Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

KODE: M-7

JUDUL PERCOBAAN

ALIRAN AIR DALAM PIPA KAPILER

DI SUSUN OLEH:

NAMA : BAGAS AL ARSYAD


NIM : 24040118130129
JURUSAN / PROGRAM STUDY : FISIKA
KELAS :B NO REGU : 30
HARI : SENIN TANGGAL : 26 APRIL 2021
PRAKTIKUM KE :6 JAM : 07.30-09.30
ASISTEN : PUPUT ARIFIANA

LABORATORIUM FISIKA DASAR


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
1. Tentukan besaran (observabel) fisis apa saja yang dapat anda amati /ukur secara langsung terkait
dengan besaran yang hendak anda cari dalam percobaan anda (10 poin). -1

Tabel 1.1 Besaran Fisis Percobaan Aliran Air Dalam Pipa Kapiler
No Besaran Simbol Satuan Dimensi
1 Panjang l m [L]
2 Waktu t s [T]

Halaman | 1
2. Gambarkan set-up eksperimen dalam peralatan yang akan anda lakukan dan berilah keterangan
gambar dari set-up eksperimen anda (20 poin) .

Gambar 2.1 Set Up Alat Aliran Air Dalam Pipa Kapiler

Keterangan :
1. Buret, berfungsi, sebagai tempat untuk menyimpan air yang akan dikeluarkan melalui pipa kapiler
2. Mistar Gulung, untuk mengukur ketinggian air pada buret.
3. Kran, untuk pengatur aliran air.
4. Kapiler Vertikal, sebagai tempat mengalirkan air.
5. Kapiler Horisontal, sebagai tempat mengalirkan air.
6. Gelas Ukur, untuk menyimpan air yang nantinya akan dituangkan ke buret.
7. Stopwatch, berfungsi untuk menghitung waktu peluruhan air.
8. Jangka Sorong, berfungsi untuk mengukur diameter pipa kapiler.

Halaman | 2
3. Berdasarkan persamaan persamaan yang ada dalam buku petunjuk praktikum, jabarkan perumusan
persamaan yang akan anda gunakan untuk mendapatkan hasil hasil yang akan anda cari dalam eksperimen
(nilai : 40 poin).

a. Rumus Tetapan Peluruhan (λ) Keterangan :


ℎ = ℎ0 . 𝑒 −λt h0 = ketinggian air awal (m)

= 𝑒 −λt h = ketinggian air akhir (m)
ℎ0
𝑙𝑛 − ln ℎ0 = −λ. t λ = tetapan peluruhan
λ. t = ln ℎ0 − ln ℎ t = waktu (s)
ln ℎ0 −ln ℎ
λ= 𝑡 1/2 = waktu paruh (s)
t
∆h0 = ketelitian h0
b. Rumus Waktu Paruh ∆h = ketelitian h
1
ℎ = ℎ0 ∆t = ketelitian t
2
𝑙𝑛 − ln ℎ0 = λ. t1/2 ∆λ = nilai rapat
ℎ0
𝑙𝑛 = λ. t1/2

ℎ0
𝑙𝑛 = λ. t1/2
1
2 ℎ0
ln 2 = λ. t1/2
ln 2
𝑡 1/2 =
λ

c. Ralat Perambatan
∂λ 1
=
∂h0 ℎ0 𝑡
∂λ 1
=
∂h ℎ𝑡
∂λ (ln ℎ0 − ln ℎ)
=
∂t 𝑡2
∂λ ∂λ ∂λ
∆ λ = √( . ∆h0 )2 + ( . ∆h)2 + ( . ∆t)2
∂h0 ∂h ∂t

d. Ralat Bobot
λ1 λ2
+ +⋯
(∆λ1 )2 (∆λ2 )2
λ Bobot = [ ]
1 1
+ + ⋯
(∆λ1 )2 (∆λ2 )2
1
∆λ =
√ 1 1
2+ +⋯
(∆λ1 ) (∆λ2 )2

e. Waktu Paruh
0,693
𝑡 1/2 =
λ̿
0,693
∆𝑡1/2 =
∆λ

Halaman | 3
4. Sajikan data ke dalam tabel berikut dari hasil - hasil percobaan anda tambah/kurangi kolom yang
saudara anngap perlu (nilai : 30 poin).

Tabel 4.1 Data Percobaan Pipa Kapiler Pertama

h0 = 0,756 m 𝑙 = 0,05825 m

Pipa Kapiler Pertama


Waktu (s) Δh Vertikal (m) Δh Horizontal (m)
5 0,039 0,03
10 0,083 0,074
15 0,128 0,108
20 0,168 0,147
25 0,21 0,184
30 0,249 0,218
35 0,284 0,248

Tabel 4.2 Data Percobaan Pipa Kapiler Kedua

h0 = 0,732 m 𝑙 = 0,074325 m

Pipa Kapiler Kedua


Waktu (s) Δh Vertikal (m) Δh Horizontal (m)
5 0,038 0,032
10 0,09 0,076
15 0,138 0,11
20 0,183 0,161
25 0,224 0,197
30 0,264 0,235
35 0,301 0,273

Tabel 4.3 Data Percobaan Pipa Kapiler Ketiga


h0 = 0,706 m 𝑙 = 0,04815 m

Pipa Kapiler Ketiga


Waktu (s) Δh Vertikal (m) Δh Horizontal (m)
5 0,043 0,04
10 0,096 0,088
15 0,148 0,136
20 0,194 0,18
25 0,241 0,223
30 0,281 0,261
35 0,323 0,298

Halaman | 4
5. Gambarkan grafik sesuai dengan data diatas pada kertas grafik yang tersedia (gunakan millimeter blok)Ingat,
pemilihan sumbu yang benar akan sangat mempengaruhi grafik linier yang anda buat.. (nilai: 40 poin).

Grafik 5.1 Hubungan antara waktu dengan -ln(h/h0) pipa kapiler 1 vertikal

Berdasarkan grafik 5.1, terlihat bahwa semakin lama waktu yang diukur maka semakin tinggi
pengurangan air pada buret. Pengurangan tinggi air pada buret terlihat stabil hingga detik ke 35.

Grafik 5.2 Hubungan antara waktu dengan -ln(h/h0) pipa kapiler 1 horizontal

Berdasarkan grafik 5.2, terlihat bahwa semakin lama waktu yang diukur maka semakin tinggi
pengurangan air pada buret. Pengurangan tinggi air pada buret terlihat stabil hingga detik ke 35.

Halaman | 5
Grafik 5.3 Hubungan antara waktu dengan -ln(h/h0) pipa kapiler 2 vertikal

Berdasarkan grafik 5.3, terlihat bahwa semakin lama waktu yang diukur maka semakin tinggi
pengurangan air pada buret. Pengurangan tinggi air pada buret terlihat stabil hingga detik ke 35.

Grafik 5.4 Hubungan antara waktu dengan -ln(h/h0) pipa kapiler 2 horizontal

Berdasarkan grafik 5.4, terlihat bahwa semakin lama waktu yang diukur maka semakin tinggi
pengurangan air pada buret. Pengurangan tinggi air pada buret terlihat signifikan hingga detik ke 15 dan
cukup stabil hingga detik ke 35.

Halaman | 6
Grafik 5.5 Hubungan antara waktu dengan -ln(h/h0) pipa kapiler 3 vertikal

Berdasarkan grafik 5.5, terlihat bahwa semakin lama waktu yang diukur maka semakin tinggi
pengurangan air pada buret. Pengurangan tinggi air pada buret terlihat stabil hingga detik ke 35.

Grafik 5.6 Hubungan antara waktu dengan -ln(h/h0) pipa kapiler 3 horizontal

Berdasarkan grafik 5.6, terlihat bahwa semakin lama waktu yang diukur maka semakin tinggi
pengurangan air pada buret. Pengurangan tinggi air pada buret terlihat stabil hingga detik ke 35.

Halaman | 7
6. Berdasarkan grafik linier tersebut, hitunglah besaran - besaran yang akan anda cari dan nyatakan hasil
perhitungan anda dengan satuan yang benar. Bila hal ini tidak mungkin dianalisis dengan grafik hitunglah
besaran - besaran yang ingin anda tentukan (nilai : 60 poin). Ingat satuan dan besaran harus sesuai
penulisannya

 Pipa Kapiler Pertama


6.1 Perhitungan Δh Vertikal = 0,039 m dan t = 5 s
6.1.1 Tetapan peluruhan

− ln ℎ + ln ℎ0
𝜆=
𝑡

− ln 0,717 + ln 0,756
𝜆= = 0,010593
5

6.1.2 Waktu paruh

0,693
𝑡 1∕2 =
𝜆
0,693
𝑡 1∕2 = = 65,42 s
0,010593

6.1.3 Ralat Perambatan

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,26455
𝜕ℎ0 ℎ0 . 𝑡 0,756 . 5

𝜕𝜆 1 1
=− =− = −0,27894
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,717 . 5

𝜕𝜆 − ln ℎ + ln ℎ0 − ln 0,717 + ln 0,756
= = = 0,002119
𝜕𝑡 𝑡2 52

2 2 2
𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
∆𝜆 = √( . ∆ℎ0 ) + ( . ∆ℎ) + ( . ∆𝑡)
𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡

= √(0,26455 . 0,0005)2 + (−0,27894 . 0,0005)2 + (0,002119 . 0,05)2

= 2,19 𝑥 10−4

𝜆 ± ∆𝜆 = 0,010593 ± 2,19 𝑥 10−4

6.2 Perhitungan Δh Vertikal = 0,083 m dan t = 10 s


6.2.1 Tetapan peluruhan

− ln ℎ + ln ℎ0
𝜆=
𝑡

− ln 0,673 + ln 0,756
𝜆= = 0,01163
10

Halaman | 8
6.2.2 Waktu paruh

0,693
𝑡 1∕2 =
𝜆
0,693
𝑡 1∕2 = = 59,5893 s
0,01163

6.2.3 Ralat Perambatan

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,132275
𝜕ℎ0 ℎ0 . 𝑡 0,756 . 10

𝜕𝜆 1 1
=− =− = −0,14859
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,673 .10

𝜕𝜆 − ln ℎ + ln ℎ0 − ln 0,673 + ln 0,756
= = = 0,001163
𝜕𝑡 𝑡2 102

2 2 2
𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
∆𝜆 = √( . ∆ℎ0 ) + ( . ∆ℎ) + ( . ∆𝑡)
𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡

= √(0,132275 . 0,0005)2 + (−0,14859 . 0,0005)2 + (0,001163 . 0,05)2

= 1,15 𝑥 10−4

𝜆 ± ∆𝜆 = 0,01163 ± 1,15 𝑥 10−4

Tabel 6.1 Perhitungan pipa kapiler pertama vertikal


Pipa Kapiler Pertama
Waktu (s) h Vertikal (m) 𝜆 𝑡 1∕2 ∆𝜆 𝜆 ± ∆𝜆
15 0,628 0,012367 56,03737 8,04 𝑥 10−5 0,012367 ± 8,04 𝑥 10−5
20 0,588 0,012566 55,15004 6,24 𝑥 10−5 0,012566 ± 6,24 𝑥 10−5
25 0,546 0,013017 53,2385 5,21 𝑥 10−5 0,013017 ± 5,21 𝑥 10−5
30 0,507 0,013318 52,03609 4,54 𝑥 10−5 0,013318 ± 4,54 𝑥 10−5
35 0,472 0,013459 51,48999 4,05 𝑥 10−5 0,013459 ± 4,05 𝑥 10−5

6.3 Ralat Bobot


Pipa kapiler pertama vertikal

𝜆1 𝜆2 𝜆3 𝜆4 𝜆5 𝜆6 𝜆7
( 2+ 2+ 2 + 2 + 2+ 2+ )
∆𝜆1 ∆𝜆2 ∆𝜆3 ∆𝜆4 ∆𝜆5 ∆𝜆6 ∆𝜆27
𝜆= = 0,013039
1 1 1 1 1 1 1
( 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2)
∆𝜆1 ∆𝜆2 ∆𝜆3 ∆𝜆4 ∆𝜆5 ∆𝜆6 ∆𝜆7

Halaman | 9
1
∆𝜆 = = 2,25 𝑥 10−5
√ 1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
∆𝜆21 ∆𝜆22 ∆𝜆23 ∆𝜆24 ∆𝜆25 ∆𝜆26 ∆𝜆27

6.4 Perhitungan Δh Horizontal = 0,03 m dan t = 5 s


6.4.1 Tetapan peluruhan

− ln ℎ + ln ℎ0
𝜆=
𝑡

− ln 0,726 + ln 0,756
𝜆= = 0,008098
5

6.4.2 Waktu paruh

0,693
𝑡 1∕2 =
𝜆
0,693
𝑡 1∕2 = = 85,57381 s
0,008098

6.4.3 Ralat Perambatan

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,26455
𝜕ℎ0 ℎ0 . 𝑡 0,756 . 5

𝜕𝜆 1 1
=− =− = −0,27548
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,726 .5

𝜕𝜆 − ln ℎ + ln ℎ0 − ln 0,726 + ln 0,756
= = = 0,00162
𝜕𝑡 𝑡2 52

2 2 2
𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
∆𝜆 = √( . ∆ℎ0 ) + ( . ∆ℎ) + ( . ∆𝑡)
𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡

= √(0,26455 . 0,0005)2 + (−0,27548 . 0,0005)2 + (0,00162 . 0,05)2

= 2,07 𝑥 10−4

𝜆 ± ∆𝜆 = 0,008098 ± 7,26 𝑥 10−4

6.5 Perhitungan Δh Horizontal = 0,074 m dan t = 10 s


6.5.1 Tetapan peluruhan

− ln ℎ + ln ℎ0
𝜆=
𝑡

Halaman | 10
− ln 0,682 + ln 0,756
𝜆= = 0,010301
10

6.5.2 Waktu paruh

0,693
𝑡 1∕2 =
𝜆
0,693
𝑡 1∕2 = = 67,2739 s
0,010301

6.5.3 Ralat Perambatan

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,132275
𝜕ℎ0 ℎ0 . 𝑡 0,756 . 10

𝜕𝜆 1 1
=− =− = −0,14663
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,682 .10

𝜕𝜆 − ln ℎ + ln ℎ0 − ln 0,682 + ln 0,756
= = = 0,00103
𝜕𝑡 𝑡2 102

2 2 2
𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
∆𝜆 = √( . ∆ℎ0 ) + ( . ∆ℎ) + ( . ∆𝑡)
𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡

= √(0,132275 . 0,0005)2 + (−0,14663 . 0,0005)2 + (0,00103 . 0,05)2

= 1,11 𝑥 10−4

𝜆 ± ∆𝜆 = 0,010301 ± 1,11 𝑥 10−4

Tabel 6.2 Perhitungan pipa kapiler pertama horizontal


Pipa Kapiler Pertama
Waktu (s) h Horizontal (m) 𝜆 𝑡 1∕2 ∆𝜆 𝜆 ± ∆𝜆
15 0,648 0,010277 67,43402 7,59 𝑥 10−5 0,010277 ± 7,59 𝑥 10−5
20 0,609 0,010811 64,10046 5,92 𝑥 10−5 0,010811 ± 5,92 𝑥 10−5
25 0,572 0,011156 62,11851 4,92 𝑥 10−5 0,011156 ± 4,92 𝑥 10−5
30 0,538 0,011339 61,1142 4,25 𝑥 10−5 0,011339 ± 4,25 𝑥 10−5
35 0,508 0,011359 61,00967 3,76 𝑥 10−5 0,011359 ± 3,76 𝑥 10−5

6.6 Ralat Bobot


Pipa kapiler pertama horizontal

𝜆1 𝜆2 𝜆3 𝜆4 𝜆5 𝜆6 𝜆7
( 2+ 2+ 2 + 2 + 2+ 2+ )
∆𝜆1 ∆𝜆2 ∆𝜆3 ∆𝜆4 ∆𝜆5 ∆𝜆6 ∆𝜆27
𝜆= = 0,011091
1 1 1 1 1 1 1
( 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2)
∆𝜆1 ∆𝜆2 ∆𝜆3 ∆𝜆4 ∆𝜆5 ∆𝜆6 ∆𝜆7

Halaman | 11
1
∆𝜆 = = 2,11 𝑥 10−5
√ 1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
∆𝜆21 ∆𝜆22 ∆𝜆23 ∆𝜆24 ∆𝜆25 ∆𝜆26 ∆𝜆27

 Pipa Kapiler Kedua


6.7 Perhitungan Δh Vertikal = 0,038 m dan t = 5 s
6.7.1 Tetapan peluruhan

− ln ℎ + ln ℎ0
𝜆=
𝑡

− ln 0,694 + ln 0,732
𝜆= = 0,010662
5

6.7.2 Waktu paruh

0,693
𝑡 1∕2 =
𝜆
0,693
𝑡 1∕2 = = 65 s
0,010662

6.7.3 Ralat Perambatan

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,273224
𝜕ℎ0 ℎ0 . 𝑡 0,732 . 5

𝜕𝜆 1 1
=− =− = −0,28818
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,694 . 5

𝜕𝜆 − ln ℎ + ln ℎ0 − ln 0,694 + ln 0,732
= = = 0,002132
𝜕𝑡 𝑡2 52

2 2 2
𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
∆𝜆 = √( . ∆ℎ0 ) + ( . ∆ℎ) + ( . ∆𝑡)
𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡

= √(0,273224 . 0,0005)2 + (−0,28818 . 0,0005)2 + (0,002132 . 0,05)2

= 2,25 𝑥 10−4

𝜆 ± ∆𝜆 = 0,010662 ± 2,25 𝑥 10−4

6.8 Perhitungan Δh Vertikal = 0,09 m dan t = 10 s


6.8.1 Tetapan peluruhan

− ln ℎ + ln ℎ0
𝜆=
𝑡

Halaman | 12
− ln 0,642 + ln 0,732
𝜆= = 0,013119
10

6.8.2 Waktu paruh


0,693
𝑡 1∕2 =
𝜆
0,693
𝑡 1∕2 = = 52,82326 s
0,013119

6.8.3 Ralat Perambatan


𝜕𝜆 1 1
= = = 0,136612
𝜕ℎ0 ℎ0 . 𝑡 0,732 . 10

𝜕𝜆 1 1
=− =− = −0,15576
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,642 .10

𝜕𝜆 − ln ℎ + ln ℎ0 − ln 0,642 + ln 0,732
= = = 0,001312
𝜕𝑡 𝑡2 102

2 2 2
𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
∆𝜆 = √( . ∆ℎ0 ) + ( . ∆ℎ) + ( . ∆𝑡)
𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡

= √(0,136612 . 0,0005)2 + (−0,15576 . 0,0005)2 + (0,001312 . 0,05)2

= 1,23 𝑥 10−4

𝜆 ± ∆𝜆 = 0,013119 ± 1,23 𝑥 10−4

Tabel 6.3 Perhitungan pipa kapiler kedua vertikal


Pipa Kapiler Kedua
Waktu (s) h Vertikal (m) 𝜆 𝑡 1∕2 ∆𝜆 𝜆 ± ∆𝜆
15 0,594 0,013927 49,76037 8,59 𝑥 10−5 0,013927 ± 8,59 𝑥 10−5
20 0,549 0,014384 48,17818 6,73𝑥 10−5 0,014384 ± 6,73𝑥 10−5
25 0,508 0,014612 47,42689 5,61 𝑥 10−5 0,014612 ± 5,61 𝑥 10−5
30 0,468 0,01491 46,4776 4,9 𝑥 10−5 0,01491 ± 4,9 𝑥 10−5
35 0,431 0,015133 45,79245 4,41 𝑥 10−5 0,015133 ± 4,41 𝑥 10−5

6.9 Ralat Bobot


Pipa kapiler kedua vertikal

𝜆1 𝜆2 𝜆3 𝜆4 𝜆5 𝜆6 𝜆7
( 2+ 2+ 2 + 2 + 2+ 2+ )
∆𝜆1 ∆𝜆2 ∆𝜆3 ∆𝜆4 ∆𝜆5 ∆𝜆6 ∆𝜆27
𝜆= = 0,014654
1 1 1 1 1 1 1
( 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2)
∆𝜆1 ∆𝜆2 ∆𝜆3 ∆𝜆4 ∆𝜆5 ∆𝜆6 ∆𝜆7

Halaman | 13
1
∆𝜆 = = 2,43 𝑥 10−5
√ 1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
∆𝜆21 ∆𝜆22 ∆𝜆23 ∆𝜆24 ∆𝜆25 ∆𝜆26 ∆𝜆27

6.10 Perhitungan Δh Horizontal = 0,032 m dan t = 5 s


6.10.1 Tetapan peluruhan

− ln ℎ + ln ℎ0
𝜆=
𝑡

− ln 0,7 + ln 0,732
𝜆= = 0,00894
5

6.10.2 Waktu paruh

0,693
𝑡 1∕2 =
𝜆
0,693
𝑡 1∕2 = = 77,51647 s
0,00894

6.10.3 Ralat Perambatan

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,273224
𝜕ℎ0 ℎ0 . 𝑡 0,732 . 5

𝜕𝜆 1 1
=− =− = −0,28571
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,7 .5

𝜕𝜆 − ln ℎ + ln ℎ0 − ln 0,7 + ln 0,732
= = = 0,001788
𝜕𝑡 𝑡2 52

2 2 2
𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
∆𝜆 = √( . ∆ℎ0 ) + ( . ∆ℎ) + ( . ∆𝑡)
𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡

= √(0,273224 . 0,0005)2 + (−0,28571 . 0,0005)2 + (0,001788 . 0,05)2

= 2,17 𝑥 10−4

𝜆 ± ∆𝜆 = 0,00894 ± 2,17 𝑥 10−4

6.11 Perhitungan Δh Horizontal = 0,076 m dan t = 10 s


6.11.1 Tetapan peluruhan

− ln ℎ + ln ℎ0
𝜆=
𝑡

Halaman | 14
− ln 0,656 + ln 0,732
𝜆= = 0,010962
10

6.11.2 Waktu paruh

0,693
𝑡 1∕2 =
𝜆
0,693
𝑡 1∕2 = = 63,21855 s
0,010962

6.11.3 Ralat Perambatan

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,136612
𝜕ℎ0 ℎ0 . 𝑡 0,732 . 10

𝜕𝜆 1 1
=− =− = −0,15244
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,656 .10

𝜕𝜆 − ln ℎ + ln ℎ0 − ln 0,656 + ln 0,732
= = = 0,001096
𝜕𝑡 𝑡2 102

2 2 2
𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
∆𝜆 = √( . ∆ℎ0 ) + ( . ∆ℎ) + ( . ∆𝑡)
𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡

= √(0,136612 . 0,0005)2 + (−0,15244 . 0,0005)2 + (0,001096 . 0,05)2

= 1,16 𝑥 10−4

𝜆 ± ∆𝜆 = 0,010962 ± 1,16 𝑥 10−4

Tabel 6.4 Perhitungan pipa kapiler kedua horizontal


Pipa Kapiler Kedua
Waktu (s) h Horizontal (m) 𝜆 𝑡 1∕2 ∆𝜆 𝜆 ± ∆𝜆
15 0,622 0,010856 63,8355 7,91 𝑥 10−5 0,010856 ± 7,91 𝑥 10−5
20 0,571 0,01242 55,79905 6,36 𝑥 10−5 0,010856 ± 6,36 𝑥 10−5
25 0,535 0,012541 55,26073 5,27 𝑥 10−5 0,010856 ± 5,27 𝑥 10−5
30 0,497 0,012906 53,6945 4,59 𝑥 10−5 0,010856 ± 4,59 𝑥 10−5
35 0,459 0,013335 51,96791 4,14 𝑥 10−5 0,010856 ± 4,14 𝑥 10−5

6.12 Ralat Bobot


Pipa kapiler kedua horizontal

𝜆1 𝜆2 𝜆3 𝜆4 𝜆5 𝜆6 𝜆7
( 2+ 2+ 2 + 2 + 2+ 2+ )
∆𝜆1 ∆𝜆2 ∆𝜆3 ∆𝜆4 ∆𝜆5 ∆𝜆6 ∆𝜆27
𝜆= = 0,012616
1 1 1 1 1 1 1
( 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2)
∆𝜆1 ∆𝜆2 ∆𝜆3 ∆𝜆4 ∆𝜆5 ∆𝜆6 ∆𝜆7

Halaman | 15
1
∆𝜆 = = 2,28𝑥 10−5
√ 1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
∆𝜆21 ∆𝜆22 ∆𝜆23 ∆𝜆24 ∆𝜆25 ∆𝜆26 ∆𝜆27

 Pipa Kapiler Ketiga


6.13 Perhitungan Δh Vertikal = 0,043 m dan t = 5 s
6.13.1 Tetapan peluruhan

− ln ℎ + ln ℎ0
𝜆=
𝑡

− ln 0,663 + ln 0,706
𝜆= = 0,012568
5

6.13.2 Waktu paruh

0,693
𝑡 1∕2 =
𝜆
0,693
𝑡 1∕2 = = 55,13982 s
0,012568

6.13.3 Ralat Perambatan

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,283286
𝜕ℎ0 ℎ0 . 𝑡 0,706 . 5

𝜕𝜆 1 1
=− =− = −0,30166
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,663 . 5

𝜕𝜆 − ln ℎ + ln ℎ0 − ln 0,663 + ln 0,706
= = = 0,002514
𝜕𝑡 𝑡2 52

2 2 2
𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
∆𝜆 = √( . ∆ℎ0 ) + ( . ∆ℎ) + ( . ∆𝑡)
𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡

= √(0,283286 . 0,0005)2 + (−0,30166 . 0,0005)2 + (0,002514 . 0,05)2

= 2,42 𝑥 10−4

𝜆 ± ∆𝜆 = 0,012568 ± 2,42 𝑥 10−4

6.14 Perhitungan Δh Vertikal = 0,096 m dan t = 10 s


6.14.1 Tetapan peluruhan

− ln ℎ + ln ℎ0
𝜆=
𝑡

Halaman | 16
− ln 0,61 + ln 0,706
𝜆= = 0,014616
10

6.14.2 Waktu paruh


0,693
𝑡 1∕2 =
𝜆
0,693
𝑡 1∕2 = = 47,415 s
0,014616

6.14.3 Ralat Perambatan


𝜕𝜆 1 1
= = = 0,141643
𝜕ℎ0 ℎ0 . 𝑡 0,706 . 10

𝜕𝜆 1 1
=− =− = −0,16393
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,61 .10

𝜕𝜆 − ln ℎ + ln ℎ0 − ln 0,61 + ln 0,706
= = = 0,001462
𝜕𝑡 𝑡2 102

2 2 2
𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
∆𝜆 = √( . ∆ℎ0 ) + ( . ∆ℎ) + ( . ∆𝑡)
𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡

= √(0,141643 . 0,0005)2 + (−0,16393 . 0,0005)2 + (0,001462 . 0,05)2

= 1,31 𝑥 10−4

𝜆 ± ∆𝜆 = 0,014616 ± 1,31 𝑥 10−4

Tabel 6.5 Perhitungan pipa kapiler ketiga vertikal


Pipa Kapiler Ketiga
Waktu (s) h Vertikal (m) 𝜆 𝑡 1∕2 ∆𝜆 𝜆 ± ∆𝜆
15 0,558 0,015684 44,18586 9,24 𝑥 10−5 0,015684 ± 9,24 𝑥 10−5
20 0,512 0,016065 43,13852 7,25 𝑥 10−5 0,016065 ± 7,25 𝑥 10−5
25 0,465 0,016703 41,48927 6,14 𝑥 10−5 0,016703 ± 6,14 𝑥 10−5
30 0,425 0,016918 40,96341 5,38 𝑥 10−5 0,016918 ± 5,38 𝑥 10−5
35 0,383 0,017474 39,65955 4,92 𝑥 10−5 0,017474 ± 4,92 𝑥 10−5

6.15 Ralat Bobot


Pipa kapiler ketiga vertikal

𝜆1 𝜆2 𝜆3 𝜆4 𝜆5 𝜆6 𝜆7
( 2+ 2+ 2 + 2 + 2+ 2+ )
∆𝜆1 ∆𝜆2 ∆𝜆3 ∆𝜆4 ∆𝜆5 ∆𝜆6 ∆𝜆27
𝜆= = 0,016673
1 1 1 1 1 1 1
( 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2)
∆𝜆1 ∆𝜆2 ∆𝜆3 ∆𝜆4 ∆𝜆5 ∆𝜆6 ∆𝜆7

Halaman | 17
1
∆𝜆 = = 2,66 𝑥 10−5
√ 1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
∆𝜆21 ∆𝜆22 ∆𝜆23 ∆𝜆24 ∆𝜆25 ∆𝜆26 ∆𝜆27

6.16 Perhitungan Δh Horizontal = 0,04 m dan t = 5 s


6.16.1 Tetapan peluruhan

− ln ℎ + ln ℎ0
𝜆=
𝑡

− ln 0,666 + ln 0,706
𝜆= = 0,011665
5

6.16.2 Waktu paruh

0,693
𝑡 1∕2 =
𝜆
0,693
𝑡 1∕2 = = 59,40791 s
0,011665

6.16.3 Ralat Perambatan

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,283286
𝜕ℎ0 ℎ0 . 𝑡 0,706 . 5

𝜕𝜆 1 1
=− =− = −0,3003
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,666 .5

𝜕𝜆 − ln ℎ + ln ℎ0 − ln 0,666 + ln 0,706
= = = 0,002333
𝜕𝑡 𝑡2 52

2 2 2
𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
∆𝜆 = √( . ∆ℎ0 ) + ( . ∆ℎ) + ( . ∆𝑡)
𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡

= √(0,283286 . 0,0005)2 + (−0,3003 . 0,0005)2 + (0,002333 . 0,05)2

= 2,37 𝑥 10−4

𝜆 ± ∆𝜆 = 0,011665 ± 2,37 𝑥 10−4

6.17 Perhitungan Δh Horizontal = 0,088 m dan t = 10 s


6.17.1 Tetapan peluruhan

− ln ℎ + ln ℎ0
𝜆=
𝑡

Halaman | 18
− ln 0,618 + ln 0,706
𝜆= = 0,013313
10

6.17.2 Waktu paruh

0,693
𝑡 1∕2 =
𝜆
0,693
𝑡 1∕2 = = 52,05564 s
0,013313

6.17.3 Ralat Perambatan

𝜕𝜆 1 1
= = = 0,141643
𝜕ℎ0 ℎ0 . 𝑡 0,706 . 10

𝜕𝜆 1 1
=− =− = −0,16181
𝜕ℎ ℎ𝑡 0,618 .10

𝜕𝜆 − ln ℎ + ln ℎ0 − ln 0,618 + ln 0,706
= = = 0,001331
𝜕𝑡 𝑡2 102

2 2 2
𝜕𝜆 𝜕𝜆 𝜕𝜆
∆𝜆 = √( . ∆ℎ0 ) + ( . ∆ℎ) + ( . ∆𝑡)
𝜕ℎ0 𝜕ℎ 𝜕𝑡

= √(0,141643 . 0,0005)2 + (−0,16181 . 0,0005)2 + (0,001331 . 0,05)2

= 1,26 𝑥 10−4

𝜆 ± ∆𝜆 = 0,013313 ± 1,26 𝑥 10−4

Tabel 6.6 Perhitungan pipa kapiler ketiga horizontal


Pipa Kapiler Ketiga
Waktu (s) h Horizontal (m) 𝜆 𝑡 1∕2 ∆𝜆 𝜆 ± ∆𝜆
15 0,57 0,014265 48,57956 8,89 𝑥 10−5 0,014265 ± 8,89 𝑥 10−5
20 0,526 0,014716 47,09256 6,98 𝑥 10−5 0,014716 ± 6,98 𝑥 10−5
25 0,483 0,015184 45,64032 5,86 𝑥 10−5 0,015184 ± 5,86 𝑥 10−5
30 0,445 0,015385 45,04476 5,12 𝑥 10−5 0,015385 ± 5,12 𝑥 10−5
35 0,408 0,015667 44,23285 4,62 𝑥 10−5 0,015667 ± 4,62 𝑥 10−5

6.18 Ralat Bobot


Pipa kapiler ketiga horizontal

𝜆1 𝜆2 𝜆3 𝜆4 𝜆5 𝜆6 𝜆7
( 2+ 2+ 2 + 2 + 2+ 2+ )
∆𝜆1 ∆𝜆2 ∆𝜆3 ∆𝜆4 ∆𝜆5 ∆𝜆6 ∆𝜆27
𝜆= = 0,015127
1 1 1 1 1 1 1
( 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2)
∆𝜆1 ∆𝜆2 ∆𝜆3 ∆𝜆4 ∆𝜆5 ∆𝜆6 ∆𝜆7

Halaman | 19
1
∆𝜆 = = 2,53 𝑥 10−5
√ 1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
∆𝜆21 ∆𝜆22 ∆𝜆23 ∆𝜆24 ∆𝜆25 ∆𝜆26 ∆𝜆27

Halaman | 20
PEMBAHASAN

Pada hari senin tanggal 26 april 2021 dilaksanakan Praktikum Fisika Dasar II secara daring dengan kode
percobaan M-7 yang berjudul “ALIRAN AIR DALAM PIPA KAPILER”. Tujuan dilakukannya percobaan
ini adalah untuk menentukan waktu paruh pemerosotan eksponensial aliran air pada pipa kapiler. Alat dan
bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas ukur, untuk menyimpan air yang akan dituangkan ke
dalam buret, buret, sebagai tempat untuk menyimpan air yang akan dikeluarkan melalui pipa kapiler, pipa
kapiler sebagai tempat mengalirnya air dari dalam buret ke luar, mistar gulung berfungsi untuk mengukur
ketinggian air pada buret, stopwatch untuk menghitung waktu peluruhan air, dan jangka sorong yang
berfungsi untuk mengukur diameter pipa kapiler.

Proses fisis pada percobaan terjadi ketika air dimasukkan ke dalam buret, air bersifat fluida dinamis
dan juga dipengaruhi oleh gravitasi sehingga air akan mengalir ke bawah. Saat keran buret dibuka, terjadi
persamaan kontinuitas, dimana aliran air termasuk aliran steady dimana menyebabkan laju pada kedua
ujung konstan terhadap waktu serta kerapatan massa. Pada saat yang sama, juga berlaku hukum Bernoulli
yang menyatakan bahwa jumlah tekanan energi kinetik per satuan volume dan energi potensialper satuan
volume mempunyai nilai yang sama disetiap titik di sepanjang aliran, pada pipa vertikal, arah geraknya
jatuh bebas sedangkan pada pipa horizontal arah geraknya parabola. Hal ini menyebabkan air akan bersifat
fluida dinamis karena terjadi gesekan antara permukaan air dengan dinding pada pipa kapiler sehingga
mengakibatkan terjadinya gesekan molekul-molekul yang bersentuhan langsung dengan permukaan pipa
kapiler akan diperlambat geraknya karena percepatan gravitasi, sehingga tekanan akan turun.

Dari percobaan aliran air dalam pipa kapiler setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai teta[an
peluruhan dan ralatnya pada pipa kapiler pertama vertikal sebesar (0,013039 ± 2,25 𝑥 10−5 ) , pada pipa
kapiler pertama horizontal sebesar (0,011091 ± 2,11 𝑥 10−5 ), pada pipa kapiler kedua vertikal sebesar
(0,014654 ± 2,43 𝑥 10−5 ) , pada pipa kapiler kedua horizontal sebesar (0,012616 ± 2,28 𝑥 10−5 ) , pada
pipa kapiler ketiga vertikal sebesar (0,016673 ± 2,66 𝑥 10−5 ) , pipa kapiler ketiga horizontal sebesar
(0,015127 ± 2,53 𝑥 10−5 ).

Faktor-faktor yang memengaruhi pada percobaan ini yaitu adanya gravitasi yang membedakan waktu
paruh pada pipa horizontal dan pipa vertikal. Selain itu, panjang dari pipa kapiler juga memengaruhi
besarnya hasil waktu paruh. Dalam percobaan ini juga dipengaruhi oleh gejala kapilaritas yaitu peristiwa
naik atau turunnya permukaan zat cair pada pipa kapiler yang disebabkan karena adanya pengaruh dari gaya
kohesi dan gaya adhesi. Kedua gaya tersebut mengenai molekul-molekul zat cair atau fluida tersebut.

Halaman | 21
KESIMPULAN

Dapat disimpulkan dari pembahasan dan percobaan aliran air dalam pipa kapiler ini bahwa :
1) Sifat dasar dari fluida adalah mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, hal
tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitas bumi.
2) Gaya kohesi adalah tarik-menarik antara molekul-molekul di dalam zat cair.
3) Gaya adhesi adalah tarik-menarik antara molekul dengan molekul lain yang tidak sejenis, yaitu bahan
dari wadah di mana zat cair berada.
4) Pada percobaan ini gaya adhesi antar partikel lebih besar daripada kohesi partikelnya.

Halaman | 22
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN M-7
ALIRAN AIR DALAM PIPA KAPILER

Nama : Bagas Al Arsyad Anggota Kelompok :

NIM : 24040118130129 1. Ahmad Nurcahyo Dharmajati (24040120140109)

Jurusan : Fisika 2. Samuel Reza Pradipta (24040118140115)

Kelompok : 30 3. Mulyanti Sekar Lestari (24040120140120)

Hari/Tanggal : Senin, 26 April 2021

Waktu : 07.30

Tabel 1.1 Data Percobaan Pipa Kapiler Pertama

h0 = 0,756 m 𝑙 = 0,05825 m

Pipa Kapiler Pertama


Waktu (s) Δh Vertikal (m) Δh Horizontal (m)
5 0,039 0,03
10 0,083 0,074
15 0,128 0,108
20 0,168 0,147
25 0,21 0,184
30 0,249 0,218
35 0,284 0,248

Tabel 1.2 Data Percobaan Pipa Kapiler Kedua


h0 = 0,732 m 𝑙 = 0,074325 m

Pipa Kapiler Kedua


Waktu (s) Δh Vertikal (m) Δh Horizontal (m)
5 0,038 0,032
10 0,09 0,076
15 0,138 0,11
20 0,183 0,161
25 0,224 0,197
30 0,264 0,235
35 0,301 0,273
Tabel 1.3 Data Percobaan Pipa Kapiler Ketiga
h0 = 0,706 m 𝑙 = 0,04815 m

Pipa Kapiler Ketiga


Waktu (s) Δh Vertikal (m) Δh Horizontal (m)
5 0,043 0,04
10 0,096 0,088
15 0,148 0,136
20 0,194 0,18
25 0,241 0,223
30 0,281 0,261
35 0,323 0,298

Purwakarta, 27 April 2021


Asisten Praktikan

Puput Arifiana Bagas Al Arsyad

24040117140036 24040118130129
PERCOBAAN M-7
ALIRAN AIR DALAM PIPA KAPILER

I. Tujuan Percobaan
1.1 Menentukan waktu paruh pemerosotan eksponensial aliran air pada pipa kapiler.
II. Dasar Teori
2.1 Fluida
Fluida adalah zat yang dapat mengalami perubahan bentuk secara
kontinu bila terkena tegangan geser walaupun relatif kecil. Gaya geser adalah
komponen gayayang menyinggung permukaan dan jika dibagi dengan luas
permukaan tersebut menjadi tegangan geser rata-rata pada permukaan itu.
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, makadi
dalam fluida tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan di mana lapisan yang satuakan
mengalir di atas lapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk baru.
Selama perubahan bentuk tersebut, terdapat tegangan geser (shear stress), yang
besarnya bergantung pada viskositas fluida dan laju alir fluida relatif terhadap arah
tertentu. Bila fluida telah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser
tersebut akan hilang sehingga fluida berada dalam keadaan kesetimbangan
(Streeter, 1993).

2.2 Viskositas
Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu
fluida. Karena adanya viskositas ini maka untuk menggerakkan salah satu lapisan
fluida diatasnya lapisan lain haruslah dikerjakan gaya. Karena pengaruh gaya k,
lapisan zat cair dapat bergerak dengan kecepatan v, yang harganya semakin
mengecil untuk lapisan dasar sehingga timbul gradien kecepatan. Baik zat cair
maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental (viscous) dari
pada gas tidak kental (Mobile) (Martoharsono, 2006).
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya
gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat
ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan
semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut.
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya
kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas,
viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan
sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul
cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat
dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit
mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo, 2009).

2.3 Densitas
Massa jenis (densitas) adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya (Julianto, 2012).

2.4 Tekanan
Tekanan adalah gaya tegak lurus pada suatu bidang dibagi dengan luas bidang
itu. Tekanan fluida bekerja tegak lurus terhadap setiap permukaan dalam fluida,
tidak peduli kearah mana permukaan itu menghadap (Young, 2002).
Tekanan merupakan gaya yang bekerja pada suatu permukaan tiap satuan luas
permukaan. Merupakan perbandingan antara gaya yang arahnya tegak lurus
dengan bidang tekan dan luas bidang tekannya. Sehingga dapat dirumuskan
dengan:
𝐹
𝑃= (2.1)
𝐴
Di mana P adalah tekanan dengan satuan N/m2 atau pascal (Pa), F adalah
gaya tekan dalam newton(N), dan A adalah luas permukaan bidang tekan dengan
satuan m2 (Giancoli, 2001).
2.5 Tekanan Hidrostatis
Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang terjadi di bawah air. Tekanan ini
terjadi karena adanya berat air yang membuat cairan tersebut mengeluarkan
tekanan . hubungan antar atekanan hidrostatis dengan gaya angkat terletak pada
perbedaan kedalaman benda tercelup, dimana benda yang tercelup akan
memengaruhi pebedaan tekanan hidrostatis yang dialami benda. Semakin dalam
benda tercelup maka semakin besar tekanan hidrostatis yang dialami benda
(Giancolli, 2001).

2.6 Debit
Debit adalah besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir melalui
suatu penampang tertentu dalam satuan waktu tertentu. Dalam hidrologi
dikemukakan, debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur
oleh alat ukur permukaan air sungai. Pengertian yang lain debit atau aliran sungai
adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang
melintang sungai per satuan waktu, Dalam sistem satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/s) (Hidayat, 2010).

2.7 Kapilaritas
Kapilaritas merupakan peristiwa naik turunnya zat cair pada bahan yang
memiliki pembulu halus akibat adanya adhesi dan kohesi. Kapilaritas dapat
disebabkan oleh interaksi antar molekul-molekul di dalam zat cair tersebut yang
disebut adhesi dan kohesi. Adhesi merupakan gaya tarik menarik antara molekul-
molekul yang tidak sejenis, sedangkan kohesi merupakan gaya tarik menarik
antara molekul-molekul yang sejenis. Apabila gaya adhesi lebih besar daripada
gaya kohesi, maka cairan akan berinteraksi kuat dengan benda di sekitarnya dan
permukaan cairan akan membentuk lengkungan (Salnira, 2015).

2.8 Hukum Bernoulli


Hukum Bernoulli menjelaskan tentang konsep dasar aliran fluida bahwa
peningkatan kecepatan pada suatu aliran zat cair atau gas akan mengakibatkan
penurunan tekanan pada zat cair atau gas tersebut. Artinya, akan terdapat
penurunan energi potensial pada aliran fluida tersebut.
Konsep dasar hukum Bernoulli ini berlaku pada fluida aliran termampatkan
(compressible flow) dan juga pada fluida dengan aliran tak termampatkan
(incompressible flow). Hukum Bernoull sebenarnyadapat dikatakan sebagai
bentuk khusus dari konsep dari mekanika fluida secara umum, yang dikenal
dengan persamaan Bernoulli. Persamaan Bernoulli menyatakan bahwa pada suatu
aliran fluida yang tertutup, banyaknya energi suatu fluida di suatu titik sama
dengan banyaknya energi di titik lain. Suatu fluida dengan aliran termampatkan
merupakan suatu aliran fluida yang mempunyai karakteristik khusus adanya
perubahan kerapatan massa (densitas) pada sepanjang aliranya. Adapun fluida
dikatakan mempunyaimaliran tak termampatkan adalah fluida yang mempunyai
karakteristik tidak terdapat perubahan kerapatan massa (densitas) pada sepanjang
aliran fluida tersebut (Sistanto, 2003).

2.9 Hukum Poiseuille


Hukum Poiseuille menyatakan hubungan Hagen-Poiseuille dimana VP
adalah kecepatan rata – rata untuk aliran laminer dari cairan viskos pada pipa
dengan panjang L dengan radius r, hal ini dapat dinyatakan secara matematis oleh
persamaan:

𝑟 2 𝛥𝑃
𝑉𝑟 = (2.2)
8𝑝𝑣𝑙

Dengan ∆𝑃 adalah perbedaan tekanan di ujung pipa, v adalah viskositas


kinematik, dan 𝜌 adalah densitas fluida (Adini, 2017).
III. Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Gelas Ukur
Berfungsi untuk menyimpan air yang akan dituangkan ke dalam buret.
3.1.2 Buret
Berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan air yang akan dikeluarkan
melalui pipa kapiler.
3.1.3 Pipa Kapiler
Berfungsi sebagai tempat mengalirnya air dari dalam buret ke luar.
3.1.4 Mistar Gulung
Berfungsi untuk mengukur ketinggian air pada buret.
3.1.5 Stopwatch
Berfungsi untuk menghitung waktu peluruhan air.
3.1.6 Jangka Sorong
Berfungsi untuk mengukur diameter pipa kapiler.
3.2 Gambar Alat dan Bahan

Gambar 3.1 Gelas Ukur Gambar 3.2 Buret

Gambar 3.3 Pipa Kapiler Gambar 3.4 Mistar Gulung

Gambar 3.5 Stopwatch Gambar 3.6 Jangka Sorong


3.3 Skema Alat

Gambar 3.6 Skema Alat Percobaan Aliran Air Dalam Pipa Kapiler

Keterangan :
1. Buret
2. Mistar Gulung
3. Kran
4. Kapiler Vertikal
5. Kapiler Horisontal
6. Gelas Ukur
3.4 Diagram Alir

Mulai

V (mL), h (m)

Mengisi buret dengan air dan mengukur


permukaan air dari ujung pipa kapiler (h0)

Mengukur tinggi permukaan air setiap 10 detik


air mengalir

Memasang pipa kapiler dengan posisi vertikal


atau horizontal

variasi posisi Ya
kapiler

Tidak

h (m), t (s)

Selesai

Gambar 3.7 Diagram Alir Percobaan Aliran Air Dalam Pipa Kapiler
3.5 Diagram Fisis

Ketika air dimasukkan ke dalam buret, air bersifat fluida dinamis dan juga dipengaruhi
oleh gravitasi sehingga air akan mengalir ke bawah.

Ketika keran buret dibuka, terjadi persamaan kontinuitas, dimana aliran air termasuk
aliran steady dimana menyebabkan laju pada kedua ujung konstan terhadap waktu serta
kerapatan massa.

Pada saat yang sama, juga berlaku hukum Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah
tekanan energi kinetik per satuan volume dan energi potensialper satuan volume
mempunyai nilai yang sama disetiap titik di sepanjang aliran.

Pada pipa vertikal, arah geraknya jatuh bebas sedangkan pada pipa horizontal arah
geraknya parabola. Hal ini menyebabkan air akan bersifat fluida dinamis karena terjadi
gesekan antara permukaan air dengan dinding pada pipa kapiler sehingga
mengakibatkan terjadinya gesekan molekul-molekul yang bersentuhan langsung dengan
permukaan pipa kapiler akan diperlambat geraknya karena percepatan gravitasi,
sehingga tekanan akan turun.

Gambar 3.8 Diagram Fisis Percobaan Aliran Air Dalam Pipa Kapiler
DAFTAR PUSTAKA

Adini, Lia dan Okimustava. 2017. Penggunaan Hukum Hagen-Poiseuille dalam


Penentuan Koefisien Viskositas Zat Cair dengan Prinsip Kontrol Berat Berbantuan
Software Logger Pro. Jurnal Universitas Ahmad Dahlan

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika edisi kelima jilid satu. Jakarta : Erlangga.

Hidayat, A,. 2010. Modul Perkuliahan Mekanika Fluida dan Hidrolika. Jakarta :
Universitas Mercubuana.

Julianto, Arie. 2012. Densitas. Jakarta: Erlangga.

Martoharsono, Soemanto. 2006. Biokimia I. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Salrina. 2015. Kapilaritas. Fakultas Sains Universitas Cokroaminoto Palopo.

Sarojo, Ganijanti Aby. 2006. Seri Fisika Dasar Mekanika. Jakarta: Salemba Teknika.

Sistanto, B.A. 2003. Mekanika Fluida. Bandung: UNPAD.

Streeter, V. L. and Wylie, E. Benjamin. 1993. Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga.

Young, H. G., Freedman, R. A., 2002. Fisika Universitas, edisi kesepuluh, jilid 1.
Erlangga.

Zulkifli, Rodhan. 2012. Hukum Bernoulli dan Penerapannya. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai