Anda di halaman 1dari 80

LOOKBOOK KOMUNITAS

OLEH :
Reza aji prasetia
1440118047

AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH


BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

Pengantar Mata Kuliah


Mata Kuliah Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus merupakan mata kuliah yang
menguraikan tentang Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus Menurut Jenis atau kelompok,
Kemitraan dalam Komunitas, Pengorganisasian Keperawatan Komunitas, Asuhan Keperawatan
Komunitas pada kelompok Khusus pada Bayi, Asuhan Keperawatan Komunitas pada kelompok
Khusus Anak Usia Sekolah, Asuhan Keperawatan Komunitas pada kelompok Khusus pada
Remaja, Asuhan Keperawatan Komunitas pada kelompok Khusus dengan Penyakit
HIPERTENSI. Mengaplikasikan strategi kesehatan, kemitraan, pemberdayaan pengorganisasian
komunitas kelompok khusus.

Dengan mempelajari materi mata kuliah ini secara seksama, maka diakhir proses
pembelajaran mandiri, Mahasiswa diharapkan mampu mempraktikan dan melaksanakan Asuhan
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus sesuai kelompok masing-masing.

Untuk mencapai kompetensi di atas, materi dikemas dalam 10 (Sepuluh) Topik dengan
susunan sebagai berikut.

Topik 1 Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus


Topik II Kemitraan dalam Komunitas
Topik III Penorganisasian Dalam Komunitas
Topik IV Asuhan Keperawatan Komunitas pada kelompok Khusus pada Bayi
Topik V Asuhan Keperawatan Komunitas pada kelompok Khusus pada Anak usia Sekolah
Topik VI Asuhan Keperawatan Komunitas pada kelompok Khusus Remaja
Topik VII Asuhan Keperawatan Komunitas pada kelompok Khusus pada Kelompok Penykit
Hipertensi
Tpoik VIII Mengaplikasikan strategi kesehatan, kemitraan, pemberdayaan pengorganisasian
komunitas kelompok khusus

2
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

VISI MISI DAN TUJUAN AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH

1. Visi :
Menjadi program study keperawatan yang menghasilkan perawat muslim propesional
yang unggul di bidang keperawatan medikal bedah pada tahun 2024.

2. Misi :
1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan agama islam secara berkeseimbangan.
2. Memberikan sistem pendidikan dan pengajaran yang unggul di bidang keperawatan
medical bedah terutama perawtan luka modern.
3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyrakat untuk meningkatkan status
kesehatan masyrakat.
4. Melaksanakan penelitian di bidang ilmu keperawatan untuk meningkatakan
pengetahuan dan pengembangan ilmu keperawatan.
5. Menjalin kerja sama dengan instansi yang terkait baik di tingkat lokal,regional dan
nasional.
6. Meningkatkan mutu sumber daya manusia secara bertahap dan berkeseimbangan.
7. Menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar pendidikan
keperawatan yang menunjung kopetensi perawat muslim.

3. Tujuan :
a. Menghasilkan perawat yang beriman,bertaqwa kepada Allah SWT, berkesetaraan
sesama manusia.
b. Menghasilkan perawat muslim yang unggul di bidang Keperawatan Medikal
bedah.
c. Menghasilkan kegiatan pengabdian masyarakat.

3
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

d. Menghasilkan penelitian dibidang ilmu keperawatan untuk meningkatkan


pengetahuan dan mengembangkan ilmu keperawatan.
e. Menghasilkan kerjasama dengan instansi yang terkai baik ditingkat nasional dan
Internasional.
f. Menghasilkan sumber daya manusia secara bertahap dan berkesinambungan yang
kompeten di bidang keperawatan medikal bedah.
g. Tersedianya sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar pendidikan
keperawatan yang menunjang kompetensi perawat muslim.

4
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


KOMUNITAS KELOMPOK KHUSUS

TOPIK I

A. DASAR SURAT

Islam merupakan ajaran yang paling komprohensif, Islam sangat rinci mengatur kehidupan
umatnya, melalui kitab suci Al-Qur’an. Allah SWT memberikan petunjuk kepada umat
manusia bagaimana menjadi insan kamil atau pemeluk agama Islam yang kafah atau
sempurna.

Artinya :

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. ( Qs. Ali-Imran :110 )

Qs. Arrodu : 11

5
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

Artinya :
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan
dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah, sesungguhnya Allah tidak merubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Allah.
Ayat ini menerangkan tentang kedhaliman manusia. Dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa
kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa tergantung pada sikap dan tingkah laku mereka
sendiri. Kedzaliman dalam ayat ini sebagai tanda rusaknya kemakmuran suatu bangsa.

B. KONSEP KELOMPOK KHUSUS


Definisi Kelompok khusus :  masyarakat atau individu yang karena keadaan fisik,
mental, maupun sosialnya budaya dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan,
bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, karena ketidakmampuan
dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan keperawatan
1. Kelompok-kelompok khusus tersebut mempunyai kesamaan :
a. jenis kelamin,
b. umur,
c. Suku dan agama
2. Jelaskan pengertian upaya peninhkatan derajat kesehatan :

6
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

a. Upaya promotif : Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan


dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
kegiatan bersifat promosi kesehatan
b. Upaya preventif : suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit
c. Upaya kuratif : suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
d. Upaya rehabilitative: kegiatan dan/ atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi
lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Tujuan Keperawatan Kelompok Khusus


Tujuan umum pendidikan kesehatan pada kelompok khusus menurut Nasrul Effendy
(1998) : untuk meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok, serta untuk
dapat menolong diri mereka sendiri (self care) dan tidak terlalu tergantung kepada pihak
lain
Tujuan khusus dari pendidikan kesehatan pada kelompok khusus adalah sebagai berikut
:
a.  Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus sesuai
dengan macam, jenis dan tipe kelompok
b. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan/kesehatan yang mereka hadapi.
c. Penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan.
d.  Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam pemeliharaan kesehatan
mereka sendiri.

7
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

e.  Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam pemeliharaan


dan perawatan diri sendiri
f. Meningkatkan produktivitas kelompok khusus.
g. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan

1. Sasaran Keperawatan Kelompok Khusus


a. Pelayanan Kelompok Khusus di Institusi
1. Pelayanan terhadap lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan yang
menyelenggarakan pemeliharaan dan pembinaan kelompok-kelompok khusus
tertentu:
a) Panti wreda
b) Panti asuhan
c)  Pusat Rehabilitasi Anak cacat
d) Penitipan balita

2. Yang menjadi sasaran pembinaan dan pelayanan kelompok khusus di institusi


adalah meliputi :

a) Penghuni panti
b) Petugas panti
c) Lingkungan panti

3.Klasifikasi akibat pertumbuhan dan perkembangannya:


a) Kelompok ibu hamil
b) Kelompok ibu bersalin
c) Kelompok ibu nifas

8
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

d) Kelompok bayi dan anak balita


e) Kelompok anak usia sekolah
f) Kelompok usia lanjut

b. Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan


bimbingan diantaranya adalah :

1. Penderita penyakit menular


a) Kelompok penderita penyakit kusta
b) Kelompok penderita penyakit TBC
c) Kelompok penderita Aids
d) Kelompok penderita Penyakit kelamin (GO, Sypilis)
2. Penderita penyakit tidak menular :
a) Kelompok Penderita Penyakit DM
b) Kelompok Penderita penyakit Jantung
c) Kelompok penderita penyakit stroke
3. Kelompok cacat yang memerlukan rehabilitasi
a) Kelompok cacat fisik
b) Kelompok cacat mental
c) Kelompok cacat social

4. Kelompok khusus yang mempunyai resiko terserang penyakit


a) Kelompok  wanita tuna susila
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika
c) Kelompok kelompok pekerja tertentu

c. Prinsip Dasar Tindakan Keperawatan :

9
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

a)  Meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelompok khusus


b) Menekankan kepada upaya preventif dan promotif
c)  Pendekatan yang menyeluruh menggunakan proses keperawatan secara
konsisten dan berkesinambungan.
d) Melibatkan peran serta aktif petugas panti, kader kesehatan dan kelompok
sebagai subjek maupun objek pelayanan.
e)  Dilakukan di institusi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan kelompok khusus
f)  Ditekankan kepada pembinaan perilaku penghuni panti, petugas panti,
lingkungan panti bagi yang diinstitusi dan masyarakat yang mempunyai
masalah yang sama ke arah perilaku sehat.

d. Proses Pemenuhan Kebutuhan Keperawatan Kelompok Khusus


Proses pemenuhan kebutuhan kesehatan pada kelompok khusus harus melalui empat
tahap, meliputi persiapan, perencanaan, penatalaksaan, dan penilaian (evaluasi).
1. Tahap Persiapan
Sebelum perawat melakukan proses keperawatan pada kelompok tertentu, perawat
harus mengetahui otonomi klien/masyarakat, tidak memaksakan dalam
melakukan tindakan.
Tahapan persiapan tersebut diantaranya:
a) Mengidentifikasi jumlah kelompok khusus yang ada di masyarakat dan
jumlah panti atau pusat-pusat rehabilitasi yang ada disuatu wilayah binaan.
b) Mengadakan pendekatan sebagai penjajagan awal pembinaan kelompok
khusus yang ada di masyarakat.
c) Identifikasi masalah kelompok khusus di masyarakat dan di panti/institusi
melalui pengumpulan data.
d) Menganalisa data kelompok khusus di masayarakat dan di institusi.

10
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

e) Merumuskan masalah dan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan


kelompok khusus di masyarakat dan diinstitusi.
f) Mulai dari tahap mengidentifikasi masalah, analisa data, perumusan masalah
dan prioritas masalah kesehatan/keperawatan kelompok khusus melibatkan
kader kesehatan dan petugas panti.
2. Tahap Perencanaan
Perawat melakukan perencanaan terhadap apa yang akan dilakukan dalam
kelompok tertentu, menjaga tidak menimbulkan cedera/bahaya bagi masyarakat
(non malefesiensi).
Tahap perencanaan menyangkut:
a) Jadwal kegiatan
b) Jadwal kunjungan
c) Tenaga pelaksana pengorganisasian kegiatan.

3. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, perawat menggenggam penuh prinsip kejujuran, dan
keadilan dalam memberikan sebuah tindakan keperawatan kepada kelompok
khusus. Perawat berkomitmen bahwa tindakannya adalah penuh demi
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tapi terkadang, beberapa produk
kesehatan yang dipromosikan perawat atau petugas kesehatan ada yang
bertentangan dengan norma dan budaya masyarakat tertentu. Seperti
permasalahan KB.
Tahap pelaksanaan itu diantaranya:
a) Pendidikan dan pelatihan kader dan petugas panti
b) Pelayanan kesehatan dan keperawatan
c) Penyuluhan kesehatan
d) Imunisasi

11
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

e) Penemuan kasus dini


f) Rujukan bila dianggap perlu
g) Pencatatan dan pelaporan.

4. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini perawat melakukan evaluasi sebagai prinsip akuntabilitas yang
dimilikinya. Perawat bertanggung jawab atas setiap yang dilakukannya, agar tidak
terjadinya kesalahan atau malefisiensi terhadap kelompok tertentu. Penilaian
terhadap hasil asuhan keperawatan dan kesehatan dilakukan berdasarkan criteria
yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan melalui:
a) Membandingkan hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
b) Menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian,
perencanaan dan pelaksanaan

Referensi

Riyadi, Sugeng (2007). Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd


Efendi,F (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Mubarak, WI (2005). Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta : CV. Sagung
Seto
Anderson,Elisabeth T. (2007). Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Teori dan
Praktek. Jakarta : EGC
Effendy,N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
EGC

12
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

KEMITRAAN DALAM KESEHATAN


TOPIK II

A. Pengertian Kemitraan
Kemitraan adalah :  dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai
pihak, baik secara individual maupun kelompok.

Pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi:

a) Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara


dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau
”partner”.

b) Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang


saling menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai
kepentingan bersama
c) Kemitraan juga dapat diartikan sebagai  upaya yang melibatkan berbagai
komponen baik sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-
pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas
kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.

13
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

d) Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi


untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta
membagi tugas, menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun
keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing secara teratur dan
memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kemitraan adalah perihal hubungan
(jalinan kerja sama dan sebagainya) sebagai mitra. Kemitraan berasal dari kata dasar
mitra.

B. Unsur-unsur Kemitraan
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
A. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
B. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
C. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara
pihak-pihak tersebut
D. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau
memberi manfaat

Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus
didasar kan pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d.  Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yanng lain.

14
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

C. Prinsip Kemitraan

Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan oleh
masing-masing anggota kemitraan yaitu:
a. Prinsip Kesetaraan (Equity) Jelaskan :
Suatu individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan
harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai
tujuan yang disepakati, sehingga adanya kesetaraan “duduk sama rendah dan
berdiri sama tinggi”. Oleh sebab itu dalam menjalin kemitraan asas demokrasi
harus di junjung tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendaknya
kepada anggota yang lainnya.

b. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan dimaksudkan adanya saling mengetahui terhadap kekurangan atau
kelemahan masing-masing anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki.
Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan
Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling
membantu diantara golongan (mitra).

c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)


Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi atau uang, tetapi
lebih kepada non materi. Saling menguntungkan antar individu, organisasi atau
institusi dapat dilihat dari kebersamaan atau sinergi dalam mencapai tujuan.
Kegiatan upaya promosi kesehatan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan
bersama.

Beberapa prinsip kemitraan yang lainnya yaitu:


1. Saling menguntungkan (mutual benefit)
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu
dilihat dari  kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan.

2. Pendekatan berorientasi hasil

15
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi
pada tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan
berbasis pada kemampuan efektif dan kapasitas operasional yang konkrit. 

3. Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui
oleh  anggota yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang

setara) dengan  menekankan konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu.


Komunikasi dan transparansi, termasuk transparansi finansial, membantu
meningkatkan kepercayaan antar  organisasi.

4. Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri

sama  tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain.

Kesetaraan  membutuhkan rasa saling menghormati antar anggota kemitraan


tanpa melihat besaran dan    kekuatan. Para peserta harus saling menghormati
mandat

kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain serta memahami  keterbatasan

dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling menghormati tidak
menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran pendapat
yang konstruktif.

5. Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain

16
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

dalam  menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan


cara yang relevan dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa
mereka hanya akan berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka
memang memiliki alat, kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk mewujudkan
komitmen
tersebut. Pencegahan yang tegas dan  jelas terhadap penyelewengan yang
dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan.

6. Saling Melengkapi
 Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas
Kelebihan apasitas lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan
menjadi dasar pengembangang.  Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi
kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian integral
dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa harus diatasi.

Prinsip-prinsip kemitraan menurut WHO untuk membangun kemitraan kesehatan

A. Policy-makers (pengambil kebijakan)


B. Health managers
C. Health professionals
D. Academic institutions
E. Communities institutions

Adapun ruang lingkup kemitraan secara garis besar adalah :


a)  Persiapan
b) Inisiasi Kemitraan
c)  Pelaksanaan kerjasama
d)  Pelaporan
e) publikasi hasil pelaksanaan

17
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

D. Model-model Kemitraan dan Jenis Kemitraan


Secara umum, model kemitraan dalam sektor kesehatan dikelompokkan menjadi dua
(Notoadmodjo, 2003) yaitu:
a. Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja
(networking) atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja.
Masing-masing mitra memiliki program tersendiri mulai dari perencanaannya,
pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut terbentuk karena adanya
persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya

b. Model II
Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini karena
setiap mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program
bersama. Visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama

Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe kemitraan
yaitu:

a. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi
belum bekerja bersama secara lebih dekat.

b. Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak
maksimal

18
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

c. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan
pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan
relative
terbatas seperti program delivery dan resource mobilization.

d. Synergistic Partnership

Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah
pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti
advokasi dan penelitian.

Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan


RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium, kooperasi dan sponsorship.

Bentuk-bentuk kemitraan tersebut dapat tertuang dalam:


a. SK bersama
b. MOU (Memorantum of understanding)
c. Pokja
d. Forum Komunikasi
e. Kontrak Kerja/perjanjian kerja

E. Dasar Kemitraan
1. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harusmerasa mempunyai
perhatian  dan kepentingan bersama. Tanpaadanya perhatian dan kepentingan
yang sama terhadap  suatumasalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor
kesehatan harus mampu   menimbulkan perhatian terhadap masalah kesehatan bagi
sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upaya-upaya informasi dan advokasi
secara intensif.

19
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

2. Saling mempercayai dan saling menghormati


Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antar manusia,
kesehatan  harus mampu menimbulkan trust bagi partnernya.

3. Tujuan yang jelas dan terukur


Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota
untuk  
 menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada
khususnya, kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan advokasi

4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan
sangat  memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi
masalah kesehatan   bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi
sampai petugas lapangan

F. Tahap – tahap Kemitraan


Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri atas 3 tahap
yaitu:
1. Kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri
2. Kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah
3. Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor lintas bidang dan
lintas organisasi yang mencakup:
a) Unsur pemerintah
b) Unsur swasta atau dunnia usaha
c) Unsur LSM da organisasi massa
d) Unsur organisasi profesi

20
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

G. Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan


a. Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan
kewajiban bagi semua pihak.
b. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain,
seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan,
pemerintahan, dll.
c. Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri,
melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut,
khususnya kalangan swasta.
d. Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
meningkatkan produktivitas.
e. Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
f. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan
manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari
dengan kesetaraan.

H. Tujuan Kemitraan
Tujuan umum :
         Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan
upaya pembangunan pada umumnya.

Tujuan khusus :
         Meningkatkan saling pengertian
         Meningkatkan saling percaya
         Meningkatkan saling memerlukan
         Meningkatkan rasa kedekatan
         Membuka peluang untuk saling membantu
         Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan
         Meningkatkan rasa saling menghargai

21
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

Hasil yang diharapkan :


         Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.

I. Perilaku Kemitraan
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga 
 Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, 
khususnya swasta

6 langkah pengembangan kemitraan :


1.    penjajagan/persiapan
2.     penyamaan persepsi
3.   pengaturan peran,
4.    komunikasi intensif,
5.    melakukan kegiatan, dan
6.     melakukan pemantauan & penilaian.

    
Indikator keberhasilan dalam kemitraan
a. Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.
b. ndikator proses : Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah
pertemuan yang diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang
dilakukan, keberlangsungan  kemitraan yang dijalankan.

c. Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang


dilakukan,  efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.

Contoh Kemitraan dalam Kesehatan:

22
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

1. AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia)


2. Balai Keperawatan
3. Kemitraan antara bidan dengan dukun bayi
4. Paguyuban Penderita Tuberkulosis

J. Promosi Kesehatan

Suatu proses memberdayakan atau memandirikan masyarakat untuk memelihara,


meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran,
kemauan dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan sehat

      Five level of Prevention (Leavel & Clark):


a) Health Promotion  (Promosi kesehatan)
b) Specific Protection (Perlindungan khusus)
c) Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis dini dan pengobatan segera)
d) Disability Limitation (Mengurangi terjadinya kecacatan)
e) Rehabilitation. (pemulihan)
Strategi Promosi Kesehatan (WHO, 1994) :
1.  Advokasi (Advocacy)

2.  Dukungan sosial (Social Support)

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)

     
STRATEGI BARU PROMOSI KESEHATAN (Ottawa Charter, 1986)

a) Kebijakan berwawasan kesehatan (Healthy public policy)


b) Lingkungan yang mendukung (Supportive environment)
c) Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service)

23
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

d) Ketrampilan individu (personnel skill)


e) Gerakan masyarakat (community action)

K. Syarat dalam Kemitraan

a. Kesamaan perhatian ( common interest )


b. Saling mempercayai dan menghormati
c. Saling menyadari pentingnya arti kemitraan
d. Kesepakatan Visi, misi, tujuan dan nilai
e. Berpijak pada landasan yang sama

L. Peran dalam Kemitraan


Beberapa contoh dibawah ini adalah peranan sektor atau ormas dalam membangun
kemitraan :
a. Sektor Kesehatan : sebagai penggerak, perumus standar/pedoman.
b. Sektor diluar kesehatan : pengembang kebijakan lingkungan dan perilaku sehat.
c. Organisasi profesi : memberi masukan, pengembangan, dukungan sumberdaya
dan peran aktif.
d. Ormas dan LSM : memberi masukan, pengembangan, dukungan sumberdaya
dan peran aktif.
e. Media masa : memberi masukan, penyebarluasan informasi.
f. Swasta : memberi dukungan sumber daya dalam bentuk sarana, dana,
dan tenaga.

24
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

M. Sistem Kemitraan Kesehatan

 nput
 Meliputi Jenis dan jumlah instansi/sektor yang akan diajak bermitra,mengkaji
potensi masing-masing sektor, yang meliputi :
a.       Sumberdaya manusia
b.      Keuangan
c.       Tugas pokok dan fungsi masing-masing
d.      Lainnya
          Prediksi peran masing-masing.

2. Proses
         Diadakan pertemuan dengan tahapan :
a.       Penjajakan
b.      Sosialisasi / advokasi
c.       Dibangun kesepakatan
         Pertemuan pendalaman dan penyusunan rencana kegiatan

3. Output
         Tersusunnya rencana kerja yang berisi :
a.       Program
b.      Kegiatan
c.       Penanggung jawab
d.      Peran masing-masing
e.       Lokasi
f.       Waktu
g.      Biaya

         Pelaksanaan Kegiatan


         Monitoring dan Evaluasi
4.   Outcome
         Indikator Kesehatan Membaik :
A)      Angka Kesakitan (Ir, Pr)
B)      Angka Kematian
C)      Angka Kelahiran
D)     Umur Harapan Hidup
E)      Perilaku Kesehatan

25
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

F)       Status Gizi

DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2009. Model Kemitraan Keperawatan Komunitas DalamPengembangan Kesehatan

Masyarakat.

Anonym. 2007. Prinsip-prinsip Kemitraan. Sebuah Pernyataan Komitmen . Global

Humanitarian Platform (online).

26
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

PENGORGANISASIAN KEPERAWATAN DALAM KOMUNITAS

TOPIK III

A. Sasaran Pengorganisasian Keperawatan Komunitas


Sasaran peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan adalah sbb:
1.      Individu




1







27
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus





0!'







1

28
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus











0!'



29
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus






1








30
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus




0!'







1


31
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus










0!'



32
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus






1








33
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus




0!'







1


34
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus










0!'



35
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus






1








36
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus




0!'







1


37
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus










0!'



38
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus



Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia
lanjut, penderita penyakit menular (tuberculosis paru, kusta, malaria, demam
berdarah, diare, dan ISPA atau pneumonia), dan penderita penyakit degeneratif.

2. Keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau resiko tinggi (high risk group)

3.      Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap
timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun yang tidak terikat dalam
suatu institusi.

4.      Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai resiko tinggi
terhadap timbulnya masalah kesehatan seperti berikut

B. Pengorganisasian Komunitas

39
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

Pengorganisasian komunitas adalah


suatu proses yang terjadi di masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhan, menentukan
prioritas dari kebutuhan tersebut dengan cara gotong royong.

Cara dan langkah meningkatkan peran serta masyarakat antara lain sebagai berikut :

 Peningkatan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan proses yang berorientasi
pada manusia dan hubungannya dengan manusia lainnya.
 Penting ditekankan bahwa para Pembina peran serta masyarakat harus bersifat sebagai
fasilitator, pemberi bantuan teknis, bukan sebagai instruktor terhadap masyarakat, agar
mampu mengembangkan kemandirian masyarakat dan bukan menimbulkan
ketergantungan masyarakat.

Secara garis besar, langkah pengembangan peran serta masayarakat umum adalah sebagai
berikut :

 Penggalangan dukungan penentu kebijakan, pemimpin wilayah, lintas sector, dan


berbagai organisasi kesehatan, yang dilaksanakan melalui dialog seminar, dan lokakarya
dengan memanfaatkan media massa dan sistem informasi kesehatan.
 Persiapan petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi, atau sarasehan di bidang
kesehatan.
 Persiapan masyarakat melalui serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan, dengan menggali dan
menggerakkan swadaya yang dimiliki.

40
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

C. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat


1. Pengembangan Masyarakat
Langkah-langkah yang bisa ditempuh dalam mengembangkan dan meningkatkan
dinamika komunitas adalah:
 Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan.
 Pertinggi mutu potensi yang ada.
 Pertahankan kontinuitas program di masyarakat.
 Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Unsur-unsur program pengembangan masyarakat


 Mendorong kemandirian atau swadaya masyarakat.
 Adanya bantuan teknis dari pemerintah, badan-badan swasta, atau organisasi-organisasi
sukarela, yang meliputi tenaga, peralatan, bahan, ataupun dana.
 Mempersatukan berbagai disiplin ilmu pertanian, peternakan, kesehatan masyarakat
pendidikan, kesejahteraan keluarga, kewanitaan, kepemudaan, dan lainnya untuk
membantu masyarakat.

Bentuk-bentuk program pengembangan masyarakat


Menurut Mezirow (1997), terdapat tiga jenis program dalam usaha pengembangan
masyarakat, yaitu sebagai berikut:
 Program integratif. Memerlukan pengembangan melalui koordinasi dinas-dinas
teknis.
 Program adaptif. Fungsi pengembangan masyarakat cukup ditugaskan pada salah
satu kementrian

41
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

 Program proyek. Dalam bentuk usaha-usaha terbatas pada wilayah tertentu dna
program disesuaikan khusus kepada daerah yang bersangkutan

Strategi operasinal pengembangan masyarakat


         Biarkan masyarakat sendiri yang menentukan masalah, baik yang dihadapi
secara perorangan atau kelompok. Perawat hanya sebagai fasilitator atau
memberikan arahan selama jalannya proses lokakarya.
         Biarkan masyarakat sendiri yang membuat analisis untuk selanjutnya
menyusun rencana usaha perbaikan atau solusi yang akan dilakukan.
         Biarkan agar masyarakat sendiri yag mengorganisasi diri untuk melaksanakan
usaha perbaikan tersebut.
         Gali sumber-sumber yang ada dalam masyarakat seoptimal mungkin, minta
bantuan dari luar jika benar-benar memerlukannya.

Pengembangan masayarakat adalah suatu proses memampukan nasyarakat ‘dari, oleh dan
untuk’ masyarakat itu sendiri berdasarkan kemampuan sedniri. Secara terperinci prinsip-prinsip
pemberadayaan masayarakat, khususnya bidang kesehatan dapat diuraikan sebagai berikut :
a.       Menumbuhkembangkan potensi masayarakat.
b.      Mengembangkan gotong royong masyarakat.
c.       Menggali konstribusi masyaraakat.
d.      Menjalin kemitraan.

D. Pengorganisasian Masyarakat
Organisasi masyarakat merupakan konsep penting untuk dipertimbangkan ketika
merencanakan untuk kesehatan masyarakat telah didefinisikan sebagai "proses dimana
muatan komunitas agen individu empover dan agregat masalah masyarakat salep dan

42
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

tujuan masyar-akat mencapai hal (sawson Dan Albrecht, 1993, hal.131) itu didefinisikan
oleh bract
(1990). kedua definisi yang pada dasarnya sama dalam satu yang mengidentifikasi
pemberdayaan masyarakat dan lainnya "mengaktifkan sebuah komunitas"

Dalam pengorganisasian terkandung tiga aspek penting yaitu :


1.       Proses
Pengorganisasian masyarakat merupakan proses yang dapat terjadi secara sadar tetapi
mungkin pula merupakan proses yang tidak disadari oleh masyarakat.
a.       Merupakan proses yang terjadi secara sadar tetapi mungkin juga tidak.
b.    Dalam proses ditemukan unsure-unsur kesukarela. Kesukarelaan timbul karena
keinginan untuk memenuhi kebutuhan sehingga mengambil inisiatif atau prakarsa
untuk menanganinya.
c.       Kesukarelaan juga terjadi karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan kelompok atau masyarakat.
d.    Kesadaran terhadap kebutuhan dan masalah yang dihadapi biasanya ditemukab
pada segelintir orang yang kemudian melakukan upaya menyadarkan masayarakat
untuk mengatasinya.
2.       Masyarakat
Bisa diartikan sebagai suatu kelompok besar yang mempunyai batas-batas
geografis, bisa pula diartikan sebagai suatu kelompok dari mereka yang mempunyai
kebutuhan bersama dan berada dalam kelompok yang besar tadi.
a.    Kelompok yang mempunyai batas-batas geografis : desa, kelurahan, kecamatan,
dst.
b.   Suatu kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan bersama dari kelompok
yang lebih besar.

43
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

c.    Kelompok kecil yang menyadari suatu maslaah harus dapat menyadarkan


kelompok lebih besar.
d.      Kelompok yang secara bersama-sama mencoba mengatasi maslaah dan
memenuhi kebutuhannya.

3.       Berfungsinya masyarakat (functional community)


Untuk memfungsikan masayarakt, maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Menarik orang-orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja untuk
membentuk kepanitiaan yang akan menangani masalah-masalah yang berhubungan
dengan kesehatan dan kesejahteraan masayraakt.
b.  Membuat rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh seluruh
masyarakat.
c.       Melakukan upaya penyebaran rencana atau kampanye untuk mensukseskan
rencana tersebut.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pengorganisasian masyarakat adalah :


1.   Persiapan social
Tujuan persiapan social adalah mengajak berpartisipasi atau peran serta masyarakat sejak
awal kegiatan, sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan hingga pengembangan
program kesehetan masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam persiapan social ini lebih
ditekankan kepada persiapan-persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis,
administrative, dan program-program kesehatan yang akan dilakukan :
a.      Tahap pengenalan masyarakat.
Dalam tahap awal kita harus datang ketengah-tengah masyarakat dengan hati
terbuka dan kemampuan untuk mengenal sebagaimana adanya, tanpa disertai
prasangak buruk sambil menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan.

44
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

b.      Tahap pengenalan Masalah


Dalam tahap ini dituntuk suatu kemampuan untuk dapat mengenal maslah-
maslaah yang memang benar-benar menjadi kebutuhan masayarakat. Beberapa
pertimbangan yang dapat digunakan untuk menyusun skala prioritas
penanggulangan masalah adalah :
         Beratnya maslaah, sberapa jauh masalah tersebut menimbulkan
gangguan terhadap amsayarakat.
         Mudahnya mengatasi.
       Pentingnya masalah bagi kesehatan, yang paling berperan disini adalah
subjektivitas masyarakat sendiri dan sangat dipengaruhi oleh kultur
budaya setempat.
         Banyaknya masyarakat yang merasakan masalah, misalnya perbaikan
gizi, akan lebih mudah dilaksanakan diwilayah yang banyak balitanya.

c.       Tahap penyadaran masyarakat


Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar mereka tahu dan mengerti
tentang amsalah maslah kesehatan yang mereka hadapi sehingga dapat berpartisipasi
dalam penanggualanannya serta tahu cara memmenuhi kebutuhan akan upaya pelayanan
kesehatan sesuai harapan dengan potensi dan sumber daya yang ada.
Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka akan pelayanan
kesehatan, diperlukan suatu mkanisme yang terencana dan terorganisasi dengan baik,
untuk itu beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka menyadarkan masyarakat
:
1)      Lokakarya Mini kesehatan
2)      Musyawarah masyarakat desa (MMD)
3)      Rembuk desa

45
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

2.      Pelaksanaan
Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam lokakarya mini, maka
langkah selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan terebut sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulan masalah
kesehatan masyarakat :
a.       Pilihlah kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
b.      Libatkan masyarakat secara aktif dalam upaya penanggulangan masalah.
c.       Kegitaan agar disesuaikan dengan kemampuan, waktu, sumber daya yang
tersedia dimasyarakat.
d.  Tumbuhksn mereka mempunyai rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka
mempunyai kemampuan dalam penanggulangan masyarakat.

3.      Evaluasi
Penilaian dapat dilakukan setelah kegiatan dilaksanakan yang dilakukan dalam jangka
waktu tertentu. Dalam penilaian dapat dilakukan dengan :
a.       Penilaian selama kegiatan berlangsung
         Disebut juga penilaian formatif = monitoring.
         Dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaannya kegiatan yang telah
dijalankan apakah telah sesuai dengan perencanaan penanggulangan masalah
yang disusun.
b.      Penilaian setelah program sesuai dilaksanakan.
         Disebut juga penilaian sumatif = penilaian akhir program.
         Dilakukan setelah melalui jangka waktu tertentu dari kegiatan yang
dilakukan.
      Dapat diketahui apakah tujuan atau target dalam pelayanan kesehatan telah
tercapai atau belum.

46
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

         Perluasan.
Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang dilakukan dan dapat dilaksanakan
dalam 2 cara :
a.       Perluasan kuantitatif
Perluasan dengan manambah jumlah kegiatan yang dilakukan, baik pada wialayah
setempat maupun pada wilayah lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
b.      Perluasan kualitatif
Perluasan dengan meningkatkan mutu atau kualitas kegitaan yang telah dilaksanakan
sehingga dapat meningkatkan kepuasan dari masyarakat.
Dalam suatu masyarakat , bagaimana sederhananya selalu ada suatu mekanisme
untuk bereaksi langsung terhadap stimulus. Mekanisme ini pemecahan masalah atau
proses pemecahan masalah. Mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat
bukanlah hal pekerjaan mudah serta memerlukan strategi pendekatan tertentu. Kenyataan
dimasyarakat menunjukkan bahwa partisipasi masyrakat terjadi karena berbagai alasan
diantaranya sebagai berikut :
         Tingkat partisiasi masyarakat karena pekerjaan
         Tingkat partisiasi masyarakat karena imbalan
         Tingkat partisiasi masyarakat karena identifikasi atau ingin meniru
         Tingkat partisiasi masyarakat karena kesadaran
     Tingkat partisiasi masyarakat karena tuntutan akan hak asasi atau tanggung
jawab.

Peran perawat komunitas paling utama adalah mengkondisikan partisipasi masyarakat karena
kesadaran itu sendiri sehingga diharapkan tercapai tingkat kemandirian yang lebih bertahan
lama.

Perencanaan dalam pengorganisasian masyarakat

47
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

Dilihat dari perencanaan, terdapat dua bentuk pengorganisasian masyarakat yaitu sebagai berikut
:
Bentuk langsung (direct)
  Identifikasi masalah
  Perumusan masalah
  Menggunakan nilai-nilai social yang sama dalam mengekspresikan hal-hal tersebut.

Bentuk tidak langsung ( indirect)


Disini harus ada orang-orang yang benar yakin akan adanya kebutuhan atau masalah jika diambil
tindakan utnuk mengatasinya maka nilai timbul manfaat bagi masyarakat.

Hal ini dapat berupa badan perencanaan yang mempunyai dua fungsi , yaitu :
  Untuk memampung apa yang direncanakan secara tidak formal oleh para petugas
  Mempunyai efek samping terhadap mereka yang belum termotivaso dalam kegiatan ini.

Pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat


         Specific contect objective approach. Seseorang atau badan / lembaga telah
merasakan adanya kepentinga bagi amsyarakat dapat mengajukan suatu program
untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan. Hal ini bisa dilakukan oleh yayasan,
lembaga swadaya masyarakat, atau atas nama perorangan.
   General content objective approach. Tujuan pendektaan ini adalah untuk
mengkoordinasi berbagai usaha dalam wadah tertentu. Kegiatan ini bisa dilakukan
baik oleh pemerintahan ataupun organisasi nonpemerintahan.

48
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

         Process objective approach. Penggunaannya berasal dari prakarsa masyarakat,


timbul kerjasama diri anggota masyarakat untuk akhirnya masyarakat sendiri
mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kapasitas mereka dala, melakukan
usaha mengatasi masalah. Salah satu contohnya adalah kelompok kerja kesehatan
yang dibentuk dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Masyarakat mencari jalan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan oleh
masyarakat sendiri dengan cara yang efektif. Tetapi pilihan cara dan penentuan
tujuan dilakukan sendiri oleh masyarakat dan bukan oleh petugas. Sebagai enable,
petugas berperan memunculkan dan mengarahkan keresahan yang ada dalam
amsyarakat untuk diperbaiki. Sebagai ahli, menjadi tugasnya untuk memberikan
keterangan dalam bidang-bidang yang dikuasinya.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh perawat komunitas dalam pengorganisasian


masyarakat.
         Memahami konsep komunitas dan mampu menerapkan prinsip negoisasi,
kemitraab dan pemberdayaan di masyarakat.
         Memahami konsep proses keperawatan kesehatan komunitas.
      Mampu mendekati masyarakat, mendapatkan kepercayaan mereka, mengajaknya
untuk kerja sama serta membangun saling percaya antara perawat dan masyarakat.
         Mengetahui dengan baik sumber-sumber daya maupun sumber-sumber alam
yang ada di masyarakat dan juga mengetahui dinas-dinas dan tenaga, ahli yang
dapat dihubungi jika diperlukan bantuan.
         Mampu berkomunikasi dengan masyarakat, dengan menggunakan metode dan
teknik khusus sedemikian rupa sehingga informasi dapat dipindahakan, dimengerti,
dan diamalkan oleh masyarakat.
       Mempunyai kemampuan professional tertentu untuk berhubungan dengan
masayarakat melalui kelompok-kelompok tertentu.

49
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

         Mempunyai pengetahuan tentang masyarakat dan keadaan lingkungannya.


         Mempunyai pengetahuan dasar mengenai keterlampilan tertentu yang dapat
segera diajarkan kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
secara menyeluruh.
         Mengetahui keterbatasan pengetahuannya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Ferry dan Makhfudi. 2009. Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Helvie, Carl O. 1998. Advanced practice nursing in the community. New Delhi: Sage
Public.
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyeng
Publishing.
Andersone dan McFarlane. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas, Teori dan
Praktik. Jakarta : EGC

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELOMPOK KHUSUS PADA BAYI


TOPIK IV

50
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

A. Tujuan Pembelajaran
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu memahami tentang Keperawatan Komunitas
kelompok Khusus pada Bayi di dalam lingkupan masyarakat.

2.      Tujuan Khusus


 Mahasiswa/I mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus Pada Bayi di Komunitas.
 Mahasiswa/I mampu melakukan pengkajian Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus Pada Bayi di Komunitas.
 Mahasiswa/I mampu menganalisa data Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus Pada Bayi di Komunitas.
 Mahasiswa/I mampu membuat diagnose Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus Pada Bayi di Komunitas.
 Mahasiswa/I mampu menerapkan implementasi Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus Pada Bayi di Komunitas.

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA IBU BAYI


DENGAN MASALAH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF (0-6) BULAN
DI DESA LUBUK KECAMATAN RAMBANG

51
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

KABUPATEN MUARA

I. Pengkajian :

E. Data Demografi
Desa lubuk termasuk dalam wilayah Kecamatan rambang kab. Muara , yang
terdiri dari RT 01, RT 02, dan RT 03, dimana RT 03 (Komplek Perumahan Etnis
Tionghoa) tidak dijadikan sebagai target sasaran dalam pengkajian Asuhan Keperawatan
Komunitas dengan alasan  masyarakatnya tergolong Homogen.
Batas wilayah yang dijadikan target pengkajian, ialah sebelah Utara dibatasi oleh
Sungai X, sebelah selatan dibatasi oleh Persawahan, sebelah barat dibatasi oleh desa
lubuk ramaan, dan sebelah timur dibatasi oleh Kompleks Etnis Tionghoa. Desa lubuk  ini
memiliki berbagai fasilitas umum, yang terdiri dari sebuah Mesjid, sebuah gereja HKBP,
Sebuah Balai Lingkungan, sebuah lapangan sepakbola, dan dua lokasi pemakaman
umum.
Kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga meliputi pengajian Rutin ibu-ibu yang
dilaksanakan pada hari kamis, pengajian rutin Bapak-bapak tiap hari minggu,  olah raga
sepak bola pemuda remaja tiap hari minggu, posyandu balita tiap hari Rabu minggu ke
III.
Desa lubuk kec. Rambang terdiri dari 250 KK dengan 800 jiwa, yang terdiri dari
250 bayi (0-6) bulan , 70 anak usia pra sekolah , 80 anak remaja , 270 orang usia
produktif, dan 130 orang lanjut usia.

52
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

Setelah dilakukan pengkajian data pada tanggal 12 dan 13 Februari 2019 dengan
tekhnik wawancara dan observasi, didapatkan data sebagai berikut:

1) Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

No. Umur Laki-laki % Perempuan % Total %


1. 0–1 25 8,3 25 5 50 6,25
2. 1,1 - 3,5  30 10 70 14 100 12,5
3. 3,6 – 5 35 11,7 65 13 100 12,5
4. 6 – 12 20 6,6 50 10 70 8,75
5. 13 – 18 25 8,3 55 11 80 10
6. 19 – 35 50 16,7 70 14 120 15
7. 36 – 54 60 20 90 18 150 18,75
8. > 55 55 18,4 75 15 130 16,25
Total 300 100 500 100 800 100

Berdasarkan tabel diatas,


umur penduduk terbanyak laki-laki adalah 36 – 54 tahun, yaitu 60 orang (20%).
Sedangkan untuk perempuan terbanyak pada umur 36 – 54 tahun yaitu 90 orang (18%).
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di wilayah desa lubuk raman yang terbanyak
adalah usia produktif, sehingga memudahkan untuk mencari tenaga / sumber daya yang
potensial.
Hampir sebagian besar penduduk usia produktif di Desa lubuk raman bekerja sebagai
buruh tani, yaitu sebanyak 105 orang (70%) dengan penghasilan <Rp.350.000,- / bulan
dan 45 orang pengangguran (30%) dengan rata-rata penghasilan rata-rata
Rp.1.000.000,-/bulan perkapita.

2) Kondisi Kesehatan

a. Sarana kesehatan Yang Paling Dekat

No Sarana Kesehatan Terdekat Frekuensi %


.
1. Puskesmas 150 60
2. Praktik swasta 25 10
3. Balai pengobatan 25 10

53
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

4. Lain-lain 50 20
Total 250 100

Dari tabel diatas dapat disimpulkan :


Dari tabel diatas sebagian besar yaitu 150 (60%) keluarga di desa lubuk raman
mengatakan sarana kesehatan yang paling dekat adalah Puskesmas.

b. Jumlah Bayi

No Bayi (0-12) Frekuensi %


.
1. Ya 250 100
2. Tidak 0 00
Total 250 100

Dari table diatas :


Dari tabel diatas seluruh (100%) penduduk didesa lubuk raman memiliki bayi

c. Kebiasaan ke Posyandu

No Kebiasaan Frekuensi %
.
1. Ke Posyandu 120 48
2. Tidak keposyandu 130 52
Total 250 100

Dari table diatas :


Dari tabel diatas sebagian besar yaitu 130 (52%) bayi tidak dibawa ke Posyandu untuk
dilakukan penimbangan, hal ini dapat menyulitkan pada proses pemantauan tumbuh
kembang anak.

d. Imunisasi Balita

No. Imunisasi Frekuensi %

54
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

1. Lengkap 70 28
2. Belum lengkap 60 24
3. Tidak lengkap 120 48
Total 250 100

Dari table diatas :


Dari tabel diatas sebagian besar yaitu 120 (48%) balita tidak mendapatkan imunisasi
secara lengkap. Hal ini menyulitkan proses pemantauan tumbuh kembang anak.

e. Kepemilikan Kartu Menuju Sehat

No KMS Frekuensi %
.
1. Ya 120 48
2. Tidak 130 52
Total 250 100

Dari table diatas :


Dari tabel diatas sebagian besar yaitu 130 (52%) balita tidak memiliki KMS, sehingga
sulit untuk memonitor tumbang anak.

f. Hasil Penimbangan Balita

No. Hasil Penimbangan KMS Frekuensi %


1. Hijau 10 4
2. Di atas hijau – kuning 40 16
3. Di bawah titik-titik 50 20
4. Di bawah merah 150 60
Total 250 100

Dari table diatas : Dari tabel diatas sebagian besar yaitu 150 (60%) bayi  dari hasil
penimbangan mempunyai gizi yang buruk atau dibawah garis merah.

55
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

II. ANALISI DATA

No Data subjectif Data objectif Masalah keperawatan


1
Banyak keluarga Hampir sebagian besar penduduk didesa mayoritas pekerjaan hanya
tidak memiliki usia produktif di Desa lubuk raman ada petani buruh sawah
pekerjaan bekerja sebagai buruh tani, yaitu
sebanyak 105 orang (70%) dengan
penghasilan <Rp.350.000,- / bulan
dan 45 orang pengangguran (30%)
dengan rata-rata penghasilan rata-
rata Rp.1.000.000,-/bulan
perkapita

2
Kondisi Kurangnya gizi dan asi ekslusif
Kesehatan : bayi  Penghasilan penduduk desa pada bayi  di desa lubuk
di desa lubuk lubuk raman rata-rata sehubungan dengan banyak kepala
mengalami <Rp.1.000.000 keluarga kehilangan pekerjaan,
kekurangan gizi  80% bayi di desa lubuk kurangnya jumlah Kader, dan
raman tidak diberi asi kurangnya pengetahuan masyrakat
ekslusif. tentang gizi.
 60% ibu bayi desa lubuk
raman tidak mengetahui
pentingnya pemberian gizi
seimbang dan ASI
eksklusif

56
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

 100% penduduk di desa


lubuk raman memiliki bayi
(0-6) bulan.
 52% bayi tidak dibawa ke
Posyandu  untuk
penimbangan. 48% bayi
tidak mendapatkan
imunisasi.
 52% bayi  tidak memiliki
KMS.
 60% bayi dari hasil
penimbangan mempunyai
gizi yang buruk atau
dibawah garis merah.

III. Diagnosa Keperawatan Komunitas Kelompok khusus bayi

1. Kurangnya gizi dan asi ekslusif  pada bayi di desa lubuk raan sehubungan

dengan banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan, kurangnya jumlah

Kader, dan kurangnya pengetahuan masyrakat tentang gizi.

2. IV. Menyususun Skala Prioritas

Poin
Diagnosa Perhatian Tingkat Kemungkinan Nilai
Keperawatan/Kriteria masyarakat bahaya untuk dikelola Total
prevalensi
Kurangnya gizi dan asi
ekslusif  pada bayi ++(2) ++(2) +++(3) ++++(4) 48

57
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

Keterangan :
1. Rentang skor : 1 - 4
2. Skor yang diperoleh dikalikan ke kanan : skor perhatian masyarakat x skor poin
prevalensi x skor
     tingkat bahaya x skore kemungkinan untuk di kelola = Nilai total
3. Prioritas masalah berdasarkan urutan perolehan skor

V.    Perencanaan Keperawatan Komunitas

Setelah masalah ditemukan maka perlu untuk menentukan sasaran, tujuan, penanggung
jawab dari masyarakat, dana, rencana tindakan serta rencana evaluasi yang perlu dipecahkan
bersama dengan masyarakat di desa lubuk serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Diagnosa dan renacana kegiatan

No Diagnosa Strategi Sasaran Rencana Hari/tgl Tempat Penggung dana


kegiatan jawab
Kurangnya KIE, praktek Ortang Memberikan Balai Kepala Kepala
1. gizi dan  asi dan tua penyuluhan desa desa dan desa
ekslusif penyuluhan tentang asi lubuk mahasisw dan
pada bayi yaitu eksklusif raman a mahasi
(0-6) bulan menimbang kepada orang swa
di desa berat badan tua,
lubuk raman anak usia 0 -1 mendiskusika
sehubungan tahun, dan n bersama
kurangnya memberikan orangtua
pengetahuan makanan tentang
masyrakat tambahan pada tindakan yang
tentang gizi, balita Serta dapat
dan memberikan dilakukan
ketidakmam penyuluhan orang tua
puan tentang khususnya ibu
masyarakat pemberian asi bila ada

58
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

memberikan eksklusif dan anggota


asupan gizi pentinynya keluarga yang
berimbang. gizi seimbang mengalami
masalah gizi,
asi ekslusif,
dan
memberikan
reinforcement
terhadap
keberhasilan
orang tua
dalam
menjelaskan
kembali
materi yang
telah 
diberikan.

VI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi


o

1 Kurangnya Penyuluhan Evaluasi struktur :


gizidan asi tentang gizi dan Rencana penyuluhan telah
ekslusif asi ekslusif pada dilakukan seminggu sebelum
pada bayi di bayi, di balai desa acara dilaksanakan. Undangan
desa lubuk lubuk raman penyuluhan disebarkan tiga hari
raan sebelum acara dilaksanakan
sehubungan Evaluasi proses:
dengan
banyak Peserta yang hadir sebanyak 200
kepala orang
keluarga 45% peserta aktif bertanya terhadap
kehilangan materi penyuluhan. Penyuluhan
pekerjaan, dilaksanakan dibalai Lingkungan
kurangnya XII Kelurahan Sidorukun.
jumlah
Kader, dan Evaluasi Hasil

59
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

kurangnya Warga dapat memahami tentang gizi


pengetahuan pada bayi dan asi ekslusif
masyrakat Rencana sudah disiapkan seminggu
tentang gizi. sebelum pelaksanaan dan sebagai
penanggung jawab adalah enny
prayunita

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Asuhan Anak Dalam Konteks Keluarga. Depkes RI. Jakarta. 192 : 6-18
Sunaryo, Nano.2005. Panduan Merawat Bayi dan Balita Agar Tumbuh Sehat dan
Cerdas. Jogjakarta:Diva Press (Anggota IKAPI)
Mansjoer, Arif dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC
Suandi, I.K.G.1999. Seri Klinik Diit Pada Anak Sakit. Jakarta: EGC

60
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ANAK USIA SEKOLAH


TOPIK V

A. Tujuan Pembelajaran
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu memahami tentang Keperawatan Komunitas
kelompok Khusus pada Anak Usia sekolah.

2.      Tujuan Khusus


 Mahasiswa/I mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus Pada anak usia sekolah di Komunitas.
 Mahasiswa/I mampu melakukan pengkajian Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus anak usia sekolah di Komunitas.
 Mahasiswa/I mampu menganalisa data Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus anak usia sekolah di Komunitas.
 Mahasiswa/I mampu membuat diagnose Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus anak usia sekolah di Komunitas.

61
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

 Mahasiswa/I mampu menerapkan implementasi Keperawatan Komunitas


Kelompok Khusus anak usia sekolah di Komunitas.

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ANAK USIA SEKOLAH

A. PENGKAJIAN
1.      Keadaan SDN NB.02 Kecamatan Kidul Kota Blitar
1.1  Sejarah
Sebagai Lembaga pendidikan pada jenjang sekolah dasar, SD ini berdiri pada tahun 1932
pada zaman penjajahan Belanda. Semula bernama: ‘’ INLANDER SCHOOL’’, kemudian
pada zaman kemerdekaan berubah menjadi ‘’Sekolah Rakyat’’. Pada tanggal 1 Juli 1953
menjadi “ Sekolah Rakyat VI” dengan No. 16 A. Kemudian tanggal 1 September 1956
mengalami perubahan nama menjadi “ SD Among Siswa”. Selanjutnya pada tanggal 1
Agustus 1962 mengalami perubahan nama lagi menjadi “ SDN Sentul I” dengan No. 40.
Pada sekitar tahun 1975 di halaman SD Sentul 1 dibangun lembaga SD baru berdasarkan
proyek SD Impres yang diberi nama “ SD Sentul II” dengan demikian pada lokasi seluas
1.102 m2 ini yang semula hanya ditempati SD Sentul I, mulai saat itu menjadi SD komplek
terdiri dari SD Sentul I dan SD Sentul II.
Pada tanggal 27 Juli 2004 berdasarkan SK Walikota No. 188/288/422.010.2/2004, SDN
Sentul I dan SDN Sentul II diregrup dengan nama lembaga baru yaitu “ SDN Sentul II” dan
pada tahun 2003 SDN Sentul II dijadikan SD rujukan Nasional yang ditempatkan di propinsi
Jawa Timur

62
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

1.2  Jumlah siswa


Jumlah siswa kelas 1 – 6 sebanyak 450 siswa, yang dikaji adalah siswa kelas 1 – 3
sebanyak 185 siswa terdiri dari berjenis kelamin laki-laki sebanyak 68 siswa dan 117
siswa berjenis kelamin perempuan.
1.3  Fasilitas pelayanan kesehatan
Di SDN NB.02 memiliki 1 ruang UKS. Di dalam ruangan terdapat obat-obatan
seperti betadhine, minyak kayu putih, obat gatal, revanol, kassa, plester. terdapat
timbangan, dan pengukur tinggi badan. di UKS SDN NB.02 tidak terdapat
penanggungjawab tetap, penanggung jawabnya selalu bergantian tergantung dari
kesibukan guru-guru pengajar.

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH


TAHUN PELAJARAN 2019/2020

B. DATA KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH


2.1  Data Demografi
1. diagram lingkaran jenis kelamin siswa kelas 1, 2 dan 3
2. diagram lingkaran usia siswa kelas 1,2 dan 3

2.2 Data Status Kesehatan


a. Diagram lingkaran gangguan kesehatan siswa kelas 1,2 dan 3
b. Diagram lingkaran keluhan saat pengkajian siswa kelas 1,2 dan 3
c. Diagram lingkaran pengetahuan tentang etika batuk dan bersin siswa kelas
1,2,3.
2.3 Data pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
a. Diagram lingkaran kebiasaan sarapan siswa kelas 1,2 dan 3.
b. Diagram lingkaran kesukaan makan sayur dan buah siswa kelas 1,2 dan 3.
c. Diagram lingkaran beli jajan siswa kelas 1,2 dan 3.
2.3  PHBS (Perilaku hidup bersih dan sehat)

63
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

a. Diagram lingkaran kebiasaan mencuci tangan sebelum makan siswa kelas 1,2
dan 3.
b. Diagram lingkaran kebiasaan mencuci tangan setelah makan siswa kelas 1,2
dan 3.
c. Diagram lingkaran kebiasaan menggunakan jamban yang bersih ketika
BAB/BAK.
d. Diagram lingkaran gosok gigi siswa kelas 1,2 dan 3 .
e. Diagram lingkaran pengetahuan tentang cara menggosok gigi kelas 1, 2 dan 3
f. Diagram lingkaran keadaan kuku siswa kelas 1,2 dan 3.
g. Diagram lingkaran kebiasaan menimbang BB setiap bulan siswa kelas 1, 2
dan 3.
h. Diagram lingkaran kebiasaan membuang sampah pada tempatnya siswa kelas
1, 2 dan 3.
i. Diagram lingkaran mengikuti kegiatan olahraga di sekolah siswa kelas 1, 2
dan 3.

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1.      ANALISA DATA

No. Data Fokus Korelasi dengan Faktor yang


masalah berhubungan
1 1. Mencuci tangan dengan air bersih yang Kurang optimalnya kurang pengetahuan ten
mengalir dan menggunakan sabun: budaya perilaku tang perilaku hidup
 22% siswa mencuci tangan sebelum hidup bersih dan bersih dan sehat
makan, 78% siswa tidak mencuci sehat di sekolah.
tangan sebelum makan.
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin
sekolah:
 98% siswa suka mengkonsumsi jajan,

64
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

2% siswa tidak biasa mengkonsumsi


jajan,
3. Menggunakan jamban yang bersih dan
sehat ketika BAK dan BAB:
 89% siswa menggunakan jamban yang
bersih ketika BAK dan BAB, 11%
tidak menggunakan jamban bersih
ketika BAK dan BAB.
4.  Menimbang berat badan dan mengukur
tinggi badan setiap bulan:
 32% siswa yang menimbang BB setiap
bulan, 68% siswa tidak menimbang
BB setiap bulan
5.      Membuang sampah pada tempatnya:
 55% siswa membuang sampah pada .
tempatnya, 45% siswa tidak
membuang sampah pada tempatnya.

6. Tidak merokok di sekolah:


 100% siswa tidak merokok di sekolah,

7. Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah .


secara teratur:
 95% siswa mengikuti kegiatan olah
raga di sekolah secara teratur, 5%
siswa tidak mengikuti kegiatan olah
raga disekolah secara teratur.

8.Melakukan pemantauan jentik-jentik .


nyamuk:
 Bak mandi terlihat kotor,
mengakibatkan tempat untuk sarang
nyamuk.
2 1. Kebiasaan menggosok gigi: 1x sehari: Kurang optimalnya Kurang pengetahuan
13%, 2x sehari 82% dan 3x sehari 5%. perawatan gigi tentang cara menggosok
( kerusakan gigi) gigi yang benar
2. Lebih dari ¾ siswa sudah menggosok gigi
secara teratur. Namun lebih dari separo
siswa tidak mengetahui cara menggosok
gigi yang benar.

65
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

3. Karies gigi 70%.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

No DiagnosaKeperawatanKomunitas
.
1. Kurang optimalnya budaya perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa kelas I, II, III di
sdn Sentul 2 Kota Blitar berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perilaku
hidup bersih dan sehat yang ditandai dengan  22% siswa mencuci tangan sebelum
makan, 78% siswa tidak mencuci tangan, 98% siswa suka mengkonsumsi jajan, 2%
siswa tidak biasa mengkonsumsi jajan, Kebiasaan 89% siswa menggunakan jamban yang
bersih ketika BAK dan BAB, 11% tidak menggunakan jamban bersih ketika BAK dan
BAB, 32% siswa yang menimbang BB setiap bulan, 68% siswa tidak menimbang BB
setiap bulan, 55% siswa membuang sampah pada tempatnya, 45% siswa tidak
membuang sampah pada tempatnya, 100% siswa tidak merokok di sekolah, 95% siswa
mengikuti kegiatan olah raga di sekolah secara teratur, 5% siswa tidak mengikuti
kegiatan olah raga disekolah secara teratur,

2. Kurang optimalnya perawatan gigi ( kerusakan gigi) pada siswa kelas I, II dan III di SDN
Sentul 2 Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar  berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang cara menggosok gigi yang benar ditandai dengan, Lebih dari ¾ siswa sudah
menggosok gigi secara teratur, namun lebih dari separo siswa tidak mengetahui cara
menggosok gigi yang benar. Serta mengalami karies gigi 70% siswa mengalami karies gigi.

66
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

E. PENYUSUNAN SKALA PRIORITAS

DiagnosaKeperawatan/Kriteria Perhatian Poin Tingkat Kemungkin Nilai


masyarakat/ prevalensi bahaya an untuk total
kelompok dikelola
khusus
Kurang optimalnya budaya perilaku
hidup bersih dan sehat pada siswa kelas
I, II, III di SDN NB.02 kecamatan +++(3) ++++(4) +++(3) +++(3) 108
Kidul Kota Blitar berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang perilaku
hidup bersih dan sehat
Kurang optimalnya perawatan gigi
( kerusakan gigi) pada siswa kelas I, II
dan III di SDN NB.02 Kecamatan
Kepanjekidul Kota Blitar berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang
cara menggosok gigi yang benar +++(3) ++++(4) ++(2) +++(3) 72
ditandai dengan, Lebih dari ¾ siswa
sudah menggosok gigi secara teratur,
namun lebih dari separo siswa tidak
mengetahui cara menggosok gigi yang
benar. Serta mengalami karies gigi 70%
siswa mengalami karies gigi.

Keterangan :

67
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

1. Rentang skor : 1 - 4
2. Skor yang diperoleh dikalikan ke kanan : skor perhatian masyarakat x skor poin prevalensi
x skor
     tingkat bahaya x skore kemungkinan untuk di kelola = Nilai total
3. Prioritas masalah berdasarkan urutan perolehan skor

F. RENCANA TINDAKAN PLANING OF ACTION (POA)

Setelah mendapatkan data-data yang sudah didapatkan dan menentukan diagnosa


prioritas yaitu kurang optimalnya budaya perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa
kelas I, II, dan III di SDN NB.02 Kecamatan Kidul Kota Blitar berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat maka kelompok 5A
menyusun rencana kegiatan untuk menangani masalah yang terkait. Berikut beberapa
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan:

68
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

ASUHAH KEPERAWATAN KOMUNITAS KLEOMPOK KHUSUS PADA REMAJA

TOPIK VI

A. Tujuan Pembelajaran
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu memahami tentang Keperawatan Komunitas
kelompok Khusus pada Anak Remaja.
2.      Tujuan Khusus
 Mahasiswa/I mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus Pada anak remaja di Komunitas.
 Mahasiswa/I mampu melakukan pengkajian Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus anak remaja di Komunitas.
 Mahasiswa/I mampu menganalisa data Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus anak remaja di Komunitas.
 Mahasiswa/I mampu membuat diagnose Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus anak remaja di Komunitas.
 Mahasiswa/I mampu menerapkan implementasi Keperawatan Komunitas
Kelompok Khusus anak remaja di Komunitas.

69
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

PENGKAJIAN DATA DASAR KOMUNITAS REMAJA DI RW 03 DESA SUMBER


KECAMATAN LAWANG

A. DATA DEMOGRAFI
1.    Jenis kelamin
Laki-laki :9
Perempuan :6
2.    Usia
12-15 tahun :3
15-18 tahun :8
18-21 tahun :4
3.    Kelas
SMP :3
SMA :8
Mahasiswa :4

70
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

F. ANALISA DATA

DATA FOKUS Korelasi dengan Faktor yang


masalah berhubungan
Jumlah responden: 15 orang  Perilaku  Remaja
 67% remaja tidak mentaati peraturan (misal orang tua menyimp tidak
melarang pacaran tetapi tetap pacaran, terlambat ang pada mentaati
datang sekolah, dll) remaja peraturan
 60% jarang mengerjakan tugas (malas, tidak tahu cara  Perilaku  Jarang
mengerjakan) mengerja
menyimp
 60% kesulitan belajar (sulit konsentrasi, cara mengajar kan tugas
ang pada
guru sulit dipahami, pelajaran sulit,sehingga waktu  Kesulitan
ujian tidak bisa dan bertanya ke teman remaja belajar
sampingnya/mencontek)
 Perilaku

menyimp

ang pada

remaja

Jumlah responden: 15 orang  67%


 67% remaja tidak pernah mendapat penyuluhan  Resiko remaja

71
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

tentang kesehatan reproduksi baik dari sekolah penyimpa tidak


maupun di masyarakat, sedangkan 33% remaja pernah ngan pernah
mendapat penyuluhan berhubungan dengan narkoba, seksual mendapat
dan macam-macam pengobatan dengan tanaman toga penyuluh
 67% remaja tidak mentaati peraturan (misal orang tua an
melarang pacaran tetapi tetap pacaran, terlambat tentang
datang sekolah, dll) kesehatan
reproduk
si
 Remaja
tidak
mentaati
peraturan

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

No DiagnosaKeperawatanKomunitas
.
1. .    Perilaku menyimpang pada remaja berhubungan dengan koping individu
yang tidak adekuat ditandai dengan 67% remaja tidak mentaati peraturan
(misal orang tua melarang pacaran tetapi tetap pacaran, terlambat datang
sekolah, dll)60% jarang mengerjakan tugas (malas, tidak tahu cara
mengerjakan)60% kesulitan belajar (sulit konsentrasi, cara mengajar guru
sulit dipahami, pelajaran sulit,sehingga waktu ujian tidak bisa dan bertanya
ke teman sampingnya/mencontek)

2. .    Resiko penyimpangan perilaku seksual berhubungan dengan kurangnya

72
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

informasi mengenai bahaya seks bebas dan kesehatan reproduksi ditandai


dengan 67% remaja tidak pernah mendapat penyuluhan tentang kesehatan
reproduksi baik dari sekolah maupun di masyarakat, sedangkan 33% remaja
pernah mendapat penyuluhan berhubungan dengan narkoba, dan macam-
macam pengobatan dengan tanaman toga. 67% remaja tidak mentaati
peraturan (misal orang tua melarang pacaran tetapi tetap pacaran, terlambat
datang sekolah, dll)

H. Menyusun Skala Prioritas Masalah

Diagnosa Perhatian Poin Tingkat Kemungkinan Nilai


Keperawatan/Kriteria masyarakat prevalensi bahaya untuk dikelola Total
.    Perilaku 1 3 3 3 27
menyimpang pada
remaja berhubungan
dengan koping
individu yang tidak
adekuat ditandai
dengan 67% remaja
tidak mentaati
peraturan (misal
orang tua melarang
pacaran tetapi tetap
pacaran, terlambat
datang sekolah,
dll)60% jarang
mengerjakan tugas
(malas, tidak tahu

73
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

cara
mengerjakan)60%
kesulitan belajar
(sulit konsentrasi,
cara mengajar guru
sulit dipahami,
pelajaran
sulit,sehingga waktu
ujian tidak bisa dan
bertanya ke teman
sampingnya/mencon
tek)

Resiko 1 2 4 3 24
penyimpangan
perilaku seksual
berhubungan
dengan kurangnya
informasi mengenai
bahaya seks bebas
dan kesehatan
reproduksi ditandai
dengan 67% remaja
tidak pernah
mendapat
penyuluhan tentang
kesehatan
reproduksi baik dari
sekolah maupun di
masyarakat,
sedangkan 33%
remaja pernah
mendapat
penyuluhan
berhubungan
dengan narkoba, dan
macam-macam
pengobatan dengan

74
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

tanaman toga. 67%


remaja tidak
mentaati peraturan
(misal orang tua
melarang pacaran
tetapi tetap pacaran,
terlambat datang
sekolah, dll)

Keterangan :
1. Rentang skor : 1 - 4
2. Skor yang diperoleh dikalikan ke kanan : skor perhatian masyarakat x skor poin
prevalensi x skor
     tingkat bahaya x skore kemungkinan untuk di kelola = Nilai total
3. Prioritas masalah berdasarkan urutan perolehan skor
  
Keterangan : 1 : Sangat Rendah
2 : Rendah
3 : Sedang
4 : Tinggi

D.INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS

No Diagnosa Tujuan Indikator Rencana Tempat Waktu Metode P.J


keperawatan pencapaian Tindakan
hasil

75
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

1. Perilaku Remaja   Kognitif ·      Laku Dibalai 30 penyulu Mahasi


menyimpang -remaja (pengetahuan) kan desa oktobe han swa
pada remaja didesa : pendekata sumber r 2020 dan
sumber koping n kepada kecama kepala
kec.law individu yang orang tua tan desa
ang tadinya tidak para lawang
agar adekuat remaja,
bisa menjadi tokoh
paham adekuat masyaraka
dan tentangperilaku t, atau
menger menyimpang institusi
ti pada remaja pendidika
tentang n untuk
informa memberi
si    Affektif dukungan
mengen (sikap): kepada
ai Siswa dan mahasisw
bahaya mahasiswa a
seks remaja yang melakuka  
bebas tadinya tidak n .
dan mentaati penyuluha
kesehat peraturan n tentang
an menjadi taat dampak  
reprodu praturan perilaku
ksi menyimpa
ng, cara
 Psikomotor pencegaha
(tindakan) : n perilaku
siswa menyimpa
remaja dan ng dan
siswa tidak cara
lagi menanggu
berpacaran,b langinya.
isa paham -
  saat guru Kerjasama
menjelaskan dengan
,mengerjaka instansi
n tugas terkait
danbisa untuk
mentaati mendapat

76
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

peraturan2 bantuan
disekolah teknis
mereka misal
penyediaa
n tempat
penyuluha
n.
-Siapkan
materi
penyuluha
n dan
media
penyuluha
n (leaflet,
poster,
LCD dll).
·      Pasan
g poster
atau
memberi
pengumu
man
melalui
masjid
ataupun
pimpinan
kelompok
remaja,
kepala
desa,
kepala
sekolah
(jika
penyuluha
n
dilakukan
di
sekolah)
dll untuk
kegiatan

77
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

penyuluha
n
menanggu
langi
kenakalan
remaja.

E. IMPLEMENTASI

Jumlah
No Diagnosa Waktu Sasaran Tempat Kegiatan PJ Metode
peserta
Perilaku 30 Mahasisw Di balai 15 orang Penyuluh Maha Penyul
1. menyimpan Oktober a dan Desa responden an siswa uhan
g pada 2020 kepala tentang dan (leflead
remaja desa perilaku kepal dan lcd)
penyimpa a
ngan Desa
pada
remaja

78
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

F.EVALUASI KEPERAWATAN KOMUNITAS.

No. Selasa, 28 April Rabu, 29 April 2019 Kamis, 30 April 2019 Sabtu, 02 Mei
2019 2019
S: remaja S: remaja2 S: remaja2 S: remaja2
mengatakan mengatakan sudah mengatakan sudah mengatakan
sedikit paham mengerti dan paham bisa menerapkan sudah bisa
dengan tentang materi yang perilaku2 yang positif menerapkan
penyuluhan yang disampaikan sesuai yang perilaku2 yang
telah diberikan diharapkan positif sesuai
yang diharapkan

O: siswa dan O: remaja2 nampak O: remaja2 O: orang tua


mahasiswa sudah paham akan masih terlihat remaja2 didesa
Nampak focus tetapi hanya sedikit sebagian yang sumber Nampak
mendengar kan yang di ikuti atau menetapkan bahagia kerna
saan penyuluhan diterapkan ke sahari2 perilaku2 yang anak2 mereka
seperti mentaati diharapkan sudah disiplin dan
peraturan disekolah mematuhi peritah
agar tidak lagi mereka agar tidak
berpacaran.

A: masalah sudah
A: masalah A: masalah belum A: masalah belum teratasi
belum teratasi teratasi teratasi
P: penyuluhan
P: akan P: akan diberi P: akan mencari tau bisa dihentikan
dilakukan penyuluhan penyebab remaja2 di atau selesai
penyuluhan tentang sebab desa sumber
ulang kepada dan akibat nya kecamatan lawang
siswa2 yang jika tidak yang susah untuk
masih belum menerapkan menerapkan perilaku2
paham akan materi yang yang diharap kan dan
pentingnya disampaikan mencari solusi atau
perilaku contohnya jalan keluarnya
penyimpangan mereka jika
remaja. tetap tidak taat
pada peraturan

79
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus

80

Anda mungkin juga menyukai