Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS MITOS RELIGI ISLAM DAN HINDU

DARI ASPEK NILAI, KEPERCAYAAN, KEPEMIMPINAN,


PENGARUH, SERTA SIMBOL KEPERCAYAAN
DALAM MASYARAKAT

Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Haris Supratno

Disusun Oleh:
Linawati (19020074079)

S-1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
Raden Noer, Lamongan, Jawa Timur. Sakat, Laki-laki, 39 th,
Petani, MTS, bahasa
Jawa/Indonesia,
Napis, Tambakrejo,
Bojonegoro, Jawa Timur.

MASJID SENDANG DHUWUR (LAMONGAN-JAWA TIMUR)

Masjid Sendang Dhuwur terletak di Desa Sendang Duwur, Kecamatan


Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Masjid ini menjadi masjid yang
tertua di Lamongan. Masjid Sendang Dhuwur ini menjadi saksi sejarah
perjuangan penyebaran Islam di daerah Lamongan yang dilakukan oleh “Sunan
5 Sendang Dhuwur”. Meskipun usianya yang sudah lebih dari 4,5 abad, bangunan
masjid ini sampai sekarang masih berdiri kokoh, sehingga bukti penyebaran Islam
di Lamongan dan Tuban masih bisa diingat hingga sekarang.

Terdapat mitos yang begitu terkenal mengenai asal-usul dibangunnya


masjid ini. Konon menurut cerita masyarakat setempat, diyakini bahwa masjid ini
1 dibangun dalam waktu satu malam saja oleh Sunan Sendang Dhuwur, beliau
memindahkan bangunan masjid dari Mantingan, Jepara, Jawa Tengah ke Desa
Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Lamongan Jawa Timur. Masjid ini juga
kerap disebut dengan masjid Tiban, karena dari cerita tersebut masjid ini seperti
benar-benar muncul begitu saja dalam satu malam. Masjid Sendang Dhuwur juga
1 menjadi salah satu masjid Wali yang masih terawat dengan baik dan difungsikan
sampai saat ini selain Masjid Sunan Ampel dan Masjid Sunan Giri.

Sunan Sendang Dhuwur memiliki nama asli Raden Noer Rahmad, yaitu
putra dari Abdul Kohar Bin Malik Bin Sultan Abu Yazid kelahiran Baghdad
(Irak).  Raden Nur Rahmad wafat pada tahun 1585 M, bisa dipastikan dengan
2 mellihat ukiran yang terdapat pada dinding makam beliau di sebelah Masjid
Sendang Dhuwur. Beliau merupakan tokoh yang sangat dihormati karena
kharismanya yang begitu tinggi, konon bisa disejajarkan dengan Wali Songo pada
saat itu. Raden Noer Rahmad ini diakui oleh Sunan Drajat sebagai Sunan Sendang
Dhuwur.

2 Pada waktu itu, Raden Noer ingin membangun sebuah masjid di Desa
Sendang Dhuwur, namun beliau tidak memiliki bahan bangunan apapun. Raden
Noer kemudian menyampaikannya kepada Sunan Kalijogo. Akhirnya Sunan
Kalijogo memberikan saran kepada Raden Noer dan menunjukkan kearah Ratu

Linawati, perempuan, 20 th,


mahasiswa, SMK, bahasa Indonesia,
Napis, Tambakrejo, Bojonegoro
Sakat

Kalianyamat/Retno Kencono di Mantingan, Jepara, yang telah memiliki masjid.


3 Setelah itu, Sunan Drajat memberi perintah kepada Raden Noer atau Sunan
Sendang Dhuwur untuk sowan/mengunjungi Mbok Rondo Mantingan (sebutan
Ratu Kalianamat pada saat itu). Sang ratu berkata “Saya tidak akan menjual
masjid ini, namun suamiku berpesan bahwa barang siapa yang sanggup
memboyong masjid ini seketika dalam waktu satu malam saja dalam keadaan
3 utuh, orang tersebut dapat memilikinya”.

