Anda di halaman 1dari 4

ASAP CAIR

Ada berapa macam proses dan bahan baku pembuatan asap cair
Asap cair (liquid smoke) atau dengan nama lain bio oil merupakan salah satu sumber
energi terbarukan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan baik pangan
maupun
non pangan.
Asap cair (liquid smoke) sebagai salah satu sumber energi terbarukan berbahan baku
biomassa memiliki peran
yang signifikan dalam usaha memanfaatkan energi alternative non fossil tersebut. Asap
cair atau dengan nama lain bio oil adalah cairan yang terbentuk dari kondensasi asap
yang dihasilkan dari pirolisis kayu dan bahan-bahan berlignoselulosa lainnya didalam
pirolisator yang dilakukan secara anaerob Kedudukan asap cair atau bio oil sendiri dapat
dilihat pada skema pada Gambar 1
Asap cair bervariasi sesuai dengan kondisi proses dan bahan baku. Kebanyakan
penelitian telah berfokus pada asap cair dari proses pirolisis cepat yang secara umum
terdiri dari hidroksialdehida, hidroksiketon, asam karboksilat, senyawa yang
mengandung cincin furan/pyran, gula-gula anhidro, senyawa fenolik dan fragmen
oligomer dari polimer lignoselulosa. Produk ini berasal dari komposisi biomassa asli
yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin, ekstraktif, lipid, protein, gula sederhana,
pati, air, hidrokarbon, abu, dan senyawa lain (Dickerson, 2013).
Kandungan asap cair dipengaruhi oleh kandungan kimia dari bahan baku yang
digunakan dan suhu yang dicapai pada proses pirolisis. Dari hasil analisis jenis
komponen asap cair dengan teknik GCMS paling sedikit teridentifikasi sebanyak 61
senyawa yang terdiri atas keton (17 senyawa), fenolik (14 senyawa), asam karboksilat
(8 senyawa), alkohol (7 senyawa), ester (4 senyawa), aldehida (3 senyawa), dan lain-
lain 1 senyawa. Untuk melihat senyawa benzo[a]pyrene yang bersifat karsinogenik
terdapat dalam asap cair maka Budijanto (2008) juga telah melakukan identifikasi
komponen asap cair dari tempurung kelapa menggunakan GC-MS (Budijanto dkk.,
2008).
Penggunaan asap cair mempunyai banyak keuntungan dibandingkan metode
pengasapan tradisional, yaitu lebih mudah diaplikasikan, proses lebih cepat,memberikan
karakteristik yang khas pada produk akhir berupa aroma,warna, dan rasa,
serta penggunaannya tidak mencemarilingkungan (Pszezola,1995).
Asap cair banyak digunakan pada industri berfungsi untuk mengawetkan serta
memberi aroma dan cita rasa yang khas. Asap cair memiliki sifat fungsional sebagai
antioksidan, antibakteri dan pembentuk warna serta cita rasa yang khas. Sifat-sifat
fungsional tersebut berkaitan dengan komponen-komponen yang terdapat didalam
asap
cair tersebut. Asap cair memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan
karena adanya senyawa asam, derivat fenol, dan karbonil. Komponen asap yang
berperan dan temasuk dalam kelompok phenol adalah guaicol dan1,3-dimethyl
phyragallol, yang berfungsi sebagai anti oksidan, cita rasa produk asap (Maga, 1998 ;
Girard, 1992).

Asap cair dapat digunakan sebagai pengganti bahan pengawet kimia yang
beredar di pasaran. Konstituen pengawetan makanan yang diasapi terutama adalah aksi
aldehid, asam organik molekul rendah dan fenol (Luck dan Jager, 1995). Asap cair
mengandung komponen fenol dan asam organik yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk dan patogen (Estrada et al.,1998). Ketahanan bakteri
patogen dan pembusuk terhadap perlakuan asap berbeda (Girard, 1992)
Pembuatan asap cair dilakukan dengan cara pirolisis. Tungku pirolisis
dilengkapi dengan pemanas listrik 1500 watt yang melingkari reaktor pirolisis yang
berdiameter 20 cm dengan tinggi 40 cm diisi 4 kg bahan baku. Pirolisis dilakukan pada
suhu 420C selama 100 menit (Darmadji et al., 2000). Embunan berupa asap cair yang
masih tercampur dengan tar ditampung dalam tabung erlenmeyer, selanjutnya
disimpan.
Asap yang tidak terembunkan akan terbuang melalui selang penyalur asap cair. Setelah
itu dilakukan pengukuran volume asap cair dan tar.
Tabel 1
Hasil Analisis Kadar Air, Abu, Hemiselulosa, Selulosa dan Lignin
Bahan Baku Lokal untuk Produksi Asap Cair
BAHAN BAKU
HASIL ANALISIS
Kadar
Air
Kadar
Abu Hemiselulosa Selulosa Lignin
Serbuk Gergaji 10,89 1,35 15,51 35,33 27,36
Tempurung Pala 9,33 6,63 46,82 21,34 12,08
Batang mangrove 10,72 1,17 19,78 32,46 25,34
Ranting Cengkeh 10,56 2,28 28,74 25,09 22,31
Ranting Pala 12,18 2,62 20,95 31,42 28,60
Tempurung Kelapa 9,16 11,27 25,01 22,32 28,62
Batang pohong Kelapa 10,60 1,39 18,58 36,77 26,65
Batang kenari 10,37 1,18 21,92 29,43 23,52
Tempurung Kenari 7,39 5,30 19,72 32,88 31,45
Komposisi kimia tempurung kenari yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa,
lignin, abu dan air dengan persentase masing-masing sekitar 39,24; 9,25; 38,00; 11,72
dan 1,79% (Yusnaini et al., 2013). Komposisi kimia tempurung kenari berbeda sama
dengan tempurung kelapa hibrida hasil penelitianKadir et al. (2010) dengan kadar
selulosa 24,44% dan hemiselulosa 28,61%, sedangkan kelapa lokal hasil penelitian
Tranggono et al. (1996) yang didominasi oleh lignin sekitar 50,44%.
Selulosa, hemiselulosa dan lignin merupakan komponen kimia utama tempurung
kelapa dan bahan berkayu lainnya yang menjadi penentu kadar asam, karbonil dan fenol
asap cair (Gratuito et al., 2008; Jangchud et al., 2007; Rodrigues dan Pinto, 2007).
Proses degradasi termal pada suhu relatif rendah terjadi lebih cepat pada bahan baku
yang komponen dominannya adalah hemiselulosa dan selulosa dibandingkan dengan
bahan baku yang komponen dominannya lignin (Girard, 1992).

Gambar 1. Rendemen dari Berbagai Bahan Baku Lokal

Anda mungkin juga menyukai