5/Juli/2015
INDEPENDENSI HAKIM DALAM MEMUTUS beberapa hal yang perlu dibahas, diantaranya:
PERKARA PRAPERADILAN MENURUT KUHAP1 a) Surat Putusan Disatukan dengan Berita Acara
Oleh: Alviano Maarial2 (pasal 83 ayat (3) dan pasal 96 ayat (1) KUHAP);
b) Isi Putusan Praperadilan (pasal 82 ayat (2)
ABSTRAK dan (3) KUHAP); c) Upaya Banding dan Kasasi
Bersumber pada asas praduga tak bersalah, Putusan Praperadilan (pasal 83 KUHAP); d)
maka jelas dan wajar bila tersangka/terdakwa Putusan Praperadilan yang Dapat Dibanding
dalam proses peradilan Pidana wajib (pasal 83 ayat (2) KUHAP). Dari hasil penelitian
mendapatkan hak-haknya, demikian pula dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hal
halnya dengan Praperadilan. Ada maksud dan pemeriksaan praperadilan haruslah memenuhi
tujuan yang hendak ditegakkan dan dilindungi, syarat formal, yaitu menguji sah tidaknya
yakni tegaknya hukum dan perlindungan hak penangkapan, menguji sah tidaknya
asasi tersangka. Karena pada prinsipnya tujuan penahanan, menguji sah tidak penghentian
utama pelembagaan Praperadilan dalam penyidikan, menguji sah tidaknya penghentian
KUHAP, untuk melakukan “pengawasan penuntutan dan memeriksa permohonan ganti
horizontal” atas tindakan upaya paksa yang kerugian. Isi putusan praperadilan adalah sah
dikenakan terhadap tersangka selama ia berada tidaknya penangkapan atau penahanan pasal
dalam pemeriksaan penyidikan atau 79 KUHAP, sah tidaknya penghentian
penuntutan, agar benar-benar tindakan itu penyidikan atau penuntutan, diterima atau
tidak bertentangan dengan ketentuan hukum ditolaknya permintaan ganti kerugian atau
dan undang-undang. Berdasarkan uraian rehabilitas, perintah melanjutkan penyidikan
tersebut di atas, yang melatarbelakangi atau penuntutan, besarnya ganti kerugian yang
permasalahan dalam penulisan ini ialah diputuskan oleh Hakim Praperadilan, berisi
bagaimana pengaturan praperadilan menurut pernyataan pemulihan nama baik tersangka,
KUHAP? dan bagaimana bentuk putusan serta memerintahkan segera mengembalikan
Praperadilan dan upaya hukumnya?. Metode barang sitaan.
yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah metode pendekatan yuridis normatif, di A. PENDAHULUAN
mana penelitian yang dilakukan adalah dengan Praperadilan merupakan barang baru dalam
cara meneliti, bahan-bahan kepustakaan kehidupan penegakan hukum di Indonesia.
(library research), yakni suatu metode Setiap hal yang baru, mempunyai misi dan
penelitian yang dilakukan dengan jalan motivasi tertentu. Pasti ada yang dituju dan
mempelajari buku-buku literatur, perundang- yang hendak dicapai. Tidak ada sesuatu yang
undangan, majalah-majalah, diktat dan bahan diciptakan tanpa didorong oleh maksud dan
hukum lainnya yang ada hubungannya dengan tujuan. Demikian pula halnya dengan
karya tulis ini. Hasil penelitian menunjukkan pelembagaanPraperadilan. Ada maksud dan
bahwa Pengaturan Praperadilan menurut tujuan yang hendak ditegakkan dan dilindungi,
KUHAP mencakup tentang: a) Menguji Sah atau yakni tegaknya hukum dan perlindungan hak
Tidaknya Penangkapan (pasal 17 KUHAP); b) asasi tersangka dalam tingkat pemeriksaan
Menguji Sah atau Tidaknya Penahanan (pasal penyidikan dan penuntutan.
21 KUHAP); c) Menguji Sah atau Tidaknya Seperti yang sudah diketahui, demi untuk
Penghentian Penyidikan (pasal 109 ayat (2) dan terlaksananya kepentingan pemeriksaan tindak
(3) KUHAP); d) Menguji Sah atau Tidaknya pidana, undang-undang memberi kewenangan
Penghentian Penuntutan (pasal 140 ayat (2) kepada penyidik dan penuntut umum untuk
KUHAP); e) Memeriksa Permohonan Ganti melakukan tindakan upaya paksa berupa
Kerugian (pasal 95 KUHAP). sedangkan bentuk penangkapan, penahanan, penyitaan dan
putusan praperadilan dan upaya hukumnya ada sebagainya. Setiap upaya paksa yang dilakukan
pejabat penyidik atau penuntut umum
1
terhadap tersangka, pada hakikatnya
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Henry R. Ch.
Memah, SH, MH; Nixon S. Lowing, SH, MH; Noldy
merupakan perlakuan yang bersifat:
Mohede, SH, MH. 1. tindakan paksa yang dibenarkan undang-
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. undang demi kepentingan pemeriksaan
110711010
29
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
tindak pidana yang disangkakan kepada pun. HIR tidak memberi hak dan upaya untuk
tersangka, memintakan perlindungan dan koreksi.
2. sebagai tindakan paksa yang dibenarkan Bertahun-tahun pun tersangka ditahan,
hukum dan undang-undang, setiap tindakan dianggap lumrah dan tersangka tidak
paksa dengan sendirinya merupakan mempunyai daya untuk mengadukan nasib
perampasan kemerdekaan dan kebebasan perkosaan itu kepada siapa pun, karena HIR
serta pembatasan terhadap hak asasi tidak memiliki lembaga yang berwenang untuk
tersangka.3 menguji sah atau tidaknya tindakan upaya
Tindakan upaya paksa yang dikenakan paksa yang dikenakan terhadap tersangka.
instansi penegak hukum merupakan Berpijak dari pengalaman suram di masa HIR,
pengurangan dan pembatasan kemerdekaan pembuat undang-undang menanggapi betapa
dan hak asasi tersangka, tindakan itu harus pentingnya menciptakan suatu lembaga yang
dilakukan secara bertanggung jawab menurut diberi wewenang melakukan koreksi, penilaian
ketentuan hukum dan undang-undang yang dan pengawasan terhadap setiap tindakan
berlaku (due process of law). Tindakan upaya upaya paksa yang dikenakan pejabat penyidik
paksa yang dilakukan bertentangan dengan atau penuntut umum kepada tersangka, selama
hukum dan undang-undang merupakan pemeriksaan berlangsung dalam tingkat proses
perkosaan terhadap hak asasi tersangka.4 penyidikan dan penuntutan. Pelembagaan yang
Setiap tindakan perkosaan yang ditimpakan memberi wewenang pengawasan terhadap
kepada tersangka adalah tindakan yang tidak tindakan upaya paksa yang dilakukan pejabat
sah, karena bertentangan dengan hukum dan dalam Taraf proses pemeriksaan penyidikan
undang-undang (ilegal). Akan tetapi, bagaimana atau penuntutan inilah yang dilimpahkan
mengawasi dan menguji tindakan paksa yang KUHAP kepada Praperadilan. Kalau begitu, pada
dianggap bertentangan dengan hukum? Untuk prinsipnya tujuan utama pelembagaan
itu perlu diadakan suatu lembaga yang diberi Praperadilan dalam KUHAP, untuk melakukan
wewenang untuk menentukansah atau “pengawasan horizontal”5 atas tindakan upaya
tidaknya tindakan paksa yang dikenakan paksa yang dikenakan terhadap tersangka
kepada tersangka. Menguji dan menilai sah selama ia berada dalam pemeriksaan
atau tidaknya tindakan paksa yang dilakukan penyidikan atau penuntutan, agar benar-benar
penyidik atau penuntut umum yang tindakan itu tidak bertentangan dengan
dilimpahkan kewenangannya kepada ketentuan hukum dan undang-undang.
