun visi ke depan.
2. Penelitian Ex Post Facto
Penelitian ex post facto adalah penelitian yang dilakukan terhadap suatu kejadian atau
masalah yang sebenarnya sudah terjadi, seperti tinggal kelas da drop out (Yusuf,
2017). Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah kondisi yang sudah ada
bisa jadi menyebabkan perbedaan lanjutan dalam kelompok subjek (Hamdi &
Bahruddin, 2014).
3. Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen merupakan penelitian percobaan yang berusaha untuk
mengisolasi dan melakukan kontrol setiap kondisi-kondisi yang relevan dengan
situasi yang diteliti kemudian melakukan pengamatan terhadap efek atau pengaruh
ketika kondisi-kondisi tersebut dimanipulasi. Perubahan atau manipulasi tersebut
dilakukan terhadap variabel bebas dan pengaruhnya diamati pada variabel terikat.
Penelitian eksperimen dibagi menjadi empat bentuk, yaitu pre-experimental design,
true experimental design, quasy experimental design, dan factorial design (Fitrah &
Luthfiyah, 2017).
4. Penelitian Naturalistik
Penelitian naturalistik adalah penelitian yang digunakan pada kondisi alami. Hasil
penelitian ini ditekankan pada pemaknaan atau interpretasi (Tokan, 2016).
5. Penelitian Kebijakan (Policy Research)
Penelitian kebijakan (policy research) harus dilakukan secara hati-hati dan sadar,
kapan suatu kebijakan yang telah diambil sudah wajar untuk diteliti. Hal tersebut
dimaksudkan untuk meminimalkan salah tafsir sehubungan dengan kesimpulan yang
diambil terkait dengan kewajaran saat permulaan waktu penelitian dilakukan dan
lamanya kebijakan/ program dilaksanakan (Yusuf, 2017). Beberapa kebijakan yang
telah dijalankan dalam kurun waktu satu tahun dapat dinilai efektivitas dan
efisiensinya, tetapi ada pula yang dua atau tiga tahun berikutnya.
6. Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian tindakan merupakan bentuk penelitian yang berisi berbagai macam
prosedur untuk menguraikan kasus-kasus yang bersifat mikro atau khusus. Hasil
penelitian ini langsung diberlakukan hanya untuk kasus yang diteliti dan tidak dapat
digeneralisasikan. Penelitian ini sangat bergantung pada data pengamatan yang

Rancangan Penelitian 16
bersifat behavioralistik (Fitrah & Luthfiyah, 2017). Yusuf (2017:71) menyimpulkan
bahwa konsep penelitian tindakan ada dua kata, yaitu penelitian dan tindakan.
Penelitian merupakan suatu studi sistematis untuk memecahkan suatu masalah.
Berawal dari suatu masalah yang dirasakan dan kemudian berubah manjadi masalah
yang wajar untuk diteliti. Tindakan merupakan suatu aksi (action) untuk memecahkan
masalah tersebut. Oleh karena itu, penelitian tindakan dapat diartikan sebagai suatu
studi sitematis dalam memecahkan masalah dalam situasi sosial, melalui suatu
tindakan dan ditujukan untuk meningkatkan pemahaman, dan penalaran mereka yang
ikut serta dalam situasi tersebut dan orangorang yang dilibatkan dalam pemecahan
masalah tersebut.
Lebih lanjut, Yusuf (2017:70) menjelaskan bahwa untuk menyusun rencana, perlu
dilakukan need assessment atau observasi, ataupun teknik-teknik lain untuk
pengumpulan data awal sehingga data dasar lengkap, sebagai dasar perlunya
aksi/tindakan dilakukan. Selama tindakan dilakukan, dan sesudahnya diperlukan pula
observasi untuk mengetahui bagaimana tindakan itu dilakukannya. Selanjutnya
memasuki langkah refleksi, individu yang ikut serta dalam kegiatan memberikan
informasi masukan tentang pelaksanaan kegiatan.
7. Penelitian Evaluasi
Penelitian evaluasi merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk memeriksa
proses perjalanan suatu program sekaligus menguraikan fakta-fakta yang bersifat
kompleks dan terlibat di dalam program (Fitrah & Luthfiyah, 2017). Penelitian
evaluasi adalah penelitian yang bertujuan membandingkan suatu kejadian, kegiatan
atau produk dengan standar dan program yang telah ditetapkan (Suryani & Hendryadi,
2015).
8. Penelitian Historis (Historical Research)
Penelitian sejarah adalah penelitian untuk mengungkap kejadian-kejadian di masa lalu
(Suryani & Hendryadi, 2015). Penelitian historis bertujuan menggambarkan fakta dan
menarik kesimpulan atas kejadian masa lalu. Data primer dalam penelitian ini adalah
data yang bersifat historis, seperti para arkeolog menggunakan sumber data berupa
dokumentasi tentang masa lalu. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
menemukan solusi sementara berdasarkan kejadian masa lalu dan menggambarkan
tren masa kini atau masa depan (Fitrah & Luthfiyah, 2017).

Rancangan Penelitian 17
D. Penelitian Berdasarkan Tingkat Eksplanasi
Tingkat eksplanasi dapat diartikan juga sebagai tingkat penjelasan. Maksud dari
penelitian menutut tingkat eksplanasi adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan
kedudukan dari variabel-variabel yang diteliti, serta hubungan antara satu variabel dengan
variabel yang lainnya (Tokan, 2016). Menurut Tokan (2016), penelitian menurut tingkat
eksplanasi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penelitian deskriptif, penelitian
komparatif, dan penelitian asosiatif.
1. Penelitian Deskripstif
Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,
yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Morrison (2017:37) mengemukakan
bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan suatu kondisi sosial tertentu.
Misalnya: berapakah tingkat pengangguran di suatu daerah? Bagaimanakah
komposisi etnis masyarakat di suatu kota? Berapa banyak pemilih yang akan
mendukung suatu partai politik? Jika dilakukan dengan baik dan teratur (empiris),
penelitian deskriptif akan mampu menghilangkan spekulasi dan penilaian yang
muncul hanya karena kesan semata-mata. Contoh penelitian deskriptif adalah sensus
penduduk yang dilakukan guna mendapatkan penjelasan secara akurat dan tepat
mengenai karakteristik berbagai macam atau tipe masyarakat suatu wilayah.
Penelitian deskriptif tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-
variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya (Fitrah & Luthfiyah,
2017). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk
menggambarkan data, baik dalam bentuk tabel maupun grafik, mencari rata-rata
(mean), nilai tengah (median), standar deviasi, dan lainnya (Suryani & Hendryadi,
2015). Penelitian deskriptif tidak hanya bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja,
tetapi juga bisa mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya
sehingga disebut penelitian perkembangan. Penelitian perkembangan bersifat
longitudinal (sepanjang waktu) atau coss sectional (potongan waktu) (Fitrah &
Luthfiyah, 2017).
2. Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif merupakan sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari
jawab secara mendasar tentang sebab-akibat dengan menganalisis faktor-faktor
penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu (Hamdi &
Bahruddin, 2014). Penelitian komparatif bertujuan untuk membandingkan satu atau

Rancangan Penelitian 18
lebih data sampel (Suryani & Hendryadi, 2015). Perbandingan tersebut adalah antara
situasi masa lalu dan saat ini atau situasi-situasi paralel yang berbeda.
3. Penelitian Asosiatif
Penelitian asosiatif atau disebut juga penelitian korelasional adalah bentuk penelitian
yang memeriksa hubungan di antara dua konsep (Fitrah & Luthfiyah, 2017). Pada
penelitian ini tidak ada kontrol atau manipulasi terhadap variabel. Penelitian
korelasional merupakan penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan atau
pengaruh satu atau lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel
dependen (Suryani & Hendryadi, 2015). Jenis korelasi ada tiga, yaitu hubungan
simetris, kausal, dan resiprokal (Suryani & Hendryadi, 2015). Adapun penjelasan
masing-masing hubungan tersebut, sebagai berikut:
a. Hubungan simetris adalah hubungan sejajar di mana tidak ada variabel bebas
maupun variabel terikat;
b. Hubungan kausal merupakan hubungan sebab akibat, di mana terdapat variabel
bebas yang akan mempengarubi variabel terikat; dan
c. Hubungan resiprokal adalah hubungan timbal balik atau dua arah.
E. Latihan
1. Jelaskan perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif!
2. Benarkah penelitian gabungan sulit dilaksanakan? Kemukakan alasan Saudara.

Rancangan Penelitian 19
BAB – IV
PROSEDUR PENELITIAN

Setelah pembelajaran selesai peserta dapat menjelaskan prosedur penelitian dengan


lengkap, memberi contoh beberapa instrument penelitian dan menjelaskan beberapa
Teknik sampling

Dalam penelitian diperlukan langkah-langkah atau urutan yang harus dilalui atau
dikerjakan secara teratur dan sistematis yang disebut prosedur penelitian. Prosedur penelitian
memudahkan peneliti untuk berjalan sesuai dengan arah yang dituju. Prosedur penelitian yang
digunakan pada sub-unit pelatihan 3 di modul ini yakni seperti terlihat pada Gambar 3.1 berikut
ini.

Gambar 3.1
Proses/ Prosedur Penelitian

A. Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian


Penelitian adalah suatu usaha yang sistematis untuk mengisi kekosongan dalam
pengetahuan. Pada dasarnya titik awal penelitian dimulai dari timbulnya suatu pertanyaan
mengenai keadaan atau persoalan di sekitar kita. Keinginan untuk lebih mengetahui
persoalan atau masalah yang ada, mendorong kita untuk melakukan penelitian. Tidak
semua masalah dapat diangkat menjadi masalah penelitian. Hulley dan Cummings
mengungkapkan bahwa agar suatu masalah layak untuk diangkat menjadi masalah

Rancangan Penelitian 20
penelitian, maka diperlukan syarat-syarat FINER (Feasible, Interesting, Novel, Ethical,
Relevant):

1. Feasible (Kelayakan)
Suatu masalah penelitian dapat dijawab dengan penelitian. Dengan memperhatikan
berbagai pertimbangan seperti aspek metodologi khususnya tentang besar sampel,
dimana untuk penelitian kuantitatif harus memenuhi jumlah sampel minimal atau
jumlah harus berdasarkan hasil perhitungan rumus besar sampel, biaya, sarana, waktu,
dan lain-lain. Pertimbangan teknis tersebut dapat menentukan apakah masalah dapat
dijawab melalui penelitian atau tidak.

2. Interesting (Menarik)
Peneliti harus memiliki minat dan ketertarikan terhadap masalah penelitiannya.
Seseorang yang tertarik terhadap sesuatu maka akan semangat untuk berupaya untuk
dapat menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya dan seideal mungkin sesuai dengan
tujuan atau target. Sebaliknya, apabila tidak berminat maka akan cenderung
melaksanakannya dengan terpaksa atau seadanya. Selain bagi peneliti, masalah juga
harus menearik bagi orang lain, sebab jika tidak menarik penelitian tidak akan dibaca
dan dimanfaatkan orang lain.

3. Novel (Memberi nilai baru)


Penelitian yang dilakukan dapat memberikan sesuatu hal yang baru atau masalah yang
diangkat kekinian sesuai dengan issue yang sedang berkembang di masyarakat. Meski
demikian bukan berarti penelitian yang dilakukan tidak boleh sama dengan penelitian
sebelumnya. Penelitian dapat dilakukan juga untuk membuktikan apakah hasilnya
konsisten sama dengan hasil penelitian sebelumnya ataukah bertentangan atau disebut
pula dengan penelitian replikatif. Dalam hal ini berarti, penelitian yang dilakukan
dapat pula membantah penemuan sebelumnya maupun melengkapi atau memperbaiki
penemuan sebelumnya. Dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda, atau
dengan menambahkan variabel penelitian lainnya, apakah hasilnya akan berbeda
ataukah sama.

4. Ethical
Penelitian yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan etika. Etika adalah ilmu
tentang benar dan salah atau tentang hak dan kewajiban, sementara etis adalah hal
yang sesuai dengan etika yang telah berlaku dan disepakati secara umum. Dikatakan

Rancangan Penelitian 21
etis bila sudah sesuai dengan norma-norma sosial, agama dan lainnya yang diterima
secara umum. Dikatakan tidak etis bila tidak sesuai dengan norma-norma sosial,
agama, dan lainnya yang diterima secara umum. Khusus penelitian yang melibatkan
manusia sebagai sampel penelitian, harus medapatkan telaahan dan persetujuan
komisi etik terlebih dahulu sebelum melaksanakan penelitian.

5. Relevant
Penelitian yang dilakukan harus relevan dengan ilmu pengetahuan khususnya sesuai
dengan bidang yang ditekuninya. Penelitian juga harus relevan dengan keadaan saat
ini sehingga masalah penelitian harus aktual dan sesuai dengan issue yang
berkembang saat ini dan berdasarkan sumber informasi atau referensi yang mutakhir.
Selain itu, penelitian juga harus relevan jika digunakan untuk pengambilan kebijakan
dan relevan untuk menjadi dasar penelitian selanjutnya.
Pada tahap awal penelitian, peneliti wajib merumuskan latar belakang penelitian
dan merumuskan masalah serta tujuan penelitian.
1. Merumuskan Latar Belakang Penelitian
Latar belakang masalah memuat penjelasan mengenai alasan-alasan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian yang dianggap menarik, penting dan perlu diteliti.
Kedudukan masalah yang diteliti diuraikan juga dalam lingkup permasalahan yang
lebih luas sebagai informasi awal untuk diteliti, berdasarkan fakta-fakta atau data-data
(hasil dari pra-penelitian/ Biro Pusat Statistik/ Badan Resmi lainnya), atau informasi
yang berasal dari referensi ilmiah (seperti jurnal, hasil-hasil penelitian sebelumnya,
seminar lokakarya, pendapat pemegang otoritas), dan institusi atau pengalaman
pribadi dengan disertakan sumber referensinya. Selain itu, latar belakang masalah
menguraikan kesenjangan-kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, teori
dengan praktek, pelaksanaan dengan regulasi dan kesenjangan lainnya yang ada.
Dampak permasalahan apabila dibiarkan, apakah mengancam, mengganggu,
menghambat dan menyulitkan sehingga menimbulkan kesenjangan, sertatermasuk
implikasi masalah terhadap berbagai aspek perlu diuraikan dalam latar belakang
masalah. Keaslian penelitian dikemukakan dengan menunjukkan secara tepat bahwa
masalah yang dihadapi belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu, atau
dinyatakan dengan tegas perbedaan antara penelitian yang dilakukan penulis dengan
penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Menguraikan
bagaimana masalah tersebut seharusnya dipecahkan (pendekatan pemecahan

Rancangan Penelitian 22
masalah), untuk apa masalah ini dipecahkan dan diteliti dan apa pentingnya hasil
penelitian ini bagi kehidupan praktis dan perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Merumuskan Masalah
Dasar dari penelitian adalah adanya permasalahan yang merupakan kesenjangan
antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Mengidentifikasi, membatasi, dan
merumuskan masalah merupakan langkah awal dari suatu penelitian. Rumusan
masalah merupakan suatu kalimat pernyataan yang disusun berdasarkan adanya
masalah tersebut dan akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data dalam
suatu proses penelitian. Namun demikian terdapat kaitan erat antara suatu masalah
dengan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan
pada masalah yang teridentifikasi.
a. Pengertian Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap
penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian. Tanpa merumuskan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi
sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Perumusan masalah
disebut juga sebagai research questions atau research problem, diartikan sebagai
suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya
sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang
saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai
penyebab maupun sebagai akibat.
b. Ciri-ciri Perumusan Masalah
Pemilihan atau penetapan masalah yang dikatakan baik dalam penelitian perlu
menjadi pertimbangan peneliti. Masalah dapat dikatakan baik jika memeiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1) Orisinalitas dan mutakhir
Orisinalitas artinya masalah tersebut bukan merupakan duplikasi dari
penelitian yang persis sama dilakukan oleh peneliti lain, seperti masalah yang
diteliti, kerangka konsep, dan pendekatan. Hasil dari suatu penelitian atas
masalah yang mengandung orisinalitas akan memberi sumbangan atau
kontribusi bagi ilmu pengetahuan maupun terapannya. Untuk menentukan
apakah suatu masalah merupakan duplikasi dari penelitian sebelumnya atau
bukan kadang tidak mudah, dan tidak mungkin hanya dilihat sekilas dari

Rancangan Penelitian 23
topik penelitian. Karena suatu topik dapat saja diteliti kembali sehubungan
adanya keraguan atas hasil penelitian sebelumnya, atau diteliti dengan
menggunakan metodologi baru yang dianggap lebih baik dari metodologi
sebelumnya, ataupun diulang penelitiannya dengan perlakuan dan kondisi
yang berbeda. Apabila dihubungkan dengan kemutakhiran, dalam setiap
waktu banyak bermunculan metodologi baru maupun issue yang lebih
berkembang (up to date) sehingga hal tersebut dapat diangkat sebagai
masalah penelitian.
2) Tidak bermakna ganda
Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak bermakna ganda atau
memungkinkan adanya tafsiran lebih dari satu. Baik kata, frase, atau kalimat
ambigu akan menimbulkan multi interperetasi informasi. Akan tetapi ambigu
bukan berarti tidak jelas, tetap memiliki makna tertentu.
3) Berlandaskan kajian ilmiah
Artinya penelitian adalah proses ilmiah yang sistematik dan obyektif,
berlandaskan pada metode ilmiah/ kaidah-kaidah ilmiah (mengemukakan
pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang
sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah yang meyakinkan).
4) Teruji kebenarannya
Masalah yang akan diteliti hendaknya adalah masalah yang dapat diuji.
Sebaiknya masalah yang dipilih adalah masalah yang dapat memberikan
implikasi untuk dilakukan uji empirisnya. Hal ini dimaksudkan agar
penelitian dapat dilihat secara jelas hubungan antar variabel yang saling
berkaitan dalam masalah yang sedang diteliti dan tentu saja dapat diukur.
Masalah yang abstrak dan tidak dapat terkuantifikasi tidak mungkin untuk
dijadikan bahan penelitian.
5) Dapat dilaksanakan (feasibility)
Masalah yang baik adalah masalah yang mempunyai fisibilitas, yaitu
masalah tersebut harus mempunyai nilai pemecahan dan dipecahkan. Hal ini
dimaksudkan agar penelitian dapat berguna dan tidak sia-sia.
6) Dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
Masalah yang menarik adalah masalah yang dapat menimbulkan pertanyaan.
Tapi peneliti juga harus dapat menggambarkan masalah yang sedang diteliti

Rancangan Penelitian 24
dengan jelas, sehingga tidak membingungkan orang yang membacanya dan
dapat dilakukan uji untuk menyatakan jawaban dan kebenarannya.

Selain hal-hal di atas, salah satu ciri masalah yang baik adalah dapat memberi
kontribusi dan bermanfaat kepada beberapa aspek, antara lain yakni: pengembangan
teori baru, perbaikan metode, manfaat, dan implikasi aplikatif. Masalah yang dipilih
juga harus sesuai dengan kualifikasi si peneliti itu sendiri. Dalam hal ini, masalah yang
dipilih sekurang-kurangnya menarik dan cocok dengan kualifikasi ilmiah peneliti.
a. Bentuk-Bentuk Perumusan Masalah
Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah merupakan suatu pernyataan
yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk
rumusan masalah penelitian dikembangkan berdasarkan penelitian menurut
tingkat eksplanasi (level of explanation). Bentuk perumusan masalah dalam
penelitian secara umum dikelompokkan ke dalam tiga jenis (Sugiyono, 2013)
yaitu rumusan masalah deskriptif, rumusan masalah komparatif, dan rumusan
masalah asosiatif/ korelasional.
1) Rumusan masalah deskriptif
Rumusan masalah deskriptif yaitu masalah yang berkenaan dengan
pernyataan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu
variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini
peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan
mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian
semacam ini selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. Contoh rumusan
masalah deskriptif yakni: ‘Bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap
perguruan tinggi negeri berbadan hukum?’
Dari contoh di atas, terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan
dengan satu variabel atau lebih secara mandiri (bandingkan dengan masalah
komparatif dan asosiatif). Namun dari contoh-contoh yang diuraikan di atas,
peneliti perlu menambahkan secara spesifik Batasan penelitian yang
dilakukan. Misalnya secara jelas ditetapkan perguruan tinggi ‘tertentu’
sebagai tempat dilakukan penelitian, kalau memang peneliti memiliki
lingkup penelitian yang dilakukan. Rumusan masalah yang diuraikan di atas
menunjukkan bahwa peneliti bermaksud mengidentifikasi bagaimana sikap

Rancangan Penelitian 25
masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri berbadan hukum (yang
mungkin digambarkan dengan presentase atau gambaran yang memberi
kriteria: tanggapan setuju dan tidak setuju).
2) Rumusan masalah komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang
bersifat membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda. Perbedaan tersebut bisa dinilai dari metoda,
perlakuan lain atau pada waktu yang berbeda.
Contoh rumusan masalahnya yakni adakah perbedaan produktivitas
penulisan jurnal ilmiah antara guru yang sudah lulus Sertifikasi dan yang
belum lulus antara SD, SMP, dan SMA? (satu variabel untuk dua kelompok,
pada tiga sampel). Sebagai variabel penelitian adalah produktivitas penulisan
jurnal ilmiah berdasarkan perbandingan dua kelompok dengan kriteria: lulus
Sertifikasi dan Belum Lulus, pada tiga sampel yakni: SD, SMP, dan SMA.
3) Rumusan masalah asosiatif
Masalah asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat hubungan
antara dua variabel atau lebih. Hubungan tersebut bisa simetris, kausal,
maupun hubungan interaktif.
a) Hubungan Simetris adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang
kebetulan munculnya bersamaan diartikan bahwa kedua variabel
memiliki kedudukan yang sama kuat atau setara, bukan merupakan
hubungan kausal ataupun interaktif.
Contoh Rumusan Masalah penelitian hubungan Simetris yakni: ‘Adakah
hubungan antara sikap toleransi dengan tingkat kemampuan berbicara?’
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan dapat dijelaskan
bahwa rumusan masalah penelitian hubungan simetris, selain
ditandai dengan bentuk hubungan kedua variabel yang sejajar juga
dicirikan dengan kata penghubung “dengan” di antara dua atau lebih
variabel. Hubungan simetris dari contoh tersebut jelas menunjukkan
bahwa kondisi salah satu variabel bukanlah akibat atau pengaruh
variabel lainnya.
b) Hubungan Kausal adalah hubungan yanga bersifat sebab akibat. Dalam
hal ini ada variabel independen atau variabel bebas (variabel yang

Rancangan Penelitian 26
mempengaruhi) dan variabel dependen atau variabel terikat (variabel
yang dipengaruhi). Variabel independen mempengaruhi variabel
dependen, namun tidak berlaku sebaliknya.
Contoh Rumusan Masalah penelitian hubungan kausal: ‘Adakah
pengaruh kurikulum dan media pembelajaran terhadap kualitas lulusan
yang dihasilkan sekolah?’ Contoh judul penelitian berdasarkan rumusan
di atas: ‘Pengaruh kurikulum pembelajaran dan media pembelajaran
terhadap kualitas lulusam yang dihasilkan sekolah?’
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan, dapat dijelaskan bahwa
rumusan masalah penelitian hubungan kausal ditandai dengan
bentuk hubungan kedua variabel bersifat sebab akibat juga dicirikan
dengan kata penghubung “terhadap” di antara dua atau lebih variabel.
Penulisan judul tersebut menggambarkan urutan penulisan bahwa
variabel independent (variable bebas) sebagai variabel yang
menyebabkan terhadap variabel dependent (variabel terikat) sebagai
variabel yang disebabkan atau dipengaruhi.
c) Hubungan interaktif/ timbal balik adalah hubungan yang saling
mempengaruhi, tidak diketahui mana variabel dependen dan variabel
independent. Contoh Rumusan Masalah penelitian hubungan timbal
balik atau interaktif: ‘Adakah hubungan antara motivasi dan besaran
gaji pegawai yang diberikan instansi kerja dengan prestasi kinerja?’
Rumusan masalah yang diuraikan, menjelaskan bahwa rumusan
masalah penelitian hubungan interaktif ditandai dengan bentuk
hubungan kedua variabel bersifat sebab akibat juga dicirikan dengan
kata penghubung “antara” di antara dua atau lebih variabel.
Berbeda dengan rumusan hubungan kausal yang variabelnya
mempengaruhi hanya searah, penulisan rumusan hubungan interaktif
dapat saling mempengaruhi dua arah antara dua atau lebih variabel
penelitian.
Disini dapat dinyatakan bahwa motivasi pegawai secara langsung
mempengaruhi presitasi kinerja demikian pula motivasi pegawai
akan mempengaruhi besaran gaji yang kemudian akan berpengaruh
terhadap prestasi kinerja.

Rancangan Penelitian 27
Ketiga jenis permasalahan ini biasanya dijadikan dasar peneliti dalam
merumuskan judul penelitian.
B. Variabel Penelitian

Penalaran atau pemikiran merupakan modal yang selalu digunakan dalam


penelitian. Ketika merumuskan masalah, seorang peneliti perlu berpikir apakah masalah
yang akan diteliti cukup logis atau tidak. Ketika merumuskan metodologi, peneliti dituntut
untuk memilih cara penelitian yang tepat, cara pengumpulan data yang efisien, dan cara
analisis data yang memadai (komprehensif). Selain berpikir logis, peneliti perlu
memahami dengan baik berbagai unsur pokok penelitian. Dengan pemahaman yang baik,
peneliti akan mudah mengidentifikasi berbagai faktor pendukung keberhasilan penelitian,
dan menghindari faktor-faktor penghambat yang tidak perlu.
Kerangka pemikiran adalah konstruksi berfikir yang menjelaskan secara garis
besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan
pertanyaan penelitian (research question), dan merepresentasikan suatu himpunan dari
beberapa konsep serta hubungan di antara konsep-konsep tersebut. Maksud dari kerangka
pemikiran itu sendiri adalah bagaimana alur logika berjalannya variabel dalam penelitian.
Di dalam membuat kerangka berpikir kita perlu terlebih dahulu mengetahui tiga istilah
dasar yang dipakai dalam penelitian, yakni konsep, konstruk, dan variabel.

1. Konsep
Konsep dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu konsep-konsep yang dapat diamati
(observable) dan konsep yang tidak dapat diamati (construct). Konsep yang dapat
diamati adalah gedung, kursi, dan mobil yang dapat ditangkap oleh indra kita. Peneliti
bekerja dari tahap konseptual ke tahap operasional. Semua konsep yang bersifat
abstrak oleh peneliti dialihkan sehingga menjadi variabel yang dapat diamati. Konsep
adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus
(Karlinger, 1971:28). Bila konsep ini secara sengaja dan secara sadar dibuat serta
dipergunakan untuk tujuan ilmiah maka disebut konstruk.
2. Konstruk

Konstruk ini adalah alat bantu untuk memperjelas suatu konsep. Jika konsep masih
bersifat general maka konstruk bersifat khusus. Ada kejelasan di dalam suatu
konstruk. “Kecerdasan” adalah konsep. Setelah pengertiannya dibatasi menjadi
“kondisi nilai IQ di atas 120 ”, sehingga dapat diamati dan diukur, maka “kecerdasan”

Rancangan Penelitian 28
disebut konstruk. Dengan kata lain, konstruk terdiri dari konsep-konsep yang dapat
diamati yang selanjutnya untuk keperluan penelitian diukur dengan menggunakan
skala pengukuran.

3. Variabel
Suatu konstruk mempunyai sifat yang berlainan, sebagai contoh ada dua sifat untuk
konstruk jenis kelamin yakni : laki-laki dan perempuan. Contoh lain, ada lima sifat
untuk sikap pada pemerintah yakni: sangat suka, suka, tidak tahu, benci, sangat benci.
Apabila nilai-nilai tertentu diberikan pada sifat-sifat suatu konstruk, konstruk itu
sekarang menjadi variabel. Dengan kata lain, konstruk mengandung kategori, nilai
atau subkonsep, dan sering dalam bentuk kontinum (dapat diukur dengan skala
tertentu). Konstruk yang memiliki variasi nilai, yang mengandung lebih dari satu nilai
sebuah kontinum disebut variabel.
Variabel merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam penelitian. Apa
sebenarnya yang disebut dengan variabel? Istilah variabel dapat diartikan bermacam-
macam, misalnya gejala yang bervariasi, Nasir (1983) menyebutnya bahwa variabel
adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Konsep, ada yang mudah
dipahami namun ada pula yang sulit. Konsep “kursi” misalnya, adalah suatu benda
yang memiliki kaki, memiliki tempat duduk, memiliki sandaran, dimana kita dapat
duduk di atasnya. Akan tetapi kita tidak mudah untuk memahami konsep “motivasi”.
Peneliti harus secara spesifik dan sejelas mungkin mendefinisikannya. Peneliti harus
melakukan hal tersebut agar variabel tersebut dapat diukur atau dimanipulasi. Kita
tidak akan dapat mengukur atau memanipulasi variabel apabila tidak didefinisikan
secara jelas. Sehingga, Segaran (2006) menyatakan bahwa variabel adalah apapun
yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Hal yang sama
diungkapkan dalam Sugiyono (2013), variabel adalah atribut yang mempunyai variasi
antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu, pada bahasan ini variabel diartikan
sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian atau faktor-
faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.

C. Jenis Penelitian
Klasifikasi variabel sangat penting dalam penelitian karena terkait dengan alat
pengumpul data yang akan digunakan dan metode analisis data yang akan diterapkan.
Terdapat tiga jenis pengelompokan variabel yang sangat penting dan mendapatkan
penekanan yakni sebagai berikut :

Rancangan Penelitian 29
1. Variabel independent
Variabel bebas (independent variable) atau disebut juga antecedent variable, adalah
kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam
rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi,
variabel stimulus, penjelas, predictor, antecedent, variabel pengaruh, variabel
perlakuan, Kausa, Treatment, Resiko, atau Variabel Bebas.
Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau Pemodelan Persamaan Struktural,
Variabel Independen disebut juga sebagai Variabel Eksogen. Variabel Bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel Dependen (terikat). Dinamakan sebagai Variabel Bebas karena bebas dalam
mempengaruhi variabel lain. Contoh : “Pengaruh Therapi Musik terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan…”
2. Variabel dependen
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen,
variabel efek, variabel terpengaruh, variabel terikat atau variabel tergantung. Dalam
bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2013: 39). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah komitmen kerja
(Y).
Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau Pemodelan Persamaan Struktural,
Variabel Dependen disebut juga sebagai Variabel Indogen. Variabel Terikat
merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Disebut Variabel Terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel
bebas/ variabel independent. Contoh : “Pengaruh Therapi Musik terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan…”
3. Variabel moderating
Variabel moderating adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan
Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat. Variabel
moderating disebut juga Variabel Independen Kedua. Contoh hubungan Variabel
Independen – Moderator – Dependen :
Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan dosen dalam
menciptakan iklim/ lingkungan belajar sangat baik, dan hubungan semakin rendah
bila peranan dosen kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.

Rancangan Penelitian 30
4. Variabel intervening
Dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan “an intervening variable is that factor
that theoretically affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, or
manipulate.”
Variabel intervenig adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak
langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel
penyela/ antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga
variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya
variabel dependen. Contoh :
Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap
umur harapan hidup. Di sini ada varaibel antaranya yaitu yang berupa Gaya Hidup
seseorang. Antara variabel penghasilan dan gaya hidup terdapat variabel moderator
yaitu Budaya Lingkungan Tempat Tinggal.
5. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering dipakai oleh peneliti dalam penelitian yang
bersifat membandingkan, melalui penelitian eksperimental.
Contoh : Pengaruh Metode Pembelajaran terhadap Penguasaan Keterampilan
Pertolongan Persalinan Kala II. Variabel bebasnya adalah metode pembelajaran,
misalnya metode ceramah & metode demonstrasi. Sedangkan variabel kontrol yang
ditetapkan adalah sama, misalnya Standar Keterampilan sama, dari kelompok
mahasiswa dengan latar belakang sama (tingkat/ semesternya sama), dari institusi
yang sama. Dengan adanya variabel kontrol tersebut, maka besarnya Pengaruh
Metode Pembelajaran terhadap Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan
Kala II dapat diketahui lebih pasti.

Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari


hubungannya antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Tanpa
operasionalisasi variabel, peneliti akan mengalami kesulitan dalam menentukan
pengukuran hubungan antar variabel yang masih bersifat konseptual. Operasionalisasi
variabel bermanfaat untuk: 1)mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi yang sedang
didefinisikan; 2) menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek mungkin mempunyai lebih

Rancangan Penelitian 31
dari satu definisi operasional; 3) mengetahui bahwa definisi operasional bersifat unik
dalam situasi dimana definisi tersebut harus digunakan.
Yang dimaksud dengan definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan
pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau
“mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan
perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya
oleh orang lain” (Young, dikutip oleh Koentjarangningrat, 1991;23). Penekanan
pengertian definisi operasional ialah pada kata “dapat diobservasi”. Apabila seorang
peneliti melakukan suatu observasi terhadap suatu gejala atau obyek, maka peneliti lain
juga dapat melakukan hal yang sama, yaitu mengidentifikasi apa yang telah didefinisikan
oleh peneliti pertama.
Ada tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional, yaitu disebut Definisi
Operasional Tipe A, Definisi Operasional Tipe B, dan Definisi Operasional Tipe C.
a. Definisi Operasional Tipe A
Definisi Operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus
dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi
nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat
membuat gejala menjadi nyata. Contoh : “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan
yang dihasilkan dengan menempatkan dua orang atau lebih pada situasi dimana
masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama, tetapi hanya satu orang yang
akan dapat mencapainya.
b. Definisi Operasional Tipe B
Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi kepada kita
tentang bagaimana caranya mengukur variabel. Definisi operasional adalah semacam
petunjuk kepada kita tentang bagimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi
operasional merupakan informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang
ingin melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang sama. Karena
berdasarkan informasi itu, ia akan mengetahui bagaimana caranya melakukan
pengukuran terhadap variabel yang dibangun berdasarkan konsep yang sama. Dengan
demikian ia dapat menentukan apakah tetap menggunakan prosedur pengukuran yang
sama atau diperlukan pengukuran yang baru.
c. Definisi Operasional Tipe C

Rancangan Penelitian 32
Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti apa
obyek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun
karaktersitik-karaktersitik statisnya. Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan
sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing,
kemampuan berpikir baik, sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara
cepat.

D. Populasi dan Sampling


Penelitian selalu berhadapan dengan masalah sumber data yang disebut dengan
istilah populasi dan sample penelitian. Penentuan sumber data tersebut bergantung pada
masalah yang akan diteliti, serta hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Populasi
merupakan keseluruhan unit (orang, kelompok, lembaga, organisasi, dll) yang menjadi
objek penelitian.
Populasi dapat dibedakan menjadi populasi target dan populasi survei . Populasi
target adalah populasi yang telah ditentukan sesuai dengan masalah penelitian sebelum
penelitian dilakukan. Populasi target ini tidak sepenuhnya dapat dipenuhi di lapangan. Bisa
saja salah satu cirri-ciri populasi yang kita tentukan tidak kita temukan dalam
kenyataannya di lapangan. Sehingga kita hanya mendasari pada beberapa ciri saja dari
populasi yang sudah kita tentukan untuk kemudian dijadikan populasi penelitian (populasi
survei).Dengan demikian dapat dikatkan bahwa Populasi survei merupakan populasi yang
terliput dalam penelitian yang dilakukan.
Setelah populasi ditentukan dengan jelas, barulah dapat ditetapkan apakah
mungkin untuk meneliti seluruh elemen populasi atau perlu mengambil sebagian dari
populasi saja yang disebut sample. Sampel adalah (a) bagian/ cuplikan dari populasi yang
secara nyata diteliti dan (b) yang mewakili populasi baik dalam karakteristik maupun
jumlah.Suatu penelitian tidak selalu perlu meneliti semua anggota dalam populasi , karena
disamping memakan biaya yang besar juga membutuhkan waktu yang lama. Dengan
meneliti sebagian dari populasi (sample) dapat diharapkan bahwa hasil yang diperoleh
akan memberikan gambaran sesuai dengan sifat populasi yang bersangkutan.
Teknik penentuan sample dalam penelitian sangat penting peranannya dalam
penelitian. Berbagai teknik penentuan sample pada hakikatnya adalah untuk memperkecil
kesalahan generalisasi dari sample ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh
sample penelitian yang representatif. Artinya, sample yang benar-benar mencerminkan

Rancangan Penelitian 33
populasinya. Selain itu persyaratan penentuan sampel adalah dapat menentukan presisi
(ketepatan) dan memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya murah.
Ada empat faktor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan besarnya sample
yang harus diambil dalam penelitian, sehingga dapat diperoleh gambaran yang
representatif dari populasinya. Keempat faktor itu adalah :
1. Tingkat keseragaman dari populasi. Semakin homogen populasi itu, makin kecil
sample yang perlu diambil;
2. Tingkat presisi (keterandalan) yang dikehendaki dalam penelitian. Makin tinggi
tingkat presisi yang dikehendaki dalam penelitian makin besar anggota sample yang
harus diambil. Semakin besar sample akan semakin kecil penyimpangan terhadap
nilai populasi yang didapat;
3. Rencana analisis yang dikaitkan dengan kebutuhan untuk analisis. Kadang-kadang
besarnya sample masih belum mencukupi kebutuhan analisis, sehingga mungkin
diperlukan sample yang lebih besar.
4. Penentuan ukuran sample dipengaruhi oleh teknik penentuan sample yang
digunakan. Jika teknik yang digunakan tepat/sesuai kerepresentatifan maka sample
akan terjaga. Teknik ini juga tergantung pada biaya, tenaga, dan waktu yang
disediakan.
E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam


rangka mencapai tujuan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti
biasanya telah memiliki dugaan berdasarkan teori yang ia gunakan yang disebut dengan
hipotesis. Untuk membuktikan hipotesis secara empiris, seorang peneliti membutuhkan
pengumpulan data untuk diteliti secara lebih mendalam.
Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam
hipotesis. Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan
sebelumnya. Data adalah sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan masih
membutuhkan adanya suatu pengolahan. Data bisa memiliki berbagai wujud, mulai dari
gambar, suara, huruf, angka, bahasa, simbol, bahkan keadaan. Semua hal tersebut dapat
disebut sebagai data asalkan dapat kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan,
obyek, kejadian, ataupun suatu konsep.
Data dapat dibedakan dalam beberapa kategori. Jenis-jenis data dapat
dikategorikan sebagai berikut :