Setelah mendengar syarat dari sang ratu, Sunan Sendang Dhuwur merasa
tertantang, beliau meminta izin Allah SWT untuk dapat memboyong masjid
tersebut ke Desa Sendang Dhuwur dalam waktu tidak lebih dari satu malam.
Menurut kepercayaan masyarakat, doa Sunan Sendang Dhuwur tersebut terkabul
4 sehingga masjid tersebut dapat berpindah ke desa Sendang Dhuwur pada tahun
1561 Masehi. Mitos ini dipercayai benar-benar terjadi oleh masyarakat dengan
dibuktikan masjid Sendang Dhuwur yang masih berdiri kokoh dan menjadi lokasi
yang sering dilihat oleh para peziarah untuk mengunjungi masjid yang menjadi
4 bukti penyebaran Islam di Lamongan dan Tuban.

Linawati
Dewi Sri, Bojonegoro, Jawa Timur. Sami, Perempuan, 53th,
Petani, SD, bahasa
Jawa/Indonesia,
Napis, Tambakrejo,
Bojonegoro, Jawa Timur.

MITOS DEWI SRI SEBAGAI DEWI TANAMAN


Mitos yang berkembang mengenai Dewi Sri yang dipercaya oleh
masyarakat Jawa. Mitos ini sangat populer dan masih dipercaya hingga kini.
Konon katanya, pada zaman dahulu Dewa yang menjadi penguasa langit dan
permaisurinya mempunyai anak angkat yang berasal dari telur ajaib yang telah
5 dierami oleh ular. Setelah menetas ternyata anak tersebut berjenis kelamin
perempuan, Dewa langit tersebut pun memberinya nama Dewi Sri. Dewi Sri
merupakan seorang perempuan yang sangat cantik dan memikat, tak hanya cantik
ia juga merupakan gadis yang anggun dan rendah hati. Ia tumbuh dengan kasih
sayang yang melimpah dari kedua orangtuanya.
1 Kecantikan Dewi Sri berhasil memikat setiap lelaki yang terdapat
dikhayangan, termasuk para Dewa. Bahkan sang ayah yang telah merawatnya
sedari kecil pun jatuh cinta kepada Dewi Sri. Sang Dewa berhasrat untuk
memiliki Dewi Sri, maka dengan segala rencana ia pun berusaha merayu Dewi
Sri. Mengetahui sang ayah yang merupakan Dewa penguasa langit memiliki
1 perasaan cinta yang tak sewarnya diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya
membuat Dewi Sri ketakutan. Dewi Sri mulai menghindari ayahnya tersebut. Apa
yang dilakukan oleh Dewi Sri ini membuat sang Dewa menjadi marah. Namun, ia
tak akan menyerah untuk memiliki Dewi Sri. Perasaan cinta dan hasrat yang
begitu besar dari sang Dewa membuatnya tidak peduli dengan segala yang ia
2 perbuat. Apapun ia lakukan agar bisa mendapatkan sang Dewi.
Dewi Sri sudah tidak dapat hidup satu istana lagi dengan ayahnya. Ia ingin
melarikan diri sejauh mungkin sehingga sang Dewa tidak akan dapat
menemukannya. Maka dari itu, dengan mempersiapkan segalanya, ia berencana
untuk meninggalkan istana. Sang ibu pun mendukung keinginan Dewi Sri untuk
2 meninggalkan istana, dirinya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan karena
nasihat yang ia berikan pada suaminya sudah tidak dihiraukan lagi. Suaminya itu
Linawati, perempuan, 20 th,
mahasiswa, SMK, bahasa Indonesia,
Napis, Tambakrejo, Bojonegoro
Sami
untuk meninggalkan istana. Sang ibu pun mendukung keinginan Dewi Sri untuk
meninggalkan istana, dirinya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan karena
nasihat yang ia berikan pada suaminya sudah tidak dihiraukan lagi. Suaminya itu
3 sudah dibutakan oleh cinta kepada anaknya sendiri. Dengan berurai air mata,