Praperadilan. Dari gambaran di atas, eksistensi dan
Memang sangat beralasan untuk mengawasi kehadiran Praperadilan, bukan merupakan
tindakan upaya paksa yang dilakukan penyidik lembaga peradilan tersendiri. Tetapi hanya
atau penuntut umum terhadap tersangka, merupakan pemberian wewenang dan fungsi
supaya tindakan itu benar-benar dilaksanakan baru yang dilimpahkan KUHAP kepada setiap
sesuai dengan ketentuan undang-undang, dan Pengadilan Negeri, sebagai wewenang dan
benar-benar proporsional dengan ketentuan fungsi tambahan Pengadilan Negeri yang telah
hukum serta tidak merupakan tindakan yang ada selama ini. Kalau selama ini wewenang dan
bertentangan dengan hukum. Pengawasan dan fungsi Pengadilan Negeri mengadili dan
penilaian upaya paksa inilah yang tidak memutus perkara pidana danperkara perdata
dijumpai dalam tindakan penegakan hukum di sebagai tugas pokok maka terhadap tugas
masa HIR. Bagaimanapun perlakuan dan cara pokok tadi diberi tugas tambahan untuk menilai
pelaksanaan tindakan upaya paksa yang sah atau tidaknya penahanan, penyitaan,
dilakukan penyidik pada waktu itu, semuanya penghentian penyidikan atau penghentian
lenyap ditelan kewenangan yang tidak terawasi penuntutan yang dilakukan penyidik atau
dan tidak terkendali oleh koreksi lembaga mana penuntut umum, yang wewenang
pemeriksaannya diberikan kepada
3
Praperadilan.
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang Pengadilan,
Banding, Kasasi dan Peninjauan Kasasi, Sinar Grafika,
Jakarta, 2002, hal. 3
4 5
Ibid, hal. 3 Ibid, hal. 4
30
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
1. Menguji Sah atau Tidaknya Penangkapan 2. Menguji Sah atau Tidaknya Penahanan
Di dalam Pasal 17 KUHAP ditentukan Di dalam pemeriksaan sidang praperadilan
penangkapan terhadap seseorang yang diduga dengan alasan penahanan yang tidak sah,
keras melakukan suatu tindak pidana, haruslah hakim dapat memeriksa2 (dua) hal yaitu:
berdasarkan bukti permulaan yang cukup. 1. syarat-syarat formal suatu penahanan;
Pengertian “bukti permulaan yang cukup”8 2. dasar-dasar dilakukan penahanan.11
ialah bukti permulaan untuk adanya tindak Bukti yang cukup berarti penyidik sudah bisa
pidana haruslah sesuai dengan bunyi Pasal 1 mengumpulkan alat bukti yang mengacu pada
butir 14 KUHAP. Pasal ini menunjukkan bahwa ketentuan Pasal 184 KUHAP, dan Pasal 183
perintah penangkapan tidak dapat dilakukan
9
Martiman Prodjohamidjojo, Komentar Atas KUHAP,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1982, hal. 19
6 10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum P.A.F. Lamintang, KUHAP dengan pembahasan secara
Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985, hal. 15 yuridis menurut yurisprudensi, Sinar Baru, Bandung, 1984,
7
Andi Hamzah, Perlindungan Hak-Hak Asasi Manusia hal. 117
11
dalam KUHAP, Bina Cipta, Bandung, 1986, hal. 17 M. Hanafi Asmawie, Ganti Rugi dan Rehabilitasi Menurut
8
Ibid, hal. 19 KUHAP, Pradnya Paramita, Jakarta, 1989, hal. 74
31
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
32
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
33
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
memuat amar. Amar yang harus dicantumkan putusan Praperadilan harus memuat
dalam penetapan disesuaikan dengan alasan pernyataan dan perintah:
permintaan pemeriksaan. Alasan permintaan a) penahanan tidak sah,
yang menjadi dasar isi amar penetapan. Amar b) dan perintah pembebasan tersangka
yang tidak sejalan dengan alasan permintaan, dari tahanan.
keluar dari jalur yang ditentukan undang- Dengan dicantumkannya amar yang berisi
undang. Kalau begitu amar penetapan perintah pembebasan tersangka dari
Praperadilan, bisa berupa pernyataan yang tahanan, penyidik atau penuntut umum
berisi:16 harus segera membebaskan dari tahanan.
a. Sah atau Tidaknya Penangkapan atau e. Perintah Melanjutkan Penyidikan atau
Penahanan Penuntutan
Jika dasar alasan permintaan yang diajukan Mungkin ada yang berpendapat, amar ini
pemohon berupa permintaan pemeriksaan tidak mutlak dicantumkan dalam
tentang sah atau tidaknya penangkapan penetapan Praperadilan. Alasannya,
atau penahanan yang disebut Pasal 79 dengan adanya penetapan yang
maka amar penetapannya pun harus menyatakan penghentian penyidikan atau
memuat pernyataan tentang sah atau penuntutan tidak sah, dalam jiwa
tidaknya penangkapan atau penahanan. pernyataan putusan yang demikian sudah
b. Sah atau Tidaknya Penghentian Penyidikan terkandungperintah yang mewajibkan
atau Penuntutan penyidik melanjutkan penyidikan atau yang
Jika alasan yang diajukan pemohon berupa mewajibkan penuntutan dilanjutkan.
permintaan pemeriksaan tentang sah atau Karena itu, sekiranya Praperadilan
tidaknya penghentian penyidikan atau menjatuhkan putusan yang menyatakan
penghentian penuntutan, berarti amar penghentian penyidikan atau penghentian
penetapan Praperadilan memuat penuntutan tidak sah amar penetapan tidak
pernyataan mengenai sah atau tidaknya mesti memuat pernyataan yang
tindakan penghentian penyidikan atau memerintahkan penyidik wajib
penuntutan. melanjutkan penyidikan atau amar yang
c. Diterima atau Ditolaknya Permintaan Ganti memerintahkan penuntut umum
Kerugian atau Rehabilitasi melanjutkan penuntutan. Akan tetapi,
Di sini pun demikian halnya. Jika dasar untuk sempurna serta berpedoman pada
alasan permintaan pemeriksaan mengenai bunyi rumusan Pasal 82 ayat (3) huruf b,
tuntutan ganti kerugian atau rehabilitasi, tidak ada salahnya mencantumkan amar
berarti amar penetapan memuat yang demikian.
dikabulkan atau ditolak permintaan ganti
kerugian atau rehabilitasi. 3. Upaya Banding dan Kasasi Putusan
d. Perintah Pembebasan dari Tahanan Praperadilan
Mengenai hal ini diatur dalam Pasal 82 ayat Tinjauan tentang masalah upaya hukum
(3) huruf a. Agar penetapan Praperadilan terhadap putusan Praperadilan, mungkin bisa
memuat amar yang memerintahkan menimbulkan perbedaan penafsiran, terutama
tersangka segera dibebaskan dari tahanan. mengenai upaya hukum yang menyangkut
Amar yang demikian merupakan kemestian permintaan pemeriksaan kasasi. Barangkali ada
dalam kasus permintaan pemeriksaan yang yang berpendapat, terhadap putusan
berhubungan tentang sah atau tidaknya Praperadilan, dapat dimintakan permohonan
penahanan. Jika tersangka atau kasasi kepada Mahkamah Agung. Perbedaan
keluarganya mengajukan permintaan pendapat ini timbul disebabkan undang-undang
pemeriksaan tentang sah atau tidaknya tidak memberi penegasan yang jelas tentang
penahanan yang dilakukan penyidik atau hal ini. Lain halnya dengan upaya hukum
penuntut umum, dan Praperadilan banding, Pasal 83 KUHAP telah memberi
berpendapat penahanan tidak sah, amar penegasan yang jelas, sehingga para pencari
keadilan maupun praktisi hukum, sudah
16
Lihat Penjelasan Pasal 82 ayat (2) dan (3) Kitab Undang- mengetahui dengan terang putusan mana yang
Undang Hukum Acara Pidana
34
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
17 19
H.M.A. Kuffar, Loc Cit, hal. 286 Putusan ganti kerugian dan rehabilitasi sebagaimana
18
Lihat Penjelasan Pasal 83 ayat (1) dan bandingkan diatur dalam Pasal 81 bandingkan dengan Penjelasan
dengan pasal 79, 80, dan Pasal 81 KUHAP Pasal 95 dan 97 KUHAP.
