Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH EKONOMI SYARIAH

TEMA :
1. OBLIGASI SYARIAH
2. REKSADANA SYARIAH
3. INVESTASI SYARIAH

DIBUAT OLEH KELOMPOK :


1. DITA SOFIASTITI
2. KRISTIYONO ARINALDI
3. LUTFI SAFITRI
1. OBLIGASI SYARIAH
A. Pengertian Obligasi Syariah

Dalam Islam, istilah Obligasi dikenal sebagai sukuk atau sertifikat.


Sehingga dapat disimpulkan pengertian obligasi syariah merupakan alat
investasi atau transaksi dengan menerapkan sistem pembiayaan dan
pendanaannya sesuai dengan hukum syariat Islam yang berlaku.
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) di tahun 2002 menyatakan
jika pengertian obligasi syariah adalah surat-surat berharga jangka
panjang yang berprinsip syariah dan dikeluarkan emiten kepada
pemegang surat obligasi berbentuk bagi hasil dan pembayaran kembali
dana obligasi pada jatuh tempo tertentu. Dapat disimpulkan, dalam
pelaksanaan obligasi berbasis syariah ini menggunakan proses akad,
mulai dari Ijarah, Istisna, Salam, Murabahah, Mudarabah, serta
Musyarakah.

B. Jenis-jenis Obligasi Syariah

Di bawah ini, ada beberapa jenis-jenis obligasi syariah yang kini


berkembang di Indonesia, antara lain adalah:

1. Obligasi Mudharabah

Merupakan jenis obligasi syariah yang dalam penerapannya


menggunakan akad Mudharabah. Akad Mudharabah adalah akad
kerjasama antara investor dan peminjam. Dalam proses akan ini, investor
hanya perlu untuk menyediakan modal dana penuh. Dan untuk pihak
emiten mengelola dana tersebut dengan jujur dan mandiri. Jika nantinya
pihak emiten melakukan kelalaian dalam mengelola dana, maka emiten
diwajibkan menjamin seluruh kerugian yang ada dan membuat surat
pengakuanhutang.

2. Obligasi Ijarah

Sesuai dengan namanya, obligasi syariah ini menggunakan akad Ijarah,


yang mana proses akad ini mengambil manfaat melalui jalan penggantian.
Sehingga dapat dikatakan jika pemilik dana akan memberikan kebebasan
kepada eminten dalam menggunakan dana tersebut melalui persyaratan
pemberian imbalan untuk pemilik dana.. Dalam obligasi Ijarah ini pihak
investor bertindak sebagai musta’jir atau penyewa sekaligus mu’jir atau
pemberi sewa.

3. Obligasi Istisna
Obligasi syariah ini menerapkan akad Istishna dalam prosesnya. Akad
Istishna adalah perjanjian yang mana kedua pihak telah menyetujui jual
beli termasuk pembiayaan barang atau jasa.

C. Karakteristik Obligasi Syariah

Meskipun sangat berbeda dengan obligasi konvensional, namun sayangnya


masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami bagaimana
penerapan obligasi syariah, Karena itulah pengertian mengenai obligasi syariah,
terutama pada karakteristiknya penting untuk dipahami. Adapun beberapa
karakteristik yang dimiliki oleh jenis obligasi berprinsip syariah ini antara lain
adalah:

 Obligasi syariah lebih menekankan pendapatan investasi tidak


berdasarkan tingkatan bunga yang sudah ditentukan sebelumnya. Untuk
tingkat pendapatan di dalam obligasi syariah ini lebih menekankan pada
tingkat rasio bagi hasil atau nisbal. Yang mana besarannya sudah
disepakati pihak investor dan emiten. 
 Mekanisme obligasi syariah berada dalam pengawasan pihak wakil
amanat serta Dewan Pengawas Syariah yang keduanya berada di bawah
naungan Majelis Ulama Indonesia sejak dri tanggal penerbitan obligasi
hingga akhir masa penerbitan obligasi. 
 Jenis industri yang dilakukan oleh emiten dan hasil pendapatan
perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut harus tidak mengandung
unsur-unsur non halal
 Selain itu dalam obligasi syariah tidak diberlakukan istilah bunga.
Pengembalian dana yang berkaitan dengan aset, akad, serta tujuan
pendanaan umumnya berbentuk imbalan yang didapatkan dari uang sewa
atau ujrah, fee margin, hingga bagi hasil/sumber lainnya yang sesuai akad
yang telah disepakati. Dalam konsep obligasi syariah (sukuk),
perdagangan bukan dinilai dalam bentuk surat hutan. Namun sebagai
penjualan terhadap kepemilikan aset yang mana menjadi dasar
penerbitan. Sukuk juga mempunyai investor-investor dengan basis yang
cukup luas, yaitu mencakup investor syariah hingga investor
konvensional.

Perbedaan obligasi syariah dengan konvensional dapat dilihat seperti


pada tabel dibawah:

Karakteristik Obligasi Syariah Obligasi Konvensional

Penerbit Pemerintah dan Pemerintah dan korporasi


korporasi
Sifat Sertifikat Instrumen pengakuan
Instrumen kepemilikan/penyertaan utang
atas suatu asset
Penghasilan Imbalan, bagi hasil, Bunga/kupon, capital gain
margin/fee
Jangka Waktu Pendek-menengah Menengah-panjang
Underlying Perlu Tidak perlu
Asset
Pihak yang Issuer, SPV, investor, Obligator/issuer, investor
Terkait trustee
Price Market price Market price
Investor Islami dan konvensional
konvensional
Pembayaran Bullet atau amortisasi Bullet atau amortisasi
Pokok
Penggunaan Harus sesuai syariah Bebas
Hasil
Penerbitan
Dasar Hukum Undang-undang Undang-undang
Metode Lelang, bookbuiding, Lelang, bookbuiding,
Penerbitan private placement private placement
Ketentuan Tradable Tradable
Perdagangan
Dokumen Dokumen pasar modal, Dokumen pasar modal
yang dokumen Syariah
Diperlukan
Syarat Perlu Tidak perlu
Endorsement
D. PENDAPAT

Nah itu tadi penjelasan mengenai obligasi syariah atau yang dikenal
sebagai sukuk. Dengan adanya penjelasan diatas, diharapkan masyarakat
kini bisa lebih paham mengenai jenis investasi ini. terutama bagi anda
yang kini mulai beralih dari sistem konvensional dan menggunakan
sistem yang berbasis syariah.

2. REKSADANA SYARIAH
Pengertian Reksadana Syariah

Reksadana syariah merupakan salah satu produk investasi dimana seluruh


prosesnya memiliki patokan untuk memenuhi syarat halal. Dalam
memenuhi patokan syarat halal ini, dana yang terhimpun akan
diinvestasikan ke surat berharga. Antara lain: saham, obligasi, dan
berbagai instrumen pasar uang lainnya yang sesuai dengan ketentuan dan
prinsip syariah islam.

Portofolio penempatan dana di instrumen keuangan tersebut antara lain


berupa saham syariah serta sukuk. Pada reksadana jenis ini, beberapa
istilah yang ada pada reksadana konvensional memiliki sebutannya
tersendiri. Misalnya untuk pemilik modal disebut dengan rabbal-
mal atau shabi al-mal. Shabi al-mal ini bertindak sebagai penyetor dana
yang kemudian dikelola oleh wakil pemilik modal tersebut.

Perbedaan Reksadana Syariah dan Konvensional

Meskipun reksadana konvensional dan syariah menawarkan jenis investasi yang


sama, namun keduanya memiliki beberapa perbedaan. Berikut perbedaannya.

1. Prinsip dan pengelolaan

Dalam pengelolaannya, reksadana konvensional dipegang oleh bank. Reksadana


tersebut pun dapat diinvestasikan dalam semua efek seperti saham, deposito,
hingga obligasi. Semua instrumen tersebut dapat disesuaikan dengan batasan
investasi yang diterbitkan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Perusahaan yang
terlibat dalam investasi dan total utang dalam reksadana satu ini tidaklah
menjadi syarat penting.

Untuk reksadana syariah, pengelolaan produknya terdaftar dalam Daftar Efek


Syariah. Daftar tersebut diumumkan oleh OJK dengan ketentuan syariah.
Prinsip pengelolaannya tidak akan diinvestasikan pada perusahaan yang
melanggar prinsip syariah. Misalnya perusahaan yang bergerak di bidang judi,
minuman beralkohol, dan lain sebagainya.

Reksadana syariah dikelola dengan mengedepankan prinsip halal dimana total


utang harus lebih kecil dibandingkan nilai aset.

2. Proses “pembersihan”

Dalam reksadana konvensional tidak ada istilah “pembersihan” pendapatan


dengan memisahkan yang halal dan haram. Asal sudah sesuai ketentuan
investasi dari OJK, maka manajer investasi sudah bisa menjual reksadana
konvensional.

Dalam investasi reksadana syariah, proses “pembersihan” pendapatan wajib


dilakukan. Dalam hal ini istilahnya juga dikenal dengan sebutan Cleansing.
Proses cleansing berarti memilah apakah sebuah perusahaan memiliki
pendapatan tidak halal atau sebaliknya dalam bisnisnya.

Tahapan tersebut sangat penting pada reksadana syariah. Sebab dari segi prinsip
yang mengedapankan syariat islam, semua pendapatan yang masuk haruslah
sesuai dengan ketentuan islam. Pendapatan tidak halal ini nantinya akan
disisihkan dari jumlah investasi serta keuntungan halal.

Hasil penyisihan ini nantinya akan diperuntukan untuk keperluan amal atau
disumbangkan.

3. Diawasi oleh dua badan pengelola berbeda

Reksadana konvensional berada dalam pengawasan Otoritas Jasa Keuangan


secara penuh. Pengawasan ini disesuaikan dengan mekanisme pasar dan faktor
lainnya yang sesuai dengan kondisi perekonomian.

Untuk reksadana syariah, Dewan Pengawas Syariah merupakan pengawas


investasi satu ini. Dewan Pengawas Syariah ini akan bertanggung jawab dan
memastikan pengelolaan reksadana yang harus sesuai prinsip syariah.

Namun untuk regulasinya, investasi reksadana tetap diserahkan pada Otoritas


Jasa Keuangan. OJK ini bertindak sebagai regulator yang menyiapkan berbagai
macam bentuk investasi di Indonesia termasuk reksadana syariah.

4. Peran manajer investasi


Manajer investasi merupakan profesi yang dikenal dalam reksadana. Tugasnya
adalah menentukan nilai saham serta membantu memperoleh legalitas dari
rekdasana tersebut. Namun peran manajer investasi dalam reksadana
konvensional dan syariah cukup berbeda.

Dalam reksadana konvensional, manajer investasi ikut mengelola dan


menanggung risiko berdasarkan dengan prinsip kerjasama. Sedangkan dalam
sistem syariah, manajer investasi tidak menanggung kerugian meskipun ikut
mengelola. Jika investasinya gagal, yang menanggung kerugian adalah investor
atau pemodal.

5. Perhitungan pembagian keuntungan

Dari pembagian keuntungannya pun kedua jenis reksadana ini memiliki


perbedaan mencolok. Pembagian keuntungan reksadana konvensional
menerapkan cara pembagian keuntungan antara pemodal dengan manajer
investasi. Kemudian pembagian tersebut dihitung berdasarkan perkembangan
suku bunga.

Sedangkan reksadana syariah menerapkan pembagian keuntungan berdasarkan


ketentuan-ketentuan syariah serta kesepakatan bersama.

Tips Memilih Alokasi Waktu Investasi Produk Reksadana Syariah

Bagi yang hendak berinvestasi pada reksadana syariah, Anda bisa memilih
rentang waktu yang tepat dalam menentukan produk investasi berbasis syariah
ini. Alasannya agar ketika mengeluarkan uang untuk investasi, uang yang Anda
keluarkan tidak ditarik begitu saja. Ada rentang waktu tersendiri dimana uang
harus berputar.

Tugas investor adalah memilih rentang waktu sesuai kebutuhan sehingga


rencana keuangannya lebih tepat. Berikut beberapa panduannya:

 Bagi yang berinvestasi untuk jangka 1-3 tahun, sebaiknya pilih reksadana
pendapatan syariah. Dalam jangka menengah ini, modal berputar dalam
waktu cukup sehingga keuntungan yang didapatkan bisa lebih baik
 Bagi yang ingin menjaga portofolio aset, reksadana saham syariah akan
memungkinkan modal berputar lebih dari lima tahun sehingga bisa
menjadi andalan.
 Bagi yang memiliki modal cukup besar, reksadana campuran syariah bisa
anda pilih. Sebab untuk modal besar, jangka pendek dan menengah
dinilai kurang untuk menjadikan modal berputar lebih besar.
 Untuk yang berinvestasi jangka pendek di bawah satu tahun, reksadana
pasar uang syariah merupakan pilihan pas. Sebab rentang periode
investasi ini sangat singkat sehingga uang tetap berputar dengan cara
aman serta halal.

Manfaat berinvestasi di reksadana syariah adalah sebagai berikut:


 Likuiditas yang tinggi, artinya kapanpun bisa membeli dan menjual
reksadana selama jam perdagangan reksadana. Ketika investor membeli
reksadana, maka akan mendapat unit reksadana dan jika menjual maka
investor menerima hak pencairan uangnya.
 Biaya penjualan dan pembelian secara online tidak dikenakan biaya.
 Berinvestasi pajak itu bebas dari beban pajak. Jika kita tabung dalam
depsoio akan dikenakan pajak dari keutungannya sebesar 20%.
 Adanya jaminan halal, mulai dari Majelis Ulama Indonesia, kemudian
ada  Ahli Pasar Modal Syariahnya di setiap produk reksadana syariah.
Kemudian ada sistem cleansing jika ada beberapa hasil keuntungan yang
tidak sesuai dengan syariah.
 Nyaman, dana yang kita investasikan akan dikelola oleh manajer
investasi. dimana mereka sudah memiliki sertifikasi dan juga izin dari
Otoritas Jasa Keuangan. Tugas dri manajer investasi ini adalah
menganalisa produk investasi yang profitable, dan meracik protofolio aset
yang efisien.
 Irit waktu, judulnya ‘investasi’ maka kita tidak perlu repot setiap detik
melihat layar atau memperhatikan harga setiap hari. karena setiap
investor akan mendapatkan laporan bulanan kinerja reksadana dari
manajer investasi.
Itulah beberapa fungsi dan manfaat dari reksadana syariah. Untuk proedur untuk
pembelian reksadana syariah kamu harus mendaftarkan diri menjadi investor
yang terdaftar di KSEI. Dan jangan lupa sebelum membeli reksadana, baca
terlebih dahulu isi prospektusnya.
Ini yang Membedakan Reksadana Syariah dengan Konvensional :

Sejak kehadirannya hampir 30 tahun yang lalu, sistem perbankan berbasis


Syariah berkembang cukup pesat di Indonesia. Tidak hanya Bank Syariah,
bank-bank konvensional di Indonesia pun kini mendirikan institusi syariah
atau unit usaha syariah sendiri untuk melengkapi jasa perbankan kepada
masyarakat. Produk syariah pun ikut merambah pasar modal dengan ditandai
munculnya produk-produk reksadana syariah.

Investasi reksadana syariah dilirik sebagai alternatif dari investasi reksadana


konvensional. Sebab reksadana syariah dinilai lebih menguntungkan, halal
dan bebas riba dibandingkan investasi di reksadana konvensional. Akibat
keuntungan yang dirasakan dari investasi reksadana syariah, makin banyak
investor yang mulai beralih kepada investasi reksadana syariah. Tetapi
sebenarnya apa yang membedakan reksadana Syariah dengan konvensional?

Secara umum, berikut beberapa perbandingan antara reksadana syariah


dengan konvensional.

No Reksadana Syariah Reksadana Konvensional

Dikelola berdasarkan
prinsip-prinsip syariah dan Dikelola berdasarkan prinsip kontrak
1 diawasi oleh DPS (Dewan investasi kolektif dan hanya diawasi oleh
Pengawas Syariah) bersama OJK.
dengan OJK.

2 Terdapat proses  cleansing. Tidak terdapat proses cleansing.


Jenis saham perusahaan
Jenis saham perusahaan tidak harus sesuai
3 harus sesuai dengan prinsip
prinsip syariah.
syariah.

Pembagian keuntungan
antara pemodal dan manajer Pembagian keuntungan antara pemodal dan
4 investasi berdasarkan manajer investasi berdasarkan
proporsi yang telah perkembangan suku bunga.
ditentukan.

Manajer investasi tidak


menanggung kerugian
Manajer investasi juga menanggung risiko
5 selama tidak lalai, artinya
karena berdasarkan prinsip kolektivitas.
yang menanggung kerugian
adalah pemodal.

Di samping itu, reksadana syariah juga memiliki beberapa keuntungan,


antara lain:

1. Halal

Reksadana syariah menggunakan prinsip pengelolaan investasi syariah,


sehingga investor dan penanam modal akan terjamin dengan perputaran uang
yang halal. Perputaran uang halal ini dijamin karena reksadana syariah
berpedoman dengan cara-cara dan syarat yang mengikuti hukum serta
ketentuan dari Islam.

Investasi syariah didahului dengan akad alias perjanjian dari kedua pihak,
serta dibahas terlebih dahulu dan diusahakan agar terhindar dari hal-hal yang
diharamkan oleh syariat Islam. Karena itu, antara pihak-pihak yang
berinvestasi maupun yang menanamkan modal dapat merasa aman.

2. Jelas
Karena reksadana syariah berprinsip pada tata cara dan hukum yang
disyariatkan oleh Islam, maka reksadana syariah berpedoman pada kejelasan
setiap ketentuan yang tertera. Kejelasan ini dimaksudkan agar setiap pihak
yang berinvestasi mendapatkan kepastian serta keterangan yang jelas
sebelum memulai atau menjalankan investasi.

Kejelasan ini juga berguna untuk menghindarkan fitnah kepada masing-


masing pihak selama investasi berlangsung. Kedua pihak juga berhak untuk
mendiskusikan hal-hal yang sangat kritis dan rawan di dalam proses
persetujuan investasi.

3. Tidak Ada Praktik yang Diharamkan

Praktik riba, gharar dan maisyir adalah praktik yang paling dihindari oleh
investasi yang berbasiskan syariah. Praktik riba, gharar dan maisyir
merupakan praktik yang sangat sering ditemukan di dunia investasi
konvensional.

Pihak penanam modal tidak mendapatkan kejelasan mengenai keuntungan,


kerugian maupun kesepakatan-kesepakatan yang ada pada kedua belah
pihak. Yang menjadi kekhawatiran adalah ketika investasi sudah
diselesaikan, masih ada tertinggal masalah di antara kedua pihak, yang
terjadi di kemudian hari.

Masalah-masalah tersebut seharusnya diselesaikan saat investasi sedang


berjalan, namun karena tidak adanya kepastian dan ada praktik riba, gharar
dan maisyir yang terselubung. Kesepakatan tersebut menjadi tertinggal dan
tidak mempunyai kejelasan. Di masa yang akan datang, masalah-masalah
tersebut malah akan mendatangkan kerugian yang besar. Karena itu, praktik
semacam ini sangat dihindari oleh investasi reksadana syariah.

3. INVESTASI SYARIAH
A. Pandangan Islam tentang Kegiatan Investasi
Islam mengajarkan umatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan
yang lebih baik di dunia maupun di akhirat.Memperoleh kehidupan yang
baik di dunia dan diakhirat ini yang dapat menjamin tercapainya
kesejahteraan lahir dan batin (falah). Salah satu cara untuk mencapai
kesejahteraan itu adalah dengan melakukan kegiatan investasi.
Investasi berasal dari bahasa Inggris investmen dari kata dasar invest
yang berarti menanam. Dalam bahasa Arab investasi disebut dengan
istitsmar yang bermakna "menjadikan berbuah, berkembang dan
bertambah jumlahnya. Dalam Webster's New Collegiate Dictionary, kata
invest didefinisikan sebagai to make use of for future benefits or
advantages and commit (money) in order to earn a financialreturn.
Kemudian kata investment diartikan sebagai the outly of money for
income or profit.Sedangkan dalam kamus istilah pasar modal keuangan,
investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu
perusahan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan, meskipun
terkadang buntung atau rugi karena investasi merupakan jenis kegitan
yang tidak pasti.
Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi adalah
kegiatan menanam modal dengan harapan akan mendapatkan suatu
keuntungan di kemudian hari. Investasi sesungguhnya merupakan
kegiatan yang sangat beresiko karena berhadapan dengan dua
kemungkinan yaitu untung dan rugi artinya ada unsur
ketidakpastian.Dengan demikian perolehan kembalian suatu usaha tidak
pasti dan tidak tetap.Suatu saat mungkin mengalami keuntungan banyak,
mungkin sedang-sedang saja (lumayan), hanya kembali modal mungkin
pula bangkrut dan kena tipu.
Oleh sebab itu Islam memberi rambu-rambu atau batasan-batasan
tentang investasi yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk
dilakukan oleh pelaku bisnis seperti parainvestor, pedagang, suppliyer dan
siapapun yang terkait dengan dunia ini. Bukan hanya itu, beberapa hal
seperti pengetahuan tentang investasi akan ilmu-ilmu yang terkait butuh
diperdalam agar kegiatan investasi yang kita kerjakan bernilai ibadah,
mendapatkan kepuasan batin serta keberkahan di dunia dan akhirat.
Berikut ini beberapa ayat tentang seruan untuk berinvestasi:
1.      QS. Al-Hasyr : 18
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yag kamu kerjakan.
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa ayat itu mengandung
anjuran moral untuk berinvestasi sebagai bekal hidup di dunia dan di
akhirat karena dalam Islam semua jenis kegiatan kalau diniati sebagai
ibadah akan bernilai akhirat juga seperti kegiatan investasi ini.
2.      QS. Lukman : 34
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui
apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun
yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ayat diatas, Allah secara tegas menyatakan bahwa tiada seorangpun
di dunia ini yang bisa mengetahui apa yang akan diperbuat atau
diusahakan serta peristiwa apa yang akan terjadi besok. Karena
ketidaktahuan tersebut maka manusia diperintahkan berusaha, salah
satunya dengan cara berinvestasi sebagai bekal menghadapi hari esok
yang tidak pasti tersebut, hasilnya merupakan hak prerogratif Allah tapi
yang penting mengikuti standart agama dalam setiap kegiatan apapun
termasuk investasi.
Al-Qur'an mengartikan ayat di atas "Dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui dengan apa yang akan diusahakan besok" yaitu bahwa Allah
mengetahui apa yang diperoleh setiap individu dan mengetahui apa yang
dilakukan oleh individu pada keesokan harinya, padahal individu tersebut
tidak mengetahuinya".Artinya bahwa investasi di dunia akhirat, dimana
usaha sebagai bekal akhirat tidak diketahui oleh seluruh makhluk. Jadi
meskipun seseorang tidak pernah mengetahui apa yang bakal terjadi besok
dengan pasti, mereka tetap harus mempersiapkan diri untuk esok atau
masa depannya dengan selalu berusaha misalnya melakukan investasi.
Sedangkan hasilnya akan seperti apa ditentukan hanya oleh Allah yang
mengetahui sukses-tidaknya suatu investasi. Yang penting dan dinilai oleh
Allah niat atau amal nyata serta dengan tujuan hanya mengharap ridha
Allah semata.

3.      QS. Al-Baqarah : 261


Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki.Dan Allah
Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Ayat itu juga merupakan informasi tentang pentingnya investasi
meskipun tidak secara kongkrit berbicara investasi, karena yang termaktub
menyampaikan tentang betapa beruntungnya orang yang menginfaqkan
hartanya dijalan Allah. Ayat ini kalau dibaca dari perspektif ekonomi jelas
akan mempengaruhi kehidupan kita didunia. Bayangkan saja jika banyak
orang yang melakukan infaq maka sebenarnya ia menolong ratusan,
ribuan, jutaan bahkan milyaran orang miskin di dunia untuk
berproduktifitas ke arah yang lebih baik. Maksudnya infaq orang-orang
kaya jika diinvestasikan, kemudian disalurkan kepada yang berhak untuk
hal-hal yang produktif maka investasi tersebut akan bernilai dunia –
akhirat.
4.      QS. An-Nisa’ : 9
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.
Pada ayat ini Allah memerintahkan manusia jangan sampai
meninggalkan keturunan yang lemah sepeninggal kita, baik lemah moril
utamanya maupun lemah meteril.Ayat ini biasanya sering dikhotbahkan
oleh para penganjur KB (Keluarga Berencana). Sebenarnya ayat ini secara
eksplisit menganjurkan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi umat
dengan cara mempersiapkan sarana kearah menuju sejahtera, yang salah
satunya dengan melakukan kegiatan investasi dalam beragam bentuknya.
Lewat lembaga perbankan maupun dengan caranya sendiri, yang dirasa
lebih untung dan lebih bermanfaat.
Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pandangan Islam
tentang investasi adalah sangat penting dan perlu persiapan, hal ini tersirat
dalam Al-Qur'an surat Al-Hasyr 18 yang menyeru orang-orang beriman
agar mempersiapkan diri untuk hari esok. Salah satu persiapan itu kalau
dilihat dari perspektif ekonomi adalah investasi.
Investasi adalah bentuk aktifitas ekonomi.Sebab setiap harta ada
zakatnya. Jika harta didiamkan (tidak diproduktifkan) maka lambat laun
akan termakan oleh zakatnya, yang salah satu hikmah dari zakat adalah
mendorong setiap muslim menginvestasikan hartanya. Harta yang
diinvestasikan tidak akan termakan oleh zakat kecuali keuntungannya saja.
Agar terhindar dari investasi yang tidak Islami maka setiap diri harus
mengetahui etika bisnis dalam berinvestasi, karena ketidaktahuan dan
minimnya pengetahuan tentang investasi dalam Islam terkadang membuat
orang asal saja dalam menginvestasikan hartanya dan kadang terjatuh pada
perbuatan melanggar  syariat.  Sebagian  karena  iming-iming  keuntungan
(return) yang besar.

B. Etika Investor dalam Berinvestasi


Menurut Syafi'i Antonio, ada perbedaan yang mendasar antara
investasi dengan membungakan uang baik dari segi definisi maupun
makna dari masing-masing istilah. Investasi adalah jenis kegiatan usaha
yang mengandung resiko karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian,
sehingga berpengaruh terhadap return (kembalian) yang tidak pasti dan
tidak tetap. Sedangkan membungakan uang adalah kegiatan usaha yang
kurang mengandung resiko karena perolehan kembaliannya (return) yang
berupa bunga relatif pasti dan tetap.
Oleh karena itu Islam sangat mengecam perilaku membungakan uang
dan masuk kategori riba. Sebaliknya Islam mendorong masyarakat ke arah
usaha riil (nyata) atau produktif dengan cara menginvestasikan. Sesuai
dengan definisi di atas menyimpan uang di Bank Islam termasuk kategori
kegiatan investasi karena perolehan kembalian (return) dari waktu ke
waktu tidak pasti. Besar kecilnya perolehan kembali itu tergantung pada
hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan oleh Bank sebagai
pengelola dana (Mudarib). Bank Islam tidak hanya menyalurkan uang
melainkan harus terus menerus melakukan upaya meningkatkan
kembalian (return of investment) sehingga lebih menarik dan lebih
memberi kepercayaan bagi pemilik dana, tanpa harus keluar dari batasan
norma-norma syari'ah, seperti praktik tiba, zulm, maysir & gharar.
Agar terhindar dari praktik investasi, yang tidak Islami maka ada
beberapa hal prinsip dalam investasi yang harus menjadi acuan dan
landasan bagi para investor, yaitu:
1.      Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya
maupun cara mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal
yang haram.
2.      Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
3.      Keadilan pendistribusian pendapatan.
4.      Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha (an-taradin).
5.      Tidak ada unsur riba, maysir/perjudian/spekulasi dan gharar
(ketidak jelasan/samar-samar).
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa Islam sangat menganjurkan
investasi tapi bukan semua bidang usaha diperbolehkan dalam
berinvestasi.Aturan-aturan diatas menetapkan batasan-batasan yang halal
atau boleh dilakukan dan haram atau tidak boleh dilakukan.Tujuannya
adalah untuk mengendalikan manusia dari kegiatan yang membahayakan
masyarakat.Jadi semua kegiatan investasi harus mengacu kepada hukum
syariat yang berlaku.Perputaran modal investasi tidak boleh disalurkan
kepada jenis industri yang melakukan kegiatan haram misalnya pembelian
saham pabrik minuman keras, resto yang menyajikan makanan yang
diharamkan dan semua hal yang diharamkan oleh syariah harus
ditinggalkan. Semua transaksi yang terjadi di bursa efek misalnya harus
atas dasar suka sama suka, tidak ada unsur pemaksaan, tidak ada pihak
yang di dzalimi atau mendzalimi, tidak ada unsur riba, unsur spekutif atau
judi (maysir). Semua transaksi harus transparan, haram jika ada unsur
insider traiding.Inilah beberapa yang perlu dipatuhi para investor agar
harta yang diinvestasikan mendapatkan berkah dari Allah, bermanfaat bagi
orang banyak sehingga mencapai falah (sejahtera lahir-batin) di dunia juga
diakhirat.

C.Perbandingan Praktik Investasi Konvensional Versus Syariah


Pasar Modal Syariah Pasar Modal Konvensional
Indeks Syari’ah
1.                   Indeks dikeluarkan
oleh pasar modal syariah. Indeks konvensional
2.                   Jika indeks Islam 1.                   Indeks
dikeluarkan oleh suatu institusi dikeluarkan oleh pasar modal
yang bernaung dalam pasar konvensional.
modal konvensional maka 2.                   Indeks
perhitungan indeks tersebut konvensional memasukkan
berdasarkan kepada saham- semua saham yang terdaftar
saham yang memenuhi kriteria- dalam bursa saham.
kriteria syariah. 3.                   Seluruh saham
3.                   Seluruh saham yang tercatat dalam bursa
yang tercatat dalam bursa sesuai mengabaikan aspek halal-
halal. haram.
Instrumen yang diperdagangkan
dalam Pasar Modal
Konvensional.
1.                   Saham
Instrumen yang diperdagangkan
dalam Pasar Modal Syariah. 2.                   Obligasi.
1.                   Saham. 3.                   Reksa Dana.
2.                   Obligasi Syariah 4.                   Opsi.
3.                   Reksa Dana 5.                   Right.
Syariah. 6.                   Waran.
Mekanisme Transaksi Pasar Mekanisme Transaksi Pasar
Modal Syari’ah. Modal konvensional
1.                   Tidak mengandung 1.                   Menggunakan
transaksi Ribawi. konsep bunga yang
2.                   Tidak transaksi mengandung riba.
yang meragukan (gharar), 2.                   Mengandung
spekulatif, dan judi. transaksi yang tidak jelas,
spekulatif,  manipulatif, dan
judi.
3.                   Saham perusahaan
bergerak dalam semua bidang
3.                   Saham perusahaan baik haram maupun halal.
tidak bergerak dalam pada 4.                   Transaksi
bidang yang diharamkan. penjualan dan pembelian
(alkohol, judi. Rokok, dll) dilakukan secara langsung
4.                   Transaksi penjualan dengan menggunakan jasa
dan pembelian saham tidak boleh broker sehingga memungkinkan
dilakukan secara langsung untuk para spekulan untuk
menghindari manipusi harga. mempermainkan harga.
Saham (surat-surat berharga)
1.                   Saham yang
diperdagangkan datang dari
emiten yang memenuhi ktriteria-
kriteria syariah. Saham (surat-surat berharga)
                     Tidak ada transaksi 1.                   Saham yang
yang berbasis bunga. diperdagangkan datang dari
semua emiten tanpa
                     Tidak ada transaksi
mengindahkan halal-haram.
yang meragukan.
                     Mengandung
                     Saham harus dari
transaksi yang berbunga.
perusahaan yang halal aktivitas
bisnisnya.                      Mengandung
transaksi yang spekulatif.
                     Tidak ada transaksi
yang tidak sesuai dengan etika                      Semua
dan tidak bermoral seperti perusahaan baik aktivitas
manipulasi pasar, insider bisnisnya halal atau haram.
trading dan lain-lain.                      Mengandung
                     Instrumen transaksi yang manipulatif.
transaksi dengan mengunakan                      Instrumen
prisip mudharabah, musyarakah, transaksi dengan menggunakan
ijarah, istisna’, dan salam. prisip bunga.
Obligasi syari’ah. Obligasi konvensional
1.                   Berdasarkan 1.                   Berdasarkan
akad mudharabahdengan prisip bunga.
memperhatikan fatwa DSN-MUI 2.                   Emiten bertindak
No. 7/DSN-MUI/IV/2000 sebagai debitur (yang
tentang pembiayaanmudharabah. berhutang).
2.                   Emiten bertindak
sebagaimudharib (pengelola 3.                   Pemegang
modal). obligasi sebagai kerditur (yang
3.                   Pemegang obligasi berpiutang).
sebagaishahibul mal (pemodal). 4.                   Emiten obligasi
4.                   Emiten obligasi dibebaskan kegiatan usahanya,
tidak boleh melakukan kegiantan sehingga tidak ada batasan
yang bertentang prinsip syariah. halal-haram.
5.                   Nisbah harus 5.                   Nisbah mengikuti
disebutkan dalam akad. perkembangan suku bunga.
Reksa Dana syariah
1.                   Berdasarkan
akad wakalah antara manajer
investasi dan pemodal, serta
akad mudharabah antara manajer
investasi dan pengguna investasi Reksa Dana Konvensional
dengan memeperhatiakn fatwa 1.                   Berdasarkan
DSN-MUI No. 20/ DSN-MUI/ prisip kontrak investasi kolektif
IX/ 2000 tentang Reksa Dana dengan memeperhatikan Pasal
Syariah. 18 sampai dengan Pasal 29 Bab
2.                   Investasi dilakukan IV UU No. 8 Tahun 1995
pada instrumen keuangan yang tentang Pasar Modal.
sesuai dengan syariah. 2.                   Investasi
3.                   Jenis usaha emiten dilakukan pada instrumen
harus sesuai dengan syariah. konvensional.
4.                   Pembagian 3.                   Jenis usaha
keuntungan antara pemodal emiten tidak harus sesuai
(diwakili oleh manajer investasi) syariah.
dan pengguna investasi 4.                   Pembagian
berdasarkan proporsi yang keuntungan antara pemodal dan
ditentukan dalam akad. manager investasi berdasarkan
5.                   Manajer investasi perkembangan suku bunga.
tidak menanggung resiko 5.                   Manajer investasi
kerugian selama tidak lalai. juga menanggung resiko karena
Artinya yang menanggung berdasarkan prinsip
kerugian tetap pemodal. kolektivitas.

D. Perbandingan Kinerja Investasi Syariah dengan Investasi Konvensional


Dari data statistik Bapepam Desember mengenai perkembangan indeks di
pasar modal Indonesia, diketahui selama tahun 2011 saham-saham syariah
memberikan keuntungan lebih rendah dibandingkan saham-saham
lainnya.Dimana berdasarkan perhitungan Indeks saham JII memberikan return
12%, sedangkan LQ 45=13%. Saat ini, meski instrumen investasi syariah di
Indonesia terus menunjukkan pertumbuhannya, namun data Bapepam
menunjukkan bahwa secara market share industri keuangan syariah dalam
kurun waktu lima tahun terakhir masih dalam kisaran 3% dari industri keuangan
nasional. Salah satu cara untuk meningkatkan market share instrumen investasi
berbasis syariah adalah dengan menjaga return syariah ke tingkat yang dapat
diterima pasar. Keunggulan prinsip ekonomi syariah yang menekankan pada
prinsip keadilan, perlarangan spekulasi, serta pelarangan riba seharusnya
berimbas pula pada return yang dihasilkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ridho (2008), menghasilkan
kesimpulan bahwa perbandingan rata-rata kinerja investasi konvensional
dengan investasi syariah pada jangka panjang menunjukkan bahwa kedua
investasi tersebut tidak berbeda secara signifikan. Sedangkan penelitian Sufianti
(2003) dengan menggunakan periode data jangka pendek menunjukkan bahwa
rata-rata return indeks JII tidak berbeda secara signifikan dengan rata-rata
indeks LQ-45. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Ida Syafrida dkk (2014)
menunjukan bahwa kinerja JII dengan kinerja LQ-45 tidak terdapat perbedaan
yang signifikan, demikian pula antara kinerja investasi syariah dengan kinerja
investasi konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen berbasis syariah
tidak kalah menguntungkan jika dibanding dengan instrumen berbasis
konvensional.Bahkan jika diamati lebih cermat selama periode pengamatan
terlihat kinerja investas syariah sedikit lebih baik daripada kinerja investas
konvensional.
A. Evaluasi Investasi dalam Kerangka Syariah
Ada dua hal utama dalam pasar modal syariah yaitu indeks Islam dan
pasar modal syariah itu sendiri.Indeks Islam menunjukkan pergerakan harga-
harga saham dari emiten yang dikatagorikan sesuai syariah, sedangkan pasar
modal syariah merupakan institusi pasar modal sebagaimana lazimnya yang
diterapkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
1.      Indeks saham konvensional dan Indeks saham Islam
Indeks Islam tidak hanya dapat dikeluarkan oleh pasar modal syariah saja
tetapi juga oleh pasar modal konvensional.Bahkan sebelum berdirinya institusi
pasar modal syariah di suatu negeri, bursa efek setempat yang tentu saja
berbasis konvensional terlebih dahulu mengeluarkan indeks Islam. Di Bursa
Efek Jakarta misalnya, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bekerja sama dengan PT
Danareksa Invesment Management (DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Index
(JII) sebelum pasar modal syariah sendiri diresmikan.
Adapun tujuan diadakannya indeks Islam sebagaimana Jakarta Islamic
Index yang melibatkan 30 saham terpilih, yaitu sebagai tolak ukur (benchmark)
untuk mengukur kinerja investasi pada saham yang berbasis syariah dan
meningkatkan kepercayaan para investor untuk mengembangkan investasi
dalam ekuiti secara syariah, atau untuk memberikan kesempatan kepada
investor yang ingin melakukan investasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dengan indeks Islam
adalah indeks konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat di bursa
dengan mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham emiten yang
terdaftar (listing) sudah sesuai aturan yang berlaku (legal).Akibatnya bukanlah
suatu persoalan jika ada emiten yang menjual sahamnya di bursa bergerak di
sektor usaha yang bertentangan dengan Islam atau yang memiliki sifat merusak
kehidupan masyarakat.Misalnya pada awal tahun 2003 yang lalu, di Australia
ada rumah bordir (pelacuran) yang masuk ke bursa efek setempat.
Secara lebih rinci Dow Jones dalam websitenya membuat kriteria saham
yang tidak boleh dimasukkan ke dalam perhitungan Indeks Pasar Islam (DJ
Islamic Market Indexes), yaitu perusahaan yang bergerak dalam produksi :
  Alkohol (minuman keras)
  Babi dan yang terkait dengannya
Industri hiburan, seperti hotel, dan perjudian, bioskop, media porno
dan industri musik.Dow Jones juga mengemukakan pendapat para sarjana
Islam agar tidak berinvestasi pada perusahaan yang terkait dengan tembakau
dan rokok serta industri senjata pemusnah massal.
Sementara itu, FTSE dalam papernya yang berjudul Ground Rules for
the Management of the FTSE Global Islamic Index Series mengemukakan
bahwa saham perusahaan yang dimasukkan ke dalam indeks Islam tidak
boleh bergerak dalam bidang :
  Perbankan dan bisnis keuangan lainnya yang terkait dengan bunga (interest)
  Alkohol
  Rokok
  Judi
  Pabrik senjata
  Peternakan babi, pengepakan dan pengolahan atau hal-hal lainnya yang
terkait dengan babi.
  Sektor / perusahaan yang signifikan dipengaruhi oleh hal-hal yang
disebutkan di atas.
  Perusahaan yang memiliki beban utang ribawi dengan persentasinya
terhadap aset perusahaan melebihi batas-batas yang diijinkan hukum Islam.
Pada Bursa Efek Jakarta (BEJ), menurut Adiwarman dari 333 emiten
yang tercatat 236 saham di antaranya tergolong sesuai syariah. Sedangkan
sisanya 59 saham tergolong haram atau tidak sesuai dengan prinsip syariah,
seperti saham perbankan, minuman keras dan rokok. Sisanya 34 saham
tergolong subhat seperti saham industri perhotelan dan empat saham mudharat.
Dari uraian di atas dapat ditarik garis pemisah antara indeks Islam dan
indeks konvensional.Pertama, jika indeks Islam dikeluarkan oleh suatu institusi
yang bernaung dalam pasar modal konvensional, maka perhitungan indeks
tersebut berdasarkan kepada saham-saham yang digolongkan memenuhi
kriteria-kriteria syariah sedangkan indeks konvensional memasukkan semua
saham yang terdaftar dalam bursa efek tersebut.Kedua, jika indeks Islam
dikeluarkan oleh institusi pasar modal syariah, maka indeks tersebut didasarkan
pada seluruh saham yang terdaftar di dalam pasar modal syariah yang
sebelumnya sudah diseleksi oleh pengelola.
2.      Instrumen
Dalam pasar modal konvensional instrumen yang diperdagangkan adalah
surat-surat berharga (securities) seperti saham, obligasi, dan instrumen
turunannya (derivatif) opsi, right, waran, dan Reksa Dana.
Saham merupakan surat tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau
badan terhadap perusahaan yang menerbitkan saham tersebut, sedangkan
obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan kepada para
pemegang obligasi yang bersangkutan.
Opsi merupakan produk turunan (derivatif) dari efek (saham dan
obligasi). Robert Angg (1997) sebagaimana dikutip Anoraga dan Pakarti
mendefinisikan opsi sebagai produk efek yang akan memberikan hak kepada
pemegangnya (pembeli) untuk membeli atau menjual sejumlah tertentu dari aset
finansial tertentu, pada harga tertentu, dan dalam jangka waktu tertentu.
Adapun right adalah efek yang memberikan hak kepada pemegang saham
lama untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan emiten pada proporsi
dan harga tertentu.
Waran merupakan turunan dari saham biasa yang bersifat jangka panjang
dan memberikan hak kepada para pemegangnya untuk membeli saham
atasnama dengan harga tertentu.
Sedangkan Reksa Dana (mutual fund) adalah perusahaan investasi yang
mengelola investasi saham, obligasi, dan lain-lainnya, dengan menerbitkan surat
berharga tersendiri yang ditujukan kepada para investor, sehingga para investor
tersebut tidak perlu lagi melakukan investasi langsung terhadap berbagai surat
berharga yang diperdagangkan di bursa efek tetapi cukup membeli surat
berharga yang diterbitkan Reksa Dana tersebut.
Dalam pasar modal syariah, instrumen yang diperdagangkan adalah
saham, obligasi syariah dan Reksa Dana Syariah, sedangkan opsi, waran dan
right tidak termasuk instrumen yang dibolehkan.
Adapun yang dimaksud saham dalam pasar modal syariah sama dengan
saham dalam pasar modal konvensional. Hanya bedanya saham yang
diperdagangkan dalam pasar modal syariah harus datang dari emiten yang
memenuhi kriteria-kriteria syariah sebagaimana yang penulis sebutkan dalam
pembahasan indeks Islam.
Sementara obligasi syariah berbeda dengan obligasi
konvensional.Obligasi konvensional merupakan suatu jenis produk keuangan
yang tidak dibenarkan dalam Islam karena menggunakan bunga sebagai daya
tariknya. Menurut Muhammad al-Amin, intrumen obligasi syariah dapat
diterbitkan dengan menggunakan prinsip mudharabah, musyarakah, ijarah,
istisna, salam, dan murabahah sehingga dari prinsip ini nama obligasi syariah
tergantung pada prinsip yang mana yang digunakan emiten.
Di Indonesia penerbitan obligasi syariah ini dipelapori oleh Indosat
dengan menerbitkan Obligasi Syariah Mudharabah Indosat senilai Rp 100
milyar pada Oktober 2002 yang lalu. Obligasi ini mengalami oversubribed dua
kali lipat sehingga Indosat menambah jumlah obligasi yang ditawarkan menjadi
Rp 175 milyar.[30] Langkah Indosat ini diikuti Bank Muamalat dan Bank
Syariah Mandiri (BSM) pada tahun ini.
Dalam konsep Obligasi Syariah Mudharabah, emiten menerbitkan surat
berharga jangka panjang untuk ditawarkan kepada para investor dan
berkewajiban membayar pendapatan berupa bagi hasil atau margin fee serta
pokok utang obligasi pada waktu jatuh tempo kepada para pemegang obligasi
tersebut. Dalam hal ini pihak emiten berfungsi sebagai mudharib sedangkan
investor pemegang obligasi sebagai shahibul mal.Sementara emiten yang
menerbitkan obligasi syariah harus memenuhi persyaratan seperti persyaratan
emiten yang masuk dalam kriteria indeks Islam.
Instrumen ketiga yang diperdagangkan dalam pasar modal syariah adalah
Reksa Dana Syariah.Reksa Dana Syariah merupakan sarana investasi campuran
yang menggabungkan saham dan obligasi syariah dalam satu produk yang
dikelola oleh manajer investasi. Manajer investasi menawarkan Reksa Dana
Syariah kepada para investor yang berminat, sementara dana yang diperoleh
dari investor tersebut dikelola oleh manajer investasi untuk ditanamkan dalam
saham atau obligasi syariah yang dinilai menguntungkan.
Sementara itu perkembangan Reksa Dana Syariah di Indonesia masih
lambat. Pada tahun 2002 lalu dana masyarakat yang terhimpun dalam Reksa
Dana baru mencapai Rp 40 milyar atau sekitar 0,1% dari total Reksa Dana.
Sedangkan Reksa Dana yang ada saat ini baru Danareksa Syariah dan
Danareksa Syariah Berimbang yang dikelola Danareksa, Reksa Dana PNM
Syariah yang dikelola Permodalan Nasional Madani (PNM), Rifan Syariah yang
dikelola Rifan Asset Management (RAM), dan Reksa Dana Batasa Syariah
yang baru diluncurkan PT Batasa Capital pada tahun ini.
3.      Mekanisme transaksi
Dalam konteks pasar modal syariah, menurut Alhabshi, idealnya pasar
modal syariah itu tidak mengandung transaksi ribawi, transaksi yang meragukan
(gharar), dan saham perusahaan yang bergerak pada bidang yang
diharamkan.Pasar modal syariah harus bebas dari transaksi yang tidak beretika
dan amoral, seperti manipulasi pasar, transaksi yang memanfaatkan orang
dalam (insider trading), menjual saham yang belum dimiliki dan membelinya
belakangan (short selling).
Sementara itu Obaidullah mengemukakan etika di pasar modal syariah,
yaitu setiap orang bebas melakukan akad (freedom contract) selama masih
sesuai syariah, bersih dari unsur riba (freedom from al-riba), gharar (excessive
uncertainty), al-qimar/judi (gambling), al-maysir (unearned income), manipulasi
dan kontrol harga (price control and manipulation), darar (detriment) dan tidak
merugikan kepentingan publik (unrestricted public interest), juga harga
terbentuk secara fair (entitlement to transact at fair price) dan terdapat informasi
yang akurat, cukup dan apa adanya (entitlement to equal, adequate, and accurate
infromation).
Inti dari apa yang disebutkan oleh Alhabshi dan Obaidullah tersebut
adalah pasar modal syariah harus membuang jauh-jauh setiap transaksi yang
berlandaskan spekulasi. Inilah bedanya dengan pasar modal konvensional yang
meletakkan spekulasi saham sebagai cara untuk mendapatkan keuntungan.
Meskipun dalam kasus-kasus tertentu seperti insider trading dan manipulasi
pasar dengan membuat laporan keuangan palsu dilarang dalam pasar modal
konvensional.
Irfan Syauqi menjelaskan perihal spekulasi ini, pertama, spekulasi
hakikatnya bukanlah kegiatan investasi, kedua, spekulasi menyebabkan
peningkatan pendapatan bagi sekelompok masyarakat tanpa memberikan
konstribusi apapun baik yang bersifat positif maupun produktif, ketiga,
spekulasi merupakan sumber penyebab krisis keuangan, dan keempat, spekulasi
datang dari mental ingin cepat kaya.
Dalam mekanisme transaksi produk pasar modal syariah, Irfan Syauqi
mengemukakan wacana bahwa transaksi pembelian dan penjualan saham tidak
boleh dilakukan secara langsung. Dalam pasar modal konvensional investor
dapat membeli atau menjual saham secara langsung dengan menggunakan jasa
broker atau pialang. Keadaan ini memungkinkan bagi para spekulan untuk
mempermainkan harga.Akibatnya perubahan harga saham ditentukan oleh
kekuatan pasar bukan karena nilai intrinsik saham itu sendiri.Menurut Irfan
Syauqi hal ini dilarang dalam Islam. Untuk itu dalam proses perdagangan
saham, emiten memberikan otoritas kepada agen di lantai bursa, selanjutnya
agen tersebut bertugas untuk mempertemukan emiten dengan calon investor
tetapi bukan untuk menjual dan membeli saham secara langsung. Kemudian
saham tersebut dijual/dibeli karena sahamnya memang tersedia dan berdasarkan
prinsip first come - first served
Perkembangan harga saham dalam pasar modal konvensional sudah lepas
dari nilai instrinsiknya yang dipicu oleh transaksi spekulatif, juga muncul dari
keinginan para pelaku pada umumnya agar harga saham terus meningkat
sebagaimana yang dikemukakan oleh Samuelson dan Nordhaus dalam bagian
pendahuluan paper ini.
Kenaikkan harga saham bukan didorong oleh bertambahnya keuntungan
perusahaan dan jumlah deviden yang dibagikan, tetapi didorong oleh harapan
dan impian pemburu saham terutama dari kalangan yang paling awam.Kondisi
seperti ini merupakan sasaran empuk bagi para spekulan yang sangat jeli dalam
menganalisis perkembangan pasar.
Juga merupakan hal yang lumrah bagi pelaku di pasar modal
konvensional untuk membeli sejumlah saham dalam satu hari (tentunya dengan
perkiraan harga saham terus menanjak bull market) misalnya dengan total nilai
Rp 100 juta dengan modal di tangan hanya Rp 10 juta di mana kekurangannya
Rp 90 juta (90%) dipinjam dari bank. Ia berani menanggung beban bunga
karena beranggapan mungkin dalam satu hari atau beberapa hari berikutnya,
atau satu minggu hingga satu bulan kemudian harga saham terus meningkat.
Dalam perdagangan obligasi syariah, menurut Muhammad Gunawan
tidak boleh diterapkan harga diskon atau harga premium yang lazim dilakukan
pada obligasi konvensional.Prinsip transaksi obligasi syariah adalah al-hawalah
(transfer service atau pengalihan piutang dengan tanggungan bagi hasil),
sehingga jual beli obligasi syariah hanya boleh pada harga nominal pelunasan
jatuh tempo obligasi.
Sedangkan untuk perdagangan Reksa Dana Syariah, manajer investasi
menawarkan kepada pembeli Reksa Dana Syariah yang bersifat jangka pendek
di pasar uang dan Reksa Dana Syariah jangka panjang di pasar saham. Misalnya
Danareksa Syariah mengalokasikan 80% investasinya di saham dan 20% di
pasar uang atau surat utang. Keuntungan yang diperoleh investor dalam Reksa
Dana Syariah ini sangat bergantung pada bagaimana manajer investasi
menginvestasikan dana yang dikelolanya.
Beberapa tahun belakangan ini, berinvestasi pada instrumen keuangan
atau financial assets menjadi sebuah cara yang banyak digemari oleh para
pemilik modal untuk mengembangkan dana yang mereka miliki. Masyarakat
yang semakin paham dengan pengelolaan keuangan dan invenstasi, akan
semakin pandai dalam menilai dan mengendalikan risiko investasi yang mereka
lakukan. Masyarakat pun saat ini banyak yang memilih untuk berinvestasi pada
beberapa produk investasi pasar modal yang dianggap ideal karena tingkat
keuntungan yang ditawarkan relatif cukup tinggi.Bangkitnya ekonomi Islam
menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk
Indonesia yang mayoritas beragama Islam, sehingga pengembangan produk
pasar modal yang berbasis syariah perlu ditingkatkan.Tahun 1990-an Indonesia
baru mengenal kegiatan perbankan syariah. Tujuh tahun kemudian, produk
syariah di pasar modal mulai diperkenalkan dengan ditandai munculnya produk
reksa dana syariah.
Pesatnya pertumbuhan instrumen-instrumen investasi baik konvensional
maupun syariah ternyata sedikit memberikan masalah.Masalah yang dihadapi
oleh para investor maupun investor potensial adalah bagaimana memilih
alternatif instrumen investasi yang ada berdasarkan kinerja portofolio.Oleh
karena itu, pengukuran kinerja instrumen investasi konvensional dan syariah
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan.

E. Kesimpulan
Pandangan Islam tentang investasi adalah sangat penting dan perlu
persiapan, hal ini tersirat dalam Al-Qur'an surat Al-Hasyr 18 yang menyeru
orang-orang beriman agar mempersiapkan diri untuk hari esok. Salah satu
persiapan itu kalau dilihat dari perspektif ekonomi adalah investasi.
Investasi adalah bentuk aktifitas ekonomi.Sebab setiap harta ada
zakatnya. Jika harta didiamkan (tidak diproduktifkan) maka lambat laun akan
termakan oleh zakatnya, yang salah satu hikmah dari zakat adalah mendorong
setiap muslim menginvestasikan hartanya. Harta yang diinvestasikan tidak akan
termakan oleh zakat kecuali keuntungannya saja.
Agar terhindar dari investasi yang tidak Islami maka setiap diri harus
mengetahui etika bisnis dalam berinvestasi, karena ketidaktahuan dan minimnya
pengetahuan tentang investasi dalam Islam terkadang membuat orang asal saja
dalam menginvestasikan hartanya dan kadang terjatuh pada perbuatan
melanggar  syariat.  Sebagian  karena  iming-iming  keuntungan (return) yang
besar.
Agar terhindar dari praktik investasi, yang tidak Islami maka ada
beberapa hal prinsip dalam investasi yang harus menjadi acuan dan landasan
bagi para investor, yaitu:
1.      Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun
cara mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram.
2.      Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
3.      Keadilan pendistribusian pendapatan.
4.      Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha (an-taradin).
5.      Tidak ada unsur riba, maysir/perjudian/spekulasi dan gharar (ketidak
jelasan/samar-samar).

Anda mungkin juga menyukai