Dewi Sri berpamitan kepada ibunya. Dewi Sri berencana turun kebumi dan
memulai hidupnya disana demi menghindar dari sang Dewa.
Namun, rencana yang telah disusun oleh Dewi Sri sebab sang Dewa
menangkap basah dirinya yang berencana pergi. Ibunya menuruh Dewi Sri untuk
3 segera pergi turun kebumi, sementara ia akan menahan sang Dewa. Maka,
bergegas pergilah Dewi Sri. Sebagai Dewa penguasa kerajaan langit, tentu saja
sang Dewa dengan mudah melepaskan diri dari istrinya dan bergegas mengejar
Dewi Sri. Setelah turun dibumi, Dewi Sri tiba di sebuah hutan. Dewi Sri tidak
takut apapun meski sendiri, ia tetap berlari sejauh mungkin agar sang Dewa tidak
4 dapat menemukannya.
Dalam perjalanannya Dewi Sri selalu mendengar panggilan dari sang
Dewa. Setiap kali mendengar panggilan tersebut, ia akan langsung berlari hingga
suara sang Dewa hilang. Konon menurut masyarakat, Dewi Sri sangat kelelahan
karena terus berlari setiap mendengar panggilan sang Dewa. Akibat kelelahan
4 tersebut Dewi Sri akhirnya meninggal dunia. Masyarakat percaya bahwa jasad
dari Dewi Sri ini telah berubah wujud menjadi tanaman. Gigi Dewi Sri menjadi
tanaman jagung, kepalanya menjadi buah kelapa, hidung, bibir, dan telinganya
menjadi berbagai tanaman rempah dan sayur mayur, payudaranya menjadi
tanaman buah-buahan, rambutnya menjadi tanaman bunga, serta pusarnya
5 menjadi tanaman padi. Adanya mitos ini ditandai dengan adanya sesajen yang
diletakkan dipojok sawah dan kenduri yang dilakukan setiap masyarakat akan
menanam padi serta memanen padi. Jika petani tidak meletakkan sesajen, mereka
percaya tanaman padi tersebut tidak akan subur. Kenduri yang dilakukan sebagai
wujud rasa terima kasih masyarakat kepada Dewi Sri yang telah memberikan
5 kesuburan pada tanaman mereka. Selain itu, orang yang lebih tua biasanya
memberitahu anak muda untuk tidak menduduki buah kelapa, hal tersebut
dikarenakan buah kelapa merupakan kepala Dewi Sri, jadi tidak sopan apalagi
diduduki. Mitos ini masih dipercayai oleh masyarakat Bojonegoro dan diceritakan
5 kepada generasi berikutnya.
Linawati
A. Pendahuluan
Mengutip dari pendapat Bascom (dalam Danandjaja, 1986: 50) mitos atau
mite (myth) merupakan suatu cerita prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa
atau juga makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada
masa lampau serta dianggap benar-benar terjadi oleh empu cerita atau juga
penganutnya serta bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa,
adat istiadat dan juga dongeng suci. Mitos yang berbasis religi islam juga
berkembang di Indonesia, terutama daerah Jawa. Salah satu mitos terkenal
berbasis islam yaitu mitos tentang asal usul berdirinya masjid Sendang Dhuwur di
Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Masjid ini menjadi masjid yang tertua di Lamongan. Masjid Sendang Dhuwur ini
menjadi saksi sejarah perjuangan penyebaran Islam di daerah Lamongan yang
dilakukan oleh “Sunan Sendang Dhuwur”. Mitos ini menyebutkan bahwa Sunan
Sendang Dhuwur dapat memindahkan masjid ini hanya dalam waktu satu malam
saja. Mitos ini sangat menarik untuk dikaji dari dianalisis dari segi nilai,
kepercayaan, kepemimpinan, pengaruhnya kepada masyarakat, serta simbol apa
yang terdapat dalam cerita.