35
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
disebut dalam Pasal 81. Seperti yang sudah pemeriksaan banding. Bertitik tolak dari
disinggung terdahulu, wewenang Praperadilan ketentuan Pasal 83 ayat (2):
meliputi pemeriksaan tuntutan ganti kerugian 1. terhadap putusan yang menetapkan
berdasar alasan Pasal 95. Juga berwenang “sahnya” penghentian penyidikan
memeriksa permintaan rehabilitasi berdasar ataupenuntutan, “tidak dapat” diajukan
alasan yang ditentukan dalam Pasal 97 KUHAP permintaan banding,
Tuntutan atau permintaan ganti kerugian 2. terhadap putusan yang menetapkan tentang
maupun permintaan rehabilitasi dapat diajukan “ tidak sahnya” penghentian penyidikanatau
pemohon kepada Praperadilan atas alasan tidak penuntutan, “dapat” diajukan permintaan
sahnya penangkapan, penahanan atau sahnya banding,
penghentian penyidikan atau penghentian 3. Pengadilan Tinggi yang memeriksa dan
penuntutan. Namun disini pun, permintaan memutus permintaan banding tentang
ganti kerugian dan rehabilitasi yang disebut tidaksahnya penghentian penyidikan atau
dalam Pasal 81 ini harus disejajarkan meliputi penuntutan, bertindak sebagai pengadilan
alasan permintaan ganti kerugian dan yangmemeriksa dan memutus “dalam
rehabilitasi yang diatur dalam Pasal 95 dan 97 tingkat akhir”.dimungkinkan permintaan
KUHAP. Bukan hanya permintaan ganti kasasi, karena keharusan cepat perkara
kerugian dan rehabilitasi yang didasarkan atas Praperadilan tidak akan terpenuhi kalau
alasan penangkapan atau penahanan saja, masih dimungkinkan pemeriksaan kasasi,
tetapi meliputi alasan tidak sahnya pemasukan 4. wewenang Pengadilan Negeri yang
rumah, penggeledahan atau penyitaan. Kita dilakukan oleh Praperadilan, dimaksudkan
heran mengapa Pasal 81 tidak sejalan rumusan hanya sebagai wewenang pengawasan
dan kaidahnya dengan Pasal 95 dan 97. Padahal secara horizontal terhadap tindakan pejabat
maksud dan permasalahan yang diatur di penegak hukum lainnya,
dalamnya, sama-sama berhubungan dengan 5. juga Pasal 244 KUHAP, tidak membuka
kewenangan Praperadilan memeriksa dan kemungkinan melakukan pemeriksaan
memutus permintaan ganti kerugian dan kasasi terhadap putusan Praperadilan,
rehabilitasi. Juga sama-sama mengatur karena pemeriksaan kasasi yang diatur Pasal
landasan alasan yang dijadikan dasar untuk 244 hanya mengenai putusan perkara
mengajukan permintaan ganti kerugian dan pidana yang benar-benar diperiksa dan
rehabilitasi. Seolah-olah pembuat undang- diputus Pengadilan Negeri atau pengadilan
undang merumuskannyasaling bertentangan. selain dari Mahkamah Agung,
Semestinya antara Pasal 81 dengan Pasal 95 6. selain daripada itu, menurut hukum acara
dan 97, harus sejalan dan saling pidana, baik mengenai pihak-pihak maupun
menyempurnakan. acara pemeriksaannya berbeda sifat dan
kedudukannya jika dibandingkan dalam
4. Putusan Praperadilan yang Dapat Dibanding pemeriksaan Praperadilan.
Mengenai putusan Praperadilan yang dapat
diminta banding ke Pengadilan Tinggi, diatur Itulah kira-kira saduran pertimbangan
dalam Pasal 83 ayat (2). Di situ ditentukan, Mahkamah Agung dalam putusan tersebut. Dari
putusan Praperadilan yang menetapkan “tidak pertimbangan dimaksud, dapat dilihat
sahnya” penghentian penyidikan atau pendirian, permintaan kasasi terhadap putusan
penuntutan saja yang dapat diajukan Praperadilan “tidak dapat diterima”. Pendirian
permintaan banding. Pasal 83 ayat (2) yang seperti ini dapat juga dilihat dalam
membedakan antara putusan yang putusan Mahkamah Agung tanggal 10 Mei
“mengesahkan” dengan yang “tidak 1984, Reg. No. 680 K/Pid/1983. Salah satu
mengesahkan” penghentian penyidikan dan bagian pertimbangannya berbunyi: bahwa
penuntutan. Oleh karena itu, tidak terhadap menurut yurisprudensi tetap terhadap putusan-
semua putusan Praperadilan yang berkenaan putusan Praperadilan tidak dapat dimintakan
dengan sah atau tidaknya penghentian kasasi, sehingga permohonan kasasi dari
penyidikan atau penuntutan dapat dimintakan pemohon kasasi harus dinyatakan tidak dapat
diterima. Dari bunyi pertimbangan ini, semakin
36
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
37
Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015
38