Anda di halaman 1dari 8

Bioeksperimen

Volume 2 No.2, (September 2016)


ISSN 2460-1365 111

KONSUMSI OKSIGEN IKAN PELAGIS


DI MUARA SEGARA ANAK, TAMAN NASIONAL
ALAS PURWO
Oxygen Consumption of Pelagic Fish In Muara Segara Anak, Alas Purwo
National Park

Desak Made Malini, Reni Muliani
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang Km.21 Jatinangor,
Sumedang 45363, Bandung, Indonesia
Email: desak_malini@yahoo.com

Abstract
Alas Purwo National Park (TNAP) is one of the protected area defined as the area to conserve biodiversity and
ecosystems. To achieve these objectives we need to hold monitoring of the condition of the region, ie by observing the
aquatic biota such as pelagic fish that their habitat in the river Segara Anak. The survival of the fish is determined
by the environmental conditions and the fish’s ability to use oxygen from the environment. The purpose of this
study was to determine the amount of oxygen consumption pelagic fish that live in the estuary Segara Anak TNAP.
The method used is observation. Parameters measured were O2 consumption, physical and chemical conditions
of the habitat of fish. The results showed there are 4 types of pelagic fish with each of O2 consumption as follows
Scatophagus argus (0.15 mg/l/h), Toxotes jaculatrix (0.052 mg/l/h), Nectamia fusca (0.052 mg/l/h) and Ambassis
macracanthus (0.095 mg/l/h). The highest rate of oxygen consumption indicated by S. argus. The measurement
results of physical and chemical parameters were as follows: temperature of 28o C, salinity of 33.3%; pH 8; and the
dissolved oxygen 5 mg/l, while the air temperature 30,67oC. The level of oxygen consumption of fish depends on
the type of species, size, and physical condition of the water.

Keywords:oxygen consumption, pelagic fish.

Abstrak
Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) merupakan salah satu protected area yang ditetapkan sebagai
kawasan untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan ekosistem. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka perlu diadakan monitoring tentang kondisi dari kawasan tersebut, yaitu dengan cara mengamati
biota perairan seperti ikan pelagis yang habitatnyadi sungai Segara Anak. Kelangsungan hidup
ikan ditentukan oleh kondisi lingkungan dan kemampuan ikan untuk menggunakan oksigen dari
lingkungannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah konsumsi oksigen ikan
pelagis yang hidup di muara Segara Anak TNAP. Metode yang digunakan adalah observasi. Parameter
yang diukur adalah konsumsi O2, kondisi fisik dan kimia dari habitat ikan. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat 4 jenis ikan pelagis dengan masing-masing konsumsi O2 sebagai berikut Scatophagus argus (0,15
mg/l /h), Toxotes jaculatrix (0,052 mg/l/h), Nectamia fusca (0,052mg/l/h) dan Ambassis macracanthus (0,095
mg/l/h). Tingkat konsumsi oksigen tertinggi ditunjukkan oleh S. argus. Hasil pengukuran parameter
fisik dan kimia air adalah sebagai berikut: suhu 28oC, salinitas 33,3%; pH 8; dan oksigen terlarut 5 mg/l,
sedangkan suhu udara 30,67oC. Tingkat konsumsi oksigen ikan tergantung pada jenis spesies, ukuran,
dan kondisi fisik air.

Kata kunci:konsumsi oksigen, ikan pelagis.


Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
112 ISSN 2460-1365

PENDAHULUAN kawasan tersebut, sesuai dengan Undang-


Taman Nasional (TN) Alas Purwo, Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten beserta Ekosistemnya. Untuk mencapai
Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. tujuan tersebut maka perlu dilakukan
Secara geografis terletak di ujung timur monitoring tentang kondisi dari kawasan
Pulau Jawa wilayah pantai selatan antara Taman Nasional Alas Purwo. Salah
8°26’45”–8°47’00” LS dan 114°20’16”– satu caranya adalah dengan melakukan
114°36’00” BT, dengan luas 43.420 ha. penelitian mengenai kondisi habitat dari
Taman Nasional Alas Purwo biota air yaitu ikan yang hidup di perairan
merupakan kawasan konservasi yang sekitar kawasan Taman Nasional Alas
mempunyai tiga fungsi utama yaitu: Purwo.
sebagai perlindungan terhadap proses Jumlah dari keseluruhan vertebrata
ekologi, sistem penyangga kehidupan, yang telah teridentifikasi di kawasan
pengawetan keanekaragaman satwa tersebut adalah kurang lebih 50.000 jenis
dan tumbuhanbeserta ekosistemnya; hewan, dan ikan merupakan kelompok
pemanfaatan secara lestari sumberdaya hewan terbanyak serta memiliki spesies
alam hayati dan ekosistemnya. Pada yang terbesar yaitu sekitar 25.988 spesies
kawasan hutan TN Alas Purwo terdapat dan termasuk kedalam 483 famili dan 57
berbagai macam tipe ekosistem yang ordo (Saputra, 2009). Taman Nasional
keragaman hayatinya masih terjaga, Alas Purwo memiliki beberapa daerah
yaitu hutan pantai, hutan hujan  dataran perairan yang merupakan habitat bagi
rendah, hutan mangrove, hutan bambu, ikan, salah satunya adalah sungai Segara
savana dan hutan tanaman. Mata air Anak. Sungai ini berada di kawasan
terdapat di daerah Gunung Kuncur, hutan mangrove dan termasuk ke dalam
Gunung Kunci, Goa Basori, dan Sendang kawasan Ekowisata Mangrove, Blok
Srengenge. Terdapat sekitar 70 sungai Bedul, dengan panjang kurang lebih 15
kecil dengan panjang kurang dari 5 km kilometer. Odum (1971) menyatakan
dan aliran airnya langsung mengarah bahwa ekosistem mangrove dikenal
ke laut Samudera Hindia dan Laut sebagai daerah asuhan (nursery) dan
Bali. Sungai yang mengalir sepanjang feeding ground. Nekton yang hidup disana
tahunnya hanya terdapat di bagian sebagian besar berada pada tingkatan
barat Taman Nasional Alas Purwo yaitu juvenile. Hal ini menunjukan bahwa
sungai Segara Anak dan Sunglon Ombo fungsi biologi kawasan mangrove sebagai
(Sulastini, 2011). Dengan berbagai tipe kawasan pemijah (spawning ground) atau
ekosistem yang dimilikinya, kawasan asuhan (nursery ground) bagi udang, ikan,
Taman Nasional Alas Purwo memiliki kepiting, kerang dan sebagainya yang
keragaman flora dan fauna yang tinggi setelah dewasa akan kembali ke lepas
(Sulistyo, 2011).Flora dan fauna (burung, pantai.
mamalia, primata, reptilia, amphibia) Hasil penelitian Viqi (2012)di
dapat hidup secara alami dan merata di kawasan Mangrove Blok Bedul, Taman
dalam kawasan ini. Nasional Alas Purwo, melaporkan bahwa
Pengelola wisata alam Taman Nasional di kawasan tersebut terdapat 13 jenis
yang berdiri pada tahun 1992 berusaha spesies ikan yaitu; Ephinephelus coioides,
untukmelestarikan keanekaragaman Diplogrammus goramensis, Acentrogobius
hayati beserta ekosistem yang ada di caninus, Pomadasys argenteus,
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
ISSN 2460-1365 113

Toxotes jaculatrix, Apogon sangiensis, Penelitian dilakukan pada bulan Mei


Zenarchopterus sp, Plectorhinchus gibbosus, 2015. Metode yang digunakan dalam
Lutjanus fulviflamma, Caranx sexfasciatus, penelitian ini adalah metode observasi
Monodactylus argenteus, Sillago sihama untuk menentukan daerah pengambilan
dan Terapon theraps. Kelangsungan hidup sampel ikan dari sungai Segara Anak,
ikan sangat ditentukan oleh kemampuan Blok Bedul, Taman Nasional Alas Purwo.
ikan dalam menggunakan oksigen Sampel ikan dikoleksi langsung di
dari lingkungannya.Berkurangnya lapangan dengan menggunakan jala dan
oksigen terlarut dalam perairan, akan pancingan. Sampel ikan yang diperoleh
memengaruhi fisiologi respirasi ikan, selanjutnya diidentifikasi jenisnya. Jumlah
dan hanya ikan yang memiliki sistem oksigen yang dikonsumsi oleh ikan selama
respirasi yang sesuai dan mampu 1 jam dihitung dengan menggunakan
beradaptasidengan lingkungan yang metode titrasi winkler di laboratorium.
dapat bertahan hidup (Fujaya, 2004). Perbandingan jumlah oksigen terlarut di
Penelitian mengenai fisiologis ikan yang dalam bejana tanpa ikan dan bejana yang
hidup di kawasan Taman Nasional Alas berisi ikan, merupakan jumlah oksigen
Purwo khususnya di sungai Segara yang konsumsi oleh ikan sampel. Kadar
Anakbelum banyak dilakukan, Oleh oksigen yang terlarut dihitung dengan
karena itudilakukan penelitian mengenai menggunakan rumus sebagai berikut:
konsumsi oksigen oleh beberapa jenis
8000 × A thiosulfat × N thiosulfat
ikan pelagis yang hidup di muara sungai DO =
Segara Anak, Taman Nasional Alas Purwo. 50 ( v−v2 )
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Keterangan :
memberikan informasi ilmiah tentang A : banyaknya thiosulfat yang dipakai
kondisi dari perairan tersebut dan dapat N : normalitas thiosulfat (0,01)
digunakan sebagai monitoringterhadap
v : volume botol winkler
kondisi dari kawasan Taman Nasional
Alas Purwo sehingga dapat diambil Selanjutnya jumlah oksigen yang
tindakan lebih lanjut dalam menjaga dikonsumsi oleh ikan dapat dihitung
kawasan hutan tersebut. dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
METODE PENELITIAN Pemakaian oksigen
Bahan dan Metode
=
( m0 − m1)( V − v ) mg / L
Alat-alat yang digunakan dalam t
penelitian ini adalah beaker glass, bejana
Keterangan
tertutup, buret, botol winkler, corong,
m0 : Kadar oksigen terlarut tanpa ikan
erlenmeyer, gelas ukur, plastik sampel, m1 : Kadar oksigen terlarut dalam bejana yang
SCT (Salinity Conductivity Temperatur), memiliki ikan, setelah 1 jam
selang, pipet tetes, termometer, statif V : Volume bejana
beserta klem, timbangan, waskom. v : Volume ikan
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan t : Waktu
adalah air dari lokasi pengambilan
sampel, ikan pelagis, larutan MnSO4 50%, Untuk kondisi fisik lingkungan
O2 reagen, thiosulfat 0,01N, H2SO4 pekat, di wilayah pengambilan sampel
amilum 1%, dan aquades. ikan, parameter yang diukur adalah
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
114 ISSN 2460-1365

salinitas, pH, suhu air, suhu udara dan suhu tubuh sangat ditentukan oleh
kadar oksigen terlarut (DO) di lokasi suhu lingkungan. Dengan demikian
pengambilan sampel. Data yang diperoleh suhu lingkungan perairan muara Segara
dianalisis secara deskriptif. Anak sesuai untuk kehidupan ikan pada
umumnya. Hal ini juga didukung oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN pernyataan Supriharyono (2000), yaitu
ikan dapat hidup dengan baik pada suhu
Lokasi pengambilan sampel adalah berkisar antara 25-29ºC. Namun pada
daerah hilir dari sungai Segara Anak suhu tersebut kadar oksigen terlarut
yang merupakan aliran sungai yang pada perairan muara Segara Anak adalah
membentuk muara air payau (estuaria). 5 mg/L, dan termasuk pada golongan
Sampel ikan yang diperoleh di muara rendah. Menurut Effendi (2003) Dissolved
Segara Anak, Taman Nasional Alas oxsygen (DO) di perairan laut atau asin
Purwo adalah empat jenis ikan pelagis berkisar 7 mg/liter pada suhu 25oC.
yaitu Scatophagus argus dari famili Rendahnya oksigen terlarut pada lokasi
Scatophagidae, Toxotes jaculatrix dari pengambilan sampel diduga disebabkan
famili Toxotidae, Nectamia fusca dari famili oleh suhu udara di kawasan tersebut
Apogonidae dan Ambassis macracanthus tinggi yaitu 30,67oC (Tabel 1). Kenaikan
dari famili Ambassidae. Morofologi dan suhu udara juga akan menyebabkan
ukuran dari keempat jenis ikan yang kenaikan suhu permukaan air sehingga
ditemukan ditunjukkan pada Gambar 1. kadar oksigen terlarut di dalam air
Sedangkanhasil dari pengukuran kondisi juga menurun. Peningkatan suhu 1oC
fisik dari lokasi pengambilan sampel akan menurunkan 10% kadar oksigen
disajikan pada terlarut pada perairan (Isnaeni, 2006).
Tabel 1. Parameter fisika-kimia muara Pada kondisi tertentu, suhu permukaan
Segara Anak, Taman Nasional Alas perairan dapat mencapai 35ºC atau lebih
Purwo besar dan pada kondisi ini ikan akan
No. Parameter Nilai berenang menjauhi permukaan perairan
1 pH 8 (Boyd dan Lichtkoppler, 1982).
2 Salinitas 33,3o/oo Salinitas juga mempunyai peran
26 oC (pagi) penting dalam kehidupan organisme
3 Suhu Air perairan termasuk ikan. Secara
28 oC (siang)
4 Suhu udara 30,67oC (siang) fisiologis salinitas berkaitan erat
5 DO air 5mg/L dengan penyesuaian tekanan osmotik
ikantersebut. Pada lokasipengambilan
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa suhu sampel, nilai salinitasnya adalah 33,3o/
air pada lokasi pengambilan sampel ikan oo
, hasil ini tergolong tinggi untuk jenis
adalah 26oC  pada saat pagi hari dan perairan payau. Menurut Nontji (2005),
28oC pada saat siang hari. Besarnya nilai pada umumnya air payau meiliki salinitas
suhu ini tergolong ke dalam keadaan 0,5-17‰, sedangkan air laut lebih dari
baik untuk kelangsungan hidup ikan, 17‰. Tingginya salinitas pada muara
khususnya ikan pelagis ataupun ikan air segara anak ini disebabkan oleh adanya
payau. Menurut Isnaeni (2006), semua pasang surut air sungai. Pada saat pasang
proses fisiologis ikan sangat dipengaruhi dan surut salinitas pada perairan payau
oleh suhu lingkungannya karena ikan dapat bervariasi dari 20‰ hingga 40‰
termasuk hewan poikiloterm, yaitu (Nybaken, 1992).
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
ISSN 2460-1365 115

Hasil pengukuran pH di muara segara disana sangat dipengaruhi oleh tingkat


anak tergolong netral yaitu 8 dan kondisi keasamanan dari suatu perairan tersebut.
ini masih termasuk dalam golongan baik Selain itu perairan yang asam cenderung
untuk kehidupan biota perairan terutama menyebabkan kematian pada ikan.Hal
untuk jenis ikan karena ikan dapat hidup ini disebabkan konsentrasi oksigen akan
dalam air dengan nilai pH berkisar antara rendah sehingga, aktifitas pernapasan
5-9 (Nontji,2005). Nilai pH memengaruhi tinggi dan keinginan untuk makan
tingkat kesuburan perairan karena bagi ikanpun berkurang (Ghufron dan
kehidupan jazad renik yang hidup Kordi,2005).

A. Scatophagus argus B. Ambassis macracanthus

Nectamia fusca
C. D. Toxotes jaculatrix 
Gambar 1. Spesies ikan pelagis yang ditemukan di muara Segara Anak, Taman Nasional Alas Purwo.

Hasil pengukuran jumlah konsumsi namun pertumbuhannya terganggu,


oksigen ikan sampel yang diperoleh, dengan demikian dapat diasumsikan
disajikan pada tabel 2. Kadar oksigen dari bahwa sampel ikan pelagis dalam kondisi
air yang digunakan untuk sampel ikan yang kurang baik pada saat penelitian
pada saat pengukuran konsumsi O2 yaitu dilakukan.
berkisar antara 2,76 - 4,39 mg/l. Nilai Konsumsi oksigen keempat jenis ikan
ini lebih rendah apabila dibandingkan pelagis berkisar antara 0,052-0,15mg/l/
dengan kadar oksigen yang ada di jam dan setiap spesies konsumsi ikan
lokasi pengambilan sampel yaitu 5mg/L. berbeda-beda. Adanya perbedaan ini
Perbedaan kadar O2 tersebut disebabkan dikarenakan adanya perbedaan struktur
karena perbedaan pencampuran dan molekul sel darah ikan dan struktur
pergerakan massa air. Menurut effendi tersebut berhubungan dengan tekanan
(2003), pada saat kadar oksigen terlarut parsial oksigen dalam air dan keseluruhan
1,0-5,0 mg/L, ikan dapat bertahan hidup oksigen dalam sel darah (Brown and
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
116 ISSN 2460-1365

Gratzek, 1980). Konsumsi oksigen ikan pembentukan termoklin tersebut akan


juga tergantung pada kelarutan oksigen menyebabkan hanya sedikit terjadinya
di dalam air, sedangkan kelarutan pertukaran antara air permukaan yang
oksigen dipengaruhi oleh salinitas dan kaya oksigen dengan air yang lebih dalam.
suhu. Menurut Nybaken (1992), kelarutan Hal ini menyebabkan tingginya aktifitas
oksigen akan berkurang dengan naiknya biologis serta berkurangnya oksigen di
suhu dan salinitas, dan jumlah oksigen dalam substrat atau sedimen. Ukuran
akan bervariasi sesuai dengan variasi partikel sedimen yang halus membatasi
parameter tersebut. Pada saat musim pertukaran air interstitial dengan kolom
panas di daerah payau dapat terjadi air diatasnya sehingga menyebabkan
stratifikasi salinitas vertikal dan terbentuk tingginya kebutuhan oksigen di perairan.
termoklin. Adanya stratifikasi dan

Tabel 2. Konsumsi oksigen ikan pelagis di muara Segara Anak, Taman Nasional Alas
Purwo.
DO Volume Volume waktu Konsumsi
No Ikan DOIkan
kontrol bejana (L) Ikan(L) (menit) O2 mg/L
1. S.argus 3,42 0,49 3,25 0,150 60 0,150
2. N. fusca 2,76 1,79 3,25 0,050 60 0,052
3. A.macracanthus 2,76 2,11 3,25 0,028 60 0,095
4. T.jaculatrix 4,39 3,41 3,25 0,078 60 0,052

Keterangan : DO = jumlah oksigen terlarutdi dalam air media (mg/L)

Berdasarkan pendapat Nybaken sepenuhnya air laut (Nybaken, 1992).


(1992), dapat diasumsikan bahwa Namun untuk ikan S. argus, N. fusca,
konsumsi oksigen oleh ikan T. jaculatrix saat dan A.macracanthus, yang merupakan
berada di muara Segara Anak meningkat, ikan laut, salinitas pada muara Segara
dikarenakan ikan tersebut memiliki Anak tidak memengaruhi konsumsi
habitat di perairan tawar. Bermigrasinya oksigennya karena salinitas pada muara
ikan ini ke perairan dengan salinitas yang Segara Anak sama dengan salinitas di
lebih tinggi menyebabkan konsumsi laut yang merupakan habitat ketiga ikan
oksigen meningkat. Ikan pelagis yang tersebut.
ditemukan di perairan estuaria (payau) Menurut Isnaeni (2006) kenaikan suhu
termasuk ikan yang dapat mentolerir berkaitan dengan sistem metabolisme,
perubahan salinitas. Golongan ikan atau kenaikan suhu akan meningkatkan laju
biota estuaria yang dapat mentolerir metabolisme. Pada saat laju metabolisme
berbagai penurunan salinitas disebut meningkat, kebutuhan oksigen
eurihalin. Spesies semacam ini mampu dan pertukaran karbon meningkat.
bermigrasi ke hulu estuaria dengan Apabila pada saat tersebut darah tidak
kejauhan yang bervariasi. Kebanyakan mengandung cukup oksigen untuk
dapat mentolerir salinitas sampai dengan memenuhi kebutuhannya, hewan akan
15‰. Komponen air payau atau estuarin mengalami kondisi hipoksia atau bahkan
yang sebenarnya terdiri dari spesies yang asfiksia (keadaan tidak terdapat oksigen
terdapat di pertengahan daerah estuaria pada jaringan tubuh). Kondisi hipoksia
pada salinitas antara 5‰ dan 30‰ tetapi terjadi pada ikan S.argus, terlihat pada
tidak dapat hidup baik pada daerah yang tabel 2 kadar oksigen terlarut setelah 1
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
ISSN 2460-1365 117

jam perlakuan sangat rendah. Keadaan perbedaan struktur molekul sel darah
hipoksia pada ikan S. argus terlihat ikan dan struktur tersebut berhubungan
dengan perubahan perilakunya. Ikan dengan tekanan parsial oksigen dalam air
cenderung berenang ke bagian atas, dan keseluruhan oksigen dalam sel darah
bukaan operkulum semakin cepat, dan (Brown and Gratzek, 1980). Konsumsi
pergerakan ikan semakin tidak menentu, oksigen ikan juga tergantung pada
sangat cepat, gelisah dan setelah satu kelarutan oksigen di dalam air sedangkan
jam ikan mengalami kematian. Ikan kelarutan oksigen dipengaruhi oleh
S. argus memiliki tingkat konsumsi salinitas dan suhu. Menurut Nybaken
oksigen tertinggi dibandingkan dengan (1992), kelarutan oksigen akan berkurang
ikan sampel lainnya. Hal ini disebabkan dengan naiknya suhu dan salinitas, dan
karena ukuran tubuh dan volume ikan jumlah oksigen akan bervariasi sesuai
S.argus lebih besar daripada ikan lainnya. dengan variasi parameter tersebut. Di
Ukuran tubuh merupakan faktor yang daerah payau pada saat musim panas
mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen terjadi stratifikasi salinitas vertikal
pada organisme (Ghufron dan Kordi, dan terbentuk termoklin. Adanya
2005). stratifikasi dan pembentukan termoklin
Ikan air asin memiliki konsumsi menyebabkan hanya sedikit terjadinya
oksigen lebih rendah dibandingkan pertukaran antara air permukaan yang
dengan air tawar. (Rostim, 2001) kaya oksigen dengan air yang lebih dalam.
sedangkan hasil penelitian oleh Yurisma Hal ini menyebabkan tingginya aktifitas
(2013) menunjukkan bahwa kenaikan biologis serta berkurangnya oksigen di
salinitas menyebabkan kenaikan dalam substrat atau sedimen. Ukuran
konsumsi oksigen oleh ikan dan partikel sedimen yang halus membatasi
ketersediaan oksigen di dalam airnya. pertukaran air interstitial dengan kolom
Ikan goby yang memiliki habitat di air air diatasnya sehingga menyebabkan
laut dangkal memiliki tingkat konsumsi tingginya kebutuhan oksigen di perairan.
oksigen 1482,33 mg/ml/jam pada suhu
28ºc (Mindi, 2007), sedangkan pada SIMPULAN
kondisi suhu yang sama ikan sampel Konsumsi O2 dari keempat sampel
yang juga memiliki habitat di air laut jenis ikan pelagis adalah 0,15 mg/L/jam
yaitu S. argus, N .fusca, dan A.macracanthus (S.nargus); 0,052 mg/L/jam (T. jaculatrix);
memiliki konsumsi oksigen berkisar 0,052 mg/L/jam (N. Fusca) dan 0,095 mg/L/
antara 0,052-0,15mg/l/jam atau 52- jam (A. macracanthus). Hasil pengukuran
150mg/l/jam. Tingginya konsumsi O2 kondisi fisika dan kimia lokasi
oleh ikan goby dikarenakan ukuran pengambilan sampel adalah salinitas air
ikan goby lebih kecil dibandingkan 33,3%, pH air 8, suhu air 28o C, suhu udara
dengan ikan sampel sehingga kecepatan 30,67 o C, dan Dissolved oxygen (DO) air 5
metabolismenya lebih tinggi daripada mg/L. Hasil penelitian ini memunjukkan
ikan yang berukuran besar sehingga bahwa perlu dilakukan pengawasan dan
oksigen yang dikonsumsi lebih banyak penanganan terhadap kawasan TNAP
(Effendi, 2003). Konsumsi keempat jenis agar kelestariankeanekaragaman hayati
ikan pelagis berkisar antara 0,052-0,15mg/ dan ekosistem tetap terjaga.
l/jam. Adanya perbedaan konsumsi O2
pada tiap spesiesnya dikarenakan adanya
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
118 ISSN 2460-1365

Ucapan Terimakasih Ghufron. M, dan H. Kordi. 2005. Budidaya


Terimakasih kepada pengelola Taman Ikan Laut di Keramba Jaring Apung.
Nasional Alas Purwo atas kerjasamanya Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
sehingga penelitian ini dapat berlangsung Isnaeini, W.2006. Fisiologi Hewan.Kanisius:
sesuai dengan waktu yang telah Yogyakarta.
ditentukan. Mindi, S. 2007. Marine Respiration: The
Effects of Temperature, Light, and
DAFTAR PUSTAKA Body
Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler. 1982. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Edisi
Water Quality Management in Pond revisi. Penerbit Djambatan:
Fish Culture. Auburn University: Jakarta.
Auburn. Nybaken, J.W.1992. Biologi Laut: Suatu
Brown, M. E. 1980. The Physiology of Fishes. Pendekatan Ekologis. Penerbit
Academy Press. Inc: New York. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Jakarta.
Pengelolaan Sumber Daya dan Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar ekologi. Edisi
Lingkungan Perairan. Kanisius: ketiga. Gadjah Mada University
Yogyakarta. Press: Yogyakarta.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Size on Pacific Zooplankton and Reef Goby
Pengembangan Teknik Perikanan. PT Collected 2-10ºN Latitude. SEA
Rineka Cipta: Jakarta. Cruise 211. Stanford University.

Anda mungkin juga menyukai