Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN HYPERTYROID

Dosen Pengajar :
Binarti Dwi W,S.Kep.Ns.M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Clarisa Darapuspita (201904011)
2. Riski Ananda Putri (201904012)
3. Donicke Nur Meirinda (201904014)
4. Puguh Dwi Prakoso (201904019)
5. Aliffiah Putri Pramesti (201904027)
6. Dwi Nur Laili (201904031)
7. Ikniawati (201904036)
8. Putri Febriyanti (201904039)
9. Achmad Abdi Sektiyono (201904083)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Hypertyroid” dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bu Binarti Dwi W,S.Kep.Ns.M.Kes selaku
dosen pengajar Keperawatan Medikal Bedah III yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyusun makalah ini. Serta teman dan pihak yang turut membantu dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu yang dimiliki. Penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sebagai penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang membangun agar makalah kami dapat semakin
disempurnakan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.

Mojokerto, 9 April 2021

Penyusun
Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................1
TINJAUAN TEORI....................................................................................................................1
A. Pengertian........................................................................................................................1
B. Etiologi.............................................................................................................................1
C. Manifestasi Klinis............................................................................................................2
D. Patofisiologi.....................................................................................................................3
E. WOC................................................................................................................................5
F. Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................................6
G. Penatalaksanaan...............................................................................................................6
H. Komplikasi....................................................................................................................7
BAB II.........................................................................................................................................9
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................9
1. Pengkajian........................................................................................................................9
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................11
3. Intervensi dan Rasional..................................................................................................11
B. ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................................20
1. Pengkajian.....................................................................................................................20
2. Analisa Data..................................................................................................................25
3. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................27
4. Intervensi Keperawatan...............................................................................................27
BAB III.....................................................................................................................................30

PENUTUP.................................................................................................................................30

A. Kesimpulan.........................................................................................................................30
B .Saran.....................................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................32

ii
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat
produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tifoid
memproduksi hormon tiroksin lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat
digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya). (Amin, Hardi, 2013)
Menurut American Thyroid Association dan American Association of Clinical
Endocrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi berupa peningkatan kadar
hormon tiroid yang disintresis dan disekresikan oleh kelenjar tiroid melebihi normal (Bahn
et al, 2011).

B. Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan
TSH dan TRF karena umpan balik negative TH terhadap pelepasan keduanya. (Amin,
Hardi:2013)
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH
yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negative dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi disertai
TSH dan TRH yang berlebihan. (Amin, Hardi, 2013)
Beberapa penyebab yang menyebabkan hipertiroid yaitu :
1. Penyebab Utama
a. Penyakit Grave
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif dan
merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini
biasanya turunan, wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga
penyebabnya adalah penyakit autonoimun, dimana antibody yang ditemukan
dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.

1
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies
(TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah
stress, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitive
terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar
hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak
tergantung pada tinggi rendahnya hormon tiroid. Gangguan kulit menyebabkan
kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
b. Toxic nodular goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu
tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang
berlebihan.
2. Penyebab Lain
a. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena pemeriksaaan
laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus
minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan
menurunkan badan hingga timbul efek samping.
b. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
c. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis
pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiroid, 2-3 bulan
kemudian keluar gejala hipertiroid.
d. Konsumsi Yodium berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya
timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar
tiroid.

C. Manifestasi Klinis

2
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap Katekolamin
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap
panas, keringat berlebihan
4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat letih
10. Pembesaran kelenjar tiroid
11. Mata melotot (exoptalmus) hal ini terjadi sebagai akibat dari penimbunan zat di dalam
orbit mata
(Amin, Hardi:2013)

D. Patofisiologi
Hipertiroidisme mungkin karena overfungsi keseluruhan kelenjar, atau kondisis yang
kurang umum, mungkin disebabkan oleh fungsi tunggal, atau multi tipe adenoma
kankertiroid. Juga pengobatan miksedema dengan hormon tiroid yang berlebihan dapat
menyebabakan hipertiroidisme. Bentuk hipertiroidisme yang paling umum adalah penyakit
Graves (goiter difus, toksik) yang mempunyai tiga tanda penting: (1) hipertiroidisme, (2)
pembesaran kelenjar tiroid (goiter), dan (3) eksoptalmos (protrusi mata abnormal). Penyakit
Graves merupakan kelainan autoimun yang dimediasi oleh antibodi IGH yang berkaitan
dengan reseptor TSH aktif pada permukaan sel- sel tiroid. (Hotma Rumahorbo, 1999).
Penyebab lain hipertiroidisme dapat mencangkup goiter nodula toksik, adinoma toksik
(jinak), karsinoma tiroid, tiroidis akut dan kronis, dan ingesti TH. (Hotma Rumahorbo,
1999).
Patofisiologi dibalik manifestasi penyakit hipertiroid Graves dapat dibagi ke dalam
dua kategori : (1) yang sekunder akibat rangsangan berlebih sistem saraf adrenergik dan (2)
yang merupakan akibat tingginya kadar TH yang bersirkulasi. (Hotma Rumahorbo, 1999).