Di daerah Bojonegoro terdapat mitos yang masih dipercayai oleh


masyarakat hingga sekarang. Mitos tersebut adalah mitos Dewi Sri yang dianggap
merupakan dewi tanaman, sebab seluruh tubuh Dewi Sri telah berubah menjadi
tanaman seperti jagung, padi, kelapa, maupun tumbuhan buah-buahan dan bunga.
Cerita mitos ini masih dipengaruhi oleh agama yang berkembang pada waktu itu
yaitu agama Hindu dan kejawen. Meskipun masyarakat sekitar kota Bojonegoro
telah menganut agama islam, namun cerita mitos ini masih dipercaya hingga kini.
Mitos ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di
daerah sekitar kabupaten Bojonegoro. Oleh karena itu, cerita mitos Dewi Sri
Sebagai Dewi Tanaman ini perlu dianalisis dari segi nilai, kepercayaan,
kepemimpinan, pengaruhnya kepada masyarakat, serta simbol apa yang terdapat
dalam cerita.
B. Kajian Pustaka
Mengutip dari pendapat Sudjiman (1990: 68) sastra adalah karya lisan atau
tulisan yang berciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan,
dalam isi dan ungkapannya. Sastra merupakan hasil ekspresi pengalaman,
perasaan, dan gagasa/ide seorang pengarang berupa tulisan maupun lisan yang
dapat bersifat psikis, imajinatif, dan estetis. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dilihat bahwa terdapat dua karya sastra yaitu karya sastra tulis dan karya sastra
lisan. Karya sastra tulis merupakan hasil gagasan seorang penulis yang dituangkan
dalam bentuk tulisan. Menurut Semi (2012: 3-4) sastra tulis Jawa Kuno memberi
pengaruh yang besar pada perkembangan sastra daerah lainnya (Sunda, Madura,
Bali, Sasak, Bugis, Makasar, Batak, dan Lampung). Sedangkan, sastra lisan
adalah bagian dari sastra lisan atau atau yang biasanya dikembangkan dalam
kebudayaan lisan, berupa cerita-cerita atau pesan yang disampaikan melalui lisan
secara turun temurun dari generasi ke generasi. Dalam makalah ini yang akan
dianalisis merupakan salah satu dari karya sastra yang berbentuk lisan. Salah satu
karya lisan yang terkenal adalah mitos.

Mitos atau mite (myth) merupakan suatu cerita prosa rakyat yang ditokohi
oleh para dewa atau juga makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain
(kahyangan) pada masa lampau serta dianggap benar-benar terjadi oleh empu
cerita atau juga penganutnya serta bertalian dengan terjadinya tempat, alam
semesta, para dewa, adat istiadat dan juga dongeng suci (Bascom dalam
Danandjaja, 1986: 50). Jadi, dapat dikatakan bahwa mitos merupakan salah satu
karya sastra lisan yang dianggap benar-benar terjadi di dunia nyata. Banyak mitos
berkembang di Indonesia, baik mitos berbasis religi Islam maupun mitos berbasis
religi Hindu. Penelitian mengenai mitos-mitos yang masih dipercayai oleh
masyarakat ini sangat menarik. Dalam makalah analisis ini, penulis akan
menganalisis mitos dari segi (1) nilai, (2) kepercayaan, (3) kepemimpinan, (4)
pengaruhnya kepada masyarakat, (5) serta simbol apa yang terdapat dalam cerita.
1. Nilai
Menurut Pratiwi (2016) nilai kehidupan adalah nilai-nilai yang hidup dan
dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Nilai kehidupan merupakan suatu
nilai kehidupan yang dapat diambil oleh seseorang untuk memperbaiki tindak
tunduknya. Dalam karya sastra banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat
diambil dan direfleksikan dalam kehidupan nyata. Dalam cerita mitos,
meskipun belum terbukti apakah cerita tersebut benar-benar terjadi, namun
masyarakat sangat mempercayai cerita mitos dan berusaha mengambil nilai-
nilai kehidupan yang diceritakan mitos.

2. Kepercayaan
Menurut KBBI mengutip dari jagokata.com kepercayaan merupakan
anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata.
Mitos merupakan cerita lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Mitos
dianggap benar-benar terjadi oleh masyarakat. Masyarakat meyakini bahwa
mitos yang diceritakan oleh nenek moyangnya benar-benar nyata dengan
dibuktikan warisan atau peninggalan yang berhubungan dengan mitos yang
diceritakan. Hal ini mengakibatkan masyarakat merasa harus mempercayai
cerita mitos dari leluhur mereka. Masyarakat bahkan meyakini akan terjadi
malapetaka apabila sesuatu yang dilarang dalam cerita mitos dilanggar dan
tidak dipatuhi. Jadi, kepercayaan masyarakat pada cerita mitos ini benar-benar
sangat kuat.

3. Kepemimpinan
Menurut id.wikipedia.org kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset
dan juga suatu keterampilan praktis yang mencakup kemampuan seseorang
atau sebuah organisasi untuk "memimpin" atau membimbing orang lain, tim,
atau seluruh organisasi. Dalam sebuah karya sastra kepemimpinan juga tampak
pada salah satu tokoh dalam cerita. Cerita mitos terdapat tokoh-tokoh yang
memiliki jiwa kepemimpinan. Biasanya tokoh tersebut adalah seorang raja,
raja, tokoh masyarakat, maupun seseorang yang memiliki kekuasan dan
kekuatan yang luar biasa.
4. Pengaruh Mitos Kepada Masyarakat

Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,
benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang
(kbbi.web.id). Cerita mitos membawa banyak pengaruh terhadap kehidupan
suatu kelompok masyarakat. Pengaruh yang sangat kuat dari cerita mitos
membuat timbulnya watak, kepercayaan, dan perbuatan seseorang dalam
kelompok masyarakat yang memiliki cerita mitos. Pengaruh yang ditimbulkan
dari cerita mitos membentuk masyarakat yang benar-benar percaya pada cerita
mitos. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang masih
melakukan ritual-ritual yang harus dilakukan oleh masyarakat dari malapetaka
yang diceritakan dalam mitos.

5. Simbol dalam Mitos

Munurut kamus webster (1997), mengutip dari jagad.id menjelaskan


bahwa pengertian simbol sebagai sesuatu yang mewakili atau menjelaskan
tentang sebuah bentuk. Dalam cerita mitos, seorang tokoh biasanya mewakili
simbol tertentu. Misalkan dalam cerita mitos Asal Usul Gunung Kelud yang
mengisahkan mengenai seorang tokoh bernama Dewi Kilisuci. Dewi Kilisuci
adalah simbol dari seorang perempuan yang cantik jelita tetapi memiliki sifat
yang keras kepala dan tidak mudah mengubah keputusannya, meskipun harus
menggunakan berbagai cara untuk tetap mempertahankan keputusannya.

C. Pembahasan

1. Nilai yang Terkandung dalam Mitos

Dalam mitos berbasis religi Islam berjudul “Masjid Sendang Dhuwur”


diatas terkandung nilai-nilai kehidupan yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun nilai-nilai tersebut yaitu bahwa apabila kita tidak tahu
bagaimana caranya dalam menyelesaikan masalah, maka hendaklah bertanya
atau meminta saran kepada orang yang lebih berpengalaman. Nilai ini tampak
pada apa yang dilakukan Raden Noer ketika menjumpai permasalahannya yaitu
bagaimana ia dapat membangun masjid jika tidak memiliki bahan bangunan
apapun. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, Raden Noer meminta saran
kepada Sunan Kalijaga. Hal tersebut tampak pada data sebagai berikut:

(i) Pada waktu itu, Raden Noer ingin membangun sebuah masjid di Desa
Sendang Dhuwur, namun beliau tidak memiliki bahan bangunan apapun
(MSD, 25—30).
(ii) Raden Noer kemudian menyampaikannya kepada Sunan Kalijogo.
Akhirnya Sunan Kalijogo memberikan saran kepada Raden Noer dan
menunjukkan kearah Ratu Retno Kencono di Mantingan, Jepara, yang
telah memiliki masjid (MSD, 25—30).

Sedangkan dalam mitos berbasis religi Hindu dalam cerita mitos berjudul
“Mitos Dewi Sri Sebagai Dewi Tanaman” juga mengandung nilai-nilai
kehidupan. Salah satu nilai yang dapat kita ambil yaitu janganlah kita
memaksakan cinta pada seseorang. Nilai ini tampak dari sang Dewa langit yang
memaksakan cinta kepada anak angkatnya yang terkenal cantik jelita bernama
Dewi Sri. Walaupun Dewi Sri telah menolak cintanya, Dewa tersebut tidak
menyerah bahkan terus mengikuti Dewi Sri hingga sang Dewi menjemput
ajalnya. Hal tersebut tampak pada data sebagai berikut:

(i) Dewi Sri mulai menghindari ayahnya tersebut. Apa yang dilakukan oleh
Dewi Sri ini membuat sang Dewa menjadi marah. Namun, ia tak akan
menyerah untuk memiliki Dewi Sri (MDSSDT, 20—25).

(ii) Perasaan cinta dan hasrat yang begitu besar dari sang Dewa membuatnya
tidak peduli dengan segala yang ia perbuat. Apapun ia lakukan agar bisa
mendapatkan sang Dewi (MDSSDT, 20—25).

2. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Mitos

Mitos mengenai pembangunan masjid yang dapat diselesaikan hanya dalam


satu malam saja ini sangat dipercayai oleh masyarakat sekitar kota Lamongan,
Jawa Timur. Mitos ini dibuktikan dengan bangunan masjid Sendang Dhuwur
yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Hal tersebut tampak pada data
sebagai berikut:

(i) Konon menurut cerita masyarakat setempat, diyakini bahwa masjid ini
dibangun dalam waktu satu malam saja oleh Sunan Sendang Dhuwur,
beliau memindahkan bangunan masjid dari Mantingan, Jepara, Jawa
Tengah ke Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Lamongan Jawa
Timur (MSD, 10—15).

(ii) Menurut kepercayaan masyarakat, doa Sunan Sendang Dhuwur tersebut


terkabul sehingga masjid tersebut dapat berpindah ke desa Sendang
Dhuwur pada tahun 1561 Masehi (MSD, 35—44).

Sedangkan dalam mitos berbasis religi Hindu tentang Dewi Sri sebagai
Dewi Tanaman juga sangat dipercayai oleh masyarakat baik di Bali, Sunda,
maupun didaerah Jawa, termasuk Bojonegoro. Hal ini dibuktikan dengan masih
diadakannya penghormatan terhadap Dewi Sri dengan memberikan sesajen di
sawah. Masyarakat percaya bahwa Dewi Sri merupakan perwujudan dari
berbagai tanaman. Hal tersebut tampak pada data sebagai berikut:

(i) Adanya mitos ini ditandai dengan adanya sesajen yang diletakkan dipojok
sawah dan kenduri yang dilakukan setiap masyarakat akan menanam padi
serta memanen padi. Jika petani tidak meletakkan sesajen, mereka percaya
tanaman padi tersebut tidak akan subur (MDSSDT, 50—55)

(ii) Selain itu, orang yang lebih tua biasanya memberitahu anak muda untuk
tidak menduduki buah kelapa, hal tersebut dikarenakan buah kelapa
merupakan kepala Dewi Sri, jadi tidak sopan apalagi diduduki. Mitos ini
masih dipercayai oleh masyarakat Bojonegoro dan diceritakan kepada
generasi berikutnya (MDSSDT, 55—59)

3. Kepemimpinan dalam Cerita Mitos

Dalam cerita mitos, biasanya terdapat tokoh yang memiliki jiwa


kepemimpinan dalam dirinya. Sosok tersebut adalah seseorag yang memiliki
kekuasaan, bijaksana, dan berpengaruh terhadap masyarakat. Seperti yang
tampak pada cerita mitos Masjid Sendhang Dhuwur. Kebijaksanaan seorang
pemimpin ditunjukkan oleh Raden Noer Ahmad atau Sunan Sendang dhuwur
yang dikenal sebagai seseorang yang memiliki kharisma yang kuat. Beliau
merupakan cerminan seorang pemimpin yang akan selalu memperjuangkan
keinginan rakyatnya. Hal tersebut tampak pada data berikut ini:

(i) Beliau merupakan tokoh yang sangat dihormati karena kharismanya yang
begitu tinggi, konon bisa disejajarkan dengan Wali Songo pada saat itu.
Raden Noer Rahmad ini diakui oleh Sunan Drajat sebagai Sunan Sendang
Dhuwur (MSD, 20---25).
(ii) Setelah mendengar syarat dari sang ratu, Sunan Sendang Dhuwur merasa
tertantang, beliau meminta izin Allah SWT untuk dapat memboyong
masjid tersebut ke Desa Sendang Dhuwur dalam waktu tidak lebih dari
satu malam (MSD, 35—40).
Dalam mitos religi Hindu tentang Dewi Sri, aspek kepemimpinan
ditunjukkan oleh sang Dewa langit yang merupakan ayah angkat dari Dewi
Sri. Beliau adalah cerminan seorang pemimpin yang hanya mementingkan
perasaannya sendiri. Sang Dewa tidak pernah mendengarkan nasihat dari
orang-orang disekitarnya bahkan sang istri sekalipun. Hal tersebut tampak
pada data berikut ini:

(i) Perasaan cinta dan hasrat yang begitu besar dari sang Dewa membuatnya
tidak peduli dengan segala yang ia perbuat. Apapun ia lakukan agar bisa
mendapatkan sang Dewi (MDSSDT, 15—20).

(ii) Sang ibu pun mendukung keinginan Dewi Sri untuk meninggalkan istana,
dirinya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan karena nasihat yang ia
berikan pada suaminya sudah tidak dihiraukan lagi (MDSSDT, 25—30).

4. Pengaruh Mitos Kepada Masyarakat

Mitos tentang berdirinya masjid Sendang Dhuwur hanya dalam satu


malam saja ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat Lamongan. Mitos ini
berkembang dan diceritakan secara lisan oleh masyarakat. Akibat dari
pengaruh mitos ini membuat masyarakat percaya akan sejarah berdirinya
masjid ini. Hal tersebut tampak pada data berikut ini:

(i) Meskipun usianya yang sudah lebih dari 4,5 abad, bangunan masjid ini
sampai sekarang masih berdiri kokoh, sehingga bukti penyebaran Islam
di Lamongan dan Tuban masih bisa diingat hingga sekarang (MSD, 5—
10)
(ii) Mitos ini dipercayai benar-benar terjadi oleh masyarakat dengan
dibuktikan masjid Sendang Dhuwur yang masih berdiri kokoh dan
menjadi lokasi yang sering dilihat oleh para peziarah untuk mengunjungi
masjid yang menjadi bukti penyebaran Islam di Lamongan dan Tuban
(MSD, 40—44).

Mitos tentang Dewi Sri ini sangat berpengaruh terhadap warga sekitar
kabupaten Bojonegoro, terutama masyarakat di desa Napis, kecamatan
Tambakrejo. Meskipun warga masyarakat banyak yang telah menganut
agama islam, namun masyarakat masih mempercayai mitos yang
berhubungan dengan agama Hindu ini. Kepercayaan masyarakat akan cerita
ini dibuktikan dengan kebiasaan warga terutama petani yang harus
meletakkan sesajen di pojok sawah ketika akan menanam padi. Warga
percaya bahwa apabila tidak menaruh sesaji untuk Dewi Sri tanaman padinya
tidak akan subur. Masyarakat juga percaya bahwa kita tidak boleh menduduki
kelapa yang merupakan bagian tubuh dari Dewi Sri yaitu kepalanya. Hal
tersebut tampak pada data sebagai berikut:
(i) Adanya mitos ini ditandai dengan adanya sesajen yang diletakkan
dipojok sawah dan kenduri yang dilakukan setiap masyarakat akan
menanam padi serta memanen padi. Jika petani tidak meletakkan sesajen,
mereka percaya tanaman padi tersebut tidak akan subur (DSSDT, 45 –50)

(ii) Beliau merupakan tokoh yang sangat dihormati karena kharismanya


yang begitu tinggi, konon bisa disejajarkan dengan Wali Songo pada saat
itu. Kenduri yang dilakukan sebagai wujud rasa terima kasih masyarakat
kepada Dewi Sri yang telah memberikan kesuburan pada tanaman
mereka (DSSDT, 45 –50).

