Anda di halaman 1dari 2

Harga Untuk Transaksi Internasional

1. Nilai Tukar Nominal


nilai tukar nominal adalah nilai dimana seseorang dapat memperdagangkan mata uang
satu negara untuk mata uang negara lain. Misalnya jika Anda pergi ke bank, anda
akan melihat nilai tukar 80 Yen untuk satu dolar. Jika nilai tukar berubah sehingga
dolar dapat membeli mata uang asing lebih banyak perubahan tersebut disebut
apresiasi dolar AS. Jika nilai tukar berubah sehingga satu dolar AS membeli mata
uang asing lebih sedikit, perubahan tersebut disebut depresiasi dolar AS.
2. Nilai Tukar Riil
Nilai tukar riil adalah nilai tukar dimana seseorang dapat memperdagangkan barang
dan jasa satu negara untuk barang dan jasa negara lain. Misalnya, jika Anda
berbelanja dan mengetahui bahwa satu kilogram keju Swiss dua kali lebih mahal dari
satu kilogram keju Amerika, nilai tukar riilnya adalah 1/2 kilogram keju Swiss per
satu kilogram keju Amerika.
Nilai tukar nominal
Nilai Tukar Rill =
ℎarga asing
Nilai tukar riil suatu negara adalah determinan penting dari ekspor neto barang dan
jasa. Depresiasi (penurunan) nilai tukar riil AS berarti bahwa barang-barang Amerika
menjadi lebih murah dibandingkan barang asing. Perubahan ini mendorong konsumen
domestik dan asing membeli lebih sedikit barang dari negara lain. Hasilnya ekspor
meningkat dan impor menurun, dan perubahan ini meningkatkan ekspor neto negara.

Teori Pertama Penentuan Nilai Tukar : Paritas Daya Beli


Teori paritas daya beli menyatakan bahwa satu unit mata uang tertentu harus mampu
membeli barang dalam jumlah yang sama di semua negara.
1. Logika Dasar Paritas Daya Beli
Teori paritas daya beli didasarkan pada prinsip yang disebut hukum satu harga (law of
one price). hukum ini menyatakan bahwa suatu barang harus dijual dengan harga
yang sama di semua lokasi. Jika tidak akan ada peluang profit yang tereksploitasi.
Misalnya biji kopi di Seattle dijual lebih murah daripada Dallas. Seseorang membeli
kopi di Seattle, harga kopi Seattle $4 per kilogram dan harga kopi Dallas $5
perkilogram, sehingga ia memperoleh keuntungan $1 perkilogram. Proses
pengambilan keuntungan ini disebut arbitase. Ketika orang mengambil keuntungan
dari peluang arbitase mereka akan meningkatkan permintaan kopi di Seattle dan
meningkatkan penawaran di Dallas. Harga kopi di Seattle akan naik karena
banyaknya permintaan dan harga kopi di Dallas akan turun akibat meningkatnya
persediaan. Proses ini akan berlanjut hingga harga kopi sama di kedua pasar tersebut.
2. Implikasi Paritas Daya Beli
Teori paritas daya beli mengenai nilai tukar yaitu bahwa nilai tukar nominal antarmata
uang dua negara bergantung pada tingkat harga di negara-negara tersebut. Misalnya
jika satu kilogram kopi dijual 500 yen di Jepang dan $5 di Amerika, maka nilai tukar
nominalnya adalah 100 yen per dolar AS (500 yen/$5 = 100 yen per dolar). jika tidak
daya beli dolar tidak akan sama di kedua negara. Implikasi utama teori ini adalah nilai
tukar nominal berubah ketika tingkat harga berubah. Karena nilai tukar nominal
bergantung pada tingkat harga, nilai tukar tersebut juga bergantung pada persediaan
dan permintaan uang di setiap negara, ketika bank sentral disetiap negara
meningkatkan persediaan dan menyebabkan tingkat harga meningkat, hal tersebut
menyebabkan mata uang negara terdepresiasi terhadap mata uang lain. Dengan kata
lain, ketika bank sentral mencetak uang dalam jumlah banyak sehingga uang
kehilangan nilainya untuk membeli barang dan jasa serta untuk membeli mata uang
negara lain.
3. Batasan Paritas Daya Beli
Teori paritas tidak sepenuhnya akurat. Artinya nilai tukar tidak selalu bergerak untuk
memastikan bahwa suatu unit mata uang negara asal memiliki nilai riil yang sama di
semua negara. Alasanya :
a. Alasan pertama adalah bahwa banyak barang yang tidak mudah untuk
diperdagangkan. Misalnya harga potong rambut di Paris lebih mahal daripada di
New York. Pelancong internasional akan enggan memotong rambut di Paris dan
beberapa penata rambut mungkin akan pindah dari New York ke Paris. Dengan
demikian deviasi dari paritas daya beli mungkin tetap ada, dan satu dolar AS
tidak akan membayar potong rambut di Paris daripada New York.
b. Alasan kedua adalah barang-barang yang dapat diperdagangkan sekalipun tidak
selalu merupakan barang substitusi yang sempurna ketika diproduksi di negara-
negara yang berbeda. Misalnya beberapa konsumen lebih suka mobil di Jerman
dan konsumen lain lebih menyukai mobil di Amerika. Terlebih lagi, selera
konsumen berubah-ubah dari waktu ke waktu. Jika mobil Jerman tiba-tiba
menjadi lebih populer peningkatan permintaan mobil Jerman akan menyebabkan
kenaikan harga mobil Jerman dibandingkan mobil Amerika. Namun, meskipun
ada perbedaan harga di kedua pasar, tidak akan ada kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan arbitrase karena konsumen tidak memandang ekuivalen
kedua mobil tersebut.

Anda mungkin juga menyukai