3
Hipertiroidisme ditandai oleh kehilangan pengontrolan normal sekresi hormon tiroid
(TH). Karena kerja dari TH pada tubuh adalah merangsang, maka terjadi hipermetabolisme,
yang meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis. Jumlah TH yang berlebihan
menstimulasi sistem kardiak dan meningkatkan jumlah reseptor beta-adrenergik. Keadaan
ini mengarah pada takikardia dan peningkatan curah jantung, volume secuncup, kepekaan
adrenergik, dan aliran darah perifer. Metabolisme sangat meningkat, mengarah pada
keseimbangan nitrogen negatif, penipisan lemak, dan hasilakhir defisiensi nutrisi. (Hotma
Rumahorbo, 1999).
Hipertiroidisme juga terjadi dalam perubahan sekresi dan metabolisme hipotalamik,
pituitari dan hormon gonad. Jika hipertiroidisme terjadi sebelum pubertas, akan terjadi
penundaan perkembangan seksual pada kedua jenis kelamin, tetapi pada pubertas
mengakibatkan penurunan libido baik pada pria dan wanita. Setelah pubertas wanita akan
juga menunjukkan ketidak teraturan menstruasi dan penurunan fertilitas. (Hotma
Rumahorbo, 1999).

4
E. WOC

Hipertiroid

Metabolisme meningkat

Peningkatan frekuensi dan kontraksi jantung

Peningkatan konsumsi O2

Pemakaian glukosa sel Sistem saraf Sistem kardiovaskuler

Pemecahan lemak 1. Nervus 1. Takikardia dan aritmia


dan protein 2. Kelelahan 2. TD, nadi
3. Mudah 3. Angina
terangsang 4. Gagal jantung

Otot dan tulang MK : Penurunan curah jantung

Kelelahan otot
Kulit

MK : Resiko
kerusakan Peningkatan Peningkatan kebutuhan kalori
integritas jaringan suhu tubuh

MK : Ketidakefektifan nutrisi
MK : Hipertermi kurang dari kebutuhan tubuh

5
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. TSH serum (biasanya menurun)
2. T3, T4 (biasanya meningkat)
3. Tes darah hormon tiroid
4. X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)
(Amin, Hardi:2013)

G. Penatalaksanaan
a. Terapi Umum
1. Obat anti tiroid, biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya : propil tio
orasil (PTU), karbimazol.
2. Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien umur 35 tahun/lebih atau pasien
yang hipertiroid-nya kambuh setelah operasi.
3. Operasi tiroidektomi subtotal.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjr tiroid- nya tidak bisa
disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil (trimester
kedua), dan untuk pasien alergi terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar 25% dari
semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam waktu setahun.
b. Terapi obat anti hipertiroid
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan diatas adalah :
1. Carbimazole (karbimasol)
Berkhasiat mengurangi prodoksi hormon tiroid. Mula-mula dosisnya bisa 3-8
tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa 1-3 tablet saja sehari. Obat ini cukup baik
untuk hipertiroid.
Efek sampingnya yang agak serius adalah turunnya produksi sel darah putih
(agranulositosis) dan gangguan pada fungsi hati. Cirri-ciri agranulositosis adalah
sering terjadi sakit tenggorokan yang tidak sembuh-sembuh dan juga mudah terkena
infeksi dan demam.

6
2. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason)
Merupakan obat hormon kortikostiroid yang biasanya dipakai sebagai obat anti
peradangan. Obat ini bisa digunakan untuk menghilangkan peradangan dikelenjar
tiroid (thyroiditis).
3. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil)
Obat ini sebenarnya abat anti Parkinson, yang dipakai untuk mengatasi gejala-
gejala Parkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar dan
sebagainya. Di dalam pengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk mengobati
tangan bergetar dan denyut jantung yang meningkat. Namun penggunan obat ini
pada pasien dengan penyakit hipertiroid harus berhati-hati, bahkan sebaiknya tidak
digunakan pada pasien dengan denyut jantung yang cepat (takikardia). Pada pasien
yang denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120 kali/menit) dan tangan bergetar
biasanya diberikan obat lain yaitu propanolol, antenolol, ataupun verapamil.
c. Terapi Lain
Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah mengkosumsi bekatul. Para
ahli menemukan bahwa dalam bekatul terdapat kandungan vitamin B15, yang berkhasiat
untuk menyempurnakan metabolisme didalam tubuh kita.
Selain hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan untuk mengobati kencing
manis (diabetes militus), tekanan drah tinggi (hipertensi), bengek (asma), kolesterol dan
gangguan pembuluh darah jantung (coronair insufficiency), serta penyakit hati.
Selain itu, vitamin B15 juga dapat meningkatkan pengambilan oksigen di dalam
otak, menambah sirkulasi darah perifer dan oksigenisasi jaringan oto jantung.

H. Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik
(thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid
yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar
yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila
tidak diobati, kematian.

7
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena
agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas.
1. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan karena
penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya
terjadi pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit jantung
Terutama kardioditis dan gagal jantung. Tekanan yang berat pada jantung bisa
menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia)
dan syok.
3. Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akaut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat, derilium
dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan
emergensi, sehingga penanganan harus lebih khusus. Faktor presipitasi yang
berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis
dan tidak tertangani, infeksi ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark,
overdosis obat. Penanganan pasien dengan stroma tiroid adalah dengan
menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan
menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan
untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena,
glukokortokoid, dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta blokers diberikan
untuk menurunkan efek stimulasi sarap simpatik dan takikardi.
4. Krisis tiroid (thyroid storm)
Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani
terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang
tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan hormon tiroid dalam jumlah yang
sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, dan
apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

8
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Data-data yang di perlu di kaji pada asuhan keperawatan dengan hipertiroid Tarwoto,dkk.
(2012) ialah sebagai berikut :
1. Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin karena merupakan
faktor berpengaruh terhadap hipertiroid.
2. Riwayat kesehatab
a. Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
b. Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang di alami, riwayat
pengobatan dengan radiasi di leher, adanya tumor, adanya riwayat trauma kepala ,
infeksi, riwayat penggunaan obat-obatan seperti thionamide, lithium, amiodarone,
interferon alfa
c. Riwayat sosial ekonomi : kemampuan memelihara kesehatan, komsumsi dan pola
makan, porsi makan.
3. Keluhan utama
a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
 Penurunan berat badan
 Peningkatan suhu tubuh
 Kelelahan
 Makan dengan porsi yang banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
 Cepat lelah
 Intoleransi aktivitas
 Tremor
 Insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
 Iritabilitas
9
 Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung
d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
 Gangguan tajam penglihatan
 Pandangan ganda
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual]
 Amenorrhea, menstruasi tidak teratur
 Menurunnya infertile, resiko aborsi spontan
 Menurunnya libido
 Menurunnya perkembangan fungsi seksual
 Impoten
f. Kaji yang berhubungan dengan gangguan graves
 Eksoftalmus
 Pembesaran kelenjar tiroid
4. Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil,
penurunsn terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak, sering juga di
dapatkan gangguan tidur.
5. Pemeriksaan fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya masa atau pembesaran. Observasi ukuran
dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali dari ukuran
normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering di temukan adanya retraksi kelopak mata mengalami
kegagalan untuk turun ketika klien melihat ke bawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot ektraokuler
dan peningkatan jaringan di bawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat
mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihatan ganda, tajam
penglihatan. Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna
perlu di lakukan pengkajian.

10
d. Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung seperti
kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung perlu di
lakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
e. Muskuloskeletal
Biasanya di temukan adanya kelemahan otot, hiperaktif pada reflex tendon dan
tremor, iritabilitas.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuha berhubungan dengan ganguan
metabolik
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan
peningkatan aktifitas saraf simpatik
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid
5. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan metabolisme
6. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolik
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energi dengan
kebutuhan tubuh

3. Intervensi dan Rasional


1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuha berhubungan dengan ganguan
metabolisme
Tujuan : Setelah di berikan tindakan keperawatan selama 3x24 Jam keseimbangan
nutrisi kembali normal
Kriteria hasil : Berat badan stabil, malnutrisi (-), kebutuhan metabolisme terpenuhi.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Hindari makanan yang dapat 1. Peningkatan multilitas saluran
meningkatkan peristaltic usus cerna dapat mengakibatkan diare

11
dan gangguan absorpsi nutis yang
di perlukan
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Konsultasi dengan ahli gizi untuk 1. Mungkin memerlukan bantuan
memberikan diet kalori tinggi untuk menjamin pemasukan zat-zt
makanan yang adekuat dan
mengidentifikasi makanan
penganggti yang paling sesuai

Observasi : Observasi :
1. Auskultasi bising usus 1. Bising usus hiperaktif
mncerminkan peningkatan
motilitas lambung yang
menurunkan atau mengubah
fungsi absorpsi.
2. Pantau masukan makanan setiap 2. Penurunan berat badan terus
hari dan timbang berat badan tiap menerus dalam keadaan masukan
hari. kalori yang cukup merupakan
indikasi kegagalan terhadap terapi
antitiriod.

Edukasi : Edukasi :
1. Dorong klien makan dan 1. Membantu mejaga pemasukan
meningkatkan jumlah makan. kalori cukup tinggi dan
menambah kalori tetap tinggi

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme


Tujuan : Setelah di berikan tindakan keperawata 1x24 jam pola nafas eketif
Kriteria hasil :
 Nafas 16-20x/menit
 Bernafas tidak menggunakan otot bantu tambahan

12
Intervensi Raional
Mandiri : Mandiri :
1. Auskultasi bunyi nafas dan 1. Bunyi nafas menurun / tidak ada
catat adanya bunyi nafas bila jalan nafas obstruksi
adventisius seperti krekels, sekunder terhadap pendarahan,
mengi, geseka pleural bekuan atau kolaps jalan nafas
kecil (atelektasis). Ronki dan
mengi menyertai obstruksi jalan
nafas/kegagalan pernafasan
2. Tinggikan kepala dan bantu 2. Duduk tinggi memungkinka
mengubah posisi. Bangunkan ekspansi paru dan memudahkan
klien turun tempat tidur dan pernafasan
ambulasi sesegera mungkin. 3. Dapat meningkatkan/ banyaknya
3. Dorong/ bantu klien dalam sputum dimana gangguan vetilasi
nafas dalam dan latihan batuk. dan di tambah ketidak nyamanan
Penghisapan per oral atau upaya bernafas.
nasotrakeal bila di indikasikan

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan oksigen tambahan 1. Memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas

Observasi : Observasi :
1. Observasi frekuensi, 1. Kecepatan biasanya meningkat.
kedalaman pernafasan dan Dispnea dan terjadi peningkatan
ekspansi dada. Catat upaya kerja nafas
pernafasan , termasuk
penggunaan otot bantu/
pelebaran nasal
2. Observasi pola batuk dan 2. Kongesti alveolar mengakibatkan
karakter sekret. batuk kering/iritasi.

13
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan
peningkatan aktifitas saraf simpatik
Tujuan : Setelah di berikan tindaka keperawatan 2x24 jam curah jantung menjadi adekuat
sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria Hasil : Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler <3 detik,
tidak ada distritnea.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Catat atau perhatikan kecepatan 1. Takirkardi mungkin merupakan
irama jantung dan adanya cerminan langsung stimulasi otot
distrirnea jantung oleh hormone tiroid
distritnea sering sekali terjadi dan
dapat membahayakan fungsi jantung
atau curah jantung.
2. S1 dan mumur yang menonjol yang
2. Auskultasi suara jantung, berhubungan dengan curah jantung
perhatikan adanya bunyi jantung meningkat pada keadaan metabolic.
tambahan, adanya irama gallop dan Adanya S3 sebagai tanda
mumur sistolik kemungkinan gagal jantung.

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan cairan IV sesuai indikasi 1. Pemberian cairan melalui IV dengan
cepat untuk memperbaiki volum
sirkulasi
2. Berikan sesuai indikasi 2. Mempertahankan curah jantung
yang adekuat

Observasi : Observasi :
1. Observasi tanda dan gejala haus 1. Hidrasi yang cepat dapat terjadi
yang hebat, mukosa membran yang akan menurunkan volum

14
kering yang lemah sirkulasi dan menurunkan curah
jatung.
2. Observasi nadi atau denyut jantung 2. Memberikan hasil pengkajian yang
pada pasien saat tidur. akurat untuk menentukan takikardi.

4.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid


Tujuan : Setelah di berikan tindakan keperawatan 3x24 jam citra tubuh klien tidak terganggu
Kriteria Hasil :
 Klien menyatakan perasaan positif terhadap diri sendiri
 Klien berpatisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam pengembalian keputusan
tentang perawatan

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Terima persepsi diri klien dan 1. Untuk menvalidasi perasaannya
berikan jaminan klien dapat
mengatasi krisis ini.

Observasi : Observasi :
1. Kaji kesiapan klien kemudian 1. Keterlibatan dapat memberikan
libatkan klien dalam mengambil rasa kontrol dan meningkatkan
keputusan tentang keperawatan, harga diri.
bila memungkinkan

Edukasi : Edukasi :
1. Dorong klien melakukan 1. Untuk meningkatkan raa
perawatan diri kemandirian dan kontrol
2. Dorong klien mengungkapkan 2. Kedukaa harus mendahului
kedukaan tentang kehilangan penerimaan
3. Dorong klien untuk tetap 3. Catatan tertulis dapat membantu
menuliskan perasaan, tujuan, menunjukkan kemauan klien