Rancangan Penelitian 34
1. Data Menurut Sumber Pengambilan
a. Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan
oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
memerlukannya. Disebut juga data asli atau data baru.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya
diperoleh dari perpustakaan , laporan-laporan. Disebut juga data yang tersedia
2. Data Menurut Waktu Pengumpulan
a. Data time series (berkala) adalah data yang terkumpul dari waktu ke waktu untuk
menggambarkan perkembangan suatu kegiatan atau keadaan.
b. Data cross section (kertas lintang) adalah data yang terkumpul pada suatu waktu
tertentu untuk memberikan gambaran perkembangan suatu kegiatan atau keadaan
pada waktu itu.
3. Data Menurut Sifat
a. Data kualitatif adalah data yang sifatnya hanya menggolongkan saja. Yang
termasuk dalam klasifikasi data kualitatif adalah data yang berskala
ukur nominal dan ordinal. Contoh jenis pekerjaan seseorang (spir, binisman,
guru, dll), motivasi karyawan (bagus, sedang, jelek). Bila ada angka yang
digunakan hanya memberikan penggolongan saja, bukan sebagai petunjuk nilai
tingkatan golongan.
b. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. termasuk dalam klasifikasi
data kualitatif adalah data yang berskala ukur interval dan rasio. Contoh
keuntungan perusahaan Golden tahun 1999 (Rp. 5 Milyar), kenaikan penjualan
perusahaan AsikBelajar.Com (35%), dsb.
4. Data Menurut Tingkat Pengukurannya
a. Data Nominal adalah data yang berasal dari pengelompokan peristiwa
berdasarkan kategori tertent, yang perbedaanya hanyalah menunjukan perbedaan
kualitatif.
b. Data ordinal adalah data yang berasal dari obyek atau kategori yang disusun
menurut besarnya, dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi atau sebaliknya
dengan jarak atau rentang yang tidak harus sama.

Rancangan Penelitian 35
c. Data Interval adalah data yang berasal dari obyek atau kategori yang diurutkan
berdasar suatu atribut tertentu, dimana jarak antara tiap obyek atau kategori
adalah sama. Paada data ini, tidak terdapat angka nol mutlak.
d. Data Rasio adalah data yng menghimpun semua ciri data ordinal dan data interval
dan dilengkapi titik nol absolut dengan makna empiris. Angka pada data ini,
menunjukan ukuran yang sebenarnya dari obyek /kategori yang diukur

Teknik pengumpulan adalah sebuah teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti
untuk bisa mengumpulkan data yang terkait dengan permasalahan dari penelitian yang
diambilnya. Pada saat menggunakan teknik pengambilan data yang tidak sesuai dengan
tempatnya, hal tersebut dapat membuat peneliti mengalami kesulitan pada bagian analisis
data atau penarikan kesimpulan. Hal tersebutlah yang akan membuat hasil penelitian
menjadi kurang valid atau tidak dipertanggungjawabkan.
Untuk melakukan teknik pengumpulan data yang baik dan benar melalui beberapa
metode/ cara sebagai berikut :
1. Kuesioner/Angket
Kuesioner/ Angket adalah pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan
daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Responden adalah orang yang
memberikan tanggapan/ respon atau menjawab atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Untuk dapat menggunakan teknik ini diisyaratkan responden harus memiliki
tingkat pendidikan yang memadai. Teknik kuesioner yang satu ini sangat baik untuk
digunakan dalam mengumpulkan data dari para responden ataupun subjek penelitian
meski jumlahnya sangat banyak.
Jika dilihat dari bentuk pertanyaannya sendiri, ternyata kuesioner dibagi menjadi dua
jenis yakni kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Penjelasan mengenai kedua jenis
kuesioner adalah sebagai berikut :
a. Kuesioner Tertutup (Closed Questionare)
Kuesioner tertutup adalah pertanyaan tertulis yang dalamnya sudah disertai
dengan pilihan jawaban bagi para respondennya. Jadi, ketika akan menjawab
pertanyaan dari kuesioner tersebut, responden hanya perlu memilih jawaban yang
sudah disediakan.
b. Kuesioner Terbuka (Opened Questionare)

Rancangan Penelitian 36
Sementara itu, yang dimaksud dengan kuesioner terbuka adalah pertanyaan yang
diajukan kepada para responden yang mana harus mengisinya sendiri. Peneliti
hanya akan menyediakan beberapa pertanyaan saja, kemudian responden atau
subjek penelitian hanya tinggal mengisinya sendiri sesuai dengan pendapatnya
dan apa yang ia pikirkan.
c. Kuesioner Semi terbuka (Semi Opened Questionare)
Kuesioner semi terbuka merupakan angket yang pertanyaan atau pernyataannya
memberikan kebebasan kepada responden, untuk memberikan jawaban dan
pendapat menurut pilihan pilihan jawaban yang telah disediakan sesuai dengan
keinginan mereka
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan teknik kuesioner yakni :
a. Praktis, dalam waktu singkat dapat memperoleh data yang banyak, sekalipun
tempatnya berjauhan.
b. Ekonomis, dari segi tenaga sedikit, sedikit tenaga yang diperlukan.
c. Responden dapat menjawab dengan terbuka atau leluasa, tidak terpengaruh oleh
yang lain.
Sedangkan kerugian teknik kuesioner yakni :
a. Jika dkirim melalui pos, maka prosentase yang dikembalikan relatif rendah
b. Tidak dapat digunakan pada responden yang tidak mampu membaca dan menulis
c. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket dapat ditafsirkan salah oleh responden
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden
dicatat atau direkam. Kelebihan teknik wawancara yakni :
a. Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan
menulis
b. Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera
menjelaskan
c. Pewawancara dapat segera mengecek kebenaran jawaban responden dengan
mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak gerik
responden
Sedangkan, kekurangan menggunakan teknik wawancara adalah :

Rancangan Penelitian 37
a. Wawancara memerlukan biaya yang sangat besar untuk perjalanan dan uang
harian pengumpul data
b. Wawancara hanya dapat menjangkau jumlah responden yang kecil
c. Kehadiran pewawancara mungkin mengganggu responden
Untuk teknik wawancara ini sendiri dibagi menjadi dua bagian, yakni wawancara
terstruktur serta teknik wawancara tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur merupakan teknik wawancara dimana pewawancara
menggunakan / mempersiapkan daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai
pedoman saat melakukan wawancara.
b. Wawancara tidak terstruktur merupakan teknik wawancara dimana pewawancara
tidak menggunakan daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai penuntun selama
dalam proses saat melakukan wawancara.
3. Observasi
Teknik observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan dan pengodean
serangkaian prilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in situ, sesuai
dengan tujuan empiris
a. Pemilihan, menunjukkan pengamat mengedit dan memfokuskan pengamatan
secara sengaja atau tidak.
b. Pengubahan, menunjukan bahwa observasi boleh mengubah prilaku atau tanpa
mengganggu kewajarannya.
c. Pencatatan, menunjukan upaya merekam kejadian-kejadian dengan
menggunakan catatan lapangan, sistem kategori dan metode-metode lainnya.
d. Pengodean, menunjukan proses penyederhanaan catatan-catatan itu melalui
metode reduksi data.
e. Rangkaian prilaku dan suasana, menunjukan bahwa observasi malakukan
serangkaian pengukuran yang berlainan pada berbagai prilaku dan suasana.
f. In situ, menunjukan bahwa pengamatan kejadian terjadi melalui situasi alamiah
walaupun tidak berarti tanpa menggunakan manipulasi eksperimental.
g. Tujuan Empiris, menunjukan bahwa observasi memiliki bermacam-macam
fungsi dalam penelitian , deskripsi, melahirkan teori dan hipotesis, atau menguji
teori atau hipotesis
Kelebihan dari teknik observasi ini yakni :

Rancangan Penelitian 38
a. Data yang diperoleh adalah data aktual/ segar dalam arti bahwa data diperoleh
dari responden pada saat terjadinya tingkah laku.
b. Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung. Tingkah laku yang
diharapkan muncul mungkin akan muncul atau mungkin juga tidak muncul,
karena tingkah laku dapat dilihat atau diamati, maka kita segera dapat
mengatakan bahwa yang diukur memang sesuatu yang dimaksudkan untuk diukur

Kekurangan Teknik Observasi yakni :


a. Untuk memperoleh data yang diharapkan, maka pengamat harus menunggu
danmengamati sampai tingkah laku yang diharapkan terjadi/muncul.
b. Beberapa tingkah laku, seperti tingkah laku kriminal atau yang bersifat pribadi,
sukar atau tidak mungkin diamati bahkan mungkin dapat membahayakan si
pengamat jika diamati
Teknik observasi dalam pengumpulan data berdasarkan keterlibatan pengamat
dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu participan observation dan non participan
observation.
a. Observasi partisipan merupakan observasi dimana pengamat ikut serta terlibat
dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diteliti atau yang
diamati, seolah-olah merupakan merupakan bagian dari mereka
b. Observasi non partisipan merupakan observasi dimana pengamat berada diluar
subyek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.
Sedangkan teknik observasi dalam pengumpulan data berdasarkan cara pengamatan,
yakni sebagai berikut :
a. Observasi berstruktur merupakan observasi dimana pengamat dalam
melaksanakan observasinya menggunakan pedoman pengamatan.
b. Observasi tak berstruktur merupakan observasi dimana pengamat dalam
melaksanakan observasinya melakukan pengamatan secara bebas.
4. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada
subyek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa
buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial
dan dokumen lainnya.
Kelebihan dari teknik pengumpulan data melalui studi dokumen ini adalah :

Rancangan Penelitian 39
a. Pilihan alternatif, untuk subyek peneliti tertentu yang sukar atau tidak mungkin
dijangkau, maka studi dokumentasi dapat memberikan jalan untuk melakukan
penelitian (pengumpulan data)
b. Tidak reaktif, karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara langsung dengan
orang, maka data yang diperlukan tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti atau
pengumpul data
c. Untuk penelitian yang menggunakan data yang menjangkau jauh ke masa lalu,
studi dokumentasi memberikan cara yang terbaik
d. Besar sampel, dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik memungkinkan
untuk mengambil sampel yang lebih besar dengan biaya yang relatif kecil
Sedangkan kekurangan dari teknik studi dokumen yakni :
a. Bias, biasanya data yang disajikan dalm dokumen bisa berlebihan atau tidak ada
(disembunyikan)
b. Tersedia secara selektif, tidak semua dokumen dipelihara untuk dibaca ulang oleh
orang lain
c. Tidak komplit, data yang terdapat dalam dokumen biasanya tidak lengkap
d. Format tidak baku, format yang ada pada dokumen biasanya berbeda dengan
format yang terdapat pada penelitian, disebabkan tujuan penulisan dokumen
berbeda dengan tujuan penelitian
Teknik pengumpulan data berdasarkan banyaknya data yang diambil, dikelompokkan
menjadi dua yakni :
a. Sensus adalah cara pengumpulan data dengan mengambil elemen atau anggota
populasi secara keseluruhan untuk diselidiki, atau pengumpulan data melalui
populas. Data yang diperoleh dari hasil sensus ini, disebut parameter atau data
yang sebenarnya.
b. Sampling adalah cara pengumpulan data dengan mengambil sebagian elemen
anggota populasi untuk diselidiki, atau pengumpulan data melalui sampel. Data
yang diperoleh dari sampling ini, disebut data prakiraan (estimate value)
5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpulan data yang memenuhi persyaratan
pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur suatu objek atau fenomena
tertentu. Instrumen penelitian masih erat hubungannya dengan metode yang

Rancangan Penelitian 40
digunakan dalam mengumpulkan data seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2
berikut.

Gambar 3.2 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Ciri-ciri instrumen penelitian yang baik adalah valid, reliabel, dan objektif.

a. Validitas
Validitas adalah penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur
penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Paling tidak yang dapat
kita lakukan dalam menentukan validitas suatu instrumen pengukuran adalah
menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa
yang kita yakini dalam pengukuran.
Untuk menguji validitas instrumen, ada tiga macam validitas instrumen yaitu:
1) Validitas konstruksi
Instrumen yang telah dikonstruksi mengenai aspek-aspek yang kan diukur
dengan berdasarkan teori selanjutnya didiskusikan dengan ahlinya minimal
3 orang. Selanjutnya lakukan uji coba instrumen pada sampel sekitar 30
responden dari populasi yang akan dipakai. Setelah data ditabulasikan, maka
uji validitas konstruksi dilakukan dengan cara mengkorelasikan antar skor
item instrumen.
2) Validitas isi
Untuk instrument dalam bentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi yang telah
diajarkan. Untuk instrumen dalam bentuk nontest, dapat dilakukan dengan
membandingkan isi instrumen dengan rancangan/program yang telah

Rancangan Penelitian 41
disiapkan. Pada tiap instrumen terdapat butir-butir pernyataan maupun
pertanyaan.
3) Validitas eksternal
Validitas eksternal dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria
yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang
ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Pengujiannya dapat dilakukan secara
internal, yaitu pengujian dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada.
Satu lagi secara eksternal, yaitu dengan melakukan test-reset. Cara menentukan
reliabilitas:
1) Pengulangan (dilakukan dua kali pada tes yang sama)
2) Bentuk paralel (dilakukan dua kali pada tes yang sejenis)
3) Konsistensi internal (dilakukan satu kali)
c. Obyektivitas
Obyektivitas dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai derajat di mana
pengukuran yang dilakukan bebas dari pendapat dan penelitian subyektif, bebas
dari bias dan perasaan orang-orang yang menggunakan test.
Prosedur penyusunan instrumen yakni sebagai berikut :

VARIABEL • Apa namanya? Bisakah diukur?

• Susun sendiri kalimat atau


DEFINISI KONSEPTUAL pernyataannya

• Sama dengan definisi konseptual


DEFINISI OPERASIONAL • Termasuk bagaimana cara mengukur

PENETAPAN INSTRUMEN • Kuisioner, skala sikap, tes, lembar


observasi

KISI-KISI INSTRUMEN • Sajikan dalam bentuk matriks

Rancangan Penelitian 42
PENULISAN BUTIR INSTRUMEN
• Membuat pernyataan/pertanyaan

UJICOBA INSTRUMEN • Dilakukan thd calon sampel yg setara

• Diketahui item yg memenuhi syarat &


ANALISIS HASIL UJICOBA item yg harus didrop: uji validitas &
reliabilitas

REVISI INSTRUMEN • Perbaiki item yg kurang baik

FINALISASI INSTRUMEN • Penyempurnaan instrumen, format, dsb

PERBANYAKAN INSTRUMEN
• Gandakan sesuai kebutuhan

6. Teknik Analisis Data

Definisi mengenai teknik analisis data ialah suatu proses analisis yang dilakukan
dengan teknik-teknik tertentu. Teknik ini hakekatnya haruslah sesuai dengan metode
penelitian yang diambil serta instrumen penelitian yang dijalankan. Misalnya dalam
penelitian kualitatif maka instrumen penelitian menggunakan wawacara dan untuk
penelitian kuantitatif teknik penelitian yang diambil menggunakan kuesioner. Karena
demikian adanya, maka dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif menggunakan
teknik analisis data yang berbeda.

Dalam suatu penelitian ilmiah terdapat dua macam penelitian, yakni penelitian
kualitatif dan penelitian kuantitatif. Di sini akan kita jelaskan tentang teknik analisis
data yang sesuai dengan jenis penelitian, yakni teknik analisis data kualitatif dan
teknik analisis data kuantitatif.

a. Analisis Data Kuantitatif

Rancangan Penelitian 43
Karena data kuantitatif adalah informasi yang diungkapkan melalui angka-angka
bukan kata-kata seperti halnya data yang terdapat pada penelitian kualitatif, maka
analisis data kuantitatif selalu berkenaan dengan prosedur statistik (statistical
procedure). Oleh sebab itu, analisis data kuantitatif tidak lain adalah prosedur
statistik (statistical procedure) atau analisis statistic (statistical analysis) itu
sendiri.
Berikut ini adalah macam-macam perhitungan statistik dari penelitian kuantitatif:
1) Statistika deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan data yang sudah terkumpul, sebagaimana adanya tanpa
bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku dalam umum atau
generalisasi. Statistik diskriptif digunakan untuk memberi gambaran dan
menyajikan ringkasan data dari populasi sehingga informasi apa adanya dari
data tersebut bisa diperoleh dengan sistematis dan jelas. Gambaran informasi
itu bisa berupa: 1) distribusi frekuensi, 2) presentasi grafik, 3) measure of
central tendency (mean-nilai rerata, median-nilai tengah, mode-nilai paling
sering muncul), atau 4) measure of variability (Range-perbedaan nilai
tertinggi dan terendah, standar deviasi).
Selain itu, statistik diskriptif bisa digunakan untuk menyajikan data dalam
bentuk tabel (tabulasi) yang pada dasarnya adalah menghitung data dan
memasukkan data ke dalam tabel berdasarkan kategori tertentu. Pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang biasa menggunakan statistik diskriptif yakni :
a) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi X?
b) Bagaimana pemahaman X tentang Y?
c) Bagaimana Sikap X terhadap Y?
2) Statistik inferensial
Statistik inferensial adalah metode statistik yang berguna untuk membuat
inferensi tentang populasi dari probibilitas sampel. Metode ini digunakan
untuk menggambarkan populasi hanya dengan menggunakan informasi dari
observasi yang dilakukan terhadap probibilitas sampel dari kasus yang
diambil dari populasi. Statistik inferensial memiliki dua metode, yaitu: 1)
statistik non-parametrik, dan 2) statistik parametrik.

Rancangan Penelitian 44
a) Statistik Parametrik, yaitu ilmu statistik yang mempertimbangkan
jenis sebaran atau distribusi data, yaitu apakah data menyebar secara
normal atau tidak. Dengan kata lain, data yang akan dianalisis
menggunakan statistik parametrik harus memenuhi asumsi
normalitas statistik parametrik biasanya menggunakan skala interval dan
rasio.
b) Statistik Non-Parametrik adalah yaitu statistik bebas sebaran (tidak
mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi, baik normal atau
tidak). Selain itu, statistik non-parametrik biasanya menggunakan skala
pengukuran sosial, yakni nominal dan ordinal yang umumnya tidak
berdistribusi normal.
b. Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif adalah suatu proses pelacakan dan pengaturan secara
sistematis materi data yang terkumpul dari berbagai teknik pengumpulan data
kualititatif seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, observasi partisipan
atau bahan-bahan lain. Tujuan dari proses ini tidak lain adalah agar seorang
peneliti bisa menyajikan informasi temuan dalam penelitiannya secara bermakna.
Pertanyaan-pertanyaan penelitian kualitatif yakni :
1) Bagaimana….
2) Mengapa….
3) Apa yang mendasari…
4) Bagaimana proses…
5) Bagaimana makna…
6) Dsb
Sejumlah peneliti kualitatif berupaya mengumpulkan data selama mungkin dan
bermaksud akan menganalisis setelah meninggalkan lapangan. Cara tersebut
untuk peneliti kualiatatif salah, karena banyak situasi atau konteks yang tak
terekam dan peneliti lupa penghayaatan situasinya, sehingga berbagai hal yang
terkait dapat berubah menjadi fragmen-fragmen tak berarti. Sehingga pekerjaan
pengumpulan data bagi peneliti kaulitatif harus langsung diikuti dengan pekerjaan
menuliskan, mengedit, mengklasifikasikan, mereduksi, dan menyajikan; yang
selanjutnya Analisis data kualitatif model Miles dan Hubermen terdapat 3 (tiga)

Rancangan Penelitian 45
tahap yakni reduksi data (data reduction), penyajian data (data display)
serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/ verification).

Tahapan dalam menggunakan analisis data kualitatif menurut Ary et al (2001)


yakni sebagai berikut :

1) Organizing
Organizing adalah suatu proses dimana peneliti mulai melakukan klasifikasi
data untuk mencari pola-pola. Pada langkah ini peneliti mulai
mengembangkan kategori untuk membuat klasifikasi informasi yang
diperoleh. Klasifikasi tersebut bisa berupa gagasan, konsep, kegiatan, tema
atau lokasi. Dengan membuat klasifikasi ini seorang peneliti selanjutnya bisa
mengidentifikasi unit-unit yang bermakna dari informasi yang diperoleh dari
data yang diperoleh. Singkatnya, tujuan dari mengembangkan data coding ini
adalah untuk memunculkan sejumlah kategori yang akan memberi
rekonstruksi informasi yang logis dari data yang sudah terkumpul
2) Summarizing

Pada tahap ini adalah tahapan seorang peneliti kualitatif mulai melihat
informasi objektif yang terdapat dalam data yang sudah diklasifikasi. Dalam
hal ini, peneliti memeriksa data yang dimasukkan ke dalam kategori yang
sama dan kemudian menggabungkannya ke dalam satu pola dengan cara
memahami hubungan antar kategori atau pola. Selanjutnya, dibuat
pernyataan tentang tema dan hubungan yang terjadi pada data yang sudah
diklasifikasikan tadi. Disini seorang peneliti kualitatif akan mendapat
informasi yang sistematik dan bisa mensintesis informasi yang terdapat
dalam keseluruhan data.

3) Interpretating
Tahap interpretation adalah tahapan seorang peneliti kualitatif mulai melihat
informasi objektif yang terdapat dalam data yang sudah diklasifikasi. Dalam
hal ini, peneliti memeriksa data yang dimasukkan ke dalam kategori yang
sama dan kemudian menggabungkannya ke dalam satu pola dengan cara
memahami hubungan antar kategori atau pola. Selanjutnya, dibuat
pernyataan tentang tema dan hubungan yang terjadi pada data yang sudah
diklasifikasikan tadi. Disini seorang peneliti kualitatif akan mendapat

Rancangan Penelitian 46
informasi yang sistematik dan bisa mensintesis informasi yang terdapat
dalam keseluruhan data.

Penafsiran data kualitatif peneliti mulai menarik makna dari diskripsi data yang ia
berikan pada analisis data. Disinilah seorang peneliti melakukan proses induktif
(inductive process), yaitu menarik makna dari hubungan dan aspek-aspek umum yang
tergambar dalam kategori-kategori dan pola-pola yang muncul dari data. Penafsiran
data kualitatif sangat dipengaruhi oleh latar belakang, pengetahuan, dan orientasi teori
peneliti serta kemampuan intelektualnya dalam menarik makna dari analisis data.

Sedangkan, pada penelitian kuantitatif penafsiran data lebih mengarah pada proses
deduktif yaitu, verifikasi teori dengan melakukan uji hipotesis (hypothesis testing).
Karena pada penelitian kuantitatif prosedur statistik dominan dilakukan maka uji
hipotesis ini menjadi sangat penting pada penafsiran datanya. Namun tidak semua
penelitian kuantitatif selalu menggunakan hipotesis, karena itu ada penafsiran
penelitian exploratif dan diskriptif tanpa hipotesis yang penafsirannya tidak
memerlukan uji hipotesis. Dalam penelitian eksploratif-diskriptif, penafsiran data di
lakukan dari apa yang tergambar dalam statistik diskriptif sehingga tidak menarik
kesimpulan dari inferensi.

F. Latihan
1. Jelaskan proses/ prosedur penelitian!
2. Coba hubungkan antara konstruk dengan variabel kemudian jelaskan! Berikan contoh!

Rancangan Penelitian 47
BAB – V
KEBIJAKAN SKEMA PENELITIAN
KEMENRISTEKDIKTI

Setelah pembelajaran selesai peserta dapat menjelaskan kebijakan


skema penelitian Kemenristekdikti

Capaian Indonesia dalam publikasi pada jurnal internasional sebagai salah satu
indikator penelitian sudah meningkat secara signifikan, dimana di lingkup ASEAN Indonesia
menduduki peringkat ketiga setelah Malaysia dan Singapura. Akan tetapi upaya kita tidak
boleh berhenti. Penelitian, selain perlu diarahkan untuk menghasilkan produk-produk inovasi
dan respon cepat terhadap kebutuhan masyarakat, hasil penelitian juga perlu diarahkan untuk
mendapatkan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), baik berupa Hak Cipta maupun
Hak Kekayaan Industrial (Paten, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Merek,
Rahasia Dagang dan PerlindunganVarietasTanaman).

Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang) menyadari


bahwa perbaikan mutu penelitian akan mampu mendorong peningkatan daya saing dan
meneguhkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Pemerintah Indonesia
memiliki komitmen tinggi untuk meningkatkan mutu dan kuantitas publikasi akademisi. Setiap
tahun Ditjen Risbang mengeluarkan pendanaan untuk riset pada perguruan tinggi sesuai dengan
amanat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 89 bahwa
perguruan tinggi mendapatkan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN)
dimana paling sedikit 30% dialokasikan untuk kegiatan penelitian.
Skema penelitian yang ditawarkan dapat dilihat pada buku panduan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat yang sampai saat ini sudah sampai pada edisi XII edisi revisi
2019. Materi pada bab IV ini adalah beberapa hal penting tentang penelitian dalam panduan
tersebut.
A. Pengelolaan Penelitian.
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan (Ditjen Penguatan
Risbang, 2018: 9-10,26) berupaya terus mengawal penelitian dan pengabdian kepada

Rancangan Penelitian 48
masyarakat di perguruan tinggi. Pengelolaan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat di perguruan tinggi diarahkan untuk;
1. mewujudkan keunggulan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di
perguruan tinggi
2. meningkatkan daya saing perguruan tinggi di bidang penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat pada tingkat nasional dan internasional
3. meningkatkan angka partisipasi dosen dalam melaksanakan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat yang bermutu
4. meningkatkan kapasitas pengelolaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
di perguruan tinggi
5. memfungsikan potensi perguruan tinggi dalam menopang daya saing bangsa.
Program penelitian yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Penguatan Riset
dan Pengembangan (c.q Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat - DRPM) untuk
dosen di perguruan tinggi meliputi kategori 3 kategori yaitu Penelitian Kompetitif
Nasional, Penelitian Desentralisasi, dan Penelitian Penugasan. Masing-masing kategori
terdiri atas skema penelitian sebagai berikut.
1. Kategori Penelitian Kompetitif Nasional
a. Skema Penelitian Dasar (PD)
b. Skema Penelitian Terapan (PT)
c. Skema Penelitian Pengembangan (PP)
d. Skema Penelitian Dosen Pemula (PDP)
e. Skema Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi (PKPT)
f. Skema Penelitian Pascasarjana (PPS)
2. Kategori Penelitian Desentralisasi
a. Skema Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi (PDUPT)
b. Skema Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT)
c. Skema Penelitian Pengembangan Unggulan Perguruan Tinggi (PPUPTC).
3. Kategori Penelitian Penugasan
a. Skema Konsorsium Riset Unggulan Perguruan Tinggi (KRU-PT)
b. Skema Kajian Kebijakan Strategis (KKS)
c. Skema World Class Research (WCR)

Rancangan Penelitian 49
Tabel. 4.1.
Kesesuaian Skema Penelitian Pendanaan BOPTN dengan Acuan PMK

SKEMA PENDANAAN ACUAN SBK RISET WAKTU


(TAHUN)

A. PENELITIAN KOMPETITIF NASIONAL

1 Skema Penelitian Dasar (PD) SBK Riset Dasar 2-3

2 Skema Penelitian Terapan (PT) SBK Riset Terapan 2-3

3 Skema Penelitian Pengembangan (PP) SBK Riset Pengembangan 3

4 Skema Penelitian Dosen Pemula (PDP) SBK Riset 1


Pembinaan/Kapasitas
5 Skema Penelitian Kerja Sama antar Perguruan SBK Riset Dasar 2
Tinggi (PKPT)
6 Skema Penelitian Pascasarjana (PPS)
Penelitian Tesis Magister (PTM) SBK Riset Dasar 1
Penelitian Disertasi Doktor (PDD) SBK Riset Dasar 1-2
Penelitian Pendidikan Magister menuju Doktor SBK Riset Dasar 3
Sarjana Unggul (PMDSU)
Penelitian Pasca Doktor SBK Riset Dasar 2
B. PENELITIAN DESENTRALISASI
7 Skema Penelitian Dasar Unggulan Perguruan SBK Riset Dasar 2-3
Tinggi (PDUPT)
8 Skema Penelitian Terapan Unggulan Perguruan SBK Riset Terapan 2-3
Tinggi (PTUPT)
9 Skema Penelitian Pengembangan Unggulan SBK Pengembangan 3
Perguruan Tinggi (PPUPT)
C. PENELITIAN PENUGASAN

10 Skema Konsorsium Riset Unggulan Perguruan SBK Pengembangan 3


Tinggi (KRU-PT)
11 Skema Kajian Kebijakan Strategis (KKS) SBK Kajian Aktual Strategis 1

12 Skema Word Class Research (WCR) SBK Riset Dasar 1-3

Rancangan Penelitian 50
Tabel. 4.2.
Pengusulan Penelitian Berdasarkan Klaster Perguruan Tinggi

Kategori dan Skema Penelitian Pengelola Klaster Perguruan Tinggi


Mandiri Utama Madya Binaan
A. PENELITIAN KOMPETITIF NASIONAL
1. Skema Penelitian Dasar (PD) DRPM v v v v
2. Skema Penelitian Terapan (PT) DRPM v v v v
3. Skema Penelitian Pengembangan (PP) DRPM v v v v
4. Skema Penelitian Dosen Pemula (PDP) LLDIKTI - - - v
5. Skema Penelitian Kerja Sama antar DRPM - - v v
Perguruan Tinggi (PKPT)
6. Skema Penelitian Pascasarjana (PPS) DRPM v v v v
B. PENELITIAN DESENTRALISASI
1. Skema Penelitian Dasar Unggulan PT v v v -
Perguruan Tinggi (PDUPT)
2. Skema Penelitian Terapan Unggulan PT v v v -
Perguruan Tinggi (PTUPT)
3. Skema Penelitian Pengembangan PT v v v -
Unggulan Perguruan Tinggi (PPUPT)
C. PENELITIAN PENUGASAN
1. Skema Konsorsium Riset Unggulan DRPM v v - -
Perguruan Tinggi (KRU-PT)
2. Skema Kajian Kebijakan Strategis DRPM v v v v
(KKS)
3. Skema Word Class Research (WCR) DRPM v v v v

Penjelasan lebih lengkap dan jelas dapat dibaca pada Buku Panduan Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat Edisi XII, Edisi Revisi 2019. Buku panduan tersebut dapat
dilihat pada link di bawah ini.

https://www.its.ac.id/lppm/id/2019/07/22/penerimaan-proposal-penelitian-tahun-2019-untuk-
pendanaan-tahun-2020-2022-dana-drpm-kemenristekdikti/panduan-penelitian-dan-pengabdian-
kepada-masyarakat-edisi-xii-revisi-tahun-2019/

Rancangan Penelitian 51
B. Skema Penelitian Dasar (PD)
Berdasarkan Permenristekdikti Nomor 42 Tahun 2016, Penelitian Dasar
dikategorikan pada penelitian yang menghasilkan prinsip dasar dari teknologi, formulasi
konsep dan/atau aplikasi teknologi, hingga pembuktian konsep (proof-of-concept) fungsi
dan/atau karakteristik penting secara analitis dan eksperimental. Sasaran dari penelitian ini
adalah dihasilkannya teori, metode, atau prinsip kebijakan baru yang digunakan untuk
pengembangan keilmuan. Penelitian Dasar dapat berorientasi kepada penjelasan atau
penemuan (invensi) guna mengantisipasi suatu gejala/fenomena, kaidah, model, atau
postulat baru yang mendukung suatu proses teknologi, kesehatan, pertanian, dan lain-lain
dalam rangka mendukung penelitian terapan. Skema Penelitian Dasar ini dapat dilakukan
untuk penelitian kerjasama dari dalam atau luar negeri. Penelitian kerjasama luar negeri
dapat dilakukan secara multilateral atau dalam bentuk konsorsium. Dalam proses
pengukuran TKT, hasil Penelitian Dasar akan berada di tingkat 1 sampai dengan tingkat
3.
Luaran wajib Penelitian Dasar per tahun dapat berupa.
1. minimal satu artikel di jurnal internasional yang terindeks pada database bereputasi;
atau
2. minimal satu buku hasil penelitian ber ISBN; atau
3. minimal tiga artikel di prosiding yang terindeks pada database bereputasi; atau
4. minimal tiga book chapter yang terindeks pada database bereputasi atau ber-ISBN
Kriteria Penelitian Dasar mengikuti pedoman sebagai berikut.
1. penelitian bersifat multitahun, jangka waktu penelitian 2–3 tahun dan luarannya akan
dievaluasi setiap tahun; dan
2. pembiayaan penelitian untuk setiap tahunnya mengikuti ketentuan pendanaan
berdasarkan bidang fokus mengacu SBK Penelitian Dasar.
Persyaratan pengusul Penelitian Dasar sebagai berikut:
1. berpendidikan S3 dengan minimal jabatan fungsional asisten ahli, atau berpendidikan
S2 dengan jabatan fungsional sekurang-kurangnya lektor
2. ketua pengusul memiliki rekam jejak publikasi minimal dua artikel di database
terindeks bereputasi dan/atau jurnal nasional terakreditasi sebagai penulis pertama
atau corresponding author dibuktikan dengan mencantumkan URL artikel dimaksud;
dan
3. anggota pengusul 1-2 orang.

Rancangan Penelitian 52
C. Skema Penelitian Terapan (PT)
Penelitian Terapan merupakan penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan solusi
dari suatu masalah yang ada di masyarakat, industri, pemerintahan sebagai kelanjutan dari
riset dasar. Penelitian Terapan adalah model penelitian yang lebih diarahkan untuk
menciptakan inovasi dan pengembangan ipteks. Penelitian ini berorientasi produk ipteks
yang telah tervalidasi di lingkungan laboratorium/lapangan atau lingkungan yang relevan.
Dalam proses pengukuran TKT, hasil Penelitian Terapan akan berada di tingkat 4 sampai
dengan tingkat 6.
Luaran wajib Penelitian Terapan dapat berupa paten, paten sederhana, hak cipta,
perlindungan varietas tanaman, desain tata letak sirkuit terpadu, atau naskah kebijakan
dengan kriteria masing-masing tahapan luaran. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menghasilkan luaran tambahan.
Kriteria Penelitian Terapan mengikuti pedoman berikut:
1. penelitian bersifat multi tahun, jangka waktu penelitian 2–3 tahun dan luaran akan
dievaluasi setiap tahun; dan
2. pembiayaan penelitian mengikuti ketentuan pendanaan berdasarkan bidang fokus
mengacu SBK Penelitian Terapan.
Persyaratan pengusul Penelitian Terapan sebagai berikut:
1. ketua pengusul berpendidikan S3 dengan jabatan fungsional minimal asisten ahli, atau
berpendidikan S2 dengan jabatan fungsional minimal lektor;
2. ketua pengusul memiliki rekam jejak publikasi minimal dua artikel di database
terindeks bereputasi dan/atau jurnal nasional terakreditasi sebagai penulis pertama
atau corresponding author dibuktikan dengan mencantumkan URL artikel dimaksud,
atau minimal memiliki satu KI status terdaftar;
3. KI yang dimaksud dari poin 2 adalah KI yang melindungi substansi hasil-hasil
penelitian namun tidak termasuk hak cipta buku, artikel, laporan, skripsi, tesis,
desertasi, panduan, dan dokumen sejenisnya
4. memiliki mitra yang dibuktikan dengan surat pernyataan (dukungan) yang berisikan
kesediaan bekerjasama dalam penelitian. Adanya dukungan pendanaan oleh mitra
menjadi nilai tambah dari usulan;

Rancangan Penelitian 53
5. institusi mitra yang dimaksud pada poin 4 adalah mitra calon pengguna yang relevan
dengan produk penelitian
6. anggota pengusul 1-2 orang.

D. Skema Penelitian Pengembangan (PP)


Penelitian Pengembangan ditujukan untuk mencapai pengembangan lebih lanjut
pada tahapan model/produk/purwarupa yang telah di uji coba dalam lingkungan yang
sebenarnya. Penelitian pengembangan adalah model penelitian yang lebih diarahkan untuk
mengembangkan produk komersial. Dalam penelitian ini diperlukan keterlibatan mitra
sebagai investor. Dalam proses pengukuran TKT, hasil penelitian pengembangan berada
di level TKT 7 sampai 9. Skema Penelitian Pengembangan dapat dilakukan untuk
penelitian kerjasama dari dalam atau luar negeri. Penelitian kerjasama luar negeri dapat
dilakukan secara multilateral atau dalam bentuk konsorsium. Luaran wajib Penelitian
Pengembangan dapat berupa produk industry atau produk kebijakan dengan kriteria
masing-masing tahapan luaran.
Kriteria Penelitian Pengembangan mengikuti ketentuan berikut:
1. Penelitian Pengembangan bersifat multitahun dengan jangka waktu penelitian 3 tahun.
2. Luaran akan dievaluasi setiap tahun; dan
3. Pembiayaan penelitian untuk setiap tahunnya mengikuti ketentuan pendanaan
berdasarkan bidang fokus mengacu SBK Penelitian Pengembangan
Persyaratan pengusul Penelitian Pengembangan sebagai berikut:
1. ketua pengusul berpendidikan S3 dengan jabatan fungsional minimal asisten ahli, atau
berpendidikan S2 dengan jabatan fungsional minimal lektor;
2. ketua pengusul memiliki rekam jejak publikasi minimal lima artikel di database
terindeks bereputasi sebagai penulis pertama atau corresponding author dibuktikan
dengan mencantumkan URL artikel dimaksud
3. Ketua pengusul harus memiliki paten terdaftar atau granted atau KI lainnya yang
bersertifikat dengan substansi terkait usulan penelitian
4. Khusus untuk bidang seni, ketua pengusul harus memiliki hak cipta
5. Hak cipta yang dimaksud pada poin 4 tidak termasuk hak cipta buku, artikel, laporan,
skripsi, tesis, desertasi, panduan, dan dokumen sejenisnya

Rancangan Penelitian 54
6. memiliki mitra investor yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang berisikan
komitmen penyertaan dana oleh mitra dalam bentuk in cash minimal sebesar 10% dari
dana yang diajukan
7. anggota pengusul 1-2 orang

E. Skema Penelitian Dosen Pemula (PDP)


Program Penelitian Dosen Pemula (PDP) dimaksudkan sebagai kegiatan penelitian
dalam rangka membina dan mengarahkan para peneliti pemula untuk meningkatkan
kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan mempublikasikan hasil penelitiannya
dalam jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional. Sejalan dengan kebijakan
desentralisasi penelitian oleh Ditjen Penguatan Risbang, PDP merupakan salah satu skema
penelitian yang diperuntukkan bagi dosen tetap pada perguruan tinggi klaster Binaan.
Skema ini diharapkan dapat menginisiasi penyusunan peta jalan penelitian bagi pengusul.
Hasil penelitian skema ini berada di level TKT 1 sampai 3.
Luaran wajib PDP berupa publikasi satu artikel ilmiah dalam jurnal nasional
terakreditasi peringkat 1-6, atau satu artikel di jurnal internasional, atau satu artikel di
prosiding seminar internasional. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan luaran
tambahan. Kriteria penelitian dosen pemula yaitu pembiayaan PDP mengacu SBK Riset
Pembinaan/Kapasitas dan jangka waktu penelitian satu tahun.
Persyaratan pengusul PDP sebagai berikut:
1. ketua pengusul berpendidikan S2 dengan maksimal jabatan fungsional asisten ahli
atau belum memiliki jabatan fungsional;
2. anggota pengusul 1-2 orang; dan
3. pengusul hanya boleh mendapatkan skema PDP sebanyak dua kali sebagai ketua atau
anggota.
F. Skema Penelitian Kerjasama antar Perguruan Tinggi (PKTP)
DRPM berupaya untuk memperkecil kesenjangan kualitas antar perguruan tinggi
di bidang penelitian dengan memfasilitasi kerja sama penelitian antar kelompok peneliti
yang relatif baru berkembang melalui skema Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi
(PKPT). Tim peneliti pengusul (TPP) PKPT berasal dari perguruan tinggi klaster Madya
dan Binaan. TPP bermitra dengan perguruan tinggi yang mempunyai pusat-pusat
penelitian maupun kelompok-kelompok peneliti yang unggul (Tim Peneliti Mitra/TPM).

Rancangan Penelitian 55
Diharapkan melalui kerja sama ini kualitas penelitian TPP dapat lebih ditingkatkan. PKPT
dapat berupa penelitian dasar dengan TKT 1-3.
Luaran wajib PKPT Penelitian Dasar per tahun berupa:
1. satu artikel Jurnal internasional yang terindeks pada database bereputasi; atau
2. satu buku hasil penelitian ber ISBN; atau
3. tiga artikel prosiding yang terindeks pada database bereputasi; atau
4. tiga book chapter yang terindeks pada database bereputasi atau ber-ISBN.

Kriteria PKPT mengikuti ketentuan sebagai berikut:


1. usulan penelitian merupakan penelitian yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan
di institusi TPP setelah program penelitian ini selesai;
2. jangka waktu penelitian dua tahun dan dilakukan evaluasi di akhir tahun pertama; dan
3. pembiayaan PKPT mengacu pada SBK Penelitian

Persyaratan pengusul PKPT sebagai berikut:


1. TPP terdiri atas ketua dan maksimum dua orang anggota dari perguruan tinggi klister
Madya atau Binaan;
2. ketua TPP berpendidikan S-2 dengan jabatan fungsional maksimum lektor;
3. TPM bukan merupakan tempat TPP menempuh pendidikan terakhir;
4. klaster kinerja penelitian perguruan tinggi TPM harus lebih tinggi dari perguruan
tinggi TPP;
5. TPP dan TPM harus berasal dari PT yang berbeda;
6. TPM terdiri atas seorang ketua dan seorang anggota, keduanya berpendidikan S-3;
7. peneliti TPM minimal mempunyai 5 publikasi sebagai penulis pertama atau
corresponding author pada jurnal bereputasi internasional atau satu KI terdaftar;
8. usulan penelitian dibuat secara bersama antara TPP dan TPM;
9. usulan TPP harus mendapat persetujuan TPM melalui Simlitabmas; dan
10. tidak sedang menjabat.

G. Skema Penelitian Pascasarjana


Upaya untuk meningkatkan produktivitas penelitian dan konsekuensinya dengan
publikasi karya ilmiah di perguruan tinggi adalah pemberian bantuan pelaksanaan
penelitian bagi mahasiswa pascasarjana. Salah satu cara yang dipilih adalah pemberian
dukungan pendanaan penelitian diprogram pascasarjana meliputi Penelitian Tesis

Rancangan Penelitian 56
Magister (PTM), Penelitian Disertasi Doktor (PDD), Penelitian Pendidikan Magister
menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMSDU), dan Penelitian Pasca Doktor (PPD).
1. Penelitian Tesis Magister (PTM)
Tujuan PTM sebagai berikut:
a. menghasilkan lulusan magister yang mampu menyusun ide, hasil pemikiran, dan
argument saintifik atau teknis secara bertanggung jawab dan berdasarkan etika
akademik, serta mengkomunikasikannya melalui media kepada masyarakat
akademik dan masyarakat luas;
b. meningkatkan jumlah dan mutu publikasi ilmiah baik di tingkat nasional maupun
internasional;
c. mempercepat penyelesaian studi magister sehingga dapat meningkatkan jumlah
dan kompetensi lulusan program magister; dan
d. menciptakan iklim akademik yang lebih dinamis dan kondusif di lingkungan
perguruan tinggi, sehingga hubungan antara dosen dan mahasiswa menjadi lebih
interaktif dan berkualitas.
Luaran wajib PTM adalah satu artikel yang dimuat dalam jurnal ilmiah nasional
terakreditasi peringkat 1-3 atau satu artikel di jurnal internasional atau satu artikel
pada prosiding seminar internasional terindeks bereputasi sebagai penulis pertama
mahasiswa yang dibimbing dan ketua peneliti sebagai corresponding author.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menghasilkan luaran tambahan. Kriteria PTM
mengikuti ketentuan yaitu usulan penelitian merupakan bagian dari payung penelitian
pembimbing sebagai materi penelitian mahasiswa magister bimbingan pengusul,
mahasiswa magister dimaksud adalah mahasiswa yang sedang studi di perguruan
tinggi ketua pengusul dan jangka waktu penelitian selama 1 tahun dengan besaran
biaya maksimal Rp. 40.000.000. Persyaratan pengusul PTM yaitu ketua pengusul
merupakan dosen tetap perguruan tinggi, bergelar doktor (S3) yang sedang
membimbing minimal satu mahasiswa magister full time dan anggota pengusul terdiri
atas dosen pembimbing pembantu (jika ada) dan satu mahasiswa magister
bimbingannya.
2. Penelitian Desertasi Doktor (PDD)
Tujuan PDD sebagai berikut:
a. menghasilkan lulusan doktor yang mampu menemukan atau mengembangkan
teori/konsepsi/ gagasan ilmiah baru, memberikan kontribusi pada pengembangan,

Rancangan Penelitian 57
serta pengamalan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi yang memperhatikan dan
menerapkan nilai humaniora di bidang keahliannya, dengan menghasilkan
penelitian ilmiah berdasarkan metodologi ilmiah, pemikiran logis, kritis,
sistematis, dan kreatif, atau menghasilkan lulusan doktor terapan yang mampu
menemukan, menciptakan, dan memberikan kontribusi baru pada pengembangan,
serta pengamalan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi yang memperhatikan dan
menerapkan nilai humaniora di bidang keahliannya, dengan menghasilkan karya
desain, prototipe, atau inovasi teknologi bernilai tambah atau dapat digunakan
untuk penyelesaian masalah berdasarkan pemikiran logis, kritis, kreatif, dan arif
b. meningkatkan jumlah dan mutu publikasi ilmiah di tingkat internasional
c. mempercepat penyelesaian studi doktor sehingga dapat meningkatkan jumlah dan
kompetensi lulusan program doktor; dan
d. menciptakan iklim akademik institusi pascasarjana yang lebih dinamis dan
kondusif di lingkungan perguruan tinggi, sehingga hubungan antara dosen dan
mahasiswa menjadi lebih interaktif dan berkualitas.
Luaran wajib PDD adalah publikasi satu artikel ilmiah per tahun sebagai penulis
pertama mahasiswa yang dibimbing dan ketua peneliti sebagai corresponding author
dalam jurnal internasional bereputasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menghasilkan luaran tambahan. Kriteria PDD mengikuti ketentuan seperti usulan
penelitian merupakan bagian dari payung penelitian sebagai materi disertasi minimal
satu mahasiswa doktor bimbingan pengusul dan jangka waktu penelitian 1-2 tahun
dengan besaran biaya maksimal Rp60.000.000 per tahun untuk membiayai penelitian
disertasi mahasiswa bimbingannya.
Persyaratan pengusul PDD sebagai berikut:
a. ketua pengusul merupakan dosen tetap perguruan tinggi, bergelar doktor (S3),
dan mempunyai bimbingan mahasiswa program doktor dari dalam dan/atau luar
negeri, baik program doctor by course maupun doctor by research;
b. ketua pengusul memiliki pengalaman publikasi minimal dua artikel sebagai
penulis pertama atau corresponding author di jurnal internasional bereputasi; dan
c. anggota tim terdiri atas co-promotor dan satu orang mahasiswa doktor
bimbingannya.
3. Penelitian Pendidikan Magister menuju Doktor Sarjana Unggul (PMDSU)
Tujuan PMDSU sebagai berikut:

Rancangan Penelitian 58
a. mematangkan sarjana yang unggul sehingga yang bersangkutan dapat
menyelesaikan program doktor dengan lebih cepat;
b. menghasilkan lulusan doktor yang mampu menemukan atau mengembangkan
teori/konsepsi/ gagasan ilmiah baru, memberikan kontribusi pada pengembangan,
serta pengamalan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi yang memperhatikan dan
menerapkan nilai humaniora di bidang keahliannya, dengan menghasilkan
penelitian ilmiah berdasarkan metodologi ilmiah, pemikiran logis, kritis,
sistematis, dan kreatif; dan
c. menumbuhkan kapasitas pascasarajana sebagai pusat penelitian penghasil inovasi
teknologi sejalan dengan kemajuan iptek.
Luaran wajib PMDSU per tahun berupa publikasi satu artikel ilmiah dalam jurnal
internasional bereputasi sebagai penulis pertama mahasiswa yang dibimbing dan
ketua peneliti sebagai corresponding author. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menghasilkan luaran tambahan. Kriteria PMDSU diantaranya adalah usulan
penelitian merupakan bagian dari payung penelitian sebagai materi disertasi
mahasiswa bimbingan pengusul dan jangka waktu penelitian 3 tahun dengan besaran
biaya maksimal Rp60.000.000 per tahun.
Syarat pengusul PMDSU mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. ketua pengusul adalah promotor dari mahasiswa program PMDSU yang masih
aktif dan sudah dinyatakan lulus perkuliahan Semester 1, dan sedang menempuh
kuliah di Semester 2 serta akan memulai penelitian di tahun yang sedang berjalan;
b. ketua pengusul memiliki h-index ≥2 yang didapatkan dari lembaga pengindeks
internasional bereputasi dan memiliki rekam jejak penelitian yang sangat baik;
dan
c. anggota pengusul adalah co-promotor dan mahasiswa program PMDSU, dengan
pembagian tugas yang jelas antara tim pengusul yang terlibat serta disetujui oleh
yang bersangkutan.
4. Penelitian Pasca Doktor (PPD)
Tujuan PPD sebagai berikut.
a. memfasilitasi dosen senior untuk meningkatkan kapasitas penelitian di
institusinya dengan memberikan kesempatan merekrut doktor muda untuk
melaksanakan penelitian dan menghasilkan publikasi di perguruan tinggi
pengusul;

Rancangan Penelitian 59
b. menumbuhkan kapasitas pascasarjana sebagai pusat penelitian penghasil inovasi
teknologi sejalan dengan kemajuan iptek;
c. memfasilitasi terbentuknya kerja sama riset dan publikasi antara doktor muda
dengan dosen senior yang mempunyai rekam jejak sangat baik; dan
d. terbentuknya suasana akademik institusi pascasarjana sehingga dapat
meningkatkan jumlah dan mutu publikasi ilmiah di tingkat internasional;
Luaran wajib PPD per tahun berupa publikasi satu artikel ilmiah dalam jurnal
internasional bereputasi dan satu artikel pada prosiding seminar internasional
bereputasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menghasilkan luaran tambahan.
Kriteria PPD mengikuti yaitu penelitian diusulkan oleh dosen senior bersama-sama
dengan peneliti pasca doktor; penelitian pasca doktor berupa penelitian dasar (TKT 1-
3); dan jangka waktu penelitian 2 tahun.
Syarat pengusul PPD mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. ketua pengusul adalah dosen senior berpendidikan doktor dengan jabatan
akademik minimal Lektor Kepala yang memiliki h-index ≥ 3 untuk bidang sains
dan teknologi dan hindex ≥ 2 untuk bidang sosial;
b. peneliti pasca doktor harus sudah memiliki publikasi di jurnal internasional
bereputasi dan lulus paling lama 3 tahun pada saat pengusulan;
c. peneliti pasca doktor mendapatkan izin dari pimpinan institusi tempat bekerja
yang dibuktikan surat keterangan mendapatkan izin untuk melaksanakan
penelitian pasca doktor; dan
d. peneliti pengusul tidak boleh dari institusi yang sama dengan peneliti pasca
doktor; dan
e. topik penelitian yang diusulkan harus terkait dengan bidang ilmu peneliti pasca
doktor dan kepakaran peneliti pengusul.
H. Skema Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi
Skema Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi (PDUPT) didasarkan pada
bidang unggulan yang termuat pada Rencana Strategis (Renstra) Penelitian Perguruan
Tinggi mempunyai sasaran dihasilkannya teori, metode, atau kebijakan baru yang
digunakan untuk pengembangan keilmuan. Penelitian Dasar dapat berorientasi kepada
penjelasan atau penemuan (invensi) guna mengantisipasi suatu gejala/fenomena, kaidah,
model, atau postulat baru yang mendukung suatu proses teknologi, kesehatan, pertanian,
dan lain-lain dalam rangka mendukung penelitian terapan. Skema PDUPT ini dapat

Rancangan Penelitian 60
dilakukan untuk penelitian kerjasama dari dalam atau luar negeri. Penelitian kerjasama
luar negeri dapat dilakukan secara multilateral atau dalam bentuk konsorsium. Dalam
proses pengukuran TKT, hasil PDUPT akan berada di tingkat 1 sampai dengan tingkat 3.
Tujuan PDUPT sebagai berikut:
1. meningkatkan dan mendorong percepatan penelitian dasar di perguruan tinggi
sehingga menghasilkan invensi, baik metode, teori baru atau kebijakan baru yang
belum pernah ada sebelumnya, pada TKT 1-3;
2. meningkatkan mutu dan kompetensi peneliti dalam melakukan penelitian dasar di
perguruan tinggi;
3. meningkatkan mutu hasil penelitian dasar dan menghasilkan publikasi ilmiah dalam
jurnal ilmiah internasional bereputasi; dan
4. meningkatkan dan mendorong kemampuan peneliti di perguruan tinggi untuk
bekerjasama dengan institusi mitra di dalam negeri atau di luar negeri.
Luaran wajib PDUPT pertahun dapat berupa:
1. satu artikel di jurnal internasional yang terindeks pada database bereputasi; atau b.
satu buku hasil penelitian ber-ISBN; atau
2. tiga artikel di prosiding yang terindeks pada database bereputasi; atau
3. tiga book chapter yang diterbitkan oleh penerbit bereputasi dan ber-ISBN.
Kriteria PDUPT sebagai berikut:
1. penelitian bersifat multitahun, jangka waktu penelitian 2-3 tahun dan luarannya akan
dievaluasi setiap tahun; dan
2. pembiayaan penelitian PDUPT mengacu SBK Penelitian Dasar.
Persyaratan pengusul PDUPT sebagai berikut:
1. ketua pengusul berpendidikan S3 dengan minimal jabatan fungsional Asisten Ahli,
atau berpendidikan S2 dengan jabatan fungsional sekurang kurangnya Lektor;
2. ketua pengusul memiliki rekam jejak publikasi minimal dua artikel di database
terindeks bereputasi dan/atau di jurnal nasional terakreditasi peringkat 1-2 sebagai
penulis pertama atau corresponding author dibuktikan dengan mencantumkan URL
artikel dimaksud; dan
3. anggota pengusul 1-2 orang.

I. Skema Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi


Penelitian ini berorientasi produk ipteks yang telah tervalidasi di lingkungan
laboratorium/lapangan atau lingkungan yang relevan. Dalam proses pengukuran TKT,

Rancangan Penelitian 61
hasil PTUPT berada di tingkat 4 sampai dengan tingkat 6. Sasaran akhir dari penelitian ini
adalah dihasilkannya inovasi teknologi pada bidang-bidang unggulan (frontier) dan
rekayasa sosial-budaya guna meningkatkan pembangunan berkelanjutan pada tingkat lokal
maupun nasional. Skema PTUPT dapat dilakukan untuk penelitian kerjasama dari dalam
atau luar negeri. Penelitian kerjasama luar negeri dapat dilakukan secara multilateral atau
dalam bentuk konsorsium.
Tujuan PTUPT sebagai berikut:
1. meningkatkan kemampuan peneliti di lingkungan perguruan tinggi untuk
menghasilkan produk ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya;
2. memperkuat peta jalan penelitian yang bersifat multidisiplin;
3. membangun kolaborasi antara perguruan tinggi dan mitra pengguna hasil penelitian;
4. meningkatkan dan mendorong kemampuan peneliti di perguruan tinggi untuk
bekerjasama dengan institusi mitra di dalam negeri atau di luar negeri; dan
5. Mendapatkan kepemilikan KI produk ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya.
Luaran wajib PTUPT dapat berupa Paten, Paten Sederhana, Hak Cipta,
Perlindungan Varietas Tanaman, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, atau naskah
kebijakan dengan kriteria masing-masing tahapan luaran. Penelitian ini juga diharapkan
dapat menghasilkan luaran tambahan. Kriteria PTUPT yaitu penelitian bersifat multitahun,
jangka waktu penelitian 2-3 tahun dan luaran akan dievaluasi setiap tahun dan pembiayaan
penelitian PTUPT mengacu SBK Penelitian Terapan.
Persyaratan pengusul PTUPT sebagai berikut:
1. ketua pengusul berpendidikan S3 dengan jabatan fungsional minimal Asisten Ahli,
atau berpendidikan S2 dengan jabatan fungsional minimal Lektor;
2. ketua pengusul memiliki rekam jejak publikasi minimal dua artikel di database
terindeks bereputasi dan/atau jurnal nasional terakreditasi peringkat 1-2 sebagai
penulis pertama atau corresponding author dibuktikan dengan mencantumkan URL
artikel dimaksud, atau minimal memiliki satu KI status terdaftar;
3. KI yang dimaksud poin b adalah KI yang melindungi substansi hasil-hasil penelitian
namun tidak termasuk Hak Cipta buku, artikel, laporan, skripsi, tesis, desertasi,
panduan, dan dokumen sejenisnya;
4. memiliki mitra yang dibuktikan dengan surat pernyataan (dukungan) yang berisikan
kesediaan sebagai pengguna hasil penelitian. Adanya dukungan pendanaan oleh mitra
menjadi nilai tambah dari usulan;

Rancangan Penelitian 62
5. institusi mitra yang dimaksud pada poin d adalah mitra calon pengguna yang relevan
dengan produk penelitian;
6. anggota pengusul 1-2 orang.

J. Skema Penelitian Pengembangan Unggulan Perguruan Tinggi


Penelitian Pengembangan Unggulan Perguruan Tinggi (PPUPT) dirancang untuk
memfasilitasi pengembangan hasil-hasil penelitian PT yang telah dilakukan
(dasar/terapan) agar dapat diaplikasikan pada masyarakat pengguna. Usulan PPUPT harus
mampu menguraikan keterkaitannya dengan Renstra penelitian perguruan tinggi.
Penelitian ini harus terarah dan dapat bersifat top-down atau bottom-up.
PPUPT ditujukan untuk mencapai pengembangan lebih lanjut pada tahapan
model/produk/purwarupa yang telah di ujicoba dalam lingkungan yang sebenarnya.
Penelitian pengembangan adalah model penelitian yang lebih diarahkan untuk
mengembangkan produk komersial. Mitra dapat berasal dari unit badan hukum yang
dimiliki oleh perguruan tinggi pengusul. Dalam penelitian ini diperlukan keterlibatan mitra
sebagai investor. Dalam proses pengukuran TKT, hasil penelitian pengembangan berada
di level TKT 7 sampai 9. Luaran wajib PPUPT dapat berupa produk industri atau produk
kebijakan dengan kriteria masing-masing tahapan luaran Penelitian ini juga diharapkan
dapat menghasilkan luaran tambahan.
Tujuan PPUPT sebagai berikut:
1. menghasilkan produk ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang siap
diterapkan yang dicirikan dengan TKT 7-9;
2. memperkuat peta jalan penelitian yang bersifat multidisiplin yang menghasilkan
produk komersial;
3. membangun kemitraan Academic, Bussiness, Government, and Community (ABGC);
dan
4. meningkatkan dan mendorong kemampuan peneliti di perguruan tinggi untuk
bekerjasama dengan institusi mitra di dalam negeri atau di luar negeri.
Persyaratan PPUPT sebagai berikut:
1. ketua pengusul berpendidikan S3 dengan jabatan fungsional minimal Asisten Ahli,
atau berpendidikan S2 dengan jabatan fungsional minimal Lektor;
2. ketua pengusul memiliki rekam jejak publikasi minimal lima artikel di database
terindeks bereputasi sebagai penulis pertama atau corresponding author dibuktikan
dengan mencantumkan URL artikel dimaksud;

Rancangan Penelitian 63
3. ketua pengusul harus memiliki paten terdaftar atau granted atau KI lainnya yang
bersertifikat dengan substansi terkait usulan penelitian.;
4. khusus untuk bidang seni, ketua pengusul harus memiliki hak cipta;
5. hak cipta yang dimaksud poin d tidak termasuk hak cipta buku, artikel, laporan,
skripsi, tesis, desertasi, panduan, dan dokumen sejenisnya;
6. memiliki mitra investor yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang berisikan
komitmen
7. penyertaan dana oleh mitra dalam bentuk in cash minimal sebesar 10% dari dana yang
diajukan; dan
8. anggota pengusul 2-3 orang.

K. Latihan
Buatlah proposal penelitian salah satu skema kebijakan penelitian Kemenristekdikti!

Rancangan Penelitian 64
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Abu & Narbuko, Cholid. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Zainal. 2012. Penenlitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Basuki, Sulistyo.2010. Metode Penelitian. Jakarta: Penaku
Bertens, K. 2007.Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Bumi Aksara.
Creswell, J,W. 2009. Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. Newbury Park: Sage Publications.
Danang, Sunyoto. 2013. Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika Aditama
Anggota Ikapi.
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat. 2019. Panduan Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Dwiastuti, Agustina.D, & Triasih.U. (2016). Keanekaragaman Hayati Penyakit Busuk Batang
Jeruk (Botryodiplodia theobromae) di Jawa Timur. Prosiding Seminar Nasional II
Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan FKIP dengan Pusat Studi Lingkugan dan
Kependudukan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Fitrah, M. dan Luthfiyah. 2017. Metode Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas &
Studi Kasus. CV Jejak: Sukabumi.
Gunawan, Iman. 2013. Metode Penelitiaan Kualitatif: Teori dan Pratilik. Jakarta:
Hamdi, A,S & Bahruddin, E. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Deepublish
Hidayat, Syarifudin, dan Sedarmayanti. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju
Hillway, Tyrus (1956). Introduction to Research, Boston: Houghton Mifflin
Karlinger.1971. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 06/E/2013 tentang Kode Etik
Peneliti
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Rinaldi Sony Faisal dan Bagya Mujianto. 2017. Metologi Penelitian dan Statistik. Jakarta:
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sugiyono, 2013, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Susanti, L. 2016. Modul Metode Penelitian. Departemen Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Universitas Brawijaya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Tuckman, B. 1999. Conducting Educational Research. Inggris: Wadsworth Publishing Co Inc.
Yusuf, A,M. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan Edisi
Pertama. Jakarta: Kencana
Morrisan. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana

Rancangan Penelitian 65
Tokan, P,R,I.2016. Manajemen Penelitian Guru untuk Pendidikan Bermutu: Panduan
Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi, Karya Ilmiah Guru-Dosen dan Kebijakan
Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo
Suryani, Hendryadi. (2015). Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Pada Penelitian
Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam Edisi Pertama. Jakarta: PrenadaMedia Group.
Noor. J. 2017. Metodologi Penelitian (Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah). Jakarta:
Kencana

Rancangan Penelitian 66

Anda mungkin juga menyukai