DOSEN:
Masta Haro S.Kep.,Ns.,MH.Kes
Disususn Oleh:
Natania
NIM: 2053052
b) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap
harinya)
g) Deficit memori
d. Sistem Pendengaran
e) Titinus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa
terus menerus atau intermiten)
f) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar)
e. Sistem Penglihatan
g) Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau pada skala
f. Sistem Kardiovaskular
Wanita:
c) Pembesaran prostat
d) Atrovi vulva
i. Sistem Integumen
c) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanognesis yang tidak merata pada
permukaan kulit sehingga tampak bintik – bintik atau noda cokelat
d) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut- kerut halus
diujung mata akibat lapisan kulit yang menipis
j. Sistem Muskuloskeletal
2) Perubahan Kognitif
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, (dalam buku “keperawatan lanjut usia”,
(Azizah, 2012).
a. Memori (daya ingat, ingatan)
Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan dan
menghadirkan kembali rangsangan/peristiwa yang pernah dialami seseorang.
Pada lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif yang
seringkali paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang (long
term memory) kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek
(short term memory) atau seketika 0-10 menit memburuk. Lansia akan
kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu
menarik perhatiannya dan informasi baru seperti TV dan film. Keadaan ini
sering menimbulkan salah paham dalam keluarga. Oleh sebab itu dalam proses
pelayanan sangat perlu dibuatkan tanda-tanda atau rambu-rambu baik berupa
tulisan, atau gambar untuk membantu daya ingat mereka.
b. IQ (intelligent quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi matematika (analisa,
linier, sekuensial) dan perkataan verbal.Tetapi persepsi dan daya
membayangkan (fantasi) menurun.Walaupun mengalami kontrofersi, tes
intelegensia kurang memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada
lansia.Hal ini terutama dalam bidang vokabulari (kosakata), keterampilan
praktis, dan pengetahuan umum. Fungsi intelektual yang stabil ini disebut
sebagai crystallized intelligent. Sedangkan fungsi intelektual yang mengalami
kemunduran adalah fluid intelligent seperti mengingat daftar, memori bentuk
geometri, kecepatan menemukan kata, penyelesaian masalah, kecepatan
berespon, dan perhatian cepat teralih.
c. Kemampuan Pemahaman
Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada lansia mengalami
penurunan.Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi pendengarannya
lansia yang mengalami penurunan. Dalam pelayanan terhadap lanjut usia agar
tidak timbul salah paham sebaiknya dalam komunikasi dilakukan kontak mata
(saling pandang). Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca bibir
lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat diatasi dan dapat
lebih mudah memahami maksud orang lain. Sikap yang hangat dalam
komunikasi akan menimbulkan rasa aman dan diterima, sehingga mereka akan
lebih tenang, lebih senang merasa dihormati.
d. Pemecahan masalah (problem solving)
Pada lanjut usia masalah-masalah yang dipahami tentu semakin banyak.
Banyak hal yang dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi
terhambat karena terjadinya penurunan fungsi indra pada lanjut usia. Hambatan
yang lain dapat berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman dan lain-
lain,yang berakibat bahwa pemecahan masalah menjadi lebih lama. Dalam
menyikapi hal ini pendekatan pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia perlu
diperhatikan ratio petugas kesehatan dan pasien lanjut usia.
e. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam kehidupanya.Lansia
makin teratur dalam kehidupan keagamaanya.Hal ini dapat terlihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari. Spiritualitas pada lansia bersifat universal,
interinsik dan merupakan proses individu yang berkembang sepanjang rentan
kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan tersebut. Lansia yang telah
mempelajari cara menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme keimanan
akhirnya dihadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian. Harapan
memunginkan individu dengan keimananspiritual atau religius untuk bersikap
untuk menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.
4) Makanan/cairan
- Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membrane
mukosa
- Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan
adekuat, mual, anoreksia
5) Hygiene: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,
ketergantungan pada orang lain.
6) Neurosensori
- Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
- Nyeri/kenyamanan: fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan
pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kronis dan
kekakuan, terutama pagi hari)
7) Keamanan
- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
- Lesi kulit, ulkus kaki
- Kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga
- Demam ringan menetap
- Kekeringan pada mata dan membrane mukosa
8) Interaksi sosial: kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan
peran sosial
9) Penyuluhan/ pembelajaran
- Riwayat rematik pada keluarga
- Pengunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian
- Riwayat perikarditis, lesi tepi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat profesional yang
memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan, baik aktual maupun potensial
yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian.
Diagnosa keperawatan osteoarthritis adalah sebagai berikut:
1) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis) ditandai dengan klien melaporkan adanya nyeri pada persendian,
ekspresi wajah meringis.
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan, kerusakan
neuromuskuler, kehilangan integritas struktur tulang, kekakuan sendi atau kontraktur.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan, mudah lupa, kurang
mengetahui informsi ditandai dengan klien mengungkapkan adanya masalah, klien
mengikuti instruksi tidak akurat.
4) Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status peran, perubahan
status kesehatan, stress, klien tampak cemas, respirasi meningkat, nadi meningkat,
suara gemetar, klien sulit berkonsentrasi.
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit, trauma, struktur dan
fungsi, perasaan negatif tentang tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak
ada kekuatan), mengatakan perubahan dalam kehidupan.
6) Resiko jatuh berhubungan dengan adanya peradangan pada persendian, penurunan
kekuatan ekstermitas bawah.
7) Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskoloskeletal ditandai
dengan klien tidak mampu membersihkan sebagian atau seluruh badan.
8) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal ditandai
dengan klien tidak mampu ke toilet atau klien menggunakan pispot, klien tidak
mampu memenuhi kebersihan toileting.
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri:
agen injuri (biologi, kimia, fisik, diharapkan klien dapat: 1) Kaji secara komperhensif tentang nyeri, meliputi: lokasi,
1) Mengontrol nyeri dengan kriteria:
psikologis) ditandai dengan klien karakteristik dan skala, durasi, frekuensi, kualitas,
a. Klien dapat mengetahui penyebab
melaporkan adanya nyeri pada nyeri, skala nyeri, mampu intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi
persendian, ekspresi wajah meringis menggunakan tehnik nono 2) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari
farmakologi untuk mengurangi nyeri,
dan tindakan pencegahan nyeri ketidaknyamanan, untuk komunikasi secara efektif
b. Klien mampu mengenal tanda-tanda 3) Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat
pencetus nyeri untuk pertolongan mengekspresikan nyeri
c. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
4) Kaji latar belakang budaya klien
dengan menggunakan manajemen
nyeri 5) Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas
2) Menunjukan tingkat nyeri hidup: pola tidur, nafsu makan, aktivitas, pekerjaan,
a. Klien melaporkan nyeri dan
tanggung jawab peran.
pengaruhnya pada tubuh
b. Klien mampu mengenal skala,
intensitas, frekuensi dan lama nya
nyeri
c. Klien mengatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang 1) Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan
d. Tanda-tanda vital dalam batas normal nyeri kronis
e. Ekspresi wajah senang 2) Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol
nyeri yang telah digunakan
3) Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
4) Berikan informasi tentang nyeri seperti: penyebab, berapa
lama terjadi, dan tindakan pencegahan
5) Control faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon klien terhadap
ketidaknyamanan(misalnya: temperature ruangan,
penyinaran)
6) Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri
7) Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
8) Ajarkan penggunaan tekhnik non farmakologi.
9) Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri.
10) Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon
klien.
11) Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri
secara tepat.
12) Monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri.
13) Bantu klien mengidentifikasi faktor presipitasi nyeri baik
aktual
maupun potensial.
Pemberian Analgetik
1) Tentukan lokasi nyeri, karakteristik nyeri
2) Berikan obat prinsip 5 benar
3) Cek riwayat alergi obat
4) Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan
keparahan sebelum pengobatan
5) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgetik pertama kali
6) Berikan analgetik yang tepat waktu
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Aktivitas
dengan nyeri dan ketidaknyamanan, diharapkan klien dapat menunjukkan tingkat 1) Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan
kerusakan neuromuskuler, kehilangan mobilitas dengan kriteria : dirumah dan kebutuhan akan peralatan pengobatan yang
integritas struktur tulang, kekakuan 1) Klien menunjukkan penampilan tahan lama.
sendi atau kontraktur.
yang seimbang. 2) Ajarkan dan bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan
2) Klien menunjukkan penampilan (misalnya dari tempat tidur ke kursi).
posisi tubuh. 3) Bantu klien mengenali aktivitas sesuai kebutuhan.
3) Klien menunjukkan pergerakan 4) Instruksikan klien atau pemberi pelayanan tentang
sendi. keamanan berpindah dan tekhnik ambulasi yang aman.
4) Klien melakukan perpindahan. 5) Pantau penggunaan alat bantu mobilitas (misalnya:
5) Klien melakukan ambulasi : tongkat, walker, kruk, kursi roda)
berjalan. 6) Berikan penguatan positif selama aktivitas.
6) Klien dapat melakukan aktivitas 7) Ajarkan klien bagaimana menggunakan mekanika tubuh
sehari-hari secara mandiri. yang benar saat melakukan aktivitas.
7) Klien meminta bantuan untuk 8) Ajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif/pasif
aktivitas mobilisasi jika diperlukan. untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot.
Terapi Aktivitas
1) Tentukan keterbatasan rentang gerak sendi, efek, dan
fungsinya.
2) Kolaborasi dengan terapi fisik dalam mengembangkan
program latihan.
3) Tentukan tingkat motivasi klien dalam mempertahankan
atau meningkatkan rentang gerak sendi.
4) Jelaskan pada klien/ keluarga tentang maksud dan rencana
latihan gerak sendi.
5) Bantu klien untuk mengatur posisi yang optimal dalam
ROM aktif/pasif.
6) Motivasi klien untuk latihan ROM aktif/pasif dan
merencanakan jadwal.
7) Bantu latihan ROM sesuai indikasi.
8) Motivasi klien untuk membayangkan gerakan tubuhnya
sebelum memulai pergerakan.
9) Berikan penguatan postitif selama aktivitas.
3. Kurang pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pendidikan Kesehatan : Proses penyakit
dengan kurang paparan, mudah lupa, diharapkan pengetahuan klien tentang
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien berhubungan dengan
kurang mengetahui informsi ditandai proses penyakit meningkat dengan kriteria
proses
dengan klien mengungkapkan adanya hasil :
2) penyakit yang spesifik
masalah, klien mengikuti instruksi tidak 1) Menjelaskan proses penyakitnya
3) Tentukan motivasi klien untuk mempelajari informasi-
akurat. 2) Menjelaskan penyebab penyakitnya
informasi
3) Menjelaskan tanda-tanda gejala
4) yang khusus (misalnya : status psikologis, orientasi, nyeri,
penyakitnya.
keletihan)
4) Menjelaskan tindakan-tindakan untuk
5) Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman
meminimalkan keluhan selama proses
klien, mengulang informasi bila di perlukan.
penyakit.
6) Sediakan waktu bagi klien untuk menanyakan beberapa
pertanyaan dan mendiskusikan permasalahannya.
4. Cemas berhubungan dengan krisis Setelah dilakukan asuhan keperawatan klien Menurunkan Kecemasan
situasional, perubahan status peran, mampu mengontrol cemas dengan kriteria 1) Gunakan ketenangan dalam pendekatan untuk
perubahan status kesehatan, stress, klien hasil : menenangkan klien.
tampak cemas, respirasi meningkat, 1) Klien dapat merencanakan strategi 2) Berusaha memahami keadaan stress yang dialami klien.
nadi meningkat, suara gemetar, klien koping untuk situasi yang membuat 3) Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan
sulit berkonsentrasi. stress. tindakan.
2) Klien dapat mempertahankan
penampilan peran.
3) Klien melaporkan tidak ada gangguan
persepsi sensori
5. Gangguan citra tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Citra Tubuh
dengan pengobatan penyakit, trauma, diharapkan klien menunjukkancitra tubuh
1) Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan non verbal
struktur dan fungsi, perasaan negatif yang positif dengan kriteria :
klien tentang tubuh klien.
tentang tubuh (perasaan tidak berdaya, 1) Klien mendemonstrasikan penerimaan
2) Tentukan harapan klien tentang gambaran tubuh
keputusan atau tidak ada kekuatan), terhadap perubahan bentuk tubuh.
berdasarkan tahap perkembangan.
mengatakan perubahan dalam 2) Klien mengungkapkan kepuasan
kehidupan. terhadap penampilandan fungsi tubuh.
6. Resiko jatuh berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mencegah Jatuh
adanya peradangan pada persendian, diharapkan klien melakukan tindakan
1) Identifikasi kebutuhan keamanan klien berdasarkan tingkat
penurunan kekuatan ekstermitas bawah. pengamanan : pencegahan jatuh dengan
fungsi fisik, kognitif dan riwayat perilaku sebelumnya.
kriteria :
2) Identifikasi karakteristik lingkungan yang mungkin
1) Klien dapat menggunakan alat bantu
meningkatkan potensial untuk jatuh.
dengan benar
3) Pantau gaya berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan
2) Klien dapat menempatkan penopang
selama amulasi.
untuk mencegah jatuh.
4) Berikan informasi tentang bahaya lingkungan dan ciri-
cirinya.
7. Defisit perawatan diri berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan klien Bantu Perawatan Diri
dengan gangguan muskoloskeletal dapat menunjukkan perawatan diri :
1) Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan secara
ditandai dengan klien tidak mampu 1) Klien mampu ke kamar mandi
mandiri
membersihkan menyediakan perlengkapan mandi
2) Berikan bantuan sampai klien mampu untuk melakukan
2) Klien mampu membersihkan dan
perawatan diri.
mengeringkan tubuh.
3) Bantu klien dalam menerima ketergantungan pemenuhan
3) Klien mampu mengungkapkan secara
kebutuhan sehari-hari.
verbal tentang kepuasan tentang
kebersihan tubuh.
8. Defisit perawatan diri berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Bantu Perawatan Diri
dengan kerusakan muskuloskeletal klien dapat menunjukkan perawatan diri:
1) Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan secara
ditandai dengan klien tidak mampu ke 1) Klien mampu untuk masuk dan keluar
mandiri
toilet atau klien menggunakan pispot, dari toilet
2) Berikan bantuan sampai klien mampu untuk melakukan
klien tidak mampu memenuhi 2) Klien mampu membersihkan diri
perawatan diri.
kebersihan toileting. setelah toileting.
3) Bantu klien dalam menerima ketergantungan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
Referensi
Aspriani, Reny Yuli. (2014) Buku ajar asuhan keperawatan gerontik aplikasi NANDA, NIC dan NOC-Jilid 1. Jakarta : CV. Trans Info
Media
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Ismadi. (2017). Laporan Pendahuluan Raktik Profesi Ners Keperawatan Gerontik Asuhan Keperawatan Dengan Kelaianan Sendi
Degeneratif. Program Profesi Ners Stikes Kusuma Husada Surakarta
Karina,.H.M. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny.A Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman Pada
Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Osteoarthritis Di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 2 Cengkareng Pada Tanggal 2-4
April 2018. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Jakarta
Nugroho, Wahjudi. (2012) Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta : EGC.