15
keluhan dan kemajuan yang terjadi 4. Untuk meningkatkan sikap positif
pada dirinya. 5. Untuk membantu mendapatkan
4. Diskusikan kemajuan klien dan dukungan dan pemahaman atau
tunjukan bagaimana kondisinya konseling tambahan
telah meningkat 6. Untuk meningkatkan harga diri dan
5. Dorong klien untuk berpatisipasi mendemostrasikan bagaimana
dalam kelompok pendukung, bila klien telah beradaptasi citra tubuh
perlu membuat suatu perjanjian 7. Untuk membantu klien mengatasi
dengan profesi kesehatan mental. perilaku yang tidak produktif.
6. Dorong klien untuk
menggambarkan perkembangan
klien melalui hospitalisasi
7. Ajarkan dan dorong strategi koping
yang sehat

5.Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan metabolisme


Tujuan : Setelah di beri tindakan keperawatan selama 1x24 jam risiko ketidakseimbangan
volume cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
 Asupan dan haluan cairan tetap pada kadar yang tetap sesuai usia dan kondisi fisik
 Klien mempunyai tugor kulit yang normal
 Klien mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Timbang berat badan klien setiap 1. Untuk membantu mendeteksi
hari sebelum sarapan perubahan keseimbangan cairan
2. Tentukan cairan apa yang di 2. Untuk meningkatkan asupan.
sukai klien dan simpan cairan

16
tersebut di samping tempat tidur
klien.
Kolaborasi :
Kolaborasi : 1. Untukmembantu mempertahankan
1. Berikan cairan parenteral sesuai keseimbangan cairan.
instruksi

Observasi : Observasi :
1. Periksa membran mukosa mulut 1. Membran mukosa kering
setiap hari 2. Perubahan nilai elektrolit dapat
2. Patntau kadar elektrolit serum menandakan ketidakseimbangan
3. Ukur asupan cairan dan haluaran cairan
urine mendapatkan status cairan. 3. Penurunan asupan atau
peningkatan haluaran
mengakibatkan defisit cairan dan
mengakibatkan kelebihan cairan.

Edukasi : Edukasi :
1. Dorong klien untuk mematuhi 1. Untuk membantu mencapai
diet yang di instrisukan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Anjarkan klien dan anggota 2. Tindakan ini mendorong klien dan
keluarga cara mempertahankan pemberian asuhan untuk
asupan cairan yang tepat , berpatisipasi dalam perawatan,
termasuk mencatat berat badan sehingga meningkatkan kontrol.
setiap hari, mengukur asupan dan
haluaran dan mengenal tanda-
tanda ketidakseimbangan cairan.

6. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolik


Tujuan : Setelah di berikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam suhu ubuh klien
kembali normal

17
Kriteria Hasil :
 Suhu tetap normal 36,5-37 derajat celcius
 Keseimbangan cairan tetap stabil

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Monitor suhu tubuh setiap 4 1. Meyakinkan perbandingan
jam data
Yang akurat
Kolaborasi :
1. Berikan antipiretik sesuai Kolaborasi :
indikasi 1. Dapat menurunkan demam

Observasi :
1. Pantau dan catat denyut dan Observasi :
irama nadi, tekanan vena 1. Peningkatan denyut nadi,
sentrak, tekanan darah, penurun tekanan vena sentral
frekuensi nafas, tingkat dan penuruan tekanan darah
responsivitas, dan suhu kulit dapat mengindikasikan
setiap 4 jam hipovollemia yang mengarah
penurunan perfusi jaringan.

Edukasi : Edukasi :
1. Anjurkan klien untuk minum 1. Asupan cairan berlebih dapat
sebanyak mungkin air jika mengakibatkan kelebihan
tidak di kontraindikasikan cairan atau dekompensasi
jantung dapat memperburuk
kondisi pasien.

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energi dengan


kebutuhan tubuh

18
Tujuan : Setelah di berikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat
beraktivitas
Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpatipasi dalam
melakukan aktivitas
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Pantau tanda vital dan catat 1. Nadi meningkatkan dan bahkan
nadi baik pada istirahat dan pada istirahat (takikardi)
melakukan aktivitas 2. Dapat menurunkan energy dalam
2. Berikan sentuhan atau saraf yang selanjutnya
messege, bedak yang sejuk meningkatkan relaksasi

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi 1. Untuk mengurangi kelelahan dan
meningkatkan energi
Observasi :
1. Catat perkembangan takipneu, Observasi :
dispneu, pucat dan sianosis 1. Kebutuhan dan komsumsi
oksigen akan di tingkatkan pada
keadaan hipermetabolik
Edukasi :
1. Sarankan klien untuk Edukasi :
mengurangi aktivitas dan 1. Membantu melawan pengaruh
meningkatkan istirahat dari peningkatan metabolisme

B. KASUS FIKTIF DAN ASUHAN KEPERAWATAN


Kasus :

19
Seorang perempuan usia 30 tahun dirawat di RS dengan diagnose hipertiroid dan
mengeluh cepat lelah dan peningkatan rasa lapar tetapi berat badan turun. Pasien
mengatakan jantungnya sering berdebar-debar dan berat badannya telah turun 7 kg dalam
sebulan. Hasil pengkajian didapatkan tangan tremor, berkeringat, mukosa bibir kering,
mata tampak menonjol, TB: 160 cm, BB: 45 kg, TD 150/90 mmHg, frekuensi nadi
100x/menit, frekuensi nafas 26 x/menit, suhu 38,30C, kadar T3: 31 ng/dL T4: 14 μg/dL.
Pemeriksaan Laboratorium lainnya menunjukkan RBC 3.86 x 106 (N: 4-6 x 106 ), HGB
11,91 g/dl (N: 13-17 g/dl), HCT 34,71 % (N
40-54 %), Total Cholesterol 253 mg/dl (N <200 mg/dl), LDL 144 mg/dl (N <130 mg/dl).
Pemeriksaan EKG menunjukkan adanya tachicardia, hasil foto thorak menunjukkan
adanya Cardiomegaly. Buatlah asuhan keperawatan pada pasien diatas (data bisa
ditambah).
1. Pengkajian
I. Anamnesa
Pengkajian tanggal : 12 Maret 2021
Tanggal masuk : 12 Maret 2021
Ruang/Kelas : Ruang Merak RSUD Sanjiwani
Jam MRS : 06.30 WITA
Jam Pengkajian : 09.00 WITA
DX Masuk : Hiperteroid
1. Indentitas
Nama : Ny. S No Reg :
Agama : Hindu Umur : 30 tahun
Suku : Indonesia L/P : Perempuan
Bahasa : Indonesia Pendidikan : SD
Alamat : Denpasar timur Pekerjaan :-
Pembiayaan : Status : Kawin
Penanggung Jawab : Tn. P

Keluhan Utama : Pasien mengatakan jantungnya sering berdebar-debar.

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan cepat lelah dan peningkatan


rasa lapar tapi berat badan menurun. Pasien mengatakan jantung sering

20
berdebar-debar, berat badannya telah menurun 7kg dalam sebulan. Penyakit
yang pernah dialami :Pasien mengatakan tidak pernah menggalami riwayat
penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki


riwayat penyakit keturunan seperti jantung,hipertensi, dan DM

II. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : komposmetis
3. Postur Tubuh : Kurus
4. Monitor Vital Sign
a. Tekanan darah : 150/90 mmHg
b. Nadi : 100x/menit
c. RR : 26x/menit
d. Suhu : 38,3℃
e. BB : 45kg
f. TB : 160 cm
5. Head to toe
a. Kepala :
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
b. Mata
Inspeksi: Mata nampak menonjol
c. Hidung
Inspeksi:
Palpasi:
d. Dada
Inspeksi:

21
Palpasi:
Perkusi:
e. Leher
Inspeksi: tampak pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi:
Perkusi:
f. Jantung
Inspeksi :
Palpasi :
Auskultasi : jantung berdebar-debar
Perkusi :
g. Abdomen
Inspeksi :
Auskultasi :
Palpasi :
Perkusi :
h. Genetalia
Inspeksi :
Palpasi :
i. Pemeriksaan musculoskeletal (ektermitas)
Inspeksi :
Palpasi :
j. Persyarafan

III. ADL (Activity Daily Living)


1. Pola Nutrisi
a. Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit biasa makan 3x sehari
dengan porsi makan 1 piring
b. Saat sakit: Pasien mengatakan bahwa ia merasa cepat lapar tapi berat
badan menurun 7kg sebulan

22
2. Pola eliminasi
BAB
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB normal 1 kali sehari dengan
konsistensi lembek,warna kuning kecoklatan, bau khas feses dan
tidak adanya darah.
b. Saat sakit : Pasien mengatakan BAB normal dengan konsistensi
lembek, warna kuning kecoklatan, bau khas feses dan tidak adanya
darah
BAK
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK normal bisa 3 sampai 5 kali
perhari. Jumlah urine kurang lebih 2000cc perhari berwarna kuning
jernih, berbau khas urine, dan mampu mengontrol BAK
b. Saat sakit: Pasien mengatakan BAK normal bisa 3 sampai 5 kali
perhari. Jumlah urine kurang lebih 2000cc perhari berwarna kuning
jernih, berbau khas urine, dan mampu mengontrol BAK

3. Pola Istirahat dan Tidur


a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasanya tidur mulai jam 21.00 dan
bangun pada pukul 05.00 wita. dan jarang tidur siang
b. Saat sakit: Pasien mengatakan tidurnya tidak teratur, biasanya ia tidur
pukul 22.00 wita dan terbangun kembali setelah 2 jam yaitu pukul 00.00
wita, tergantung juga dari sakit yang dirasakan. Pasien juga lebih sering
tidur siang

