(2030201162)
PGMI 5
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
1. Secara etimologi
Evaluasi berasal dari bahasa inggris : evaluation akar katanya value yang berarti nilai
atau harga. Nilai dalam bahasa arab disebut al-qimah atau al-Taqdir. Dengan demikian
secara harfiah, evaluasi pendidikan al-taqdir al-tarwabiy dapat diartikan sebagai penilaian
dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan pendidikan.
Istilah nilai (valuel al-qimah) pada mulanya dipopulerkan oleh filosof dan plato yang
pertama kali mengemukakannya. Pembahasan “nilai” secara khusus diperdalam dalam
diskusus filsafat, terutama pada aspek aksiologisnya. Kata nilai menurut pengertian
filosof pengertiannya adalah “idea of world” selanjutnya kata nilai menjadi populer,
bahkan menjadi isitilah yang ditemukan dalam dunia ekonomi, kata nilai biasanya
dipautkan dengan harga.
2. Secara terminologi
Para ahli mendefinisikan evaluasi sebagai berikut:
a. Menurut edwind wandt, evaluasi mengandung pengertian : suatu tindakan atau
proses dalam menentukan nilai sesuatu.
b. Menurut N chabib thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan
incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana,
sistematik, dab berdasarkan atas tujuan yang jelas.
3. Evaluasi pendidikan
Menurut lembaga pendidikan administrasi negara batasan mengenai evaluasi
pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan dibandingkan
dengan tujuan yang telah ditemukan
b. Usaha untuk memperoleh suatu informasi berupa umpan balik (Feed Back) bagi
penyempurnaan pendidikan
Bertitik tolak pada uraian di atas, dapat dikembangkan bahwa evaluasi merupakan
sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan
bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai, jika belum, bagaimana yang belum dan apa
sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh ahli lain, yaitu cronbach dan
stufrlebean bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai,
tetapi digunakan membuat keputusan. Term evaluasi dalam wacana keislaman tidak
ditemukan padanan yang pasti, tetapi terdapat term-term terarah pada makna evaluasi. Term
tersebut adalah :
Evaluasi Pendidikan
Menurut lembaga pendidikan administrasi negara batasan mengenai evaluasi
pendidikan adalah sebagai berikut :
2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi
penyempurnaan pendidikan.
Term evaluasi dalam wacana keislaman tidak ditemukan padanan yang pasti, tetapi
terdapat term-term tertentu yang mengarah kepada makna evaluasi. Term-term tersebut
adalah sebagai berikut:
Kalau kita kaitkan dengan pengertian evaluasi pendidikan dengan pendidikan islam,
maka evaluasi itu bearti suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan
didalam pendidikan islam. Al-Wahab menyatakan bahwa evaluasi atau tagwim iitu adalah
sekumpulan kegiatan-kegiatan pendidikan yang menentukan atas suatu perkara untuk
mengetahui tercapainya tujuan akhir pendidikan dan pengajaran sesuai dengan program-
program pelajaran yang beraneka ragam.
Kalau dilihat prinsip evaluasi yang terdapat didalam al-Qur'an, dan praktek yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW, maka evaluasi berfungsi sebagai berikut:
b. Untuk mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan sudah memiliki oleh
peserta didik atau belum.
e. Sebagai laporan terhadap orang tua perserta didik dalam bentuk raporijazah,
piagam dan sebagainya.
C. PRINSIP-PRINSIP EVALUASI
a. Prinsip Umum
Agar evaluasi dapat akurat dan bermanfaat bagi para peserta didik dan masyarakat,
maka evaluasi harus menerapkan seperangkat prinsip-prinsip umum sebagai berikut:
a. Valid
b. Berorientasi
c. Berkelanjutan
d. Menyeluruh
Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik dan meliputi seluruh materi ajar serta berdasarkan
pada strategi dan prosedur penilaian.
e. Bermakna
b. Prinsip Khusus
a. jenis penilaian yang digunakan yang memungkinkan adanya kesempatan
terbaik dan maksimal bagi peserta didik menunjukkan kemampuan hasil
belajar mereka.
b. Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur penilaian, dan pencatatan
secara tepat dan kemampuan serta hasil belajar yang dicapai peserta didik.
Bagi Guru
a) dan media yang relevan dengan kompetensi yang akan dicapai
pada proses pembelajaran fiqih
b) Membuat pertimbangan dan keputusan adminstratife.
a. Tujuan PBK
1) kemajuan belajar peserta didik, baik sebagai individu maupun anggota
kelompo/kelas setelah ia mengikuti pembelajaran mata pelajaran
tertentu.
2) Mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi berbagai komponen
pembelajaran yang dipergunakan guru dalam jangka waktu tertentu.
3) Menentukan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran bagi peserta
didik.
a. Waktu Pelaksanaan
b. penilaian PBK
Ada beberapa bentuk penilaian berbasis kelas yaitu :
a. Kuis
b. Pertanyaan lisan
c. Ulangan harian
d. Tugas individu
e. Tugas kelompok
f. Ulangan semester
g. Ulangan kenaikan
h. Responsi atau ujian praktik
F. LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN
11 Langkah evaluasi
1. Penentuan tujuan evaluasi
Dalam melakukan evaluasi seorang guru mempunyai tujuan
tertentu,tujuan itu dapat berupa tujuan evaluasi misalnya untuk
mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompetensi
/subkompitensi tertentu setelah mengikuti proses proses
pembelajaran. Dapat pula evaluasi tersebut yang bertujuan
untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik (diangnostic
tes)Tujuan evaluasi tersebut harus jelas sehingga dapat
memberikan arah dan lingkup pengembangan evaluasi
selanjutnya.
2. Penyusunan Kisi-kisi soal
Kisi-kisi soal dikenal pula dengan nama “test blue-print” atau“
table of specification”. Pada intinya, kisi-kisi ini diperlukan
sebelum seseoramg menyusun suatu tes kisi-kisi adalah suatu
deskripsi mengenai ruang lingkup dan isi apa yang akan
diujikan serta memberikan perincian mengenai soal-soal yang
diperlukan
dalam mengevaluasi.
3. Telaah atau “review dan Revesi” Soal.
Langkah ini merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena
seringkali kekurangan yang terdapat pada suatu soal tidak
terlihat oleh penulis soal. Review dan Revesi soal ini idealnya
dilakukan oleh orang lain yang berkopeten (bukan si penulis
soal) dan terdiri dari suatu tim penelaah yang terdiri dari ahli-
ahli bidang studi,pengukuran dan
bahasa.
4. Uji coba (Try out).
Uji coba soal pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan
impormasi empiric mengenai sejauh mana sebuah soal dapat
mengukur apa yang hendak diukur. Informasi empirik tersebut
pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat
mempengaruhi validitas soal seperti tingkat kesukaran soal
pada jawaban,tingkat daya pembeda soal, pengaruh budaya
,bahasa yang dipergunakan, dan sebagainya.
5. Penyusunan Soal
Agar skor yang diperoleh dapat dipercaya,diperlukan
banyakbutir soal.sebab itu. Dalam penyajian butir-butir soal
perlu disusun manjadi suatu alat ukur yang terpadu.Hal-hal
yang dapat mempengaruhi validitas tes seperti urutan nomor.,
pengelompokan bentuk-bentuk soal, kalau dalam suatu
perangkat tes terdapat lebih dari satu bentuk soal, tata “lay out”
soal dan sebagainya haruslah diperhatikan dalam penyusunan
soal menjadi sebuah tes.
6. Penyajian tes
Setelah tes tersusun, naskah (tes) siap diberikan atau di sajikan
kepada peserta didik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penyajian tes ini adalah waktu penyajian, petunjuk yang jelas
mengenai cara menjawab atau mengerjakan tes, ruangan dan
tempat duduk peserta didik. Pada prinsipnya, hal-hal yang
menyangkut segi administrasi penyajian tes harus diperhatikan
sehingga evaluasi dapat terselenggara dengan benar dan baik.
7. Scorsing
Scorsing atau pemeriksaan terhadap lembar jawaban
danpemberian angka merupakan langkah untuk mendapatkan
informasi kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Pada
prinsipnya, scorsing ini harus diusahakan agar dapat dilakukan
secara objektif. Artinya, apabila scorsing dilakukan oleh dua
orang atau lebih, yang sama tingkat kompetensinya, akan
menghasilkan scor atau angka yang sama. Atau jika orang yang
sama mengulangi proses pengscoran, akan dihasilkan scor yang
sama.
8. Pengelolahan hasil tes
Setelah dilakukan scorsing, hasilnya perlu dipilah dengan
mencari konvermasi nilai. Dalam proses konversi ini ada norma
dan ada pula skala, yaitu norma relatif dan penilaian Acuan
norma (PAP), dan norma mutlak dengan penilaian Acuan
patokan (PAP), masing-masingnya dengan skala 5 (A, B, C, D,
E) skala 9 (1-9) skala 11 (1-11), skala 100, skala z score, skala
T score,. Kemudian dilakukan prosedur statistic mencari
ranking (rank order), mean, media.modus dan mode.
9. Pelaporan hasil tes
Setelah tes dilaksanakan dan dilakukan scorsing,
hasilpengetesan tersebut perlu dilaporkan. Laporan tersebut
dapat diberikan kepada peserta didik yang bersangkutan.
Kepada orang tua peserta didik , kepada kepala sekolah,dan
sebagainya. Laporan kepada masing-masing yang
berkepentingan dengan hasil tes ini sangat penting karena dapat
memberikan informasi yang sangat berguna dalam rangka
penentuan kebijaksanaan selanjutnya.
10. Pemanfaatan hasil tes
Hasil pengukuran yang diperoleh melalui ujian sangat berguna
sesuai dengan tujuan ujian. Informasi atau data hasil
pengukuran dapat dimanfaatkan untuk perbaikan atau
penyempurnaan sistem, peroses atau kegiatan belajar mengajar,
maupun sebagai data untuk mengambil keputusan atau
menentukan kebijakan.
G. PEMAHAMAN/KESIMPULAN
Evaluasi berasal dan bahasa Inggris Evaluation akar katanya
value yang berarti nilai atau harga.Nilai dalam bahasa Arab disebut Al-
qimah atau Al- taqdir, denga demikian secara harfiah, evaluasi
pendidikan Al-taqdir Al- Tarbawiy dapat diartikan sebagai penilaiaan
dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan pendidikan.