Analisis Mitos Religi Islam Dan Hindu
Analisis Mitos Religi Islam Dan Hindu
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Haris Supratno
Disusun Oleh:
Linawati (19020074079)
Sunan Sendang Dhuwur memiliki nama asli Raden Noer Rahmad, yaitu
putra dari Abdul Kohar Bin Malik Bin Sultan Abu Yazid kelahiran Baghdad
(Irak). Raden Nur Rahmad wafat pada tahun 1585 M, bisa dipastikan dengan
2 mellihat ukiran yang terdapat pada dinding makam beliau di sebelah Masjid
Sendang Dhuwur. Beliau merupakan tokoh yang sangat dihormati karena
kharismanya yang begitu tinggi, konon bisa disejajarkan dengan Wali Songo pada
saat itu. Raden Noer Rahmad ini diakui oleh Sunan Drajat sebagai Sunan Sendang
Dhuwur.
2 Pada waktu itu, Raden Noer ingin membangun sebuah masjid di Desa
Sendang Dhuwur, namun beliau tidak memiliki bahan bangunan apapun. Raden
Noer kemudian menyampaikannya kepada Sunan Kalijogo. Akhirnya Sunan
Kalijogo memberikan saran kepada Raden Noer dan menunjukkan kearah Ratu
Setelah mendengar syarat dari sang ratu, Sunan Sendang Dhuwur merasa
tertantang, beliau meminta izin Allah SWT untuk dapat memboyong masjid
tersebut ke Desa Sendang Dhuwur dalam waktu tidak lebih dari satu malam.
Menurut kepercayaan masyarakat, doa Sunan Sendang Dhuwur tersebut terkabul
4 sehingga masjid tersebut dapat berpindah ke desa Sendang Dhuwur pada tahun
1561 Masehi. Mitos ini dipercayai benar-benar terjadi oleh masyarakat dengan
dibuktikan masjid Sendang Dhuwur yang masih berdiri kokoh dan menjadi lokasi
yang sering dilihat oleh para peziarah untuk mengunjungi masjid yang menjadi
4 bukti penyebaran Islam di Lamongan dan Tuban.
Linawati
Dewi Sri, Bojonegoro, Jawa Timur. Sami, Perempuan, 53th,
Petani, SD, bahasa
Jawa/Indonesia,
Napis, Tambakrejo,
Bojonegoro, Jawa Timur.
Mitos atau mite (myth) merupakan suatu cerita prosa rakyat yang ditokohi
oleh para dewa atau juga makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain
(kahyangan) pada masa lampau serta dianggap benar-benar terjadi oleh empu
cerita atau juga penganutnya serta bertalian dengan terjadinya tempat, alam
semesta, para dewa, adat istiadat dan juga dongeng suci (Bascom dalam
Danandjaja, 1986: 50). Jadi, dapat dikatakan bahwa mitos merupakan salah satu
karya sastra lisan yang dianggap benar-benar terjadi di dunia nyata. Banyak mitos
berkembang di Indonesia, baik mitos berbasis religi Islam maupun mitos berbasis
religi Hindu. Penelitian mengenai mitos-mitos yang masih dipercayai oleh
masyarakat ini sangat menarik. Dalam makalah analisis ini, penulis akan
menganalisis mitos dari segi (1) nilai, (2) kepercayaan, (3) kepemimpinan, (4)
pengaruhnya kepada masyarakat, (5) serta simbol apa yang terdapat dalam cerita.
1. Nilai
Menurut Pratiwi (2016) nilai kehidupan adalah nilai-nilai yang hidup dan
dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Nilai kehidupan merupakan suatu
nilai kehidupan yang dapat diambil oleh seseorang untuk memperbaiki tindak
tunduknya. Dalam karya sastra banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat
diambil dan direfleksikan dalam kehidupan nyata. Dalam cerita mitos,
meskipun belum terbukti apakah cerita tersebut benar-benar terjadi, namun
masyarakat sangat mempercayai cerita mitos dan berusaha mengambil nilai-
nilai kehidupan yang diceritakan mitos.
2. Kepercayaan
Menurut KBBI mengutip dari jagokata.com kepercayaan merupakan
anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata.
Mitos merupakan cerita lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Mitos
dianggap benar-benar terjadi oleh masyarakat. Masyarakat meyakini bahwa
mitos yang diceritakan oleh nenek moyangnya benar-benar nyata dengan
dibuktikan warisan atau peninggalan yang berhubungan dengan mitos yang
diceritakan. Hal ini mengakibatkan masyarakat merasa harus mempercayai
cerita mitos dari leluhur mereka. Masyarakat bahkan meyakini akan terjadi
malapetaka apabila sesuatu yang dilarang dalam cerita mitos dilanggar dan
tidak dipatuhi. Jadi, kepercayaan masyarakat pada cerita mitos ini benar-benar
sangat kuat.
3. Kepemimpinan
Menurut id.wikipedia.org kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset
dan juga suatu keterampilan praktis yang mencakup kemampuan seseorang
atau sebuah organisasi untuk "memimpin" atau membimbing orang lain, tim,
atau seluruh organisasi. Dalam sebuah karya sastra kepemimpinan juga tampak
pada salah satu tokoh dalam cerita. Cerita mitos terdapat tokoh-tokoh yang
memiliki jiwa kepemimpinan. Biasanya tokoh tersebut adalah seorang raja,
raja, tokoh masyarakat, maupun seseorang yang memiliki kekuasan dan
kekuatan yang luar biasa.
4. Pengaruh Mitos Kepada Masyarakat
Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,
benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang
(kbbi.web.id). Cerita mitos membawa banyak pengaruh terhadap kehidupan
suatu kelompok masyarakat. Pengaruh yang sangat kuat dari cerita mitos
membuat timbulnya watak, kepercayaan, dan perbuatan seseorang dalam
kelompok masyarakat yang memiliki cerita mitos. Pengaruh yang ditimbulkan
dari cerita mitos membentuk masyarakat yang benar-benar percaya pada cerita
mitos. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang masih
melakukan ritual-ritual yang harus dilakukan oleh masyarakat dari malapetaka
yang diceritakan dalam mitos.
C. Pembahasan
(i) Pada waktu itu, Raden Noer ingin membangun sebuah masjid di Desa
Sendang Dhuwur, namun beliau tidak memiliki bahan bangunan apapun
(MSD, 25—30).
(ii) Raden Noer kemudian menyampaikannya kepada Sunan Kalijogo.
Akhirnya Sunan Kalijogo memberikan saran kepada Raden Noer dan
menunjukkan kearah Ratu Retno Kencono di Mantingan, Jepara, yang
telah memiliki masjid (MSD, 25—30).
Sedangkan dalam mitos berbasis religi Hindu dalam cerita mitos berjudul
“Mitos Dewi Sri Sebagai Dewi Tanaman” juga mengandung nilai-nilai
kehidupan. Salah satu nilai yang dapat kita ambil yaitu janganlah kita
memaksakan cinta pada seseorang. Nilai ini tampak dari sang Dewa langit yang
memaksakan cinta kepada anak angkatnya yang terkenal cantik jelita bernama
Dewi Sri. Walaupun Dewi Sri telah menolak cintanya, Dewa tersebut tidak
menyerah bahkan terus mengikuti Dewi Sri hingga sang Dewi menjemput
ajalnya. Hal tersebut tampak pada data sebagai berikut:
(i) Dewi Sri mulai menghindari ayahnya tersebut. Apa yang dilakukan oleh
Dewi Sri ini membuat sang Dewa menjadi marah. Namun, ia tak akan
menyerah untuk memiliki Dewi Sri (MDSSDT, 20—25).
(ii) Perasaan cinta dan hasrat yang begitu besar dari sang Dewa membuatnya
tidak peduli dengan segala yang ia perbuat. Apapun ia lakukan agar bisa
mendapatkan sang Dewi (MDSSDT, 20—25).
(i) Konon menurut cerita masyarakat setempat, diyakini bahwa masjid ini
dibangun dalam waktu satu malam saja oleh Sunan Sendang Dhuwur,
beliau memindahkan bangunan masjid dari Mantingan, Jepara, Jawa
Tengah ke Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Lamongan Jawa
Timur (MSD, 10—15).
Sedangkan dalam mitos berbasis religi Hindu tentang Dewi Sri sebagai
Dewi Tanaman juga sangat dipercayai oleh masyarakat baik di Bali, Sunda,
maupun didaerah Jawa, termasuk Bojonegoro. Hal ini dibuktikan dengan masih
diadakannya penghormatan terhadap Dewi Sri dengan memberikan sesajen di
sawah. Masyarakat percaya bahwa Dewi Sri merupakan perwujudan dari
berbagai tanaman. Hal tersebut tampak pada data sebagai berikut:
(i) Adanya mitos ini ditandai dengan adanya sesajen yang diletakkan dipojok
sawah dan kenduri yang dilakukan setiap masyarakat akan menanam padi
serta memanen padi. Jika petani tidak meletakkan sesajen, mereka percaya
tanaman padi tersebut tidak akan subur (MDSSDT, 50—55)
(ii) Selain itu, orang yang lebih tua biasanya memberitahu anak muda untuk
tidak menduduki buah kelapa, hal tersebut dikarenakan buah kelapa
merupakan kepala Dewi Sri, jadi tidak sopan apalagi diduduki. Mitos ini
masih dipercayai oleh masyarakat Bojonegoro dan diceritakan kepada
generasi berikutnya (MDSSDT, 55—59)
(i) Beliau merupakan tokoh yang sangat dihormati karena kharismanya yang
begitu tinggi, konon bisa disejajarkan dengan Wali Songo pada saat itu.
Raden Noer Rahmad ini diakui oleh Sunan Drajat sebagai Sunan Sendang
Dhuwur (MSD, 20---25).
(ii) Setelah mendengar syarat dari sang ratu, Sunan Sendang Dhuwur merasa
tertantang, beliau meminta izin Allah SWT untuk dapat memboyong
masjid tersebut ke Desa Sendang Dhuwur dalam waktu tidak lebih dari
satu malam (MSD, 35—40).
Dalam mitos religi Hindu tentang Dewi Sri, aspek kepemimpinan
ditunjukkan oleh sang Dewa langit yang merupakan ayah angkat dari Dewi
Sri. Beliau adalah cerminan seorang pemimpin yang hanya mementingkan
perasaannya sendiri. Sang Dewa tidak pernah mendengarkan nasihat dari
orang-orang disekitarnya bahkan sang istri sekalipun. Hal tersebut tampak
pada data berikut ini:
(i) Perasaan cinta dan hasrat yang begitu besar dari sang Dewa membuatnya
tidak peduli dengan segala yang ia perbuat. Apapun ia lakukan agar bisa
mendapatkan sang Dewi (MDSSDT, 15—20).
(ii) Sang ibu pun mendukung keinginan Dewi Sri untuk meninggalkan istana,
dirinya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan karena nasihat yang ia
berikan pada suaminya sudah tidak dihiraukan lagi (MDSSDT, 25—30).
(i) Meskipun usianya yang sudah lebih dari 4,5 abad, bangunan masjid ini
sampai sekarang masih berdiri kokoh, sehingga bukti penyebaran Islam
di Lamongan dan Tuban masih bisa diingat hingga sekarang (MSD, 5—
10)
(ii) Mitos ini dipercayai benar-benar terjadi oleh masyarakat dengan
dibuktikan masjid Sendang Dhuwur yang masih berdiri kokoh dan
menjadi lokasi yang sering dilihat oleh para peziarah untuk mengunjungi
masjid yang menjadi bukti penyebaran Islam di Lamongan dan Tuban
(MSD, 40—44).
Mitos tentang Dewi Sri ini sangat berpengaruh terhadap warga sekitar
kabupaten Bojonegoro, terutama masyarakat di desa Napis, kecamatan
Tambakrejo. Meskipun warga masyarakat banyak yang telah menganut
agama islam, namun masyarakat masih mempercayai mitos yang
berhubungan dengan agama Hindu ini. Kepercayaan masyarakat akan cerita
ini dibuktikan dengan kebiasaan warga terutama petani yang harus
meletakkan sesajen di pojok sawah ketika akan menanam padi. Warga
percaya bahwa apabila tidak menaruh sesaji untuk Dewi Sri tanaman padinya
tidak akan subur. Masyarakat juga percaya bahwa kita tidak boleh menduduki
kelapa yang merupakan bagian tubuh dari Dewi Sri yaitu kepalanya. Hal
tersebut tampak pada data sebagai berikut:
(i) Adanya mitos ini ditandai dengan adanya sesajen yang diletakkan
dipojok sawah dan kenduri yang dilakukan setiap masyarakat akan
menanam padi serta memanen padi. Jika petani tidak meletakkan sesajen,
mereka percaya tanaman padi tersebut tidak akan subur (DSSDT, 45 –50)
Dewi Sri sebagai dewi tanaman ini merupakan simbol dari seorang
perempuan suci dan dewi yang membawa kemakmuran bagi para petani.
Dewi Sri dipercaya sebagai sosok perempuan yang menjaga dan
menyuburkan tanaman terutama padi. Dewi Sri juga digambarkan sebagai
seorang perempuan cantik jelita sehingga tubuhnya pun menjadi tanaman
yang membawa banyak manfaat bagi umat manusia. Hal tersebut tampak
pada data sebagai berikut:
Danandjaja, James. 1986. Foklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-
lain. Jakarta: Grafiti Press.