5. Simbol dalam Mitos


Raden Noer Ahmad atau Sunan Sendang Dhuwur merupakan simbol
seorang pria yang memiliki jiwa kompetetif dalam dirinya. Beliau juga
seseorang yang memiliki kharisma kuat sehingga disegani oleh masyarakat.
Sunan Sendang Dhuwur juga simbol dari seseorang yang tidak kenal kata
menyerah, meskipun harus melakukan sesuatu hal yang mustahil dilakukan.
Hal tersebut tampak pada data berikut ini:
(i) Setelah mendengar syarat dari sang ratu, Sunan Sendang Dhuwur merasa
tertantang, beliau meminta izin Allah SWT untuk dapat memboyong
masjid tersebut ke Desa Sendang Dhuwur dalam waktu tidak lebih dari
satu malam (MSD, 35—40).
(ii) Beliau merupakan tokoh yang sangat dihormati karena kharismanya yang
begitu tinggi, konon bisa disejajarkan dengan Wali Songo pada saat itu
(MSD, 20—25).

Dewi Sri sebagai dewi tanaman ini merupakan simbol dari seorang
perempuan suci dan dewi yang membawa kemakmuran bagi para petani.
Dewi Sri dipercaya sebagai sosok perempuan yang menjaga dan
menyuburkan tanaman terutama padi. Dewi Sri juga digambarkan sebagai
seorang perempuan cantik jelita sehingga tubuhnya pun menjadi tanaman
yang membawa banyak manfaat bagi umat manusia. Hal tersebut tampak
pada data sebagai berikut:

(i) Kecantikan Dewi Sri berhasil memikat setiap lelaki yang


terdapat dikhayangan, termasuk para Dewa. Bahkan sang
ayah yang telah merawatnya sedari kecil pun jatuh cinta
kepada Dewi Sri. (MDSSDT, 10 –15)

(ii) Konon menurut masyarakat, Dewi Sri sangat kelelahan


karena terus berlari setiap mendengar panggilan sang Dewa.
Akibat kelelahan tersebut Dewi Sri akhirnya meninggal
dunia. Masyarakat percaya bahwa jasad dari Dewi Sri ini
telah berubah wujud menjadi tanaman. (DSSDT, 35 –40)
C. Kesimpulan
Mitos berbasis religi Islam dan mitos berbasis religi Hindu diatas
merupakan kisah yang berkembang dimasyarakat yang mana masih dipercayai
hingga saat ini. Mitos-mitos tersebut mengajarkan banyak hal mengenai
kehidupan, tidak mengherankan apabila nilai-nilai kehidupannya benar-benar
berpengaruh dan melekat pada kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Tokoh-
tokoh yang diceritakan dalam mitos memiliki karakteristik kepemimpinan dan
memiliki simbol tersendiri bagi sekelompok masyarakat yang masih mempercayai
mitos tersebut.
Referensi

Danandjaja, James. 1986. Foklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-
lain. Jakarta: Grafiti Press.

Jagad. 2020. Pengertian Simbol, Macam, Jenis, Fungsi, dan Contoh.


https://jagad.id/pengertian-simbol-macam-jenis-fungsi-dan-contoh/. Diakses
pada 27 Maret 2021.

Jagokata. 2021. Arti Kata Kepercayaan Menurut KBBI. https://jagokata.com/arti-


kata/kepercayaan.html. Diakses pada 27 Maret 2021.

KBBI. 2021. Pengaruh. https://kbbi.web.id/pengaruh. Diakses pada 27 Maret


2021.

Pratiwi, A.S. 2016. Nilai Kehidupan.


https://afnasekar138.wordpress.com/2016/04/02/nilai-kehidupan/. Diakses
pada 27 Maret 2021.

Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Sudjiman, Panuti. (1990). Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press.

Wikipedia. 2021. Kepemimpinan. https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan.


Diakses pada 27 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai