Anda di halaman 1dari 8

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Sifat Fisis Tanah


Sifat fisis tanah yaitu tanah dalam keadaan asli yang dilihat dalam
bentuk fisis dan kandungan mineral. Sifat-sifat fisis tanah bisa ditentukan
melalui pengamatan visual. Pengujian sifat fisis tanah meliputi: berat jenis
(specific grafity).
1. Specific Gravity (Gs)
Berat spesifik atau Gs didefinisikan sebagai perbandingan berat
volume butiran padat (γs) dengan berat volume air (γw) pada temperatur
tertentu. Berat spesifik tidak berdimensi dan dinyatakan dalam rumus
berikut:
γs
Gs = γw ………………………………...........……………………………(1)

Dengan: Gs = berat spesifik


γs = berat volume butir (gr/cm3)
γw = berat volume air (gr/cm3)

2. Kadar air
Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang terdapat
dalam tanah (yang mengisi rongga tanah) dengan berat butir tanah (berat
tanah kering oven) yang dinyatakan dalam persen. Rumus kadar air
sebagai berikut:
𝑊𝑤
W= x 100% ………...........................................................................(2)
𝑊𝑠

Dengan : W = kadar air (%)


Ww = berat air (gr)
Ws = berat butir tanah (gr)

11
12

B. Sifat-sifat Mekanis Tanah


Sifat mekanis tanah merupakan sifat tanah apabila mendapatkan
beban akan mengalami pemadatan. Pada penelitian ini pengujian sifat
mekanis tanah meliputi: Uji Konsolidasi.
1. Uji Konsolidasi Tanah (Consolidation Test)
Konsolidasi merupakan suatu proses pengecilan volume secara
perlahan-lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas
rendah sebagai akibat keluarnya air yang menempati pori-pori tanah.
Proses tersebut berlangsung terus sampai kelebihan tekanan pori yang
disebabkan oleh kenaikan tegangan total telah benar-benar hilang. Uji
konsolidasi dilaboratorium berlangsung dalam satu arah, yaitu vertikal,
karena lapisannya yang terkena tambahan beban ini tidak dapat
bergerak kedalam arah horizontal. Penerapannya di lapangan, tanah
tersebut ditahan tanah sekelilingnya. Sehingga pengaliran air akan
berjalan dalam satu arah vertikal saja atau disebut konsolidasi satu
dimensi (one dimentional consolidation). Tujuan pengujian ini adalah
untuk mengetahui sifat-sifat pemampatan (perubahan volume) suatu
jenis tanah pada saat menerima beban tertentu. Konsolidasi satu
dimensi (vertical) dapat dilihat pada Gambar III.1.

Gambar III.1. Penempatan sampel pada uji konsolidasi


Bowles, (1991) membuat asumsi-asumsi tentang teori konsolidsasi.
Asumsi-asumsi tersebut adalah :
13

1) Penurunan konsolidasi dapat diperoleh untuk tanah pada kondisi


tetap dan jenuh sempurna (S = 100%).
2) Air dan butiran-butiran tanah tidak dapat ditekan.
3) Terdapat hubungan linier antara tekanan yang bekerja dan
perubahan volume (av = Δe/Δp).
4) Koefisien permeabilitas k merupakan suatu konstanta.
5) Berlaku hukum Darcy (v = k x i).
6) Terhadap temperatur yang konstan, dengan perubahan antara 10 ᵒC
– 20 ᵒC.
7) Konsolidasi merupakan satu dimensi (vertikal), sehingga tidak
terdapat aliran air atau pergerakan tanah lateral.
8) Contoh tanah yang digunakan merupakan contoh tidak terganggu.
Hal yang terpenting dalam konsolidasi adalah besarnya penurunan
yang terjadi dan kecepatan penurunanya. Berikut merupakan proses
konsolidasi :
a. Fase konsolidasi
Proses terjadinya konsolidasi pada tanah yang mengalami
pembebanan diatasnya akan melalui tiga phase, yaitu:
a) Penempatan awal (initial compression). Penempatan yang
pada umumnya disebabkan oleh pembebanan awal
(preloading) akan menghasilkan keadaan tegangan total
dengan air pori dalam menahan sebagian besar beban yang
bekerja. Pada suatu waktu tertentu, tekanan air pori yang
berlebihan akan terdrainase, kemudian beban akan ditahan
oleh kerangka tanah atau suatu keadaan tegangan efektif.
b) Konsolidasi primer (primary consolidation). Periode selama
tekanan air pori secara perlahan akan dipindahkan kedalam
tegangan efektif sebagai akibat keluarnya air dari pori-pori
tanah.
14

c) Konsolidasi sekunder (secondary consolidation). Terjadi


setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Pemapatan yang
terjadi disini disebabkan oleh penyesuaian yang bersifat
plastis dari butiran-butiran tanah. Seperti terlihat pada gambar
III.2.

Gambar III.2. Sifat khusus grafik hubungan penurunan


terhadap Waktu
b. Indeks pemampatan tanah (compression indeks, Cc)
Indeks pemampatan untuk menghitung besarnya penurunan
yang terjadi dilapangan akibat dari konsolidasi. Ditentukan dari
kurva yang menunjukan hubungan antara angka pori dan tekanan
yang didapat dari uji konsolidasi laboratorium. Apabila tidak
tersedia data konsolidasi hasil percobaan dilaboratorium, maka
menurut Terzaghi dan Peck (1967) (dalam Hardiyatmo, 2010),
menyarankan menggunakan persamaan empiris. Untuk lebih
jelasnya lihat gambar III.3 berikut ini:
15

Gambar III.3. Indeks pemapatan Cc


Nilai compression index (Cc) dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑝
e1 = e2 –log𝑝 2 ............................................................................ (3)
1

𝑒1 −𝑒2 ∆𝑒
Cc =log 𝑝 = 𝑝 ............................................................ (4)
2 −log 𝑝 1 ( 2)
log ⁡
𝑝1

dengan : Cc = compression index


e1 = angka pori pada awal pengujian
e2 = angka pori pada akhir pengujian
p1 = tegangan efektif awal (kg/cm2)
p2 = tegangan efektif akhir (kg/cm2)

c. Koefisien konsolidasi tanah (consolidation coefficient, Cv)


Koefisien konsolidasi menunjukkan lama waktu atau
kecepatan konsolidasi hingga selesai. Kecepatan penurunan
konsolidasi dapat dihitung dengan menggunakan koefisien
konsolidasi (coefficient of consolidation, Cv). Coefficient of
consolidation dicari untuk setiap tahap pembebanan pada
percobaan konsolidasi di laboratorium. Ada 2 cara untuk mencari
coefficient of consolidation yaitu: a) Metode akar waktu (square
16

root of time method) b) dengan metode kecocokan log-waktu (log-


time fitting method)
Pada pembahan kali ini akan membahas mengenai Metode
akar waktu (square root of time method).
a) Metode akar waktu (square root of time method). Prosedur
untuk memperoleh derajat konsolidasi U = 90% :
1) Gambarkan grafik hubungan penurunan terhadap akar
waktu dari data hasil pengujian konsolidasi pada satu
beban tertentu.
2) Titik U = 0 % diperoleh dengan memperpanjang garis
dari bagian awal kurva yang lurus sehingga memotong
ordinat di titik P dan memotong absis dititik Q. Anggapan
bahwa kurva awal berbentuk parabola.
3) Garis lurus PR digambar dengan absis OR = 1,15 OQ.
Perpotongan dari PR dengan kurvanya merupakan titik
R90 pada absis dan diperoleh 𝑡90 .

Gambar III.4. Metode akar waktu


17

4) Faktor waktu Tv untuk derajat konsolidasi U = 90%


adalah 0,848. Pada keadaan ini, koefisien konsolidasi Cv
dinyatakan oleh persamaan :

Untuk drainase satu arah :

𝐻2 𝐻2
𝑐𝑣 = 𝑇90 𝑡 = 0,848 𝑡 ............................................... (5)
90 90

Untuk drainase dua arah :

𝐻 𝐻
( )2 ( )2
𝑐𝑣 = 𝑇90 2
= 0,848 2
............................................(6)
𝑡 90 𝑡 90

dengan : T90 = time factor


Cv = Coefficient of consolidation (cm2/dt)
t90 = waktu (detik)
H = tebal tanah (cm)
d. Penurunan konsolidasi (settlement consolidation) yaitu
Besarnya penurunan yang terjadi pada setiap tegangan diambil
dari pembacaan arloji penunjuk yang terakhir untuk tegangan
tersebut. Penurunan pada tanah setebal H bisa dirumuskan sebagai
berikut :

𝑒0 −𝑒1
𝑆𝑐 = 𝐻 ...............................................................................(7)
1+𝑒0

dengan : Sc = Penurunan konsolidasi (cm)


H = tebal lapisan (cm)
e0 = besarnya angka pori awal pengujian
e1 = besarnya angka pori akhir pengujian
18

C. Pemadatan
Tingkat pemadatan tanah diukur berdasarkan berat volume kering
tanah yang dipadatkan. Berat volume kering tidak berubah apabila kadar
air naik. Hal ini dikarenakan berat volume kering dinyatakan Ɣd=Ws/V,
bila berat butiran (Ws) dan volume total (V) tetap, makan Ɣd tetap.
Bila air ditambahkan ke tanah yang dipadatkan, air tersebut akan
berfungi sebagai unsur pelumas pada partikel tanah. Karena adanya air,
partikel- partikel tanah tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeseran
satu sama lain dan membentuk tanah yang lebih padat.

D. Drainase Vertikal
Metode drainase vertikal ini sering diterapkan bersama-sama
dengan metode pemberian beban (preloading). Pengembangan yang
terbaru bagi vertikal drain adalah vertikal drain sintesis. Dengan
memenuhi persyaratan untuk kelayakan vertikal drain dan bahan vertikal
drain sintesis dapat mempercepat waktu penurunan konsolidasi lebih cepat
dari bahan-bahan terdahulunya sehingga menjadi pilihan utama saat
mengatasi masalah konsolidasi.
Drainase vertikal terdiri dari lubang bor vertikal yang menembus
lapisan gambut jenuh yang relatif tebal. Berat timbunan yang berada di
atas drainase vertikal akan menyebabkan tanah yang lunak memampat.
Dari sini, air mengalir ke atas, menuju lapisan air yang diletakkan pada
dasar tanah timbunan. Bila beban bertambah besar, maka kecepatan
konsolidasi akan bertambah pula. Kelemahan pada drainase vertikal adalah
sangat lemah terhadap pengaruh geser, khususnya jika geseran ini
ditimbulkan oleh perubahan bentuk atau deformasi tanah dibawah
timbunan yang dibangun.

Anda mungkin juga menyukai