4. Pola Personal Higiene


a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan masih menstruasi normal selama 4
hari setiap 1 bulan sekali dan memiliki 1orang anak perempuan, serta
pasien masih memiliki suami
b. Saat sakit : Pasien mengatakan masih menstruasi normal selama 4 hari
setiap 1 bulan sekali dan memiliki 1orang anak perempuan, serta pasien
masih memiliki suami

23
5. Pola aktivitas
a. Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit ia biasanya bisa
mengerjakan tugas rumah seperti menyapu, ngepel, masak, mencuci dll
b. Saat sakit : Pasien mengatakan saat sakit tidak bisa beraktifitas seperti
biasanya hanya berbaring ditempat tidur saja.
6. Pola Stress-Koping
Pasien mengatakan bahwa untuk mengatasi sakitnya ia akan membicarakan
dengan keluarganya dan membawanya kedokter, serta pasien akan bertanya
kepada dokter mengenai informasi sakitnya

IV. Pemeriksaan Penunjang


1. Hasil pemeriksaan EKG: adanya takikardi
2. Hasil pemeriksaan thorak: adanya cardiomegaly
3. Lab Darah:
a. RBC : 3,86 x 106 (N: 4-6 x 106)
b. HGB : 11,91 g/dl (N: 13-17 g/dl)
c. HCT : 34,71% (N: 40-54%)
d. Cholesterol : 253 mg/dl (N: <200 mg/dl)
e. LDL :144 mg/dl (N<130 mg/dl)

24
2. Analisa Data
NO Symtom Etiologi Problem
1. DS : pasien Hipertiroid Peningkatan
mengatakan jantungnya curah jantung
berdebar-debar, cepat Metabolisme
lelah meningkat
DO :
TD : 150/90 mmHg Peningkatan
S : 38,3℃ frekuensi dan
N : 100x/menit kontraksi jantung
RR ; 26x/menit
Hasil EKG : adanya Sistem
takikardia, hasil foto kardiovaskuler
thorak adanya
cardiomegaly Takikardia dan
aritmia, TD, nadi
meningkat, Angina

2. DS : pasien Hipertiroid Hipertermia


mengatakan mengeluh
badan terasa panas Metabolisme
DO : meningkat
TD : 150/90 mmHg
S : 38,3℃ Peningkatan
N : 100x/menit frekuensi dan
RR ; 26x/menit kontraksi jantung
Pasien terlihat
berkeringat System saraf

25
Dahi teraba panas
Nerfus, kelelahan,
mudah terangsang
Kulit
Peningkatan suhu
tubuh

3. DS : pasien Hipertiroid Defisit Nutrisi


mengatakan sering
merasa lapar Metabolism
DO : meningkat
A. Sebelum sakit BB
: 52kg sesudah Peningkatan
sakit 45kg, TB : frekuensi dan
160 cm kontraksi jantung
B. RBC: 3,86x106
(N: 4-6x106), Peningkatan
HGB: 11,91 g/dl konsumsi O2
(N: 13-17 g/dl),
Pemakaian glukosa
HCT: 34,71% (N:
sel
40-54%), total
Cholesterol 253
Pemecahan lemak
mg/dl (N:
dan protein
<200mg/dl),
LDL: 144mg/dl
Peningkatan
(N: <130mg/dl).
kebutuhan kalori
C. Mukosa bibir
pasien kering,
mata melotot
D. TKTP

26
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Peningkatan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
ditandai dengan takikardia
2) Hipertermia berhubungan dengan infkeis ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai
normal
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
ditandai dengan berat badan menurun 7kg dalam sebulan, mukosa bibir kering

4. INTERVENSI DAN RASIONAL


NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria hasil
1 1 Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan perubahan perkembangan status
selama 3x24 jam, tekanan darah umum pasien
diharapkan peningkatan 2. Berikan posisi 2. Agar pasien merasa
curah jantung dapat semi fowler nyaman
berkurang dengan 3. Tawarkan 3. Agar memudahkan
Kriteria Hasil: makanan atau pasien dalam
1. Tanda-tanda vital cairan yang menelan makanan
dalam dapat dibentuk
rentang normal menjadi bolus
(TD: 100-120, sebelum
S: menelan
36,5-37,5⸰C,
RR: 16-20
x/menit, N: 60-
100x/menit)
2. Dapat
mentoleransi
aktivitas, tidak
adanya kelelahan
3. Tidak ada
penurunan
kesadaran

27
2. 2 Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Untuk
tindakan keperawatan suhu, mengetahui
selama 3x24 jam, tekanan perkembangan
diharapkan hipertermia darah, status umum
dapat respirasi pasien
berkurang dengan kriteria dan nadi 2. Agar suhu tubuh
hasil : 2. Lalukan pasien dapat turun
1. Suhu tubuh kompres secara perlahan
dalam rentang hangat 3. Agar pasien dan
normal (36,5- pada dahi keluarga dapat
37,5⸰C) mengetahui cara
dan aksila penanganan
2. Nadi dan pasien hipertermia
respirasi dalam 3. Ajarkan 4. Agar suhu tubuh
rentang normal indikasi kembali normal
( N: 60- hipotermia
100x/menit, RR: dan
penanganan
16- yang
20x/menit) diperlukan
3. Tidak ada 4. Berikan
perubahan warna pengobatan
untuk
kulit dan tidak mengatasi
ada pusing penyebab
demam

3. 3 Setelah dilakukan 1. Agar


tindakan keperawatan 1. monitor mengetahui
selama 3x24 jam, lingkungan asupan gizi
diharapkan defisit selama makan pasien
nutrisi dapat berkurang 2. lakukan terpenuhi
dengan kriteria hasil: pemberian 2. Agar pasien
informasi mendapatkan
1. Adanya tentang nutrisi yang
peningkatan kebutuhan cukup
berat badan nutrisi 3. Agar pasien
sesuai dengan 3. ajarkan dapat makan
tujuan pasien secara teratur
bagaimana 4. Agar pasien
2. Mampu
membuat mendapat gizi
mengidentifi dan kalori yang
catatan
kasi kebutuhan cukup
harian
nutrisi
4. kolaborasi

28
3. Tidak terjadi dengan ahli gizi
untuk
penurunan berat
menentukan
badan yang jumlah kalori
berarti dan nutrisi

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertiroid digambarkan sebagai suatu keadaan terjadinya kelebihan sekresi hormone
tiroid sehingga menimbulkan efek terjadinya peningkatan laju metabolism didalam tubuh,
dimana peningkatan metabolism ini akan mempengaruhi semua sistem didalam
tubuh.misalnya pada jantung, maka akan terjadi peningkatan denyut jantung.
Berdasarkan hasil pengumpulan pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, evaluasi dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
Pengkajian pada Ny. S dengan Hipertiroid dilakukan untuk mendapatkan informasi
dan data yang akurat, berdasarkan data dari hasil pengkajian telah dapat diinterpretasikan
dan ditetapkan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan, dan
evaluasi keperawatan. Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. S dengan diagosa
Hipertiroid diperoleh data saat pengkajian pada tanggal 12 Maret 2020 pukul
09.00 WITA adalah keluhan utama saat jantungnya sering berdebar-debar dan berat
badannya telah turun 7 kg dalam sebulan. Hasil pengkajian didapatkan tangan tremor,
berkeringat, mukosa bibir kering, mata tampak menonjol, TB: 160 cm, BB: 45 kg, TD
150/90 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi nafas 26 x/menit, suhu 38,30C,
kadar T3: 31 ng/dL T4: 14 μg/dL. Pemeriksaan Laboratorium lainnya menunjukkan RBC
3.86 x 106 (N: 4-6 x 106 ), HGB 11,91 g/dl (N: 13-17 g/dl), HCT 34,71 % (N 40-54 %),
Total Cholesterol 253 mg/dl (N <200 mg/dl), LDL 144 mg/dl (N <130 mg/dl).
Pemeriksaan EKG menunjukkan adanya tachicardia, hasil foto thorak menunjukkan
adanya Cardiomegaly. Hasil identifikasi yang telah dilakuakan ditemukan ada 3 masalah
keperawatan yang muncul yaitu, hipertermi, deficit nutrisi, penurunan curah jantung.
Oleh karena itu klien dan keluarga perlu diberikan informasi tentang kondisi yang
dihadapi klien saat ini.
Asuhan keperawatan yang diberikan dilaksanakan berdasarkan rencana asuhan
keperawatan yang telah dibuat sesuai dengan tingkat kebutuhan klien, agar asuhan yang
diberikan dapat mengatasi masalah yang dialami klien. Pada tahap pelaksanaan tindakan

30
keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah dibuat dan
didokumentasikan pada catatan keperawatan.
Evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan kepada klien sesuai dengan konsep
teori yang ada untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kondisi pasien. Dari hasil
evaluasi atau catatan perkembangan masalah yang dialami klien, didapatkan masalah
sudah teratasi.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan makalah ini, maka kami dapat mengemukakan beberapa saran
yang mungkin dapat menjadi masukan yang bersifat positif antara lain :

1. Diharapkan agar mahasiswa dapat menguasai dan menerapkan Budaya umum tentang
kesehatan. Terus mengembangkan dalam tindakan nyata pada kehidupan dimasyarakat.
2. Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai acuan tambahan pembelajaran bagi
ilmu keperawatan.
3. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi tambahan diperpustakaan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.

Universitas Sumatra Utara. (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka Hipotiroid


[Internet].Bersumberdarihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40615/4/Chap
ter
%20II.pdf > [Diakses tanggal 07 Maret 2015. Jam 09.09]

Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: EGC
Nanda. 2011. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

32

Anda mungkin juga menyukai