Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH AUDITTING 11

“SIKLUS AUDIT PENJUALAN DAN PENAGIHAN”

Nama Kelompok:

1. Khulma Apriliyani 4317500041


2. Novi Fitri Muslimah 4317500060
3. Yayan 4317500160

AKUNTANSI 4B
DOSEN PENGAMPU

Eva Anggara Yunita, S.E., M.Si.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2019
“SALES KOPI KAPAL API MENILAP UANG Rp 600 Juta

PERMASALAHAN

Sales distributor Kopi Kapal Api PT.Fastrata Buana Indonesia, yang berlokasi di Desa
Ampeldento, Pakis, Kabupaten Malang, atas nama Andi Prastika diduga menggelapkan uang
perusahaan sekitar 600 juta. Tersangka ditahan setelah ada laporan dari pihak perusahaan.
Barang buktinya adalah beberapa faktur penjualan fiktif. Tersangka merupakan karyawan
PT.Fastrata Buana Indonesia yang bekerja sebagai sales yang menjual barang dan mengirim ke
toko. Penggelapan barang perusahaan, dilakukan sejak tahun 2017 lalu. Modus operadilnya,
dengan mengambil barang dari perusahaan untuk dikirim ke toko. Selama pengambilan barang,
tersangka diduga menggunakan faktur fiktif.
Hasil penjualan barang oleh tersangka tidak disetorkan ke perusahaan. Sebaliknya uang
tersebut malah digunakan untuk kepentingan pribadi. Kasus penggelapan dalam jabatan ini
terbongkar, setelah perusahaan melakukan audit. Hasil audit ada perbedaan selisih barang yang
keluar dengan hasil penjualan yang masuk. Setelah diselidiki ternyata digelapkan oleh tersangka
Andi. Kerugian yang dialami olreh perusahaan, nilainya sekitar Rp 610,9 juta. Akibat perbuatan
itu tersangka dijerat dengan Pasal 374 KUHP tentang penggelapan dalam jabatan .
Menurut pengakuan Andi Prastika Sales distributor kopi Kapal Api PT.Frastrata Buana
Indonesia dirinya melakukan penggelapan uang lantaran kepepet karena dirinya juga tertipu oleh
konsumen sebesar Rp 14 juta. Andi bercerita, sebelum menggelapkan barang perusahan mulai
2017 lalu, dia mengirim barang pada konsumen. Karena barang tidak laku, pemilik toko lantas
mengirim barang kepada Andi. Tetapi karena perusahaan tidak mau menerima barang retur, Andi
bersedia menjualkan barang dengan sistem jual rugi. Perjanjiannya, kekurangan pembayaran ke
perusahaan ditanggung oleh pemilik toko.
Namun barang belum terjual, pemilik toko malah kabur. Sehingga Andi harus mengalami
kerugian sebesar 14 juta . Dari situlah, akhirnya Andi berfikir untuk mencari gantinya. Salah
satunya dengan menggelapkan barang perusahaan secara bertahap. Akhirnya selama 2 tahun,
hutanggnya ke perusahaan malah semakin membengkak hingga Rp 600 juta lebih. Andi
mengakui bahwa sebelumnya dia sudah mengatakan pada perusahaan siap untuk mengganti.
Namun dari pihak perusahaan tetap saja melaporkan Andi.

PEMBAHASAN

1. Topik Permasalahan
2. Kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan
3. Tujuan Audit yang dilanggar
4. Solusi permasalahan
1. Topik Permasalahan
Sales distributor kopi kapal api PT.Frastrata Buana Indonesia, yang berlokasi di
desa Ampel dento, Pakis Malang melakukan penggelapan uang perusahaan sebesar Rp
600 juta dengan memberikan faktur fiktif kepada perusahaan . Hasil penjualan barang
oleh tersangka tidak disetorkan ke perusahaan. Sebaliknya uang tersebut malah
digunakan untuk kepentingan pribadi. Kecurangan yang dilakukan sales tersebut sudah
berlangsung selama 2 tahun sejak 2017 lalu.
Menurut pengakuan Andi Prastika Sales distributor kopi Kapal Api PT. Frastrata
Buana Indonesia dirinya melakukan penggelapan uang lantaran kepepet karena dirinya
juga tertipu oleh konsumen sebesar Rp 14 juta. Andi bercerita, sebelum menggelapkan
barang perusahan mulai 2017 lalu, dia mengirim barang pada konsumen. Karena barang
tidak laku, pemilik toko lantas mengirim barang kepada Andi. Tetapi karena perusahaan
tidak mau menerima barang retur, Andi bersedia menjualkan barang dengan sistem jual
rugi. Perjanjiannya, kekurangan pembayaran ke perusahaan ditanggung oleh pemilik
toko.
Namun barang belum terjual, pemilik toko malah kabur. Sehingga Andi harus
mengalami kerugian sebesar 14 juta . Dari situlah, akhirnya Andi berfikir untuk mencari
gantinya. Salah satunya dengan menggelapkan barang perusahaan secara bertahap.
Akhirnya selama 2 tahun, hutanggnya ke perusahaan malah semakin membengkak
hingga Rp 600 juta lebih.

2. Kesalahan Perusahaan
yang menjadi kesalahan perusahaan yaitu pihak perusahaan tidak mengecek kembali
faktur yang telah diterima perusahaan, catatan di faktur tidak dicek kembali dengan
barang yang ada di gudang, sehingga memudahkan pelaku dengan mengambil barang dan
memberikan faktur fiktif. Dan kebijakan yang diterapkan perusahan dengan tidak
menerima retur membuat beban kepada sales yang ada di perusahaan tersebut sehingga
menimbulkan terjadinya kecurangan.

3. Tujuan Audit yang dilanggar


1. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan Fiktif karena orang yang mencatat penjualan
juga mengotorisasi pengiriman. Pengendalian yang lemah akan sulit mendeteksi
pengiriman fiktif, untuk menguji apakah ada pelanggan fiktif , auditor dapat
menelusuri informasi tentang pelanggan pada faktur penjualan ke file induk
pelanggaan.
2. Keterjadian : Penjualan yang dicatat dengan barang yang dikirim tidak sesuai dengan
jumlah yang sama berdasarkan faktur. Pengujian substantif yang dilakukan adalah
menelusuri ayat penjualan ke dokumen pendukung , yang mencakup faktur penjualan
duplikat, bill of lading, pesanan penjualan, dan pesanan pelanggan.
3. Keakuratan : Penjualan yanag dicatat adalah sebesar jumlah barang yang dikirim dan
ditagih serta dicatat dengan benar. Menelusuri rincian pada penjualan ke dokumen
pengiriman, pesanan penjualan, pesanan pelanggan.
4. Klasifikasi : Transaksi penjualan diklasifikasikan dengan benar. Pengujian
substantifnya memeriksa salinan faktur penjualan demi klasifikasi akun yang tepat,

4. Solusi dari permasalahan


1. Pemisahan fungsi
Ini sangat diperlukan untuk pengendalian internal perusahaan untuk mengontrol,
mengawasi, serta menjaga Asset dari perusahaan itu sendiri.
(Pada kasus PT.Frastrata Buana Indonesia kurangnya fungsi pemisahan membuat
seorang karyawan dapat leluasa dalam mengambil asset perusahaan dalam hal ini
persediaan yang ada di gudang).
2. Otorisasi dari pejabat
Dalam hal ini adanya pejabat dalam perusahaan yang bertanggung jawab atas
dokumen perusahaan (faktur, pengeluaran kas, penerimaan kas dll) yang sudah di
otorisasi atau di tanda tangani oleh pejabat yang berwenang.
(Pada kasus PT.Frastrata Buana Indonesia tidak adanya otorisasi dari pejabat yang
berwenang, sehingga memudahkan karyawan untuk melakukan perbuatan yang dapat
merugikan atau menghilangkan asset perusahaan dalam kasus ini faktur fiktif).
3. Perhitungan fisik persediaan (stock opname) minimum 1 tahun sekali
Untuk menghindari kecurangan berkepanjangan setidaknya harus ada perhitungan
fisik persediaan paling tidak 1 tahun sekali, pada kasus PT.Frastrata Buana Indonesia
mereka tidak melakukan perhitungan fisik persediaan, sehingga hasil audit ada
perbedaan selisih antara barang yang keluar (penjualan) dangan barang yang masuk
(pembelian). senilai lebih dari 600 jt. Kerugian perusahaan akibat tidak adanya
perhitungan fisik persediaan dalam 2 tahun, dalam kasus ini perhitungan fisik
persediaan yang dilakukan mimimum 1 tahun sekali dapat meminimalkan kerugian
dan mendeteksi tindak kecurangan yang dapat merugikan suatu perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai