Anda di halaman 1dari 88

RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO


1 Restrukturisasi P&C
Gugus Tugas Tinjauan Prinsip dan Kriteria (P&C) RSPO bertugas untuk merestrukturisasi P&C.

Berikut ini adalah dua tujuan yang saling terkait satu sama lain untuk restrukturisasi ini. Keduanya
selaras dengan tujuan-tujuan inti Kerangka Acuan Gugus Tugas P&C. 1

• Keselarasan dengan Teori Perubahan (Theory of Change/ToC):


o Fokus pada hasil.
o Pengintegrasian konsep tanggung jawab bersama (yaitu indikasi persyaratan yang
berlaku, yang mungkin dapat berlaku pula pada kategori keanggotaan RSPO lainnya).
o Menunjukkan dampak aktual P&C serta dampak melalui pelaporan Indikator Kinerja
Utama (IKU) (termetrikasi atau terukur).

• Meningkatnya Aksesibilitas (membuat menjadi lebih relevan dan praktis)


o Pengurangan pengulangan melalui perampingan
o Penyelarasan bahasa yang digunakan di semua indikator.
o Perubahan menjadi bahasa aktif.

Disamping menyelaraskan P&C tersebut dengan ToC RSPO, restrukturisasi ini bertujuan membuatnya
lebih logis dan jelas untuk diterapkan sekaligus mengurangi keberulangan. Ini semua merupakan
permintaan para pemangku kepentingan yang disampaikan selama putaran pertama konsultasi publik.

Selain itu, proposal ini juga mengintegrasikan modul-modul Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dari Standar
Sertifikasi Rantai Pasok RSPO (Supply Chain Certification Standard/SCCS). Dengan adanya standar
tunggal untuk tingkat produksi, maka hal ini akan berkontribusi pada ekspektasi praktik terbaik di
sepanjang rantai pasok dan menyiratkan ketertelusuran (traceability) dalam standar RSPO.

Semua panduan dipisahkan dari dokumen utama dan dimasukkan dalam Lampiran 2.

1
https://rspo.org/principles-and-criteria-review

16 Mei 2018 Hal. 1 dari 45


RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

Daftar Isi
1 Restrukturisasi P&C ............................................................................................................................... 1
2 Pendahuluan tentang P&C .................................................................................................................... 3
3 Visi dan Teori Perubahan (ToC) RSPO ................................................................................................... 4
4 Fokus pada Hasil ................................................................................................................................... 6
Daftar Potensial (sudah diwajibkan untuk diukur, dipantau dan/atau dilaporkan) ............................. 6
5 Struktur P&C ......................................................................................................................................... 7
Sasaran Dampak Kesejahteraan (Prosperity): Sektor yang kompetitif, berketahanan, dan berkelanjutan10
Tujuan dan Hasil ................................................................................................................................. 10
Prinsip 1: Transparansi dan Etika ........................................................................................................ 10
Prinsip 2: Legalitas .............................................................................................................................. 11
Prinsip 3: Perencanaan Prosedur dan Perbaikan................................................................................ 13
Sasaran Dampak Sosial (People): Mata Pencaharian Berkelanjutan & Pengurangan Kemiskinan ............. 20
Tujuan dan hasil .................................................................................................................................. 20
Prinsip 4 Hak dan Manfaat bagi Masyarakat ...................................................................................... 20
Dihormatinya hak masyarakat, diberikannya kesempatan yang sama, dioptimalkannya manfaat dari
keterlibatan dalam minyak sawit dan dijaminnya pemulihan. ...................................................... 20
Prinsip 5: Inklusivitas Petani ............................................................................................................... 26
Prinsip 6: Hak dan Kondisi Pekerja...................................................................................................... 28
Sasaran Dampak Lingkungan (Planet): Konservasi, perlindungan, dan peningkatan ekosistem yang
bermanfaat bagi kehidupan generasi mendatang.............................................................................. 33
Tujuan dan hasil .................................................................................................................................. 33
Prinsip 7: Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati Ditingkatkan .................... 33
Pembukaan untuk Kriteria 7.13: ......................................................................................................... 40
Prinsip pedoman yang diusulkan untuk pelaksanaan: .......................................................................... 42

16 Mei 2018 Hal. 2 dari 45


RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

2 Pendahuluan tentang P&C


P&C RSPO berlaku bagi produksi Minyak Kelapa Sawit di seluruh dunia.

P&C RSPO mencakup dampak-dampak lingkungan dan sosial yang paling signifikan dari produksi minyak
kelapa sawit beserta input langsung untuk produksi seperti benih, bahan kimia dan air, dan dampak
sosial yang berkaitan dengan pekerja dan masyarakat di perkebunan. P&C RSPO berlaku pada
perkebunan-perkebunan yang saat ini masih beroperasi beserta perencanaan, penentuan lokasi,
pembangunan, perluasan dan penanaman barunya.

Persyaratan-persyaratan ketertelusuran berkaitan dengan pengendalian produk kelapa sawit


bersertifikat RSPO dalam rantai pasok, termasuk aliran produk kelapa sawit bersertifikat RSPO dan
klaim-klaim terkait. Meski ToC RSPO mengakui peranan SEMUA pihak yang bertanggung jawab atas
dampak RSPO, dokumen ‘Prinsip dan Kriteria untuk Produksi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan’ ini
hanya berlaku pada tingkat produksi saja, yaitu Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan basis pasoknya.

Semua anggota RSPO memiliki tanggung jawab bersama untuk menjadikan minyak kelapa sawit
berkelanjutan sebagai norma, beserta mekanisme akuntabilitas lainnya. Berdasarkan Kode Etik (Code of
Conduct) RSPO yang mengikat semua anggota, anggota yang tidak secara langsung tunduk pada P&C
wajib melaksanakan standar paralel lainnya yang sesuai dengan organisasi masing-masing, akan tetapi
standar dimaksud tidak boleh lebih rendah dari yang diatur dalam P&C (3.2).

Guna menyelaraskan dan memadupadankan tanggung jawab bersama atas dampak yang ada, standar
yang diusulkan ini telah mengidentifikasi serangkaian persyaratan bersama, sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 1 melalui gradasi warna yang lebih gelap. Ini memastikan adanya ekspektasi yang konsisten
terhadap standar praktik terbaik bagi semua anggota RSPO dan berkaitan dengan Transparansi, Perilaku
Etis, Legalitas, Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), Hak dan Kondisi Pekerja,
Pemanfaatan Energi dan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Pendekatan RSPO untuk mengurangi deforestasi (lihat Kriteria 7.13) di masa depan akan dikaitkan
dengan pendekatan Sertifikasi Yurisdiksi RSPO. Pengembangan di masa depan dalam negara-negara
High Forest Cover dapat dipertimbangkan jika ini merupakan bagian dari komitmen terikat waktu
(timebound commitment) terhadap pendekatan yurisdiksi RSPO. Pendekatan ini bertujuan untuk
mengintegrasikan aspek komitmen ‘tanpa deforestasi’ korporat yang ada dalam rantai pasok dengan
menyertakan petani dan masyarakat.

16 Mei 2018 Hal. 3 dari 45


RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

3 Visi dan Teori Perubahan (ToC) RSPO


Teori perubahan (ToC) RSPO merupakan suatu rencana umum (roadmap) yang menunjukkan cara yang
digunakan RSPO untuk mewujudkan visinya. Untuk menjadikan minyak kelapa sawit berkelanjutan
sebagai norma , maka RSPO dengan berbekal dukungan para anggota, mitra beserta para pelaku lainnya
akan melaksanakan strategi-strategi dan kegiatan kunci demi memicu terjadinya transformasi sektor
minyak kelapa sawit. Strategi-strategi ini dimaksudkan untuk menghadirkan keluaran langsung dalam
bentuk meningkatnya pengadopsian standar-standar RSPO, semakin transparan dan inklusifnya sistem
RSPO, meningkatnya serapan pasar terhadap minyak kelapa sawit berkelanjutan, dan perbaikan situasi
pemungkin (enabling environment) yang akan membantu pencapaian tersebut. Seiring waktu, keluaran-
keluaran ini akan membawa kepada hasil yang diharapkan; untuk meningkatkan taraf hidup petani
kelapa sawit, menciptakan industri minyak kelapa sawit yang lebih sejahtera dan membuat kita mampu
melestarikan bumi ini beserta sumber daya yang dimilikinya dengan cara yang lebih baik. Tatkala ToC
terwujud sepenuhnya, akan terlihat perubahan pada hal-hal yang terpenting di lapangan, yakni suatu
ruang di mana kelapa sawit, lingkungan hidup dan masyarakat setempat dapat hidup berdampingan
secara harmonis. ToC juga memberikan suatu kerangka kerja untuk memantau, mengevaluasi dan
melaporkan dampak-dampak yang diperoleh dari penerapan P&C RSPO. Detail dapat dilihat pada RSPO
Theory of Change.

Pelaksanaan P&C yang efektif dan semakin banyaknya pekebun yang menggunakan P&C akan
menghasilkan hasil antara sebagai berikut:
• Diminimalkannya pemanfaatan sumber daya (tanah, air dan energi), pengurangan pemanfaatan
input – berkurangnya biaya.
• Berkurangnya polusi (air, udara, GRK).
• Meningkatnya manajemen risiko – rencana kelola dan kajian/penilaian.
• Perlindungan ekosistem yang lebih baik.
• Produktivitas yang optimal.
• Dihormatinya hak atas tanah dan hak pemanfaatan.
• Pekerjaan yang aman dan layak bagi semua anggota masyarakat.

16 Mei 2018 Hal. 4 dari 45


RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

Proses perubahan di RSPO dicirikan dengan adanya kemajuan dalam “Mobilisasi, TIndakan dan
Bertransformasi”. Sebagai pilar utama ToC RSPO, hal ini didukung oleh konsep tanggung jawab dan
akuntabilitas bersama untuk mencapai hasil.

Komitmen: Semua pelaku berkomitmen untuk turut berkontribusi dalam transformasi pasar.
Kolaborasi: Mengakui adanya kebutuhan akan kerja sama dan mewujudkannya: transformasi pasar tidak
akan terwujud tanpa kerja sama.
Akuntabilitas: Komitmen dan kerja sama perlu dipadukan dengan tanggung jawab bersama atas
dampak. Ekspektasi mitra dan anggota adalah komitmen bersama untuk berpartisipasi dan akuntabilitas
terhadap satu sama lain (mutual) atas hasil yang dicapai, dengan berdasarkan persetujuan bersama.

16 Mei 2018 Hal. 5 dari 45


RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

4 Fokus pada Hasil


Tujuan inti dari tinjauan terhadap P&C RSPO 2018 antara lain adalah:
• memasukkan unsur-unsur dampak;
• membuatnya lebih relevan dan praktis, khususnya dengan membuatnya termetrikasi (dapat
diukur); dan
• memasukkan unsur-unsur dampak sebagaimana diarahkan dalam ToC.

Penting untuk diperhatikan bahwa tidaklah memenuhi kelayakan untuk mengusulkan hasil terukur
secara spesifik pada tingkat indikator dikarenakan banyaknya tantangan, baik yang bersifat teknis
maupun politis. Dari penelitian dan pengalaman untuk standar lain, tantangan ini mencakup hal-hal
sebagai berikut.

• Atribusi – pencapaian hasil dilakukan berdasarkan atas berbagai tindakan dan konteks yang ada,
yang kerap berada di luar kendali pekebun (cuaca, kekuatan pasar, hama).
• Penentuan hasil yang relevan secara global.
• Keberpihakan kepada pekebun yang lebih besar dan memiliki sumber daya lebih banyak, di
mana hal ini dapat menumpulkan motivasi pekebun menengah ke bawah.
• Biaya dan beban untuk sistem pelaporan dan pengelolaan data.

Meski demikian, P&C yang berfokus pada hasil masih dapat dicapai. Dengan adanya restrukturisasi, yang
sebenarnya dilakukan adalah memperjelas hubungan antara serangkaian kriteria yang ada dan hasil
yang dikehendaki. Selain itu, saat ini tengah dilakukan pembahasan terhadap serangkaian ‘indikator
pelaporan’ inti yang dapat dimasukkan ke dalam Prinsip Pengelolaan dengan penyempurnaan terus-
menerus di masa mendatang. Pemantauan dan analisis-lah yang akan mengarahkan dan mendukung
inovasi serta peningkatan terus menerus untuk pekebun.

Ini tidak akan berfungsi hanya sebagai indikator kepatuhan semata, tetapi pelaporannya akan
dianjurkan. Dengan cara ini, RSPO akan mendapatkan informasi secara luas mengenai hasil pelaksanaan
P&C. Diusulkan agar indikator pelaporan ini berbentuk serangkaian kecil metrik strategis yang terkait
langsung dengan P&C tersebut dan diselaraskan dengan ToC dan Indikator Kinerja Utama (IKU)
kelembagaan RSPO. Semua ini akan dilakukan secara anonim untuk keperluan analisis, pemasaran dan
penilaian dampak.

Kriteria seleksinya adalah sebagai berikut.


• Menambahkan nilai bagi pekebun.
• Terkait langsung pada persyaratan-persyaratan P&C.
• Hasil kunci ToC.
• Telah dipersyaratkan untuk pengukuran, pemantauan dan/atau pelaporan.

Daftar Potensial (sudah diwajibkan untuk diukur, dipantau dan/atau dilaporkan)


Panen/produktivitas lahan 3.1.1
Jumlah hektar yang diidentifikasi sebagai kawasan pencadangan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) 5.2.1
Jumlah hektar kawasan gambut 4.3
Emisi GRK 5.6 (sudah dilaporkan dalam PalmTrace)
Pemanfaatan energi 5.4.1
Pemanfaatan air per ton Tandan Buah Segar (TBS) 4.4.4
Ukuran Kecelakaan Kerja Hilang Waktu (Lost Time Accident/LTA) 4.7.7
Jumlah pekerja – berdasarkan gender/status lokal – 6.11.1. analisis
Jumlah pelatihan (berdasarkan jenisnya?) – 4.5, 4.8, 5.2, 5.8, 6.13
Upah layak – 6.5
HAM dan hak pekerja – biner
Mendapatkan hak kepenguasaan lahan
Kompensasi lahan yang dibayarkan per hektar 6.4.3
Tenaga kerja setempat yang direkrut sebagai bagian dari tenaga kerja keseluruhan 6.11.1
Partisipasi petani (jumlah) 6.11.2 dan jenis jasa (sudah ada dalam ACOP untuk anggota lainnya)
Jumlah petani yang menjadi bagian basis pasok, yang dibedakan antara petani plasma dan mandiri.

16 Mei 2018 Hal. 6 dari 45


RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

5 Struktur P&C
P&C RSPO yang diusulkan ini ditata dalam tiga wilayah dampak berdasarkan ToC RSPO. Prinsip-
prinsipnya mengalami sedikit perubahan sesuai dengan perampingan dan akan lebih berfokus pada
hasil.

Sasaran Dampak Kesejahteraan (Prosperity): Sektor yang kompetitif,


berketahanan dan berkelanjutan
Prinsip 1 Transparansi dan Etika
Prinsip 2 Kepatuhan Hukum dan Hak
Prinsip 3 Perencanaan, Prosedur dan Perbaikan

Sasaran Dampak Sosial (People): Mata pencaharian berkelanjutan &


Pengurangan Kemiskinan
Prinsip 4 Kesejahteraan Masyarakat
Prinsip 5 Inklusivitas Petani
Prinsip 6 Hak dan Kondisi Pekerja

Sasaran Dampak Lingkungan (Planet): Ekosistem yang Lestari, dilindungi dan


ditingkatkan, yang bermanfaat bagi kehidupan generasi mendatang
Prinsip 7 Tanggung jawab Lingkungan serta Konservasi Sumber Daya Alam dan
Keanekaragaman Hayati

Peran dari masing-masing unsur standar:


Istilah Penjelasan Dokumen Pengaturan Standar Kategori
RSPO
Prinsip Pernyataan mendasar Pernyataan mendasar mengenai Normatif
mengenai hasil yang hasil yang dikehendaki, yang sering
dikehendaki kali memberikan tujuan secara
lebih terperinci
Kriteria Tampilan pelaksanaan Syarat yang perlu dipenuhi guna Normatif
prinsip – prakondisi/sarana memenuhi suatu prinsip. Kriteria
untuk menilai dipenuhi atau menjadi pelengkap bagi suatu
tidaknya prinsip yang ada. prinsip, dalam artian sesungguhnya
maupun operasional, tanpa
menjadi ukuran langsung terhadap
kinerja.
Indikator Variabel untuk mengukur Terpenuhinya keadaan-keadaan Normatif
pelaksanaan (positif atau yang terukur, sehingga
negatif) kajian/penilaian dapat dilakukan
untuk mengetahui apakah kriteria-
kriteria terkait tengah dipenuhi.
Indikator berisi suatu pesan atau
bagian informasi yang sarat makna.
Panduan Informasi tambahan yang Panduan berisi informasi Informatif
membantu pemahaman, bermanfaat untuk membantu
pelaksanaan dan pekebun/pihak manajemen PKS
pengauditan suatu dan auditor dalam memahami
persyaratan, indikator makna Kriteria dan/atau Indikator
dalam praktiknya untuk menjadi
acuan indikasi praktik yang baik
dan praktik yang perlu diikuti. (P&C
2013).

16 Mei 2018 Hal. 7 dari 45


RSPO P&C – P&C Review 2017/2018 Draft 2

Peran Istilah dan Definisi

Beberapa istilah yang dipakai dalam standar memuat definisi yang spesifik dari RSPO sebagaimana
diatur dalam Bagian Istilah dan Definisi pada standar ini. Definisi dimaksud merupakan unsur yang
mengikat dalam kriteria-kriteria dan indikator yang ada.

16 Mei 2018 Hal. 8 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Tabel 1: Gambaran Hasil P&C Berfokus Hasil yang Telah Direstrukturisasi – bagian bergradasi lebih gelap adalah persyaratan BERSAMA yang diusulkan
No Kriteria
Wilayah Dampak ToC Tujuan ToC Prinsip atau Topik Topik Kriteria NP Kaitan dengan ToC - Hasil Antara
Lama
Ketersediaan informasi dan publik 1.1/1.2/6.10 Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko
1. Transparansi dan etika Komunikasi dan konsultasi 6.2 Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko
Komitmen terhadap kode etik 1.3/6.10 Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko
Sektor minyak sawit yang berkelanjutan, kompetitif,
Kepatuhan hukum 2.1/6.10 Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko
dan berketahanan akan menentukan kelangsungan 2. Kepatuhan hukum dan
Hukum kontraktor pihak ketiga NEW TF4 Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko
seluruh rantai pasok dan manfaat bersama bagi sektor hak
Kesejahteraan swasta maupun mata pencaharian masyarakat di lokasi TBS dengan sumber sah NEW TF4 Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko
Rencana jangka panjang dan viabilitas ekonomi 3.1 Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko, lintas sektor
Sasaran Dampak: budi daya kelapa sawit dalam jangka panjang. Sistem
perencanaan dan pengelolaan yang efektif akan Perbaikan terus menerus 8.1 Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko, lintas sektor
Sektor yang kompetitif, membantu dalam kelangsungan ekonomi serta Prosedur Operasional Baku (SOP) 4.1 Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko
berketahanan, dan kepatuhan dan resiko lingkungan dan sosial, Analisis Dampak Lingkungan Sosial dan
5.1/6.1 Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko
menetapkan prosedur dan sistem untuk memastikan 3. Prosedur perencanaan Perencanaan 7.1
berkelanjutan Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko, Pekerjaan yang
kesesuaian dengan P&C RSPO, dan mendukung dan perbaikan Sistem pengelolaan pegawai NEW TF4
perbaikan terus-menerus menuju minyak sawit Aman dan Layak
berkelanjutan. Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko, Pekerjaan yang
Prosedur pekerjaan 6.4b
Aman dan Layak
Peningkatan Kualitas Manajemen Resiko, Pekerjaan yang
Pelatihan 4.8
Aman dan Layak
Penghormatan terhadap HAM 6.13 Penegakan HAM
Pengaduan dan Keluhan 6.3 Penegakan HAM
Pemanfaatan Lahan: FPIC 2.3 7.5 Penegakan HAM
Dilindungi, Dihormati dan Dipulihkannya HAM. Sektor 4. Hak dan Manfaat bagi
Pemanfaatan Lahan: Ganti Rugi 6.4 7.6 Penegakan HAM
minyak kelapa sawit berkontribusi terhadap Masyarakat
pengentasan kemiskinan dan produksi minyak kelapa Pemanfaatan Lahan: Konflik 2.2 Penegakan HAM
Sosial sawit merupakan sumber dari mata pencaharian Kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan
6.11 Akses Inklusif, Masyarakat
Sasaran Dampak: Mata berkelanjutan. Dalam hal ini, dilakukan penghormatan di tingkat lokal
terhadap HAM. Masyarakat turut berpartisipasi dalam
Pencaharian 5. Inklusivitas petani Hubungan yang adil dan transparan dengan petani 6.1 Akses Inklusif, Petani
proses-proses yang memengaruhi kehidupan mereka
Berkelanjutan & dengan akses dan manfaat bersama. Semua orang yang Peningkatan kualitas mata pencaharian 6.11 Petani
Ketentuan pembayaran dan kerja 6.5 Pekerjaan yang Aman dan Layak
Pengurangan terlibat dalam produksi minyak kelapa sawit memiliki
Kebebasan berserikat 6.6 Penegakan HAM, Pekerjaan yang Aman dan Layak
peluang yang setara untuk memenuhi potensi mereka
Kemiskinan dalam pekerjaan dan masyarakat secara bermartabat Tidak ada pekerja anak 6.7 Penegakan HAM, Pekerjaan yang Aman dan Layak
dan penuh kesetaraan serta dalam lingkungan Tidak ada diskriminasi 6.8 Penegakan HAM, Pekerjaan yang Aman dan Layak
6. Hak dan kondisi pekerja
pekerjaan dan kehidupan yang sehat. Tidak ada pelecehan 6.9 Penegakan HAM, Pekerjaan yang Aman dan Layak

Tidak ada tenaga kerja paksa atau diperdagangkan 6.12 Penegakan HAM, Pekerjaan yang Aman dan Layak
Rencana Kesehatan dan Keselamatan Kerja 4.7 Pekerjaan yang Aman dan Layak
Lingkungan Tujuan Dampak: Pelestarian, perlindungan, dan Pengelolaan hama terpadu yang efektif 4.5 Pemanfaatan Sumber Daya, Polusi, Produktivitas
peningkatan terhadap ekosistem yang tersedia bagi Penggunaan pestisida tidak membahayakan 4.6 Diminimalkannya Pemanfaatan Sumber Daya, Polusi
Tujuan Dampak: generasi berikutnya. Ekosistem beserta jasa-jasanya Pengelolaan limbah 5.3 Diminimalkannya Pemanfaatan Sumber Daya, Polusi
Ekosistem yang Lestari, terlindungi, pulih, dan memiliki ketahanan, termasuk di Kesehatan/kesuburan tanah 4.2 7.2 Produktivitas yang Optimal, Ekosistem
dalamnya melalui konsumsi dan produksi berkelanjutan 7. Pengelolaan Sumber Konservasi tanah (erosi/degradasi) 4.3a 7.4a Berkurangnya Polusi
dilindungi dan serta pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan Daya Alam dan Gambut 4.3b 7.4b Polusi, Ekosistem
ditingkatkan, yang [hutan yang dikelola secara lestari, memerangi Keanekaragaman Hayati Kualitas dan Kuantitas Air 4.4 Pemanfaatan Sumber Daya, Polusi, Ekosistem
bermanfaat bagi penggurunan, menghentikan kehilangan Pemanfaatan Energi 5.4 Pemanfaatan Sumber Daya Minimal, Polusi
keanekaragaman hayati (SDG15)]. Perubahan iklim Polusi dan GRK 5.6 7.8 Berkurangnya Kadar Polusi
kehidupan generasi diatasi melalui penurunan emisi GRK secara terus- Kebakaran 5.5 7.7 Berkurangnya Kadar Polusi
mendatang. menerus, dan polusi udara dan air dikendalikan. Tidak ada deforestasi (termasuk NKT) 5.2 7.3 Dilindunginya Ekosistem

16 Mei 2018 Hal. 9 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Sasaran Dampak Kesejahteraan (Prosperity): Sektor yang kompetitif, berketahanan, dan berkelanjutan
Tujuan dan Hasil
Sektor minyak sawit yang berkelanjutan, kompetitif, dan berketahanan akan menentukan kelangsungan seluruh rantai pasok dan manfaat bersama bagi sektor swasta maupun
penghidupan masyarakat di lokasi budi daya kelapa sawit dalam jangka panjang. Sistem perencanaan dan pengelolaan yang efektif akan membantu dalam kelangsungan
ekonomi serta kepatuhan dan risiko lingkungan dan sosial, menetapkan prosedur dan sistem untuk memastikan kesesuaian dengan P&C RSPO, dan mendukung perbaikan terus-
menerus menuju minyak sawit berkelanjutan.

Prinsip 1. Transparansi dan etika


Prinsip 2. Kepatuhan hukum dan hak
Prinsip 3. Perencanaan prosedur dan perbaikan

Prinsip 1: Transparansi dan Etika


Penyediaan informasi sosial, lingkungan, dan usaha yang kredibel kepada masyarakat akan memungkinkan pengambilan keputusan yang dilakukan secara lebih berwawasan
sehingga kualitasnya akan lebih baik. Informasi yang relevan, jujur, dan mudah dipahami akan meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan.

Kriteria Indikator Hasil yang Menjadi


Fokus
ToC
1.1 (versi sebelumnya 1.1.1 (versi sebelumnya 1.2.1) Dokumen manajemen yang dinyatakan dalam Prinsip dan Kriteria RSPO dibuka untuk Meningkatnya manajemen
1.1) Unit sertifikasi risiko
publik.
menyediakan informasi
yang memadai kepada
1.1.2 (SPG versi sebelumnya untuk 1.1.1) Informasi disajikan dalam bahasa yang sesuai dan dapat diakses
para pemangku
oleh pemangku kepentingan.
kepentingan mengenai isu
lingkungan, sosial dan
legal yang relevan dengan 1.1.3 (versi sebelumnya 1.1.2) Catatan permintaan informasi serta tanggapan yang diberikan harus disimpan
Kriteria RSPO, dalam dengan baik.
bahasa dan bentuk yang
sesuai guna memudahkan 1.1.4 (versi sebelumnya 6.2.1) Prosedur konsultasi dan komunikasi harus didokumentasikan, diperlihatkan,
partisipasi efektif dalam dilaksanakan, disediakan, dan dijelaskan kepada semua pemangku kepentingan terkait oleh petugas manajemen
pembuatan keputusan. yang telah ditunjuk.

16 Mei 2018 Hal. 10 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Kriteria Indikator Hasil yang Menjadi


Fokus

1.1.5 (versi sebelumnya 6.2.3) Terdapat daftar terbaru mengenai pemangku kepentingan dan perwakilannya yang
telah ditunjuk.
1.2 (versi sebelumnya 1.3) 1.2.1 (versi sebelumnya 1.3.1 & 1.3.2) Terdapat kebijakan mengenai perilaku etis dan dilaksanakan dalam semua Meningkatnya manajemen
Unit sertifikasi operasi dan transaksi bisnis, termasuk dalam perekrutan dan kontrak dengan pihak ketiga. risiko
berkomitmen pada
perilaku etis dalam 1.2.3 (versi sebelumnya 1.3.3) Terdapat suatu sistem untuk memantau kepatuhan dan pelaksanaan kebijakan dan
seluruh transaksi dan keseluruhan praktik bisnis yang etis
operasi bisnis.

Prinsip 2: Legalitas
Kepatuhan atau ketaatan terhadap hukum dan peraturan akan menjamin perilaku bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat dan lingkungan.

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang


difokuskan

ToC

2.1 (versi sebelumnya 2.1.1 (versi sebelumnya 2.1.1) Unit sertifikasi patuh terhadap persyaratan legal yang relevan. Meningkatnya manajemen
risiko
2.1) Terdapat
kepatuhan terhadap 2.1.2 (versi sebelumnya 2.1.2) Menerapkan sistem yang terdokumentasi untuk menjamin kepatuhan hukum,
seluruh regulasi dan termasuk dengan pihak ketiga yang dikontrak, lembaga perekrutan, penyedia layanan, dan kontraktor
hukum lokal, nasional, pekerja. Sistem ini memiliki perangkat untuk mencatat setiap perubahan dalam hukum.
dan internasional yang
telah diratifikasi 2.1.3 (versi sebelumnya 2.1.3b) Untuk sumber dari petani, termasuk melalui perantara, dikembangkan suatu
rencana terjadwal yang bersifat progresif untuk mencapai kepatuhan.

16 Mei 2018 Hal. 11 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang


difokuskan

2.1.4 (versi sebelumnya 2.2.2) Tidak ada penanaman di luar area yang telah ditetapkan secara legal dan
batas wilayah legal atau yang telah ditetapkan harus ditentukan dengan jelas dan terlihat dipertahankan.
2.2 (versi sebelumnya 2.2.1 (versi sebelumnya 2.x.1) Daftar pihak ketiga yang dikontrak harus disimpan dengan baik.
2.X.BARU1) Kontraktor
pihak ketiga yang 2.2.2 (versi sebelumnya 2.x.2) Pihak ketiga terkait yang dikontrak dapat menunjukkan bahwa mereka patuh
menyediakan layanan (disebutkan dalam kontraknya) terhadap persyaratan hukum.
operasional dan
memasok pekerja, 2.2.3 (versi sebelumnya 6.12.4) Klausul-klausul terhadap kerja paksa dan pekerja yang diperdagangkan
harus mematuhi dimasukkan dalam perjanjian dengan penyedia layanan dan pemasok.
persyaratan hukum.
2.3 (versi sebelumnya 2.3.1 (versi sebelumnya 2.1.3) Pabrik minyak sawit harus menunjukkan bahwa semua sumber FFB memenuhi
2.X.BARU2) Semua persyaratan hukum.
pasokan FFB dari luar
unit sertifikasi berasal 2.3.2 (versi sebelumnya 2.x.Baru2.1) Untuk semua FFB yang bersumber langsung, pabrik mencatat informasi
dari sumber yang legal. sebagai berikut.
• (versi sebelumnya 2.x.1.1.) Informasi mengenai lokasi geografis tempat asal FFB
• (versi sebelumnya 2.x.1.2) Bukti status kepemilikan atau hak/klaim atas lahan oleh pekebun/petani
• (versi sebelumnya 2.x.1.3) Jika dimungkinkan, izin tanam/operasi/dagang yang masih berlaku, atau
merupakan bagian dari koperasi yang memungkinkan dilakukannya jual beli FFB.

2.3.3 (versi sebelumnya 2.x.Baru2.2) Untuk semua FFB yang berasal dari pihak ketiga yang tidak diperoleh
secara langsung, seperti misalnya pusat pengumpulan, agen, atau perantara lainnya, maka harus disediakan
bukti sebagaimana tercantum dalam (versi sebelumnya) 2.x.1.

16 Mei 2018 Hal. 12 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Prinsip 3: Perencanaan Prosedur dan Perbaikan


Sasaran keseluruhan dari prinsip ini adalah untuk membantu pekebun menjadi lebih profesional dengan cara mengelola berbagai aspek sosial, lingkungan dan agronomi dari
operasi mereka dengan lebih baik lagi. Untuk mencapainya, pekebun melaksanakan rencana kelola jangka panjang dengan menetapkan prosedur dan sistem untuk memastikan
perbaikan yang terus-menerus. Sebagai hasilnya, sistem perencanaan dan pengelolaan ini akan mendukung produksi dan efisiensi yang optimal, dampak sosial positif,
pengurangan dampak lingkungan, dan peningkatan ketahanan tatkala beradaptasi terhadap perubahan.

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi


Fokus
ToC

3.1 (versi sebelumnya 3.1.1 (versi sebelumnya 3.1.1) Sebuah rencana manajemen atau bisnis harus didokumentasikan dan meliputi, apabila Meningkatnya manajemen
3.1) Terdapat rencana berlaku, sebuah kasus bisnis untuk petani penggarap skema (scheme smallholders). risiko
manajemen yang Produktivitas yang
dioptimalkan
terimplementasi, yang 3.1.2 (3.1.2) Tersedia sebuah program tahunan penanaman ulang yang diproyeksikan untuk selama minimum lima
bertujuan mencapai tahun (namun apabila diperlukan, dapat berjalan lebih lama untuk merefleksikan pengelolaan tanah rentan, lihat (versi
viabilitas ekonomi dan sebelumnya) Kriteria 4.3), yang ditinjau setiap tahun.
finansial jangka
panjang. 3.1.3 (versi sebelumnya SCCS 5.13.1/5.13.2) Organisasi harus melakukan tinjauan pengelolaan pada jangka waktu
yang telah direncanakan sesuai dengan skala dan sifat dari kegiatan yang dilaksanakan, termasuk di dalamnya
tinjauan mengenai:
• hasil audit;
• umpan balik konsumen;
• kinerja proses dan kepatuhan/kesesuaian produk;
• status tindakan pencegahan dan perbaikan;
• tindak lanjut dari tinjauan pengelolaan;
• perubahan yang dapat memberikan dampak terhadap sistem pengelolaan; dan
• rekomendasi untuk perbaikan.
3.2 (versi sebelumnya 3.2.1 (versi sebelumnya 8.1.1) Rencana tindakan untuk perbaikan berkelanjutan diimplementasikan, berdasarkan
8.1) Unit sertifikasi pertimbangan dampak sosial dan lingkungan utama serta peluang (opportunities) pengusaha perkebunan/pabrik
secara reguler minyak sawit, dan harus meliputi semua indikator relevan yang dicakup dalam Prinsip dan Kriteria ini.

16 Mei 2018 Hal. 13 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi


Fokus
memantau dan
meninjau ulang
kegiatan mereka, dan
mengembangkan serta
menerapkan rencana
tindakan yang
memungkinkan
perbaikan
berkelanjutan yang
tampak dalam operasi-
operasi utama.
3.3 (versi sebelumnya 4.1) 3.3.1 (versi sebelumnya 4.1.1) Terdapat Standard Operating Procedures (SOP) untuk perkebunan dan pabrik minyak Meningkatnya manajemen
Prosedur-prosedur sawit. risiko
operasi didokumentasikan
secara pantas, serta 3.3.2 (versi sebelumnya 4.1.2) Terdapat mekanisme untuk memeriksa konsistensi pengimplementasian prosedur.
diterapkan dan dipantau
secara konsisten. 3.3.3 (versi sebelumnya 4.1.3) Catatan-catatan pemantauan dan pelaksanaan setiap tindakan harus terpelihara dan
tersedia, dengan sesuai.
3.4 (versi sebelumnya 5.1 3.4.1 (versi sebelumnya 5.1.1 & 6.1.1) Kajian dampak sosial dan lingkungan (Social and Environmental Impact Meningkatnya manajemen
& 6.1) Aspek-aspek Assessment/SEIA), dilaksanakan melalui metodologi partisipatif yang mencakup para pemangku kepentingan yang risiko
manajemen perkebunan terdampak dan relevan, termasuk di dalamnya dampak dari skema petani/pemasok buah luar, didokumentasikan. HAM dijunjung tinggi
dan pabrik minyak sawit,
termasuk penanaman 3.4.2 (versi sebelumnya 5.1.2 & 6.1.3) Rencana pengelolaan dan pemantauan, termasuk jadwalnya, untuk menghindari
ulang, yang memiliki atau mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif, dikembangkan dengan partisipasi dari pihak-pihak
dampak lingkungan dan yang terdampak.
sosial diidentifikasi secara
partisipatif, dan rencana 3.4.3 (versi sebelumnya 5.1.3) Rencana ini dilaksanakan dan adaptif terhadap perubahan operasional.
untuk mengurangi
dampak negatif dan
meningkatkan dampak
positif telah dibuat,

16 Mei 2018 Hal. 14 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi


Fokus
diterapkan dan dipantau,
untuk menunjukkan
perbaikan secara terus
menerus.

3.5 (versi sebelumnya 7.1) 3.5.1 (versi sebelumnya 7.1.1) Analisis dampak sosial dan lingkungan (social and environmental impact
Untuk penanaman baru, assessment/SEIA) yang independen dilaksanakan melalui metodologi partisipatif dan melibatkan seluruh pemangku
analisis dampak sosial dan kepentingan relevan yang terdampak, didokumentasikan, termasuk di dalamnya dampak dari skema pemasok buah
lingkungan secara luar.
independen, partisipatif,
dan komprehensif 3.5.2 (versi sebelumnya 7.1.2) Rencana pengelolaan dan pemantauan, termasuk jadwalnya, untuk menghindari atau
dilaksanakan sebelum mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif, dikembangkan dengan partisipasi pihak-pihak
pendirian perkebunan terdampak.
atau operasi baru, atau
perluasan perkebunan 3.5.3 Rencana ini dilaksanakan dan adaptif terhadap perubahan operasional.
lama, dan hasilnya
diperhitungkan dalam
perencanaan, manajemen
dan operasi.
3.6 (versi sebelumnya 3.6.1 (versi sebelumnya 6.4b.1) Prosedur untuk perekrutan, seleksi, promosi, pensiun dan penghentian hubungan kerja Meningkatnya manajemen
6.4b) Terdapat sistem didokumentasikan. risiko
untuk mengelola Kerja yang aman dan layak
pekerja. 3.6.2 (6.4b.2) Terdapat mekanisme untuk mengecek konsistensi pelaksanaan prosedur ini dan catatan dipelihara.

16 Mei 2018 Hal. 15 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi


Fokus

3.7 (versi sebelumnya 3.7.1 (versi sebelumnya 4.7.2) Semua operasi dikaji risikonya untuk mengidentifikasi persoalan kesehatan dan Meningkatnya manajemen
4.7) Rencana keselamatan, dan prosedur didokumentasikan dan diimplementasikan. risiko
keselamatan dan Kerja yang aman dan layak
kesehatan pekerjaan 3.7.2 (versi sebelumnya 4.7.1) Tingkat efektivitas rencana kesehatan dan keselamatan dipantau untuk mengatasi
didokumentasikan, risiko kesehatan dan keselamatan terhadap masyarakat dan lingkungan.
dikomunikasikan secara
efektif, dan
diimplementasikan
3.8 (versi sebelumnya 3.8.1 (versi sebelumnya 4.8.1) Terdapat program pelatihan tercatat yang dapat diakses semua pekerja serta petani Meningkatnya manajemen
4.8) Seluruh staf, plasma dan pemasok buah luar yang mempertimbangkan kebutuhan secara spesifik berdasarkan gender dan risiko
pekerja, petani mencakup seluruh aspek Prinsip dan Kriteria RSPO, dalam bentuk yang mereka pahami, dan meliputi penilaian Kerja yang aman dan layak
penggarap dan pekerja reguler terhadap pelatihan.
kontrak telah diberikan
pelatihan yang layak. 3.8.2 (versi sebelumnya 4.8.2) Catatan pelatihan harus dipelihara (jika perlu secara orang perorangan).

KATA KUNCI untuk 3.8.3 (versi sebelumnya SCCS 5.8.2) Pelatihan yang sesuai diberikan bagi personil yang melaksanakan tugas yang
(kriteria BARU/yang penting terhadap pelaksanaan sistem sertifikasi rantai pasok yang efektif. Pelatihan ini spesifik dan sesuai dengan
diperluas) tugas yang dilaksanakan.

Program pelatihan
menyeluruh
meningkatkan
pengetahuan dan
kompetensi untuk
melaksanakan
pekerjaan, memahami
hak dan mematuhi
persyaratan hukum dan
standar.

16 Mei 2018 Hal. 16 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Catatan untuk Konsultasi Publik mengenai Penggabungan Persyaratan Rantai Pasok:

Revisi P&C untuk produksi minyak sawit berkelanjutan merupakan peluang untuk mengklarifikasi cakupannya dan mempermudah pelaksanaan proses sertifikasi.
Konsultasi dengan Lembaga Sertifikasi (LS) dan pekebun telah menunjukkan adanya ketertarikan untuk menggabungkan modul D dan E pada Standar Rantai Pasok
ke dalam P&C yang berlaku untuk PKS. Dalam sistem RSPO, yang menjadi unit sertifikasi adalah PKS dan basis pasoknya, dan produk bersertifikatnya adalah CPO
dan PK. Pada saat ini PKS disertifikasi menggunakan P&C dan berdasarkan modul D dan E Standar Rantai Pasok RSPO, di mana keduanya berlaku hanya pada PKS.

Hal ini membingungkan bagi pekebun dan CB yang harus merujuk pada kedua standar tersebut untuk pelatihan, persiapan sertifikasi, dan laporan audit
sertifikasi/pengawasannya. Selain itu, hal ini juga mengaburkan batas antara PKS dan operator hilir lainnya yang juga disertifikasi berdasarkan Standar Rantai
Pasok RSPO (SCCS). Penggabungan modul D dan E SCCS RSPO ke dalam P&C akan membuat cakupan P&C menjadi ‘menyeluruh’, sekaligus menyederhanakan
proses sertifikasi secara keseluruhan.

Tulisan di sini diambil langsung dari Standar Rantai Pasok RSPO untuk menggambarkan bagaimana integrasi yang demikian dapat terlihat dan belum dimodifikasi,
dengan menunda konsultasi internal yang juga dengan Komite Tetap Dagang dan Keterlacakan RSPO. Maka dari itu, pada saat ini kami lebih menerima komentar
mengenai konsep umum integrasi persyaratan rantai pasok untuk PKS daripada komentar mendetail mengenai susunan kata.

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi


Fokus
CATATAN: penomoran dilakukan berdasarkan standar SCCS saat ini – akan menjadi 3.9 & seterusnya dalam P&C hasil revisi Hasil ToC

Prosedur tercatat Unit harus memiliki prosedur tertulis dan/atau instruksi kerja guna memastikan dilaksanakannya semua unsur Meningkatnya manajemen
dari model rantai pasok yang berlaku dan dijelaskan secara spesifik. Ini harus mencakup sekurangnya hal-hal risiko
5.3/D3/E3 berikut ini.
• Prosedur yang lengkap dan termutakhir yang mencakup pelaksanaan semua unsur dalam persyaratan
model rantai pasok tersebut.
• Catatan dan laporan lengkap serta termutakhir yang menunjukkan kepatuhan terhadap persyaratan
model rantai pasok tersebut (termasuk catatan pelatihan).
• Identifikasi peran orang-orang yang memiliki tanggung jawab menyeluruh atas dan kewenangan dalam
pelaksanaan persyaratan-persyaratan ini serta kepatuhan terhadap semua persyaratan yang berlaku.
Orang-orang yang dimaksud harus mampu menunjukkan pengetahuan akan prosedur organisasi yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan standar ini.”
·Unit harus memiliki prosedur tercatat untuk penerimaan dan pengolahan TBS, baik yang bersertifikat
maupun tidak.

16 Mei 2018 Hal. 17 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Penjelasan (volume dan Estimasi tonase produk-produk Minyak Kelapa Sawit Mentah (CPO) dan Inti Sawit (PK) yang dapat diproduksi oleh Meningkatnya manajemen
integritas produk) PKS bersertifikat harus dicatat. risiko

D.2, E.2 Kemudian jumlah tonase aktual yang diproduksi harus dicatat dalam setiap laporan pengawasan tahunan
selanjutnya.

PKS juga harus memenuhi semua persyaratan registrasi dan pelaporan untuk rantai pasok yang semestinya
melalui organisasi pengelola rantai pasok RSPO (platform IT RSPO atau ‘pesanan dan klaim’ (book and claim)).
Pembelian barang Unit harus memverifikasi dan mencatat tonase dan asal TBS yang diterima, baik yang bersertifikat maupun tidak. Meningkatnya manajemen
risiko
5.4/D.4.1/E.4.1 Unit harus segera memberitahukan Lembaga Sertifikasi (Certification Body/CB) jika diperkirakan akan ada
kelebihan produksi pada tonase bersertifikat.
D.4.2/E.4.2
Kegiatan Alih Daya Unit yang di dalamnya terdapat kegiatan alih daya kepada pihak ketiga (contohnya sub-kontraktor untuk kegiatan Meningkatnya manajemen
(Outsourcing) penyimpanan, pengangkutan atau kegiatan lainnya yang dialihdayakan) dalam cakupan sertifikat Rantai Pasok risiko
RSPO yang dimilikinya wajib memastikan hal-hal sebagai berikut.
5.5/E.5.2 a) Unit memegang kepemilikan secara legal atas segala bahan input yang akan dimasukkan dalam proses yang
dialihdayakan.
b) Unit memiliki perjanjian atau kontrak yang mengatur proses yang dialihdayakan tersebut dengan setiap
kontraktor melalui perjanjian yang ditandatangani dan berlaku mengikat dengan kontraktor dimaksud. Unit
bertanggung jawab memastikan bahwa LS memiliki akses terhadap kontraktor alih daya atau operasi tersebut
manakala dianggap perlu untuk melakukan audit.
c) Unit memiliki sistem pengendalian yang tercatat dengan prosedur yang jelas untuk proses yang dialihdayakan,
di mana sistem tersebut dikomunikasikan kepada kontraktor terkait.
d) Selain itu, unit yang tengah dalam proses sertifikasi atau telah bersertifikat juga wajib memastikan (melalui
perjanjian) agar pihak ketiga independen yang terlibat memberikan akses sebagaimana diperlukan terhadap
operasi, sistem dan segala informasinya masing-masing kepada LS terakreditasi, setelah disampaikannya hal
tersebut.
e) Jika kegiatan PKS mengalihdayakan kegiatan kepada pabrik pengolahan inti kelapa sawit mandiri (tidak
dimiliki oleh organisasi yang sama), maka pabrik pengolahan inti kelapa sawit tersebut berada di bawah
tanggung jawab PKS yang mengalihdayakan, dan tidak perlu memegang sertifikat secara terpisah. PKS wajib
memastikan bahwa pabrik pengolahan inti kelapa sawit tersebut dimasukkan dalam perjanjian yang
ditandatangani dan berlaku mengikat.

16 Mei 2018 Hal. 18 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Penyimpanan catatan 5.9.1 Unit memelihara catatan dan laporan yang akurat, lengkap, termutakhir dan dapat diakses, untuk segala Meningkatnya manajemen
aspek persyaratan Sertifikasi Rantai Pasok RSPO. risiko
5.9, D.5.1, E.5.1
5.9.2 Masa penyimpanan untuk semua catatan dan laporan sekurangnya adalah 2 (dua) tahun serta harus
mematuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana diatur hukum yang berlaku dan mampu memastikan status
bersertifikat dari bahan-bahan mentah atau produk yang disimpan dalam stok.

5.9.3, D.5.1, E.5.1 digabung. Unit wajib mencatat dan mencocokkan semua tanda terima dari TBS bersertifikat
RSPO, dan pengantaran CPO dan PK bersertifikat RSPO setiap tiga bulan sekali.
Khusus untuk Kesetimbangan Massa (Mass Balance/MB): Semua volume minyak kelapa sawit dan minyak inti
sawit yang diantar dipotong dari sistem penghitungan bahan sesuai rasio konversi RSPO.

Khusus untuk MB: Unit hanya dapat mengantar penjualan MB dari stok positif. Stok positif dapat mencakup
produk yang dipesan untuk diantar dalam waktu tiga bulan. Namun unit diperkenankan untuk menjual produk
yang akan dimilikinya, yang berarti produk dapat dijual sebelum masuk stok (sell-short).
Faktor Konversi 5.10.1 Sedapat mungkin, nilai konversi harus diterapkan untuk memberikan estimasi yang andal untuk jumlah Meningkatnya manajemen
keluaran bersertifikat yang tersedia dari input terkait. Organisasi dapat menentukan dan menetapkan nilai konversi risiko
5.10 sendiri, di mana hal ini harus dilakukan berdasarkan pengalaman sebelumnya, dicatat, dan diterapkan secara
konsisten. Panduan untuk nilai konversi telah dipublikasikan pada laman situs RSPO (www.rspo.org).

5.10.2 Nilai konversi diuji secara berkala guna memastikan ketepatan dengan kinerja yang sesungguhnya atau rata-
rata industri jika dapat dilakukan.
Pengolahan Khusus untuk Penjagaan Identitas (Identity Preserved/IP): Melalui prosedur tercatat dan penyimpanan catatan, unit Meningkatnya manajemen
memastikan dan memverifikasi agar produk kelapa sawit bersertifikat RSPO tetap terpisah dari bahan yang tidak risiko
D.7 bersertifikat, termasuk selama pengangkutan dan penyimpanan.

Khusus untuk IP: Tujuannya adalah tercapai 100% bahan terpisah (tersegregasi).
Penjualan dan barang 5.7.1 Untuk produk-produk bersertifikat RSPO, organisasi memastikan ketersediaan informasi dalam bentuk Meningkatnya manajemen
keluar dokumen sekurangnya mengenai hal-hal berikut ini.. Informasi dimaksud harus lengkap dan dapat disajikan dalam risiko
satu dokumen saja atau dalam berbagai dokumen yang dikeluarkan untuk produk kelapa sawit bersertifikat RSPO
5.7 (contohnya catatan pengantaran, dokumen angkut, dan dokumen spesifikasi):
• Nama dan alamat pembeli;
• Nama dan alamat penjual
• Tanggal muat atau antar

16 Mei 2018 Hal. 19 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

• Tanggal dikeluarkan dokumen


• Penjelasan produk, termasuk di dalamnya model rantai pasok yang tersedia (dengan metode Penjagaan
Identitas, Segregasi atau Kesetimbangan Massa, atau singkatan-singkatan yang disetujui)
• Kuantitas produk yang diantar
• Semua dokumen angkut
• Nomor sertifikat rantai pasok
• Nomor pengenal unik
Klaim 5.11.1 Unit hanya mengajukan klaim terkait penggunaan atau dukungan produk-produk kelapa sawit bersertifikat Meningkatnya manajemen
5.11 RSPO yang mematuhi ketentuan RSPO yang mengatur komunikasi dan klaim. risiko

Sasaran Dampak Sosial (People): Mata Pencaharian Berkelanjutan & Pengurangan Kemiskinan
Tujuan dan hasil
Dilindungi, Dihormati dan Dipulihkannya HAM. Sektor minyak kelapa sawit yang berkontribusi terhadap pengurangan kemiskinan dan produksi minyak kelapa sawit merupakan
sumber dari mata pencaharian berkelanjutan. Dalam hal ini, dilakukan penghormatan terhadap HAM. Masyarakat turut berpartisipasi dalam proses-proses yang memengaruhi
kehidupan mereka dengan akses dan manfaat bersama. Semua orang yang terlibat dalam produksi minyak kelapa sawit memiliki peluang yang setara untuk memenuhi potensi
mereka dalam pekerjaan dan masyarakat secara bermartabat serta penuh kesetaraan, dan dalam lingkungan pekerjaan dan kehidupan yang sehat.

Prinsip 4: Kesejahteraan Masyarakat


Prinsip 5: Inklusivitas Petani
Prinsip 6: Hak dan Kondisi Pekerja

Prinsip 4 Hak dan Manfaat bagi Masyarakat


Dihormatinya hak masyarakat, diberikannya kesempatan yang sama, dioptimalkannya manfaat dari keterlibatan dalam minyak sawit dan dijaminnya
pemulihan.

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi


Fokus
ToC

16 Mei 2018 Hal. 20 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

4.1 (versi sebelumnya 4.1.1 (versi sebelumnya 6.13.1) Kebijakan untuk menghormati hak asasi manusia, termasuk pelarangan tindakan HAM dijunjung tinggi
6.13) Unit sertifikasi balasan terhadap Pembela Hak Asasi Manusia, didokumentasi dan dikomunikasikan ke seluruh pekerja, tingkatan
menghormati hak operasi dan masyarakat setempat.
asasi manusia yang
mencakup
penghormatan 4.1.2 (versi sebelumnya 6.13.x) Kebijakan perusahaan melarang aksi mengganggu dan intimidasi di luar hukum (extra-
terhadap hak Pembela judicial) oleh pasukan keamanan yang telah dikontrak.
Hak Asasi Manusia.
4.2 (versi sebelumnya 4.2.1 (versi sebelumnya 6.3.1) Sistem ini, yang terbuka untuk seluruh pihak yang terdampak, menyelesaikan
6.3 ) Terdapat sebuah perselisihan dengan pantas, tepat waktu dan efektif, serta menjamin anonimitas pelapor, pembela hak asasi manusia,
sistem yang disepakati juru bicara masyarakat dan pengungkap aib (whistleblower), apabila diminta, dan mengikuti protokol RSPO mengenai
bersama dan penghormatan terhadap pembela hak asasi manusia.
didokumentasi untuk
menghadapi keluhan- 4.2.2 (versi sebelumnya 6.3.6 ) Mekanisme keluhan/pengaduan yang memadai dan efektif dibuat, didokumentasikan
keluhan, yang dan dikomunikasikan, di mana melalui mekanisme tersebut pihak terdampak dapat menyampaikan keluhan atau
diimplementasikan pengaduan secara rahasia tanpa risiko adanya tindakan balasan atau intimidasi.
dan diterima oleh
seluruh pihak yang 4.2.3 (versi sebelumnya 6.3.3 ) Terdapat prosedur untuk memastikan bahwa sistem tersebut dipahami oleh
terdampak. pihak terdampak, termasuk mereka yang tidak dapat baca tulis.

4.2.4 (versi sebelumnya 6.3.4 ) Perusahaan senantiasa memberikan informasi mengenai kemajuan yang
dicapainya kepada pihak yang terlibat dalam keluhan, termasuk di dalamnya mengenai jadwal yang disepakati
bersama dan hasilnya tersedia.

4.2.5 (versi sebelumnya 6.3.5 ) Mekanisme penyelesaian konflik mencakup opsi akses terhadap nasihat legal
dan teknis independen, kemampuan pengadu untuk memilih perorangan atau kelompok yang dapat
memberikan dukungan kepadanya dan/atau bertindak sebagai pengamat, serta opsi untuk pihak ketiga yang
dikehendaki untuk menjadi mediator.
4.3 (versi sebelumnya 4.3.1 (versi sebelumnya 6.11.1 ) Kontribusi ke pembangunan masyarakat yang berdasarkan hasil konsultasi dengan
6.11 ) Pengusaha komunitas lokal harus didemonstrasikan.
perkebunan dan
pengusaha pabrik
minyak sawit

16 Mei 2018 Hal. 21 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

berkontribusi ke
pembangunan
berkelanjutan lokal
apabila dimungkinkan.
PEMANFAATAN 4.4.1 (versi sebelumnya 2.2.1 ) Dokumen-dokumen legal yang menunjukkan kepemilikan atau penyewaan legal, atau
LAHAN – FPIC pemanfaatan sah atas lahan adat yang disahkan oleh pemilik lahan adat melalui proses FPIC (lih. Kriteria 2.3). Dokumen
terkait sejarah kondisi kepemilikan, jangka waktu dan pemanfaatan aktual lahan secara legal atau adat tersedia.
4.4 (versi sebelumnya
2.3 ) Penggunaan
4.4.2 (versi sebelumnya 2.2.2 & SPG) Tidak ada penanaman di luar kawasan yang ditetapkan secara legal dan batas
tanah untuk minyak
sawit tidak wilayah legal atau resmi harus ditentukan dengan jelas dan terlihat diurus.
mengurangi hak
penggunaan, hak adat 4.4.3 (versi sebelumnya 2.3.2) Salinan perjanjian-perjanjian yang merincikan proses pemberian persetujuan sesuai
atau hak legal dari kategori FPIC (free, prior and informed) tersedia dan meliputi:
pengguna-pengguna a) Bukti bahwa sebuah rencana telah dikembangkan melalui konsultasi dan diskusi dalam itikad baik dengan seluruh
lain tanpa persetujuan
kelompok yang terdampak dalam komunitas tersebut, dengan penjaminan khusus bahwa kelompok rentan, minoritas
mereka (berdasarkan
FPIC). dan gender diajak berkonsultasi, dan bahwa informasi telah diberikan ke seluruh kelompok yang terdampak, termasuk
informasi mengenai langkah-langkah yang harus diambil untuk melibatkan mereka dalam proses pembuatan
keputusan;
b) Bukti bahwa perusahaan telah menghormati keputusan komunitas untuk memberikan ataupun tidak memberikan
persetujuan mereka terhadap operasi yang sedang dijalankan saat keputusan tersebut diambil;
c) Bukti bahwa implikasi legal, ekonomi, lingkungan dan sosial dari pengizinan operasi di tanah mereka telah dipahami
dan diterima oleh komunitas yang terlibat, termasuk implikasi terhadap status legal tanah mereka dan waktu
berakhirnya hak, konsesi atau masa sewa tanah yang dimiliki perusahaan

4.4.4 (versi sebelumnya 2.3.1) Peta-peta, dengan skala yang pantas, yang menunjukkan tingkat hak-hak penggunaan,
hak adat, atau hak hukum yang diakui dikembangkan melalui proses pemetaan yang melibatkan seluruh pihak yang
terdampak (termasuk komunitas-komunitas tetangga apabila berlaku, dan pihak-pihak yang berwenang yang relevan).

4.4.5 (versi sebelumnya 2.3.3) Seluruh informasi relevan harus tersedia dalam bentuk dan bahasa yang tepat, termasuk
analisis dampak, pembagian keuntungan yang diajukan, dan peraturan-peraturan legal.

16 Mei 2018 Hal. 22 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

4.4.6 (versi sebelumnya 2.3.4) Tersedia bukti yang menunjukkan bahwa komunitas-komunitas telah diwakilkan melalui
institusi atau perwakilan sesuai dengan pilihan mereka, termasuk oleh penasihat hukum jika mereka memilih demikian.

4.4.7 (versi sebelumnya 2.3.5) Terdapat bukti ditinjaunya pelaksanaan kesepakatan FPIC setiap tahun.
PERSETUJUAN BEBAS 4.5.1 (versi sebelumnya 7.6.1) Dokumen-dokumen yang menunjukkan identifikasi dan penilaian atas hak legal, hak adat
BERINFORMASI dan hak penggunaan tersedia.
SEBELUMNYA (FPIC)
PENGGUNAAN LAHAN 4.5.2 (versi sebelumnya 7.5.1) Tersedia bukti bahwa masyarakat lokal yang terkena dampak memahami bahwa mereka
– UNTUK berhak menyatakan ‘tidak’ pada operasi-operasi yang direncanakan di lahan mereka sebelum dan selama diskusi awal,
PENANAMAN BARU selama tahap pengumpulan informasi dan konsultasi yang terkait, selama negosiasi, dan hingga kesepakatan dengan
pengusaha perkebunan/pengusaha pabrik minyak sawit telah ditandatangani dan diratifikasi oleh masyarakat lokal.
4.5 (7.5 versi
sebelumnya) Pada 4.5.3 (versi sebelumnya 7.5.2) Diperolehnya FPIC untuk semua pembangunan kelapa sawit melalui proses yang
lahan-lahan yang menyeluruh, termasuk di dalamnya, secara khusus, penghormatan penuh terhadap hak legal dan adat atas wilayah,
dapat ditunjukkan
lahan dan sumber daya melalui lembaga yang mewakili masyarakat sendiri, di mana semua informasi dan dokumen
merupakan hak legal,
hak adat, atau hak yang sesuai harus disediakan, dengan opsi akses yang cukup terhadap masukan independen melalui proses konsultasi
penggunaan dan negosiasi yang bersifat dua arah, tercatat dan berjangka panjang, di mana masyarakat diberikan informasi dan
masyarakat lokal, memahami bahwa mereka berhak memilih untuk menolak pembangunan dan tidak dibebani kewajiban oleh kerangka
tidak ada pendirian hukum yang berlaku di daerah setempat.
perkebunan baru
tanpa persetujuan 4.5.4 (versi sebelumnya 7.5.3) Sebagai bagian dari proses FPIC, penilaian partisipatif dampak sosial, dan perencanaan
bebas berinformasi
partisipatif pemanfaatan lahan bersama masyarakat setempat, ada berbagai opsi penyediaan makanan yang
sebelumnya (free,
prior, informed) dari dipertimbangkan guna memastikan ketahanan pangan setempat. Terdapat transparansi dalam proses alokasi lahan.
masyarakat tersebut.
Hal ini diatasi melalui 4.5.5 (versi sebelumnya 7.6.6) Tersedia bukti bahwa komunitas-komunitas dan pemegang hak yang terkena dampak
sistem telah memiliki opsi untuk mengakses informasi dan nasihat yang bersifat independen dari pendukung proyek, yang
terdokumentasi yang berkaitan dengan implikasi legal, ekonomi, lingkungan dan sosial dari operasi-operasi yang direncanakan di lahan
memungkinkan
mereka.
masyarakat dan para
pemangku

16 Mei 2018 Hal. 23 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

kepentingan lainnya 4.5.6 (Pedoman Spesifik versi sebelumnya untuk 7.6.6) Adanya bukti bahwa komunitas (atau perwakilan komunitas
untuk menyatakan tersebut) telah memberikan persetujuan mereka terhadap fase awal perencanaan operasi sebelum adanya pengeluaran
pandangan mereka konsesi atau sertifikat tanah ke operator.
melalui institusi
perwakilan masing- 4.5.7 (versi sebelumnya7.6.7 ) Tidak ada lahan baru yang akan diperoleh untuk perkebunan dan PKS pada dan setelah
masing. tahun [2018] sebagai akibat dari penggusuran yang baru terjadi (tahun 2005 atau setelahnya) untuk kepentingan
nasional tanpa persetujuan (kekuasaan negara untuk melakukan penggusuran demi kepentingan umum).

4.5.8 (versi sebelumnya 7.6.8) Tidak ada lahan baru yang diperoleh pada kawasan-kawasan yang dihuni oleh
masyarakat yang berada dalam isolasi sukarela.
PEMANFAATAN Indikator:
LAHAN – KOMPENSASI 4.6.1 (6.4.1 versi sebelumnya) Tersedia prosedur untuk mengidentifikasi hak legal, adat atau penggunaan, dan prosedur
untuk mengidentifikasi orang-orang yang berhak mendapatkan kompensasi.
4.6 (versi sebelumnya
6.4) Seluruh negosiasi 4.6.2 (6.4.2 versi sebelumnya) Prosedur untuk mengkalkulasi dan mendistribusikan kompensasi yang adil dan
yang berhubungan berkesetaraan gender (dalam bentuk uang atau bentuk lain)harus dikembangkan dan diimplementasi, dimonitor dan
dengan kompensasi dievaluasi dalam cara yang partisipatif, dan tindakan-tindakan korektif diambil berdasarkan evaluasi tersebut.
kehilangan hak legal,
adat atau penggunaan
diurus melalui sistem 4.6.3 (Pedoman Spesifik versi sebelumnya untuk 6.4.2) Tersedia bukti dilakukannya upaya-upaya terbaik untuk
yang terdokumentasi memastikan bahwa kesempatan yang sama diberikan pada kepala keluarga – baik perempuan maupun laki-laki – untuk
yang memungkinkan memegang sertifikat tanah bagi petani penggarap.
masyarakat adat,
komunitas lokal, dan 4.6.4 (6.4.3 versi sebelumnya) Proses dan hasil dari setiap kesepakatan yang dinegosiasikan dan tuntutan kompensasi
pemangku didokumentasi, dengan bukti keterlibatan pihak-pihak yang terdampak, serta dibuka untuk publik.
kepentingan lainnya
untuk
mengekspresikan
pandangan mereka
melalui institusi
perwakilan masing-
masing.

16 Mei 2018 Hal. 24 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

KOMPENSASI 4.7.1 (7.6.2 versi sebelumnya) Sistem untuk mengidentifikasi orang-orang yang berhak mendapatkan kompensasi harus
PEMANFAATAN terimplementasi.
LAHAN - PENANAMAN 4.7.2 (7.6.3 versi sebelumnya) Sistem untuk menghitung dan mendistribusikan kompensasi adil (dalam bentuk moneter
BARU atau bentuk lain) harus terimplementasi.
4.7.3 (7.6.5 versi sebelumnya) Catatan pemrosesan dan hasil klaim harus terdokumentasi dan terbuka untuk publik.
4.7 (7.6 versi 4.7.4 (7.6.4 versi sebelumnya) Komunitas-komunitas yang kehilangan akses dan hak lahan dalam rangka ekspansi
sebelumnya) Apabila perkebunan harus diberikan kesempatan untuk mendapatkan manfaat dari pengembangan perkebunan.
dapat
didemonstrasikan
bahwa masyarakat
lokal memiliki hak
legal, hak adat, atau
hak penggunaan,
maka mereka
diberikan kompensasi
untuk setiap
penyerahan hak dan
akuisisi lahan yang
disepakati, yang
bergantung pada
pemberian
persetujuan bebas
berinformasi
sebelumnya dan
perjanjian yang
dirundingkan.
PEMANFAATAN 4.8.1 (2.2.3 versi sebelumnya) Apabila terdapat atau telah terjadi perselisihan, bukti tambahan atas akuisisi hak secara
LAHAN - KONFLIK legal dan bukti bahwa kompensasi adil telah diberikan kepada pemilik dan penghuni sebelumnya harus disediakan,
serta bukti bahwa kompensasi tersebut telah diterima dengan free, prior and informed consent (FPIC).

16 Mei 2018 Hal. 25 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

4.8 (2.2 versi 4.8.2 (2.2.4 versi sebelumnya) Tidak boleh terdapat konflik tanah yang signifikan, kecuali syarat-syarat untuk proses-proses
sebelumnya) Hak resolusi konflik dapat diterima (lihat Kriteria 6.3 dan 6.4) telah diimplementasi dan diterima oleh pihak-pihak yang terlibat.
untuk menggunakan Untuk perkebunan yang baru diakuisisi, perusahaan harus menangani setiap konflik yang belum terselesaikan.
tanah dapat
4.8.3 (SPG versi sebelumnya untuk 2.2.4) Jika terdapat bukti akuisisi melalui perampasan atau pengabaian paksa hak
diperlihatkan dengan
adat dan hak pemanfaatan sebelum operasi yang saat ini dijalankan, sementara masih ada pihak-pihak yang memiliki
jelas, dan hak tersebut
hak adat dan hak pemanfaatan lahan, maka klaim-klaim historis ini akan diselesaikan menggunakan persyaratan yang
tidak ditentang oleh
sesuai (acuan 2.3.1, 2.3.2, dan 2.3.3 versi sebelumnya).
masyarakat lokal yang
dapat menunjukkan
4.8.4 (2.2.5 versi sebelumnya) Untuk setiap konflik atau perselisihan terkait tanah, area yang diperselisihkan harus
bahwa mereka
dipetakan secara bersama-sama dengan pihak-pihak yang terdampak (termasuk komunitas-komunitas tetangga di
memiliki hak
mana berlaku).
penggunaan, hak adat,
atau hak legal.
4.8.5 (2.2.6 versi sebelumnya dan SPG) Operator minyak kelapa sawit tidak boleh memulai atau menggunakan tindak
kekerasan atau bentuk gangguan lainnya, termasuk penggunaan tentara bayaran dan paramiliter dalam operasi yang
dijalankannya.

Prinsip 5: Inklusivitas Petani

Petani yang merupakan aktor penting dalam mencapai Visi RSPO dan strategi kunci dalam ToC juga menghadapi tantangan seperti produktivitas rendah, kualitas tanah,
kurangnya keterampilan dalam bidang pertanian dan usaha, kurangnya akses terhadap keuangan, perubahan iklim, kerawanan pangan, dan ketidakseimbangan posisi tawar
yang membuatnya kesulitan memperoleh penghidupan yang layak. Dengan dimasukkannya petani dalam rantai pasok RSPO, kami berharap agar petani dapat hidup makmur,
memiliki sifat berkelanjutan, dan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas mata pencaharian keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Pada gilirannya, petani akan menjadi
mitra yang lebih kuat dan mampu membantu menciptakan rantai pasok yang terjamin dan stabil. Hal ini dapat dicapai melalui Hubungan yang Adil dan Transparan yang disertai
dukungan dari pekebun, PKS dan bagian lain rantai pasok.

16 Mei 2018 Hal. 26 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi


Fokus
5.1 (versi 5.1.1 (versi sebelumnya 6.10.1) Harga yang digunakan saat ini dan sebelumnya untuk pembayaran Tandan Buah Segar (TBS)
sebelumnya 6.10) harus dapat dilihat oleh publik.
Pengusaha
perkebunan dan 5.1.2 (versi sebelumnya 6.10.2) Harus tersedia bukti bahwa pengusaha perkebunan/pengusaha pabrik minyak sawit telah
pengusaha pabrik menjelaskan mengenai penetapan harga TBS, dan mekanisme penetapan harga untuk TBS serta input/jasa harus
minyak sawit didokumentasi (apabila mekanisme tersebut di bawah wewenang perkebunan atau pabrik minyak sawit).
berhadapan
secara adil dan 5.1.3 (versi sebelumnya 6.10.3) Harus tersedia bukti bahwa seluruh pihak memahami perjanjian kontrak yang mereka
transparan sepakati, dan bahwa kontrak tersebut bersifat adil, legal dan transparan.
dengan petani
penggarap dan 5.1.4 (versi sebelumnya 6.10.4) Pembayaran yang disepakati harus dilaksanakan secara tepat waktu.
bisnis lokal
lainnya. 5.1.5 Jika perusahaan mendukung kelompok petani mandiri dalam sertifikasi, maka ada kesepakatan jelas antara
perusahaan dengan petani mengenai siapa yang menjalankan Sistem Kontrol Internal (SKI), siapa yang memegang
sertifikat, dan siapa yang memegang dan menjual bahan-bahan bersertifikat. Jika konteksnya adalah Sertifikasi
Kelompok RSPO, maka yang berlaku adalah persyaratan sertifikasi RSPO.

5.2 Unit sertifikasi 5.2.1 (versi sebelumnya 6.11.2) Berdasarkan konsultasi, perusahaan harus mengembangkan, melaksanakan, dan secara
mendukung rutin meninjau program penjangkauan untuk dukungan yang ditujukan kepada semua petani (terlepas dari jenisnya) yang
ditingkatkannya berada di dalam basis pasoknya dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan hasil panen, serta mendukung
kualitas mata kompetensi (kewirausahaan dan manajerial), akses pasar, dan legalitas mereka, sebagaimana disepakati bersama.
pencaharian
petani.

16 Mei 2018 Hal. 27 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Prinsip 6: Hak dan Kondisi Pekerja


Melindungi hak pekerja dan memastikan kondisi kerja yang aman dan layak.

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang Menjadi


Fokus
ToC

6.1 (versi sebelumnya 6.8) 6.1.1 (versi sebelumnya 6.8.1) Kebijakan anti diskriminasi yang dapat diakses publik dilaksanakan sedemikian rupa Dijunjung tingginya
Seluruh bentuk untuk mencegah diskriminasi berdasarkan asal suku, kasta, asal negara, agama, disabilitas, gender, orientasi seksual, HAM,
diskriminasi dilarang. identitas gender, keanggotaan serikat, afiliasi politik, atau umur, dan kebijakan mengenai peluang yang setara Pekerjaan yang Aman
dan Layak
6.1.2 (versi sebelumnya 6.8.2) Tersedia bukti bahwa pekerja dan kelompok-kelompok termasuk komunitas lokal,
perempuan, dan pekerja migran tidak didiskriminasi. Bukti tersebut mencakup tidak dikenakannya biaya perekrutan
bagi pekerja migran.

6.1.3 (versi sebelumnya 6.8.3) Didemonstrasikan bahwa seleksi dalamperekrutan, akses terhadap pelatihan dan
kenaikan jabatan pekerja didasarkan pada keahlian, kemampuan, kualitas dan kesehatan medis yang dibutuhkan untuk
pekerjaan tersebut.

6.1.4 (versi sebelumnya 6.8.4) Tes kehamilan tidak dilaksanakan sebagai langkah diskriminatif dan hanya boleh
dilakukan jika diperintahkan demikian oleh hukum yang berlaku. Perempuan yang mengandung ditawari alternatif
pekerjaan lain yang setara.

6.1.5 (versi sebelumnya 6.8.5) Komite gender menjalankan tugas khusus untuk meningkatkan kesadaran,
mengidentifikasi, serta mengatasi persoalan dan peluang yang ada, dan peningkatan kualitas bagi perempuan.

6.1.6 (versi sebelumnya 6.8.6) Terdapat bukti adanya upah yang setara untuk cakupan kerja yang sama.

6.2 (versi sebelumnya 6.5) 6.2.1 (versi sebelumnya 6.5.1) Hukum yang berlaku di bidang ketenagakerjaan, serikat dan Perjanjian Kerja Bersama Dijunjung tingginya
Gaji dan kondisi untuk (PKB) lainnya dan catatan gaji dan persyaratan kerja tersedia bagi pekerja dalam bahasa nasional dan dijelaskan HAM, Pekerjaan yang
pekerja tetap dan pekerja kepada para pekerja dalam bahasa yang mereka pahami. Aman dan Layak

16 Mei 2018 Hal. 28 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

kontrak selalu memenuhi


standar minimum legal 6.2.2 (versi sebelumnya 6.5.2) Kontrak pekerjaan langsung dan dokumen terkait yang merincikan pembayaran dan
atau industri dan cukup kondisi pekerjaan (contohnya jam kerja reguler, potongan, lembur, cuti sakit, hak libur, cuti melahirkan, alasan
untuk menyediakan upah pemecatan, periode pemberitahuan pemberhentian kerja, dll. yang sesuai dengan persyaratan hukum nasional) dan
hidup yang layak. dokumen slip gaji memberikan informasi akurat mengenai kompensasi atas segala pekerjaan yang dilakukan,
termasuk di dalamnya pekerjaan yang dilakukan oleh anggota keluarga.

6.2.3 (versi sebelumnya 6.5.3) Terdapat bukti kepatuhan hukum untuk jam kerja reguler, potongan, lembur, sakit,
hak libur, cuti melahirkan, alasan pemecatan, periode pemberitahuan pemberhentian kerja dan persyaratan hukum
lainnya tentang ketenagakerjaan.

6.2.4 (versi sebelumnya 6.5.4) Unit sertifikasi menyediakan perumahan layak, persediaan air, kebutuhan-kebutuhan
medis, fasilitas pendidikan dan kesejahteraan yang sesuai dengan standar nasional atau standar lebih tinggi,
apabila fasilitas publik tidak tersedia atau tidak dapat diakses.
Peraturan perundangan nasional, atau jika tidak ada maka Panduan ILO No. 115 tentang Rekomendasi Perumahan
Pekerja, harus digunakan. Dalam hal dilakukannya akuisisi terhadap unit yang belum bersertifikat, maka diberikan
waktu yang wajar (5 tahun) untuk melakukan peningkatan infrastrukturnya.

6.2.5 (versi sebelumnya 6.5.5) Unit sertifikasi melakukan upaya untuk meningkatkan akses pekerja terhadap
makanan yang layak, cukup, dan terjangkau.

6.2.6 (versi sebelumnya 6.5.6) Semua pekerja harus dibayar dengan upah hidup layak, termasuk mereka yang
bekerja dengan basis borong/kuota, di mana penghitungan upah harus didasarkan atas kuota yang dicapai selama
jam kerja reguler.

6.2.7 (versi sebelumnya 6.5.7) Perusahaan menggunakan hubungan kerja secara permanen dan purna waktu
untuk semua pekerjaan inti (core work). Pekerjaan harian lepas, temporer dan harian hanyalah untuk pekerjaan-
pekerjaan yang bersifat sementara atau musiman, atau yang secara jelas diminta demikian oleh pekerja.

16 Mei 2018 Hal. 29 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

6.3 (versi sebelumnya 6.6) 6.3.1 (versi sebelumnya 6.6.1) Ada pernyataan pengakuan kebebasan berorganisasi dan hak melakukan Perjanjian Dijunjung tingginya
Majikan menghormati hak Kerja Bersama (PKB) yang terpublikasi dalam bahasa nasional dan dijelaskan kepada semua pekerja dalam bahasa yang HAM, Pekerjaan yang
seluruh pekerja untuk mereka pahami. Aman dan Layak
membentuk dan
bergabung dengan serikat 6.3.2 (versi sebelumnya 6.6.2) Notulensi rapat antara perusahaan dengan perwakilan pekerja atau serikat pekerja
pekerja yang diinginkan, utama, yang dipilih secara bebas, harus didokumentasikan.
serta untuk berunding
secara kolektif. Apabila 6.3.3 (versi sebelumnya 6.6.3) Tersedia bukti bahwa perusahaan telah mengakui Kebebasan Berserikat dan hak
hak dan kebebasan untuk melakukan Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
berasosiasi dan berunding
secara kolektif dibatasi 6.6.4 (versi sebelumnya 6.6.4) Pihak manajemen harus menghormati kemandirian organisasi/serikat atau asosiasi
oleh hukum, maka pekerja yang telah terdaftar, serta mengizinkan perwakilan yang mereka pilih sendiri dengan bebas, termasuk di
majikan memfasilitasi dalamnya pekerja migran dan kontrak.
cara-cara paralel untuk
berunding dan berasosiasi
secara bebas dan
independen untuk seluruh
pekerja.

6.4 (versi sebelumnya 6.7) 6.4.1 (versi sebelumnya 6.7.1) Terdapat kebijakan formal untuk melindungi anak, termasuk di dalamnya pelarangan Dijunjung tingginya
Anak-anak tidak praktik buruh anak beserta pemulihan (remediasi), yang dimasukkan ke dalam kontrak jasa dan perjanjian pemasok. HAM, Pekerjaan yang
dipekerjakan atau Aman dan Layak
dieksploitasi. 6.4.2 (6.7.2) Terdapat bukti dipenuhinya persyaratan usia minimum. Berkas pekerja menunjukkan bahwa semua
pekerja berada di atas usia minimal, secara nasional atau sesuai kebijakan perusahaan, tergantung mana yang lebih
tinggi. Terdapat prosedur tercatat untuk verifikasi terhadap seleksi usia.

6.4.3 (versi sebelumnya 6.7.3) Pekerja usia muda hanya dipekerjakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak
berbahaya, dan terdapat pembatasan yang protektif untuk pekerjaan tersebut.

6.4.4 (versi sebelumnya 6.7.4) Pekebun menunjukkan bahwa kebijakan yang bebas dari praktik buruh anak, dampak
negatif praktik buruh anak dan didorongnya perlindungan anak disampaikan kepada penyelia, staf kunci lainnya,
petani dan masyarakat di daerah tempat tinggal pekerja, dan pemasok TBS.

16 Mei 2018 Hal. 30 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

6.5 (versi sebelumnya 6.9) 6.5.1 (versi sebelumnya 6.9.1) Kebijakan untuk mencegah segala bentuk pelecehan dan kekerasan seksual dan lainnya Dijunjung tingginya
Tidak ada penghasutan diimplementasi dan dikomunikasikan pada seluruh pekerja. HAM, Pekerjaan yang
atau perlakuan kejam di Aman dan Layak
tempat kerja, dan hak-hak 6.5.2 (versi sebelumnya 6.9.2) Kebijakan untuk melindungi hak-hak reproduktif seluruh pekerja, terutama perempuan,
reproduktif dilindungi. diimplementasikan dan dikomunikasikan pada seluruh pekerja.

6.5.3 (dari SPG untuk 6.9.2) Disediakannya tempat yang memadai dan cuti berbayar agar pekerja perempuan yang
memiliki anak dapat menyusui atau mengeluarkan dan menyimpan ASI dalam situasi yang menjaga privasi.

6.5.4 (versi sebelumnya 6.9.3) Mekanisme pengaduan khusus yang menghormati anonimitas dan melindungi pengeluh
yang ingin dilindungi harus dibuat, diimplementasi, dan dikomunikasikan pada seluruh pekerja.

6.6 (versi sebelumnya 6.6.1 (versi sebelumnya 6.12.1) Semua pekerjaan bersifat sukarela dan hal-hal berikut ini dilarang: Dijunjung tingginya
6.12) Tidak ada HAM, Pekerjaan yang
• Ditahannya dokumen identitas atau paspor tanpa persetujuan pekerja. Aman dan Layak
penggunaan
• Dikenakannya bayaran untuk biaya perekrutan.
tenaga kerja yang
diperdagangkan secara • Alih kontrak.
ilegal atau dipaksa dalam • Kerja lembur yang diwajibkan.
bentuk apapun. • Tidak adanya kebebasan bagi pekerja untuk mengundurkan diri.
• Dikenakannya penalti untuk pemutusan hubungan kerja.
• Praktik kerja ijon.
• Ditahannya upah (sesuai dengan hukum nasional yang berlaku).

6.6.2 (versi sebelumnya 6.12.3) Apabila ada tenaga kerja migran atau temporer yang dipekerjakan, sebuah
kebijakan tenaga kerja khusus dan prosedur-prosedurnya harus didirikan dan diimplementasi.

6.7 (versi sebelumnya 4.7) 6.7.1 (versi sebelumnya 4.7.4) Orang-orang yang bertanggung-jawab terhadap aspek Kesehatan dan Keselamatan Pekerjaan yang Aman
Rencana keselamatan diidentifikasi. Terdapat catatan-catatan pertemuan reguler antara orang yang bertanggung jawab dan pekerja. Seluruh dan Layak
dan kesehatan pekerjaan masalah kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan yang merupakan kekhawatiran pihak-pihak yang terlibat harus
didokumentasikan, didiskusikan dalam pertemuan-pertemuan ini, dan isu-isu lain yang diangkat juga harus dicatat.
dikomunikasikan
secara efektif, dan 6.7.2 (versi sebelumnya 4.7.5) Tersedia prosedur-prosedur apabila terjadi kecelakaan dan keadaan darurat dan
diimplementasikan. instruksinya dapat dipahami dengan jelas oleh seluruh pekerja. Prosedur apabila terjadi kecelakaan tersedia dalam

16 Mei 2018 Hal. 31 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

bahasa yang dapat dipahami oleh para pekerja. Pekerja yang telah dilatih untuk memberikan Pertolongan Pertama
sebaiknya hadir baik di lapangan maupun di operasi-operasi lainnya, dan peralatan untuk pertolongan pertama
tersedia di tempat kerja. Catatan seluruh kecelakaan disimpan dan ditinjau secara berkala.

6.7.3 (versi sebelumnya 4.7.3 & SPG) Peralatan perlindungan yang layak disediakan secara cuma-cuma untuk seluruh
pekerja di lokasi pekerjaan guna mengatasi seluruh operasi yang berisiko, seperti pengaplikasian pestisida,
pengoperasian mesin, pembukaan lahan, proses panen, dan, apabila dilaksanakan, pembakaran lahan. Disediakannya
fasilitas sanitasi untuk pekerja penyemprot pestisida, sehingga pekerja dapat melepas APD, mencuci dan mengenakan
kembali pakaian pribadinya.

6.7.4 (versi sebelumnya 4.7.6) Seluruh pekerja diberikan perawatan medis yang ditanggung dalam asuransi
kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan karena kecelakaan terkait kerja yang berakibat pada cedera atau sakit ditanggung
oleh perusahaan.

6.7.5 (versi sebelumnya 4.7.7) Seluruh cedera kerja yang terjadi dicatat menggunakan penghitungan Lost Time
Accident (LTA).

16 Mei 2018 Hal. 32 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

Sasaran Dampak Lingkungan (Planet): Konservasi, perlindungan, dan peningkatan ekosistem yang bermanfaat bagi
kehidupan generasi mendatang

Tujuan dan hasil


Ekosistem beserta jasa-jasanya terlindungi, pulih, dan memiliki ketahanan, termasuk melalui konsumsi dan produksi berkelanjutan, serta pengelolaan sumber daya alam
berkelanjutan [hutan yang dikelola secara berkelanjutan, memerangi penggurunan, menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati (SDG 15)]. Perubahan iklim diatasi melalui
penurunan GRK secara terus-menerus, dan dilakukan pengendalian polusi udara dan air. Ketahanan yang jauh lebih besar pada produksi pangan dan serat kita. Umat manusia
juga akan memiliki air dan udara yang lebih bersih, dan dapat mengambil karbon dari udara guna meregenerasi tanah demi generasi saat ini dan yang akan datang. Menurunkan
input kita sekaligus mempertahankan dan bahkan meningkatkan hasil panen. Dan pada saat yang sama, tanah kita semakin membaik seiring berjalannya musim.

Prinsip 7: Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati Ditingkatkan


Lingkungan terlindungi, dikelolanya sumber daya alam dengan baik, dan dilestarikannya keanekaragaman hayati.

Kriteria Indikator yang Direstrukturisasi Hasil yang


Difokuskan
ToC

7.1 (versi sebelumnya 4.5) 7.1.1 (versi sebelumnya 4.5.1) Rencana-rencana Integrated Pest Management (IPM) dilaksanakan dan dimonitor. Minimalnya Pemanfaatan
Hama, penyakit, gulma dan Sumber Daya, polusi dan
spesies yang terintroduksi 7.1.2 (versi sebelumnya 4.5.4 BARU) Spesies yang dijadikan rujukan dalam Basis Data Spesies Invasif Global (Global produktivitas
yang invasif diatasi secara Invasive Species Database) tidak untuk digunakan pada kawasan yang dikelola kecuali rencana-rencana pencegahan
efektif melalui teknik penyebarannya dilaksanakan.
Integrated Pest
Management (Manajemen 7.1.3 (versi sebelumnya 4.5.3) Tidak ada penggunaan api untuk pengendalian hama kecuali dalam kondisi-kondisi
Hama Terintegrasi) yang luar biasa dan dengan persetujuan terlebih dahulu dari badan pemerintah yang berwenang. [Proses akan pada
tepat. Interpretasi Nasional].

16 Mei 2018 Hal. 33 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

7.2 (versi sebelumnya 4.6) 7.2.1 (versi sebelumnya 4.6.1) Justifikasi penggunaan setiap pestisida ditunjukkan. Apabila memungkinkan, Minimalnya Pemanfaatan
Penggunaan pestisida tidak digunakan produk-produk yang secara khusus ditujukan untuk memberantas hama, gulma atau penyakit yang Sumber Daya,
mengancam kesehatan ditargetkan, serta memiliki dampak minim terhadap spesies di luar target. Berkurangnya kadar Polusi
atau lingkungan.
7.2.2 (versi sebelumnya 4.6.2) Catatan penggunaan pestisida (termasuk bahan aktif yang digunakan dan LD50
bahan aktif tersebut, area yang ditargetkan, jumlah bahan aktif yang diaplikasikan per ha dan jumlah aplikasinya)
disediakan.

7.2.3 (versi sebelumnya 4.6.3) Setiap penggunaan pestisida diminimalkan sebagai bagian dari rencana, dan sesuai
dengan rencana Pengendalian Hama Terpadu (Integrated Pest Management). Tidak boleh terdapat penggunaan
pestisida secara preventif untuk mencegah penyakit (prophylactic use), kecuali dalam situasi-situasi khusus yang
telah diidentifikasi dalam pedoman Praktik-Praktik Terbaik nasional.

7.2.4 (versi sebelumnya 4.6.4) Pestisida yang termasuk kategori Badan Kesehatan Dunia (World Health Organisation)
Kelas 1A atau 1B, atau yang tercantum dalam Konvensi Stockholm atau Rotterdam, dan paraquat, tidak digunakan,
kecuali dalam situasi-situasi khusus yang telah disahkan melalui proses uji tuntas atau badan pemerintah yang
berwenang untuk menangani wabah hama.

Uji tuntas harus mengacu pada:


a) penentuan ancaman, dan verifikasi mengapa hal tersebut menjadi ancaman besar;
b) alasan tidak adanya alternatif lain untuk digunakan;
c) proses apa saja yang dilakukan untuk memverifikasi mengapa tidak ada alternatif lain dengan tingkat bahaya yang
lebih rendah;
d) proses apa yang dilakukan untuk membatasi dampak negatif penerapannya; dan
e) perkiraan skala waktu pelaksanaan dan langkah-langkah yang diambil untuk membatasi pelaksanaan terhadap
wabah khusus.

7.2.5 (versi sebelumnya 4.6.5) Penanganan, penggunaan atau pengaplikasian pestisida dilakukan oleh orang yang
telah menyelesaikan pelatihan wajib dan selalu diaplikasikan sesuai dengan label kegunaan produk. Seluruh
tindakan pencegahan yang terlekat pada produk disimak, diterapkan, dan dipahami oleh pekerja (lihat Kriteria 4.7).

7.2.6 (versi sebelumnya 4.6.6) Penyimpanan seluruh pestisida sesuai dengan praktik-praktik terbaik yang diakui.
Seluruh wadah pestisida dibuang dengan baik dan/atau ditangani secara bertanggung jawab jika digunakan untuk
tujuan lain.

16 Mei 2018 Hal. 34 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

7.2.7 (versi sebelumnya 4.6.8) Pestisida hanya boleh diaplikasikan dari udara apabila terdapat justifikasi yang
terdokumentasi. Dalam rintang waktu yang layak sebelum pengaplikasian pestisida dari udara, komunitas-
komunitas sekitar diinformasikan mengenai rencana pengaplikasian pestisida tersebut beserta dengan seluruh
informasi yang relevan.

7.2.8 (versi sebelumnya 4.6.9) Pemeliharaan keahlian dan pengetahuan pekerja dan petani penggarap yang terkait
mengenai penanganan pestisida, termasuk pembekalan informasi-informasi yang diperlukan dapat ditunjukkan.

7.2.9 (versi sebelumnya 4.6.11) Pengawasan medis tahunan yang spesifik untuk operator pestisida, dan tindakan
terdokumentasi untuk menangani kondisi-kondisi kesehatan terkait hal tersebut, dapat ditunjukkan.

7.2.10 (versi sebelumnya 4.6.12) Seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan pestisida tidak boleh dilakukan oleh orang
usia muda, wanita yang sedang hamil atau menyusui atau orang lain yang memiliki keterbatasan secara medis, dan
mereka ditawari pekerjaan lain sebagai alternatif.

7.3 (versi sebelumnya 7.3.1 (versi sebelumnya 5.3.3) Rencana manajemen limbah yang mencakup pengurangan, daur ulang, penggunaan Minimalnya
ulang, dan pembuangan berdasarkan toksisitas dan karakteristik bahaya dicatat dan dilaksanakan. Pemanfaatan Sumber
5.3) Limbah dikurangi,
Daya, Berkurangnya
didaur ulang, digunakan kadar polusi
ulang dan dibuang 7.3.2 (versi sebelumnya 4.6.10) Pembuangan limbah secara benar, sesuai dengan prosedur yang telah dipahami
secara komprehensif oleh pekerja dan manajer dapat ditunjukkan.
dengan cara yang
bertanggung jawab
secara sosial dan
lingkungan.

7.4 (versi sebelumnya 7.4.1 (versi sebelumnya 4.2.1) Praktik-praktik pertanian yang baik, sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam Minimalnya Pemanfaatan
Standard Operating Procedures (SOPs), telah dijalankan untuk mengelola kualitas tanah guna mengoptimalkan hasil Sumber Daya,
4.2) Praktik-praktik
panen. Berkurangnya kadar polusi
menjaga, atau – apabila dan dioptimalkannya
memungkinkan – produktivitas
7.4.2 (versi sebelumnya 4.2.3) Penarikan contoh tanah dan jaringan secara berkala dilakukan untuk memonitor dan
meningkatkan, tingkat mengelola perubahan pada kualitas tanah dan kesehatan tanaman.
kesuburan tanah
sehingga menjamin hasil

16 Mei 2018 Hal. 35 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

yang optimal dan 7.4.3 (versi sebelumnya 4.2.4) Strategi pendauran ulang nutrisi diimplementasi, dan dapat meliputi penggunaan
berkelanjutan. Janjang Kosong (Empty Fruit Bunches ), Palm Oil Mill Effluent (POME), dan residu kelapa sawit setelah penanaman
ulang.

7.4.4 (versi sebelumnya 4.2.2) Laporan catatan-catatan pemakaian pupuk dipelihara dengan baik.
7.5 (versi sebelumnya 7.5.1 (versi sebelumnya 4.3a.1) Tersedia Peta-peta yang mengidentifikasi tanah marginal dan ringkih, termasuk Berkurangnya kadar
lereng curam,. polusi, Dilindunginya
4.3a) Praktik-praktik
ekosistem dan
meminimalkan dan dioptimalkannya
7.5.2 (versi sebelumnya 4.3a.2) Rencana pengelolaan disusun dan dilaksanakan untuk meminimalkan dan
mengontrol erosi dan produktivitas.
mengendalikan erosi dan degradasi tanah, dengan diberikan perhatian khusus lokasi-lokasi berlereng dan jalan.
degradasi tanah. Sedangkan tanah marginal (misalnya tanah berpasir, tanah dengan kandungan organik rendah, tanah asam sulfat dan
tanah alkali) ditanami. Rencana tersebut termasuk tindakan-tindakan pengelolaannya.

7.6 (versi sebelumnya 7.6.1 (versi sebelumnya 7.2.1) Untuk menunjukkan kesesuaian lahan untuk budi daya kelapa sawit dalam jangka Minimalnya Pemanfaatan
panjang, maka peta tanah atau survei tanah yang mengidentifikasi tanah marginal dan ringkih, termasuk lereng Sumber Daya,
7.2) Survei tanah dan
curam, dipertimbangkan dalam rencana dan operasi. Berkurangnya kadar
informasi topografis polusi, Dilindunginya
digunakan dalam ekosistem
7.6.2 (versi sebelumnya 7.2.2) Survei tanah dan informasi topografis menjadi acuan dalam perencanaan sistem
perencanaan tempat drainase dan irigasi, jalan dan infrastruktur lainnya.
dalam perkebunan baru,
dan hasilnya akan
dimasukkan dalam
pembuatan rencana dan
operasi.

7.7 (versi sebelumnya 7.7.1 (versi sebelumnya 7.4.1) Tidak ada penanaman pada lereng curam. Minimalnya Pemanfaatan
Sumber Daya,
7.4a) Penanaman
7.7.2 (versi sebelumnya 7.4.2) Apabila terdapat proposal penanaman terbatas di tanah ringkih dan marginal, maka Berkurangnya kadar
ekstensif pada daerah polusi, Dilindunginya
strategi untuk melindungi tanah tanpa mendatangkan kerugian dikembangkan dan diimplementasi.
curam, dan/atau tanah ekosistem
ringkih dan marginal Catatan: Diperlukan pemeriksaan konsistensi dalam bahasa yang digunakan antara kriteria dan indikator
dihindari.

16 Mei 2018 Hal. 36 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

7.8 (versi sebelumnya 7.8.1 (versi sebelumnya 7.4b.1) Tidak ada penanaman baru di atas lahan gambut (setelah GA+1). Berkurangnya kadar
polusi, Dilindunginya
4.3b & 7.4b) Tidak ada ekosistem,
penanaman baru pada 7.8.2 (versi sebelumnya 4.3b.1) Tanah gambut di dalam kawasan yang dikelola diinventarisasi, Dioptimalkannya
didokumentasikan dan dilaporkan kepada Sekretariat RSPO.
lahan gambut, produktivitas

terlepas dari 7.8.3 (versi sebelumnya 4.3b2) Penurunan muka tanah di lahan gambut dimonitor, didokumentasikan dan
berapapun diminimalkan. Tersedia pula dokumentasi program pengelolaan air dan penimbunan tanah (ground cover).
kedalamannya
(setelah GA+1D) dan 7.8.4 (versi sebelumnya 4.3b.3) Penilaian kemampuan drainabilitas (pengaliran) dilakukan sesuai dengan
semua lahan gambut Prosedur Penilaian Drainabilitas RSPO sebelum penanaman ulang dilakukan di atas lahan gambut dan
dikelola secara hasilnya digunakan untuk menentukan viabilitas jangka panjang dari drainabilitas yang dibutuhkan untuk
penanaman sawit yang ada, atau menentukan apakah kelapa sawit tersebut perlu diganti dengan
bertanggung jawab.
tanaman lain/alternatif yang lebih toleran terhadap air atau kawasan tersebut direhabilitasi
menggunakan vegetasi alami.

7.8.5 (versi sebelumnya 4.3b.4) Semua penanaman yang ada di atas lahan gambut dalam kawasan
pengelolaan dikelola sekurangnya berdasarkan standar dalam ‘RSPO Manual on Best Management
Practices (BMPs) for existing oil palm cultivation on peat’ - versi 2, direvisi pada xx2018.

7.8.6 (sebagian versi sebelumnya 4.3b.4) Semua kawasan lahan gambut yang belum dikembangkan pada
kawasan pengelolaan (terlepas dari kedalamannya) dilindungi; drainase baru, pembangunan jalan dan
saluran listrik di atas tanah gambut tidak diperbolehkan; dan lahan gambut dikelola sekurangnya
berdasarkan standar dalam RSPO Best Management Practices for Management and Rehabilitation of
Natural Vegetation associated with Oil Palm cultivation on Peat ("BMP") - versi 2, xx 2018

7.9 (versi sebelumnya 4.4) 7.9.1 (versi sebelumnya 4.4.1 & SPG) Tersedia sebuah rencana manajemen air yang dilaksanakan untuk Minimalnya Pemanfaatan
Sumber Daya,
Praktik-praktik mendorong dilakukannya pemanfaatan yang lebih efisien dan adanya ketersediaan sumber air secara terus-
Berkurangnya kadar
pemeliharaan kualitas menerus, dan untuk menghindari dampak negatif pada pengguna lain dalam area tangkapan air (catchment polusi, Dilindunginya
dan ketersediaan air area), termasuk kontaminasi air permukaan atau air tanah, serta memastikan masyarakat dan pekerja ekosistem
tanah dan air memiliki akses memadai terhadap sumber air bersih.
permukaan.

16 Mei 2018 Hal. 37 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

7.9.2 (versi sebelumnya 4.4.2) Aliran air dan daerah rawa dilindungi, termasuk di dalamnya pemeliharaan dan
restorasi sempadan sungai dan zona penyangga lainnya yang sesuai sejalan dengan PPT RSPO untuk
Pengelolaan Kawasan Riparian (RSPO BMP for Management of Riparian Reserve).

7.9.3 (versi sebelumnya 4.4.3) Limbah pabrik minyak sawit ditangani sesuai dengan tingkat yang disyaratkan,
dan pemonitoran secara berkala terhadap kualitas limbah, terutama Biochemical Oxygen Demand (BOD),
sejalan dengan regulasi nasional.

7.9.4 (versi sebelumnya 4.4.4) Penggunaan air dalam pabrik minyak sawit per ton Tandan Buah Segar (TBS)
dipantau

7.10 (versi sebelumnya 7.10.1 (versi sebelumnya 5.4.1) Rencana peningkatan efisiensi penggunaan bahan bakar fosil dan pengoptimalan Minimalnya
Pemanfaatan Sumber
5.4) Efisiensi energi terbarukan diimplementasi dan dipantau.
Daya, Berkurangnya
penggunaan bahan kadar polusi,
bakar fosil dan Dilindunginya ekosistem
penggunaan energi
terbarukan
dioptimalkan.

7.11 (versi 7.11.1 (versi sebelumnya 5.6.1) Emisi gas rumah kaca (GHG) harus diidentifikasi dan dinilai. Rencana
sebelumnya 5.6 dan untuk mengurangi atau meminimalkan emisi tersebut harus diimplementasi, dipantau dengan Perangkat
7.8) Rencana untuk Hitung GRK Kelapa Sawit (Palm GHG Calculator) dan dilaporkan kepada publik.
mengurangi polusi
dan emisi, termasuk
7.11.2 (versi sebelumnya 7.8.1 & 7.8.2) Sejak tahun 2014, stok karbon dalam area pengembangan yang
gas rumah kaca,
diajukan dan sumber-sumber emisi potensial utama yang dapat merupakan akibat langsung dari
dikembangkan,
pembangunan diestimasi dan rencana untuk meminimalkan emisi tersebut harus disusun dan
diimplementasi, dan
dilaksanakan (dengan mengikuti Prosedur Penilaian GRK RSPO untuk Penanaman Baru).
dipantau, dan
pengembangan
7.11.3 (versi sebelumnya 5.6.2) Polutan lain yang signifikan diidentifikasi, dan rencana untuk mengurangi
perkebunan baru
atau meminimalkan polutan tersebut harus diimplementasi.
didesain untuk

16 Mei 2018 Hal. 38 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

meminimalkan emisi
gas rumah kaca.

7.12 (versi sebelumnya 7.12.1 (versi sebelumnya 5.5.1) Penyiapan lahan untuk penanaman baru atau penanaman ulang tidak Berkurangnya kadar
polusi, Dilindunginya
5.5 & 7.7) Api tidak menggunakan metode pembakaran.
ekosistem
digunakan untuk
membuka lahan dan 7.12.2 (versi sebelumnya 5.5.2) Pekebun harus menetapkan tindakan pencegahan dan pengendalian
pembakaran dicegah kebakaran untuk kawasan pengelolaan, termasuk pelibatan para pemangku kepentingan yang berada di
terjadi dalam kawasan kawasan yang berdampingan dengannya.
kelola.

Catatan konsultasi publik untuk Kriteria 7.13

Gugus Tugas/Kelompok Kerja Tanpa Deforestasi resmi di RSPO akan dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan komitmen ‘Tanpa Deforestasi’ RSPO yang
mencakup hal-hal berikut ini.
• Meninjau penggunaan HCSA Toolkit dan prosedur terkait di negara-negara berlanskap hutan lembap tropis terfragmentasi yang mencakup hal-hal di bawah ini.
o Mengusulkan proses-proses tata kelola.
o Umpan balik dan pembelajaran yang diperoleh dari penerapan awal.
• Mengawasi pelaksanaan prosedur Tutupan Hutan Tinggi (High Forest Cover/HFC) RSPO dan meninjau dimana hal tersebut dapat diberlakukan.
• Menetapkan peraturan bagi masyarakat setempat dan kelayakan dalam ‘kasus warisan’ (legacy case).
• Meninjau pengalaman dalam pelaksanaan prosedur HFC RSPO dan membuat penyesuaian sebagaimana diperlukan.
• Menyediakan pedoman untuk pengembangan kapasitas dan prosedur untuk mengatasi ketidakpatuhan.
• Memantau dan melaporkan perkembangan pelaksanaan pekerjaan dengan komitmen ‘Tanpa Deforestasi’ RSPO.

16 Mei 2018 Hal. 39 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

• Pedoman mengenai pelaksanaan, daftar periksa audit, dan tautan silang dengan praktik terbaik yang ada saat ini.
• Pedoman untuk penerapan di tingkat lanskap (selaras dengan pendekatan sertifikasi yurisdiksional).
• Pengidentifikasian perubahan yang diperlukan bagi NPP untuk memasukkan Kriteria 7.13.
• Pengembangan prosedur untuk mengatasi ketidaksesuaian.

Tinjauan: Efektivitas pedoman dan metodologi akan ditinjau 2 tahun setelah dimulainya pelaksanaan.

Pembukaan untuk Kriteria 7.13:

Kriteria X RSPO mengintegrasikan Kriteria 5.2 dan 7.3 pada versi sebelumnya dan bertujuan menyeimbangkan kebutuhan akan pembangunan, pengentasan kemiskinan,
dan mata pencaharian masyarakat di negara-negara yang memiliki HFC; dengan tujuan untuk mengurangi deforestasi pada hutan dengan stok karbon tinggi (hutan SKT).

Akan dilakukan pemantauan dan peninjauan terhadap dampak pelaksanaan Kriteria 7.13 dalam 2 tahun sejak disahkannya P&C ini (November 2018).

Kemungkinan juga diperlukan suatu batas waktu penerapan Indikator 7.13.2.2 dan 7.13.2.3.

Kriteria 7.13 Penanaman 7.13.1 Untuk perkebunan yang telah berdiri dan NPP yang diajukan sebelum bulan November 2018,
baru tidak boleh penilaian NKT secara menyeluruh, termasuk konsultasi dengan pemangku kepentingan, dilaksanakan
menyebabkan deforestasi dengan mengikuti prosedur yang telah disahkan RSPO dengan mempertimbangkan tingkat lanskap yang
atau menghilangkan lebih luas.
kawasan yang diperlukan
untuk memelihara atau 7.13.2 Untuk NPP yang diajukan setelah bulan November 2018, hutan SKT dan NKT diidentifikasi menggunakan
meningkatkan Nilai metodologi terintegrasi yang telah disahkan RSPO, yaitu sebagai berikut.
Konservasi Tinggi (NKT).
Hutan NKT dan SKT pada
7.13.2.1 Toolkit Pendekatan Stok Karbon Tinggi (High Carbon Stock Approach/HCSA) dan Panduan terpadu
kawasan kelola
Penilaian NKT-HCSA (bulan November 2017 atau versi terbaru) digunakan.
diidentifikasi, dipelihara,
dan ditingkatkan.

16 Mei 2018 Hal. 40 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

7.13.2.2 Pada lanskap HFC di negara-negara HFC, hanya masyarakat setempat yang dapat melakukan
pembangunan secara terbatas sesuai dengan prosedur HFC RSPO. [lih. catatan untuk konsultasi publik di bawah
ini.]
7.13.2.3 Pada lanskap HFC di negara-negara HFC, ‘kasus warisan’ akan ditinjau berdasarkan prosedur HFC RSPO.
[lih. catatan untuk konsultasi publik di bawah ini.]

7.13.3 Penanaman baru sejak tahun 2005 tidak boleh menghilangkan hutan primer atau kawasan yang diperlukan
untuk mempertahankan atau meningkatkan NKT, dan penanaman baru setelah tahun 2018 tidak boleh
menghilangkan hutan SKT. Analisis historis perubahan pemanfaatan lahan dilakukan sebelum dimulainya penanaman
baru sebagai bagian dari NPP, sesuai dengan dokumen pedoman LUCA RSPO.

7.13.4 Jika terdapat pembukaan lahan sejak bulan November 2005 yang dilakukan tanpa didahului penilaian NKT,
maka harus dijalankan Prosedur Remediasi dan Kompensasi (Remediation and Compensation Procedure/RaCP).

7.13.5 Jika kawasan NKT, SKT dan pencadangan lainnya telah diidentifikasi, maka rencana pengelolaan terpadu untuk
mempertahankan dan/atau meningkatkan kawasan tersebut disusun, dilaksanakan, dipantau dan ditinjau secara
berkala melalui pendekatan partisipatif untuk memasukkan pertimbangan mengenai kawasan kelola tersebut dan
tingkat lanskap terkait yang lebih luas dalam konsultasi dengan pemangku kepentingan yang relevan.

7.13.6 Jika hak yang saat ini dimiliki oleh masyarakat setempat telah diidentifikasi di dalam kawasan NKT, SKT dan
pencadangan lainnya, maka harus terdapat bukti adanya kesepakatan yang dinegosiasikan, yang menjaga baik NKT
maupun hak-hak tersebut secara optimal.

7.13.7 Pelaksanaan rencana kelola dipantau dan ditinjau secara berkala, termasuk di dalamnya dokumentasi status
NKT, SKT, kawasan lahan gambut dan spesies RTE. Hasil pemantauan dijadikan umpan balik bagi rencana pengelolaan.

7.13.8 Persiapan lahan mulai dilakukan hanya jika pemberitahuan telah diselesaikannya NPP telah disetujui.

16 Mei 2018 Hal. 41 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

CATATAN untuk konsultasi publik mengenai kriteria 7.13:


Definisi yang diusulkan:
Negara-negara HFC: Ditentukan menggunakan prosedur RSPO [tutupan hutan >60%, kelapa sawit <1% dari total luas lahan dengan menggunakan
data terkini mengenai tutupan hutan, secara historis memiliki tren deforestasi yang rendah tetapi meningkat, dan dikenal sebagai kawasan yang
berbatasan dengan kelapa sawit] dan saat ini mencakup Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Papua Nugini, Peru, Republik Kongo dan
Kepulauan Solomon.

Untuk sementara, dengan mempertimbangkan tren deforestasi bisnis seperti biasa (Business As Usual/BAU) saat ini, Provinsi Papua Barat dan
Papua di Indonesia juga termasuk dalam kategori tersebut. Ini merupakan suatu cara agar RSPO dapat memengaruhi transisi menuju arah
pengembangan alternatif yang menjaga hutan dan menghentikan deforestasi sesegera mungkin.

Lahan masyarakat setempat: lahan di mana masyarakat adat atau masyarakat setempat (sebagaimana didefinisikan dalam P&C 2013) memiliki hak
atas tanah, menurut hukum positif yang berlaku ataupun hukum adat setempat.

‘Kasus warisan’: lahan yang dimiliki atau dikendalikan langsung oleh anggota RSPO pada tanggal disahkannya standar ini (GA 2018), di mana proses
RSPO yang tengah berjalan untuk pembangunan baru dapat ditunjukkan dan didaftarkan kepada RSPO dalam waktu 6 bulan setelah tanggal
dimaksud.

Prinsip pedoman yang diusulkan untuk pelaksanaan:


Prinsip pedoman ini akan dikembangkan secara penuh hingga menjadi pedoman yang komprehensif, oleh Kelompok Kerja HFC RSPO sebelum bulan
November 2018 .

Lahan masyarakat setempat


Hanya masyarakat setempat yang dapat memulai pembangunan di lahannya yang ada di lanskap HFC. Perusahaan yang beroperasi di kawasan ini
harus bekerja sama dengan masyarakat setempat. Masyarakat setempat akan terus memiliki dan mempertahankan haknya untuk mengelola lahan
tersebut dan pembangunan yang dilakukan dapat didampingi oleh perusahaan berdasarkan persyaratan berikut ini.

• Harus ada manfaat yang dapat ditunjukkan bagi masyarakat setempat.


• Adanya pengakuan yang jelas oleh perusahaan terhadap hak legal maupun hak adat atas lahan, berdasarkan perencanaan partisipatif
pemanfaatan lahan.

• Diidentifikasinya hutan NKT dan SKT dan adanya proses FPIC.

16 Mei 2018 Hal. 42 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

• Kelas vegetasi Hutan Kerapatan Menengah dan Hutan Kerapatan Tinggi tidak dikonversi menjadi kawasan penanaman baru (menggunakan
pengkelasan HCSA)

• Pengembangan dan pelaksanaan rencana konservasi dan pemanfaatan lahan terpadu (menggunakan metodologi RSPO berdasarkan informasi
dari Toolkit HCSA) yang memastikan rasio minimal 1:1 untuk pembangunan dan konservasi, serta memastikan pemeliharaan kawasan untuk
mata pencaharian dan ketahanan pangan masyarakat.

• Adanya partisipasi masyarakat yang jelas dan terdokumentasi dalam pengembangan dan pelaksanaan rencana konservasi dan pemanfaatan
lahan terpadu yang disepakati bersama.

• Dijaminnya ketahanan pangan setempat.

• Adanya data pembanding awal tentang kesejahteraan dan proyeksi sumber pendapatan alternatif, yang menunjukkan perkiraan perolehan dari
pembangunan minyak sawit dibandingkan dengan alternatif-alternatif tersebut.

• Netralitas karbon.

• Semua kawasan NKT dan kawasan konservasi lainnya dikelola dan dipertahankan sesuai dengan Panduan Umum Pengelolaan dan Pemantauan
HCV (HCV Common Guidance on Management and Monitoring).

• Kajian dampak sosial dan lingkungan strategis mempertimbangkan dampak yang lebih luas di seluruh lansekap untuk juga mempertimbangkan
dampak dari infrastruktur (acuan silang dengan kombinasi 5.1/6.1/7.1 versi sebelumnya).

‘Kasus warisan’
Pada ‘kasus warisan’ di dalam negara/lanskap HFC, akan ada:

• penilaian NKT-SKT-FPIC terpadu;

• Kelas vegetasi Hutan Kerapatan Menengah dan Hutan Kerapatan Tinggi tidak dikonversi menjadi kawasan penanaman baru [menggunakan
pengkelasan HCSA]

16 Mei 2018 Hal. 43 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators

• Pengembangan dan pelaksanaan rencana konservasi dan pemanfaatan lahan terpadu (menggunakan metodologi RSPO berdasarkan informasi
dari Toolkit HCSA dan memastikan rasio minimal 1:1 untuk pembangunan dan konservasi, serta memastikan pemeliharaan seluruh area
penggunaan masyarakat);

• Semua kawasan NKT dan kawasan konservasi lainnya dikelola dan dipertahankan sesuai dengan Panduan Umum Pengelolaan dan Pemantauan
HCV (HCV Common Guidance on Management and Monitoring)

• Netralitas karbon (menggunakan prosedur penilaian GRK RSPO untuk pengembangan baru);

• Proses pengambilan keputusan yang disepakati bersama dengan masyarakat terdampak;

• Kajian dampak sosial dan lingkungan strategis mempertimbangkan dampak yang lebih luas di seluruh lanskap untuk juga mempertimbangkan
dampak dari infrastruktur (acuan silang dengan kombinasi 5.1/6.1/7.1 versi sebelumnya).

16 Mei 2018 Hal. 44 dari 45


RSPO Principles, Criteria and Indicators Restructuring Subgroup Proposal Draft TF4 Basis

16 Mei 2018 Hal. 45 dari 45


Lampiran 1 – Definisi
Daftar definisi di bawah ini menggabungkan definisi yang berasal dari P&C 2013 dengan beberapa istilah baru yang diidentifikasi dalam proses Tinjauan
P&C. Ada beberapa definisi yang perlu dijabarkan lebih lanjut, sementara lainnya mungkin masih perlu penambahan.

Catatan untuk konsultasi publik: informasikan jika Anda memiliki usul istilah lain dalam draf P&C yang perlu kami buatkan definisinya.

DEFINISI SUMBER

Buruh Anak Pekerjaan yang dilakukan oleh anak di bawah usia minimal bekerja sebagaimana diatur Berdasarkan Konvensi ILO
hukum nasional, di mana usia ini tidak dapat kurang dari usia untuk menamatkan No. 138
pendidikan wajib, dan dalam keadaan apa pun tidak dapat kurang dari 15 tahun.

Catatan: Definisi ‘Perkebunan Keluarga’ (family farm) berdasarkan P&C RSPO 2013
mengatur pengecualian sebagai berikut:

“Pekerjaan oleh anak-anak dibolehkan di perkebunan keluarga, di bawah pengawasan orang tua;
selama tidak mengganggu program pendidikan; selama anak-anak merupakan bagian dari
keluarga dan selama mereka tidak terpapar pada kondisi berbahaya.”

Alih Kontrak Terjadi jika pekerja migran tiba di lokasi kerja tanpa adanya kontrak kerja tertulis, atau jika Laporan ILO kepada Komite
ia, setibanya di lokasi kerja, ditawari kontrak baru yang isinya berbeda dari apa yang yang menjelaskan dugaan
dijanjikan kepadanya di negara asalnya, termasuk di dalamnya terkait dengan jenis ketidakpatuhan oleh Qatar
pekerjaan dan upah. terhadap Konvensi ILO No.
29 tentang Pekerja Paksa,
Pasal 9.

Kerja Ijon Pemberi kerja dianggap memasuki status atau persyaratan kerja ijon jika pekerjanya, atau Dewan HAM Majelis Umum
pekerja pihak ketiga yang berada dalam kendalinya, diwajibkan membayar kembali PBB: Laporan Pelapor
pinjaman atau uang yang sebelumnya telah diberikan kepadanya, di mana nilai pekerja Khusus tentang bentuk-
perusahaan tidak diberlakukan pada likuidasi utang atau masa kerja tidak dibatasi, bentuk modern
dan/atau tidak ada penentuan sifat pekerjaan. perbudakan, termasuk
penyebab dan
konsekuensinya. Juli 2016.

Upah Layak Remunerasi yang diterima oleh seorang pekerja untuk pekan kerja standar di tempat Definisi Upah Layak dari
tertentu, dengan jumlah yang cukup untuk mencapai standar hidup yang layak bagi Upah Hidup Layak untuk
pekerja yang bersangkutan dan keluarganya. Unsur dalam standar hidup layak mencakup Sektor Minyak Kelapa
makanan, air, tempat tinggal, pendidikan, layanan kesehatan, transportasi, pakaian dan Sawit: metode dan
kebutuhan lainnya yang bersifat mendasar, termasuk di dalamnya bekal untuk pelaksanaan. Laporan
menghadapi hal-hal tak terduga. rekomendasi untuk RSPO.
True Price, Januari 2018.
Definisi ini berdasarkan
Anker, R. dan Anker, M.
(2017). Upah layak di
seluruh dunia. Petunjuk
untuk Pengukuran.

Analisis Dampak Suatu proses untuk memperkirakan dan mengevaluasi dampak suatu atau serangkaian tindakan P&C 2013
Lingkungan (AMDAL) pada lingkungan, di mana kesimpulannya kemudian digunakan sebagai perangkat untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan. Catatan: perlu adaptasi
dengan Kajian Dampak
Lingkungan dan Sosial
(Environmental and Social
Impact Assessment/ESIA)
ketimbang hanya AMDAL
saja.

Pengambilalihan dan Pengambilalihan “terjadi manakala suatu badan publik (contohnya pemerintah provinsi beserta [1] Apakah yang
kekuasaan negara para badannya, pemerintah kabupaten, pemerintah kota, dewan sekolah, serta lembaga dan dimaksud dengan
untuk melakukan utilitas pendidikan tinggi) mengambil alih kepemilikan pribadi dengan tujuan yang dianggap pengambilalihan
pembebasan demi merupakan kepentingan umum”.[1] Berbeda dengan eminent domain, pengambilalihan juga dapat (expropriation)? British
kepentingan umum mengacu pada pengambilalihan kepemilikan pribadi oleh badan swasta yang diberi kewenangan
(eminent domain)
Columbia Expropriation
oleh pemerintah untuk mengambil alih kepemilikan pada keadaan tertentu. Compensation Board;
dikutip di Wikipedia.

Disarankan memberikan
definisi yang lebih baik
untuk ini.
Pembayaran Penyuapan dalam jumlah kecil yang dibayarkan untuk memfasilitasi tindakan rutin [1] Panduan UU
Fasilitasi Pemerintah [1]. Penyuapan Inggris Tahun
2010
[2] Panduan tentang
Contoh yang biasa ditemukan adalah jika seorang pejabat pemerintah diberikan uang atau barang
Tindak Pidana Suap
untuk menjalankan (atau mempercepat kinerja) tugas yang tengah dijalankan [2].
terhadap Dinas
Pemerintah dan
Penggelapan Serius di
Inggris
Perkebunan Perkebunan yang dioperasikan dan pada umumnya dimiliki oleh keluarga untuk budi daya kelapa P&C 2013
Keluarga sawit, terkadang bersama dengan produksi tanaman lain secara subsisten (cukup untuk kebutuhan
sendiri), di mana sebagian besar kebutuhan akan tenaga kerja dipenuhi oleh keluarga tersebut.
Perkebunan semacam ini menjadi sumber utama pendapatan, dan luas kawasan yang ditanami
kelapa sawit kurang dari 50 hektar. Pekerjaan oleh anak diperbolehkan pada perkebunan keluarga
selama berada di bawah pengawasan orang dewasa, tidak mengganggu program pendidikan, anak
merupakan bagian dari anggota keluarga yang bersangkutan, dan tidak terpapar kondisi kerja yang
berbahaya.
Ketahanan Pangan Ketahanan pangan dicapai manakala semua orang di sepanjang waktu memiliki akses fisik, sosial Konferensi Tingkat Tinggi
dan ekonomi terhadap makanan yang cukup, aman dan bergizi guna memenuhi kebutuhan dan Makanan Dunia FAO,
pilihan makanan demi kehidupan yang aktif dan sehat. Pada umumnya terdapat empat dimensi 1996. Informasi lebih
ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, pemanfaatan pangan dan stabilitas rinci, lih. Ikhtisar
pangan.
Kebijakan FAO Keluaran
Ke 2 Juni 2006.
Tanah Rentan dan Pedoman RSPO (dalam
Marjinal tahap pengembangan)
Hutan lembab tropis Diperlukan panduan dari
yang terfragmentasi konsultasi ‘Tanpa
Deforestasi’
Kesetaraan Gender Mengacu pada kesetaraan hak, tanggung jawab dan peluang antara perempuan dan laki-laki, baik Badan PBB untuk
dewasa maupun anak. Kesetaraan tidak berarti bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak, Kesetaraan Gender dan
tanggung jawab dan peluang yang sama; melainkan, hak kedua jenis kelamin tersebut tidak akan Pemberdayaan
digantungkan pada apakah mereka terlahir sebagai laki-laki atau perempuan. Kesetaraan gender Perempuan (UN
berarti bahwa kepentingan, kebutuhan dan prioritas laki-laki maupun perempuan turut
Women), OSAGI Gender
dipertimbangkan dengan mengakui perbedaan antara kelompok perempuan dan laki-laki.
Mainstreaming – Konsep
Kesetaraan gender bukanlah persoalan perempuan semata, akan tetapi terkait dengan dan
dan definisi
sepenuhnya dihadapi oleh kedua jenis kelamin tersebut. Kesetaraan antara perempuan dan laki-
laki merupakan persoalan HAM sekaligus prasyarat dan indikator bagi pembangunan berkelanjutan
yang berfokus pada manusia.

Hutan Stok Karbon


Tinggi
Lanskap Tutupan
Hutan Tinggi (High
Forest Cover/HFC)

Kawasan Bernilai Kawasan yang penting untuk memelihara atau meningkatkan satu atau lebih Nilai Konservasi Tinggi P&C 2013
Konservasi Tinggi (NKT):
(KBKT)

NKT 1 – Keanekaragaman spesies. Keterpusatan keanekaragaman biologis yang mencakup spesies


endemik, dan spesies langka, terancam atau terancam punah, yang signifikan pada level global,
regional atau nasional.

NKT 2 – Ekosistem dan mosaik pada level lanskap. Ekosistem dan mosaik ekosistem pada level
lanskap yang luas yang memiliki signifikansi pada tingkat global, regional atau nasional, dan
memiliki populasi yang layak dari sebagian besar spesies alami serta memiliki pola persebaran dan
jumlah yang alami.

NKT 3 – Ekosistem dan habitat. Ekosistem, habitat atau refugia langka, terancam, atau terancam
punah.

NKT 4 – Jasa ekosistem. Jasa ekosistem mendasar dalam situasi penting, termasuk perlindungan
daerah tangkapan air dan kontrol erosi pada tanah rentan dan lereng.

NKT 5 – Kebutuhan masyarakat. Situs dan sumber daya yang fundamental untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat lokal atau masyarakat adat (untuk mata pencaharian, kesehatan,
makanan, air, dll.), yang teridentifikasi melalui interaksi dengan komunitas atau masyarakat adat
terkait.
NKT 6 – Nilai kultural. Situs, sumber daya, habitat, dan lanskap dengan signifikansi kultural,
arkeologis, atau sejarah pada tingkat global atau nasional, dan/atau kepentingan kultural, ekologis,
ekonomi atau religi/sakral bagi budaya tradisional masyarakat lokal atau masyarakat adat, yang
teridentifikasi melalui interaksi dengan komunitas atau masyarakat adat terkait.

Catatan: RSPO akan mengembangkan pedoman yang jelas untuk pengidentifikasian, pengelolaan
dan pemantauan yang standar (beserta jenis lain pedoman terkait) untuk NKT, yang akan
mencakup pedoman untuk kesesuaian dengan panduan umum (toolkit) nasional jika diperlukan.

Pembela HAM Resolusi Majelis Umum


RSPO No. 6e/2016
Itikad Baik Prinsip itikad baik berarti bahwa para pihak melakukan setiap usaha untuk mencapai kesepakatan, Tanya Jawab ILO untuk
melakukan negosiasi yang tulus dan membangun, menghindari penundaan yang tidak adil dalam usaha dan Perjanjian Kerja
negosiasi, menghormati dan melaksanakan kesepakatan yang dicapai dengan penuh itikad baik, Bersama (PKB)
dan memberikan cukup waktu untuk membahas dan menyelesaikan sengketa kolektif. Untuk
badan usaha multinasional, perusahaan demikian tidak dibenarkan mengancam untuk
mengalihkan suatu unit operasi, baik seluruh atau sebagiannya, dari negara terkait dengan tujuan
untuk memengaruhi negosiasi secara tidak adil.
Pengendalian Hama PHT adalah pertimbangan seksama terhadap semua teknik pengendalian hama yang ada, yang P&C 2013
Terpadu (PHT) dilanjutkan dengan pengintegrasian tindakan dengan sebagaimana mestinya, sehingga
menurunkan perkembangan populasi hama dan menjaga agar pestisida dan intervensi lainnya
tetap berada pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan ekonomi dan mengurangi atau
meminimalkan risiko pada kesehatan manusia dan lingkungan hidup. PHT menekankan
pertumbuhan tanaman yang sehat dengan gangguan seminimal mungkin pada ekosistem
pertanian sekaligus mendorong mekanisme pengendalian hama secara alami. (FAO 2013:
http://www.fao.org/agriculture/crops/corethemes/theme/pests/ipm/en/).

Standar dari Standar-standar yang dikembangkan oleh ISO (Lih. http://www.iso.ch/iso). P&C 2013
Organisasi
Standardisasi
Internasional
(International
Organization for
Standardization/ISO)

Kausa Sah Periksa Panduan FAO


tentang FPIC untuk VGGT

Mata Pencaharian Cara yang ditempuh seseorang atau kelompok untuk mencari nafkah dari lingkungannya atau P&C 2013
dalam perekonomiannya, termasuk di dalamnya cara mereka memenuhi kebutuhan dasarnya dan
memastikan agar mereka dan generasi selanjutnya tetap mendapatkan akses terhadap makanan,
air bersih, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
kehidupan dan kenyamanan, melalui pemanfaatan sendiri secara langsung terhadap sumber daya
alam atau melalui tukar menukar, barter, perdagangan atau pelibatan di pasar.

Suatu mata pencaharian mencakup tidak hanya akses terhadap sumber daya, akan tetapi juga
pengetahuan dan lembaga yang memungkinkan dapat ditempuhnya akses ini seperti waktu untuk
partisipasi dan integrasi masyarakat, pengetahuan, keahlian, amal nyata dan praktik ekologis yang
bersifat pribadi, lokal atau tradisional, aset yang hakiki untuk cara mencari nafkah tersebut
(contohnya kebun, ladang, padang penggembalaan, tanaman pangan, hewan ternak, sumber daya
alam, perangkat, mesin-mesin dan hak milik budaya yang tak berwujud), dan kedudukannya dalam
struktur kemasyarakatan secara legal, politis dan sosial.

Risiko kegagalan mata pencaharian menentukan seberapa rawan kondisi yang dialami seseorang
atau suatu kelompok sehubungan dengan ketidakamanan dalam pendapatan, makanan, kesehatan
dan gizi. Oleh karena itu, mata pencaharian dianggap aman tatkala masyarakat memegang
kepemilikan yang terjamin atas, atau akses terhadap, kegiatan yang diperlukan untuk
mendapatkan sumber daya dan penghasilan, termasuk di dalamnya cadangan dan aset untuk
mengimbangi risiko yang ada, mengurangi benturan dan memenuhi keadaan-keadaan yang
mungkin dicapai.

(dikumpulkan dari berbagai definisi mata pencaharian dari Kementerian Pembangunan


Internasional Kerajaan Inggris, IDS dan FAO dan naskah akademis dari:
http://www.fao.org/docrep/X0051T/X0051t05.htm).
Kawasan Terkelola Areal ini mencakup keseluruhan kawasan yang ada, tidak hanya perkebunan. Usulan baru

Catatan: P&C 2013 mendefinisikan Perkebunan sebagai berikut: “Lahan yang mengandung
kelapa sawit dan penggunaan lahan yang berhubungan seperti infrastruktur (misalnya
jalan), kawasan tepi sungai, dan lahan simpanan konservasi.” Namun pada praktiknya,
istilah ‘perkebunan’ kerap digunakan untuk mengacu pada kawasan yang ditanami kelapa
sawit.

Usulan:
Gunakan istilah-istilah berikut ini secara konsisten dalam P&C.

Kawasan Terkelola:
“Lahan yang di dalamnya terdapat kelapa sawit beserta pemanfaatan lahan terkait seperti
infrastruktur (contohnya jalan), zona tepian sungai (riparian) dan pencadangan
konservasi.”

Perkebunan:

“Lahan tempat budi daya kelapa sawit.”

Pekebun Menengah Pekebun Menengah – Semua pekebun yang masuk di antara definisi Petani (smallholder) Catatan: Saat ini tidak
(sebagaimana diadopsi SHIG?) dan definisi pekebun, dengan luasan areal kelapa sawit ada persyaratan dalam
hingga 500 ha. P&C yang berkaitan
secara spesifik dengan
‘Pekebun Menengah’.
TF3 mengusulkan
didefinisikannya
Pekebun Menengah.

Vegetasi Alami Kawasan yang di dalamnya terdapat banyak karakteristik utama dan unsur kunci ekosistem alami P&C 2013
seperti kompleksitas, struktur dan keanekaragaman.
Operasi Semua kegiatan yang direncanakan dan/atau dilaksanakan oleh unit manajemen di dalam P&C 2013
perbatasan kawasan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan basis pasoknya.
Asal Tandan Buah Sumber dari TBS yang masuk ke dalam PKS (lih. Indikator 4.1.4). Anggota RSPO mengakui adanya P&C 2013
Segar (TBS) kebutuhan akan operator yang bertanggung jawab melakukan uji tuntas dalam pemasokan TBS
dari pihak ketiga guna mengurangi risiko masuknya produk-produk tidak berkelanjutan ke dalam
rantai pasok bersertifikat. Namun turut pula diakui adanya tantangan-tantangan yang cukup besar
dalam melacak kembali semua pasokan ini hingga titik asalnya. Oleh karena itu, setidaknya PKS
harus mencatat informasi pihak yang menjadi sumber TBSnya pada gerbang PKS.

Catatan: sebagaimana disebutkan dalam bagian pembukaan, pihak manajemen PKS akan
berkomitmen untuk mendapatkan pasokan TBS pihak ketiga yang berasal dari sumber-sumber
yang dikenali, legal dan bertanggung jawab.

Pemasok Buah Luar Petani, jika penjualan TBS dilakukan melalui kontrak eksklusif dengan pekebun/pihak manajemen P&C 2013
PKS. Pekebun luar buah dapat merupakan petani.
Gambut Definisi akan diberikan
oleh PLWG-2
Pestisida Bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk mencegah, menghancurkan, mengusir atau P&C 2013
memitigasi hama. Pestisida dibagi empat jenis berdasarkan bahan kimia penyusun utamanya, yaitu
herbisida, fungisida, insektisida dan bakterisida.
Rencana Suatu skema, program atau metode yang terjadwal (time-bound) dan terperinci untuk mencapai P&C 2013
tujuan dan hasil yang dikehendaki. Rencana yang ada harus memiliki sasaran yang jelas, lengkap
dengan jadwal pelaksanaan, tindakan yang akan diambil dan proses untuk memantau
perkembangan, adaptasi rencana jika terjadi perubahan keadaan, dan pelaporan. Rencana juga
harus mencakup identifikasi berupa nama atau jabatan orang yang bertanggung jawab atas
pelaksanaannya. Harus ada bukti adanya sumber daya yang cukup untuk melaksanakan rencana
tersebut dan dilaksanakannya rencana tersebut hingga tuntas.
Perkebunan Lahan yang di dalamnya terdapat kelapa sawit beserta pemanfaatan lahan terkait seperti P&C 2013
infrastruktur (contohnya jalan), zona tepian sungai (riparian) dan pencadangan konservasi.
Hutan Primer Hutan primer adalah hutan yang belum pernah mengalami pembalakan dan berkembang P&C 2013
mengikuti gangguan alami dan tunduk pada proses alam, terlepas dari usianya. Turut termasuk
dalam kategori hutan primer adalah hutan-hutan yang tidak banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
adat dan setempat yang hidup dengan pola tradisional dan sesuai dengan konservasi dan
pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Pada umumnya, tutupan hutan primer
relatif dekat dengan komposisi alami dan sebagian besar muncul melalui regenerasi alami. (Dari
Pertemuan Ahli Kedua FAO tentang Harmonisasi Definisi Terkait Hutan untuk Pemanfaatan
Berbagai Pemangku Kepentingan, 2001,
http://www.fao.org/documents/show_cdr.asp?url_file=/DOCREP/005/Y4171E/Y4171E11.htm).
Catatan: Interpretasi nasional harus mempertimbangkan diperlukan tidaknya definisi yang lebih
spesifik.

Pencegahan Tindakan atau serangkaian tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pencegahan. P&C 2013

Biaya Perekrutan Biaya wajib yang dibolehkan, sebagaimana diatur lebih rinci dalam konteks legal nasional. Diusulkan oleh Gugus
Perusahaan dapat menggunakan agensi yang mengikuti persyaratan legal nasional Tugas dalam TF3
dimaksud. Tidak diperkenankan untuk mengenakan biaya apa pun kepada pekerja, secara
langsung ataupun tidak, melebihi apa yang diwajibkan secara legal.

Dalam hal tidak adanya peraturan yang mengatur demikian, maka RSPO akan menetapkan
batasan jumlah yang dibayarkan oleh perusahaan [contohnya 1 bulan gaji per kontrak].
[Catatan: Bagian ini tidak jelas; apakah merupakan batas maksimal yang dapat perusahaan
bayar kepada agensi?

Memulihkan Mengembalikan kawasan yang telah mengalami degradasi atau konversi di dalam perkebunan P&C 2013
kepada keadaan yang semi-alami.
Hak adalah prinsip Hak adat: pola pemanfaatan lahan dan sumber daya oleh masyarakat yang telah berlangsung lama P&C 2013
legal, sosial atau etis berdasarkan hukum adat, nilai, kebiasaan dan tradisi masyarakat adat, termasuk di dalamnya
tentang kebebasan pemanfaatan yang bersifat siklus atau musiman, dan bukan hak legal formal atas tanah dan
atau kebolehan sumber daya sebagaimana dikeluarkan Negara. (Dari Kebijakan Operasional 4.10 Bank Dunia -
http://go.worldbank.org/6L01FZTD20).

• Hak legal: Hak-hak yang diberikan ke individu, entitas dan pihak lain berdasarkan hukum dan
regulasi lokal, nasional, atau internasional (yang telah diratifikasi).

• Hak penggunaan: Hak untuk penggunaan lahan dan sumber daya yang ditentukan oleh
kebiasaan lokal, kesepakatan bersama, atau ditentukan oleh entitas lain yang memiliki hak
akses. (Dari Prinsip & Kriteria Forest Stewardship Council/FSC: https://ic.fsc.org/
download.revised-fsc-pc-v-5-0-high-resolution.a-871.pdf).

• Hak yang dapat didemonstrasikan adalah hak-hak yang dapat ditunjukkan melalui pemetaan
pengguna secara partisipatif sebagai bagian dari proses FPIC (free, prior and informed consent).

Catatan: Jika terdapat interpretasi nasional, hak-hak ini harus ditentukan lebih lanjut dengan
mempertimbangkan kewajiban nasional, konstitusi, dan peraturan daerah secara konsisten dengan
definisi generik/umumnya, termasuk pengembangan pedoman dengan sebagaimana mestinya
untuk proses yang dapat menghindari atau menyelesaikan konflik antara hak adat (sebagaimana
didefinisikan di atas) dan hak adat lainnya yang diakui hukum nasional.
Penilaian Risiko “Penilaian risiko adalah pemeriksaan seksama mengenai hal-hal di tempat kerja yang dapat ILO, 2014. Suatu
menyebabkan kerugian bagi seseorang. Dengan adanya kegiatan ini, dapat dilakukan pedoman 5 langkah bagi
penimbangan untuk mengetahui apakah tindakan pencegahan yang dilakukan sudah pemberi kerja dan
pekerja beserta
cukup atau masih ada tindakan yang harus dilakukan guna mencegah terjadinya kerugian perwakilannya dalam
bagi orang-orang yang menghadapi risiko, termasuk pekerja dan anggota masyarakat.” melaksanakan penilaian
risiko di tempat kerja.
Petani plasma P&C 2013 mendefinisikan petani plasma sebagai berikut. Tambahan bagi definisi
yang ada saat ini dari P&C
2013.
“Petani penggarap yang secara struktur terikat oleh kontrak, perjanjian kredit atau perencanaan
terhadap pabrik minyak sawit tertentu, namun asosiasinya tidak terbatas pada hubungan tersebut.
Istilah lain yang umumnya digunakan untuk petani penggarap skema antara lain adalah petani Untuk diperhatikan SHIG
penggarap plasma dan/atau yang terhubung.” tengah mengerjakan
definisi petani yang baru,
yang nantinya akan
TF3 menyarankan untuk secara tegas memasukkan perempuan dan anggota keluarga ke dalam menggantikan yang ada
definisi. pada bagian ini setelah
mendapatkan persetujuan.

Usulan – masukkan kalimat final:

“Petani plasma mencakup perempuan dan laki-laki beserta para anggota keluarganya.”

Bahan Pencemar Minta ERWG untuk


Signifikan membuat daftar bahan
pencemar signifikan.

Pemangku Perorangan atau kelompok yang memiliki kepentingan yang sah dan/atau dapat ditunjukkan P&C 2013
Kepentingan dalam, atau yang terdampak secara langsung dengan adanya, kegiatan suatu organisasi dan akibat
dari kegiatan dimaksud.
Pengaruh yang tidak Usaha oleh pihak ketiga dengan kontrol apa pun untuk membuat seseorang menandatangani P&C 2013
semestinya kontrak atau perjanjian lainnya yang, tanpa pengaruh pihak ketiga tersebut, tidak akan
ditandatanganinya.

Unit Sertifikasi Unit sertifikasi adalah PKS beserta basis pasoknya: Tinjauan P&C TF5

Unit sertifikasi harus mencakup baik lahan (atau estate) yang dikelola langsung maupun petani dan
pemasok buah luar, jika estate telah didirikan sesuai ketentuan hukum yang berlaku dengan
proporsi lahan yang dialokasikan kepada masing-masing pihak tersebut.

Semua TBS yang berasal dari lahan (atau estate) yang dikelola langsung harus dihasilkan sesuai
standar yang dapat disertifikasikan. PKS akan mengembangkan dan melaksanakan rencana guna
memastikan agar 100% petani dan pemasok buah luar yang terasosiasi memiliki standar yang
dapat disertifikasikan dalam waktu 3 tahun.

Angkatan Pekerja P&C RSPO 2013 mendefinisikan Tenaga Kerja sebagai berikut. Tambahan untuk definisi
yang ada saat ini dalam
“Angkatan pekerja: Jumlah total pekerja yang dipekerjakan oleh unit manajemen secara langsung
P&C 2013
atau tidak langsung. Ini mencakup pekerja kontrak dan konsultan.” [dan mendefinisikan pekerja
migran dan transmigran]

Gugus Tugas mengusulkan agar definisi ‘Pekerja’ secara tegas mencakup laki-laki dan perempuan,
migran, kontrak, lepas, dan semua pekerja dari semua tingkatan di perusahaan, dsb.

Usul: Adaptasikan definisi angkatan pekerja dalam P&C 2013 dan tambahkan pekerja:
Tenaga kerja: Jumlah keseluruhan orang yang dipekerjakan oleh unit manajemen, baik secara
langsung maupun tidak.

Pekerja: masukkan laki-laki dan perempuan, migran, transmigran, pekerja kontrak, pekerja lepas,
konsultan, dan karyawan dari semua tingkatan organisasi perusahaan.

Angkatan Pekerja Angkatan pekerja: Jumlah total pekerja yang dipekerjakan oleh unit manajemen secara P&C 2013
langsung atau tidak langsung. Ini mencakup pekerja kontrak dan konsultan.”

Pekerja migran: seseorang yang bermigrasi dari satu negara ke negara lain dengan tujuan untuk
dipekerjakan (selain tujuan personal) dan termasuk perseorangan yang secara reguler diijinkan
masuk sebagai migran untuk pekerjaan. Migran didefinisikan sebagai mereka yang melintasi
perbatasan internasional untuk tujuan pekerjaan, dan tidak termasuk pekerja yang berpindah
dalam negara untuk tujuan pekerjaan.

Pekerja Transmigran: perseorangan yang bermigrasi dari satu bagian negara ke bagian lain dengan
tujuan memperoleh pekerjaan selain tujuan personal.

Orang Usia Muda Konvensi ILO No. 138 tentang Usia Minimal menyatakan sebagai berikut. Berdasarkan Pasal 3
Konvensi ILO No. 138
“Usia minimal untuk dapat melakukan kerja dalam pemberian kerja atau pekerjaan jenis
apa pun yang, berdasarkan sifat atau keadaan pelaksanaan pekerjaan tersebut,
berkemungkinan untuk merusak kesehatan, keselamatan atau moral orang usia muda,
tidak dapat kurang dari 18 tahun.”

Usul:
Definisi Buruh Anak (di atas) tidak mencakup pekerjaan oleh anak usia di bawah 15 tahun;
dengan demikian Orang Usia Muda berarti adalah orang-orang yang berusia 15-17 tahun.
LAMPIRAN 2 PANDUAN
PRINSIP 1 Transparansi

Kriteria Kriteria PANDUAN CATATAN


baru versi
sebelumnya
1.1 1.1 Pekebun dan pengusaha pabrik minyak sawit harus memiliki Standard Operating Procedure (SOP) untuk
memberikan tanggapan konstruktif kepada para pemangku kepentingan, termasuk kerangka waktu spesifik
dalam menanggapi permintaan informasi. Pekebun dan pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya menanggapi
permintaan informasi dari para pemangku kepentingan secara konstruktif dan cepat.
Pekebun dan pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya memastikan ketersediaan bukti objektif yang cukup
untuk menunjukkan bahwa respons diberikan secara pantas dan tepat waktu.

(dari Panduan Khusus 1.1.1 versi sebelumnya) Informasi yang dimaksud meliputi informasi mengenai mekanisme
RSPO untuk keterlibatan para pemangku kepentingan, serta informasi mengenai hak dan kewajiban mereka.

1.1 1.2 Hal ini menyangkut dokumen manajemen yang berhubungan dengan isu lingkungan, sosial, dan legal yang
relevan dengan kepatuhan terhadap Kriteria RSPO.
Dokumen pengelolaan mencakup hasil dari proses-proses FPIC, Penilaian Dampak Hak Asasi Manusia (Human
Rights Impact Assessment/HRIA), Penilaian Dampak Sosial Lingkungan (Social-Environmental Impact
Assessment/SEIA), kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) termasuk di dalamnya perlindungan bagi para pembela
HAM/saksi pelapor (whistleblower), program sosial yang menghindarkan atau memitigasi dampak sosial
negatif, program sosial yang meningkatkan kualitas mata pencaharian, angka sebaran gender di antara pekerja
sesuai kategori pihak manajemen, staf administrasi dan pekerja (baik buruh harian lepas maupun borongan),
program kemitraan untuk petani mandiri, serta pendidikan dan kesehatan masyarakat.
Auditor akan mengomentari kelengkapan setiap dokumen yang tercantum dalam rangkuman publik dari
laporan penilaian (assessment report).
Contoh-contoh informasi rahasia perusahaan antara lain data finansial seperti pengeluaran dan pemasukan,
serta detil-detil yang berhubungan dengan pelanggan dan/atau pemasok. Data yang terkait dengan privasi
individu sebaiknya juga dirahasiakan.
Sengketa yang sedang berlangsung (di dalam ataupun di luar mekanisme legal) akan dianggap sebagai
informasi rahasia apabila pembukaan informasi tersebut dapat berdampak negatif terhadap seluruh pihak
yang terlibat. Namun, para pemangku kepentingan yang terpengaruh oleh sengketa dan pihak-pihak yang
tengah berupaya menyelesaikan sengketa sebaiknya memiliki akses terhadap informasi yang relevan.
Contoh-contoh kondisi pembukaan informasi yang berdampak negatif terhadap lingkungan atau kondisi sosial
antara lain: informasi mengenai lokasi spesies-spesies langka, yang apabila dibuka akan meningkatkan risiko
perburuan atau penangkapan spesies-spesies tersebut untuk diperdagangkan; atau lokasi tempat-tempat suci
yang ingin dirahasiakan dan dilindungi keberadaannya oleh masyarakat setempat.
Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya memastikan ketersediaan bukti objektif
yang cukup untuk menunjukkan bahwa tingkat pengukuran dan pemantauan terhadap rencana pengelolaan,
dan informasi, sudah sesuai dan tersedia.

(dari Panduan Khusus versi sebelumnya untuk 1.2.1)


Dokumen yang dibuka untuk publik harus meliputi, tapi tidak terbatas kepada, hal-hal berikut:
• Sertifikat/hak penggunaan tanah (Kriteria 2.2);
• Rencana kesehatan dan keselamatan kerja (Kriteria 4.7);
• Rencana dan penilaian terkait dampak sosial dan lingkungan (Kriteria 5.1, 6.1, 7.1 dan 7.8);
• Dokumentasi HCV (Kriteria 5.2 dan 7.3);
• Rencana pengurangan dan pencegahan polusi (Kriteria 5.6);
• Rincian keluhan dan pengaduan (Kriteria 6.3);
• Prosedur negosiasi (Kriteria 6.4);
• Rencana perbaikan terus menerus (Kriteria 8.1);
• Rangkuman publik dari laporan penilaian sertifikasi;
• Kebijakan Hak Asasi Manusia (Kriteria 6.13).
1.2 1.3 Yang dimaksud dengan seluruh level operasi meliputi pihak ketiga yang dikontrak (contoh: pihak-pihak
keamanan).
Sebagai standar minimal, kebijakan sebaiknya mengandung:
• Kepatuhan terhadap praktik bisnis yang wajar (fair conduct of business);
• Pelarangan seluruh bentuk korupsi, penyuapan dan penipuan dalam penggunaan dana dan sumber daya;
• Pembukaan informasi yang pantas sesuai dengan hukum yang berlaku dan praktik-praktik industri yang
diterima.
Kebijakan sebaiknya dirancang dalam kerangka Konvensi PBB Melawan Korupsi (UN Convention Against
Corruption), khususnya Pasal 12.

(dari Panduan Khusus versi sebelumnya untuk 1.3.1) Kebijakan ini harus mencakup unsur-unsur sebagai
berikut: penyuapan; pembayaran fasilitasi; panduan dan prosedur untuk hadiah dan ramah-tamah;
pengungkapan terhadap kontribusi politik; panduan bagi donasi amal dan galangan bantuan sponsor;
penghormatan bagi perilaku usaha yang berkeadilan; pengungkapan sebagaimana mestinya terhadap
informasi sehubungan dengan peraturan yang berlaku dan praktik industri yang diterima; kepatuhan terhadap
undang-undang anti korupsi yang berlaku.

(dari Panduan Khusus versi sebelumnya untuk 1.3.2)


• Komitmen untuk menerapkan kebijakan etis perusahaan dimasukkan ke dalam semua kontrak penyediaan
jasa.
• Adanya prosedur uji tuntas (due diligence) yang diberlakukan dalam memilih dan mengontrak agen
perekrutan dan pihak perantara atau penyedia tenaga kerja.
Praktik yang tidak etis mencakup hal-hal sebagai berikut: mengenakan biaya kepada pekerja, mengambil upah
pekerja untuk menutup biaya perekrutan dan transportasi, dan menerima pemberian dan komisi dari pihak
perantara atau penyedia tenaga kerja.
PRINSIP 2 Legalitas

Kriteria Kriteria PANDUAN Catatan


baru versi
sebelumnya
2.1 2.1 Implementasi seluruh persyaratan hukum adalah ketentuan mendasar yang paling penting untuk seluruh
pengusaha perkebunan, terlepas dari lokasi atau skala perkebunan. Legislasi yang relevan meliputi, tapi
tidak terbatas pada: regulasi yang mengatur penguasaan dan hak penggunaan tanah, tenaga kerja, praktik-
praktik pertanian (misalnya penggunaan bahan kimia), lingkungan (contohnya hukum perlindungan
margasatwa, polusi, hukum kehutanan dan manajemen lingkungan), penyimpanan, praktik pengolahan dan
transportasi. Legislasi yang dimaksud juga meliputi hukum-hukum yang harus dipatuhi dalam negara
tersebut sebagai bagian dari tanggung jawab berdasarkan hukum atau konvensi internasional yang berlaku
(contohnya Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity atau CBD), Konvensi-
konvensi inti ILO, dan UN Guiding Principles on Business and Human Rights). Selain itu, di negara-negara
yang memiliki ketentuan hukum adat, syarat-syarat dalam hukum adat tersebut juga akan dipatuhi.

Konvensi dan hukum-hukum internasional utama dapat dilihat di Lampiran 1.


Kontradiksi dan inkonsistensi sebaiknya diidentifikasi, dan disarankan solusinya.

(dari Panduan Khusus untuk 2.1.1 versi sebelumnya) Bukti yang ada harus digabungkan sebagai bagian dari Pemeriksaan
pelaksanaan Indikator 4.1.4 (versi sebelumnya). konsistensi
dengan
(dari Panduan Khusus untuk 2.1.2 versi sebelumnya) Sistem terdokumentasi harus mencakup prosedur yang 2.1.3 & 2.3
mengatur bagaimana cara pabrik kelapa sawit menentukan bahwa sumber-sumber TBS yang ada sudah baru
memenuhi aspek legal.

(dari Panduan Khusus untuk 2.1.3) Untuk pabrik kelapa sawit yang saat ini telah bersertifikat RSPO,
persyaratan waktu yang ditentukan adalah tiga tahun dari [tahun 2018]. Sementara untuk pabrik kelapa
sawit yang belum bersertifikat/masih menjalani tahun pertama sertifikasi, maka persyaratan waktu yang
ditentukan adalah tiga tahun dari tanggal awal sertifikasi (lih. Indikator 4.1.4 versi sebelumnya).

2.3 2.X.BARU Untuk pertimbangan mengenai legalitas TBS, Interpretasi Nasional juga harus turut mempertimbangkan
praktik lokal yang serta kebiasaan yang diterima secara umum dan setara kedudukannya di mata hukum,
atau diterima oleh pihak yang berwenang (contohnya pengadilan adat, dsb.).

Pedoman penerapan:
Jika pabrik kelapa sawit memiliki pemasok petani, untuk pabrik kelapa sawit yang saat ini telah bersertifikat
RSPO, persyaratan waktu yang ditentukan guna memenuhi kriteria ini untuk semua pemasok petaninya
adalah tiga tahun dari [diselesaikannya standar 2018]. Sementara untuk pabrik kelapa sawit yang belum
bersertifikat/masih menjalani tahun pertama sertifikasi, persyaratan waktu yang ditentukan adalah tiga
tahun dari tanggal awal sertifikasi untuk pemasok petani mereka.

PRINSIP 3 Prosedur Perencanaan

Kriteria Kriteria PEDOMAN Catatan


baru versi
sebelumnya
3.1 3.1 Meskipun diakui bahwa profitabilitas jangka panjang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar
kontrol perusahaan, manajemen utama sebaiknya dapat menunjukkan bahwa perhatian terhadap
viabilitas ekonomi dan finansial melalui perencanaan manajemen jangka panjang. Sebaiknya,
terdapat juga perencanaan dengan jangka lebih panjang untuk perkebunan-perkebunan di atas lahan
gambut (peat), terutama berkaitan dengan masalah kebanjiran dan penurunan muka tanah
(subsidence) (lihat Indikator 4.3.5 versi sebelumnya).
Pertimbangan terhadap petani penggarap (smallhoders) sebaiknya melekat pada seluruh
perencanaan manajemen, apabila berlaku (lihat juga Kriteria 6.10 dan 6.11 versi sebelumnya). Untuk
petani penggarap skema (scheme smallholders), isi perencanaan manajemen akan bervariasi dari
yang telah disarankan.
Pengusaha perkebunan sebaiknya memiliki sistem untuk meningkatkan kualitas praktik kerja sesuai
dengan informasi dan teknik terbaru. Untuk skema petani penggarap, manajemen skema diharapkan
dapat memberikan anggotanya informasi peningkatan-peningkatan yang signifikan.
Kriteria ini tidak berlaku untuk petani mandiri.

(dari Panduan Khusus untuk 3.1.1 versi sebelumnya) Rencana manajemen atau bisnis yang dimaksud
sebaiknya mencakup:
• Perhatian terhadap kualitas bahan tanam;
• Proyeksi panen = tren hasil Fresh Fruit Bunches (FFB);
• Tingkat ekstraksi pabrik minyak sawit = tren Tingkat Ekstraksi Minyak atau Oil Extraction Rate
(OER);
• Biaya produksi = biaya per ton dari tren Minyak Sawit Mentah atau Crude Palm Oil (CPO);
• Perkiraan harga (forecast prices);
• Indikator finansial.
Perhitungan yang disarankan: tren rata-rata 3-tahun selama dekade terakhir (tren-tren FFB mungkin
harus diadaptasi dengan hasil rendah yang diperoleh selama program penanaman ulang yang besar).

(dari Panduan Khusus untuk 3.1.3 versi sebelumnya): Dalam hal tidak diketahuinya rincian keuangan
tersebut secara khusus, maka perkiraan jumlah atau struktur untuk memperkirakan jumlah tersebut
disertakan dengan jelas di dalam kontrak.

3.3 4.1 Mekanisme-mekanisme untuk memeriksa penerapan prosedur dapat mencakup sistem manajemen
dokumentasi dan prosedur kontrol internal. Lih. 2.1 versi sebelumnya (rencana terikat waktu).

(dari Panduan Khusus untuk 4.1.1 dan 4.1.4 versi sebelumnya) SOP dan dokumentasi untuk pabrik
minyak sawit sebaiknya mencakup syarat-syarat rantai pasok (supply chain) yang relevan (lihat RSPO
Supply Chain Certification Standard, Nov 2011).
(dari Panduan Khusus untuk 4.1.1 dan 4.1.4 versi sebelumnya) Selama bekerja bersama
pemasok TBS pihak ketiga terkait ketertelusuran dan legalitas, pekebun harus memanfaatkan
peluang tersebut untuk menyampaikan informasi yang sesuai mengenai Praktik Pengelolaan
Terbaik/PPT.

(dari Panduan Khusus untuk 4.1.4 versi sebelumnya) Pemastian legalitas TBS harus mencakup hal-hal
berikut ini untuk setiap pemasok TBS.
• Informasi tentang geolokasi tempat asal TBS.
• Bukti status kepemilikan atau hak/klaim atas lahan oleh pekebun/petani.
• Izin tanam/operasi/dagang yang berlaku atau merupakan bagian dari kerja sama (cooperatives)
untuk jual beli TBS.
Jika bahan baku pabrik kelapa sawit bersumber dari pusat pengumpulan, agen atau perantara
lainnya, maka penyediaan bukti-bukti sebagaimana disebutkan di atas harus diberikan oleh pihak
pemasok. Pengusaha pabrik kelapa sawit bertanggung jawab untuk memperoleh bukti-bukti tersebut
dari pemasok.

3.2 8.1 Sebagai standar minimum, hal tersebut meliputi, namun tidak terbatas pada:
• Pengurangan penggunaan pestisida (Kriteria 4.6 versi sebelumnya);
• Dampak lingkungan (Kriteria 4.3, 5.1 dan 5.2 versi sebelumnya);
• Pengurangan limbah (Kriteria 5.3 versi sebelumnya);
• Polusi dan emisi gas rumah kaca (greenhouse gases – GHG) (Kriteria 5.6 dan 7.8 versi
sebelumnya);
• Dampak sosial (Kriteria 6.1 versi sebelumnya);
• Pengoptimalan hasil basis pasok (supply base).
Pengusaha perkebunan sebaiknya memiliki sistem untuk meningkatkan kualitas praktik-praktik
berdasarkan informasi dan teknik terbaru, dan mekanisme untuk menyebarkan informasi ini ke
seluruh angkatan kerja. Untuk petani, sebaiknya terdapat pedoman dan pelatihan sistematis untuk
perbaikan terus menerus.

3.4 5.1 EIA sebaiknya meliputi kegiatan-kegiatan berikut, apabila kegiatan ini dijalankan: Diperlukan
• Pembangunan jalan baru, pabrik pengolahan atau infrastruktur lainnya; pemeriksaan
• Pembuatan sistem irigasi atau drainase; konsistensi/adaptasi
terhadap ESIA
• Penanaman ulang dan/atau ekspansi area penanaman;
• Manajemen limbah pabrik minyak sawit (Kriteria 4.4 versi sebelumnya);
• Pembersihan vegetasi alami yang tersisa;
• Manajemen hama dan pohon-pohon kelapa sawit yang terkena penyakit dengan pembakaran
terkendali (Kriteria 5.5 versi sebelumnya).
Analisis dampak dapat dilakukan dalam format yang tidak restriktif, misalnya ISO 14001 EMS
dan/atau laporan EIA yang memasukkan seluruh unsur-unsur yang dipaparkan dalam Kriteria ini dan
diajukan saat konsultasi dengan para pemangku kepentingan.
Dampak lingkungan terhadap sumber daya air dan tanah (Kriteria 4.3 dan 4.4 versi sebelumnya),
kualitas udara, gas rumah kaca (Kriteria 5.6 versi sebelumnya), biodiversitas dan ekosistem, dan
kenyamanan (amenity) orang-orang (Kriteria 6.1 versi sebelumnya), sebaiknya diidentifikasi, baik
yang terdapat di dalam maupun di luar lokasi perusahaan.
Konsultasi dengan para pemangku kepentingan memiliki peran kunci dalam pengidentifikasian
dampak terhadap lingkungan. Adanya konsultasi seharusnya menghasilkan proses-proses yang lebih
baik dalam mengidentifikasi dampak dan mengembangkan langkah-langkah pengurangan dampak
negatif yang diperlukan.
Untuk skema petani penggarap, manajemen skema memiliki tanggung jawab untuk menjalankan
penilaian dampak, serta merancang operasi dan menjalankan operasi sesuai dengan hasil dari analisis
dampak tersebut.

3.4 6.1 Dokumen pengelolaan dapat mencakup program sosial untuk menghindarkan atau memitigasi Diperlukan
dampak sosial negatif, program sosial yang meningkatkan mata pencaharian masyarakat dan pemeriksaan
kesetaraan gender, program kemitraan untuk petani mandiri, pendidikan dan kesehatan masyarakat.
Identifikasi dampak-dampak sosial sebaiknya dilaksanakan oleh pengusaha perkebunan dengan konsistensi/adaptasi
partisipasi dari pihak-pihak yang terdampak, termasuk wanita, masyarakat setempat dan pekerja terhadap ESIA
migran dalam konteks yang sesuai. Keikutsertaan ahli-ahli independen sebaiknya diusahakan, apabila
dinilai perlu; untuk memastikan bahwa seluruh dampak (baik dampak positif maupun negatif)
teridentifikasi.
Partisipasi dalam konteks ini berarti bahwa pihak-pihak yang terdampak dapat mengekspresikan
pendapat mereka melalui institusi perwakilan masing-masing, atau juru bicara yang telah dipilih
secara bebas, selama proses pengidentifikasian dampak, peninjauan hasil-hasil dan rencana mitigasi
serta pemantauan tingkat keberhasilan rencana yang telah diimplementasi.
Dampak-dampak sosial yang potensial dapat berasal dari kegiatan-kegiatan seperti berikut:
pembangunan jalan baru, pabrik pengolahan atau infrastruktur lainnya; penanaman ulang dengan
jenis tanaman berbeda atau ekspansi area penanaman; pembuangan limbah cair pabrik minyak
sawit; pembersihan vegetasi alami yang tersisa; perubahan dalam jumlah pekerja atau ketentuan
pekerjaan; skema petani penggarap.

Manajemen perkebunan dan pabrik kelapa sawit dapat memiliki dampak sosial (positif atau negatif)
pada faktor-faktor seperti:
• Hak penggunaan dan akses;
• Mata pencaharian ekonomi (misalnya pekerjaan yang dibayar) dan kondisi kerja;
• Kegiatan subsistensi;
• Nilai-nilai agama dan budaya;
• Fasilitas pendidikan dan kesehatan;
• Nilai-nilai komunitas lainnya, yang merupakan dampak dari perubahan seperti perbaikan
transportasi/komunikasi atau kedatangan tenaga kerja migran dalam jumlah besar.
Proses peninjauan ulang dapat dilakukan (setiap dua tahun sekali) secara internal atau eksternal.

3.4 6.2 SIA dapat berfungsi sebagai acuan untuk mengidentifikasi semua pemangku kepentingan. Keputusan Diperlukan
yang akan diambil oleh pengusaha perkebunan atau pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya dibuat pemeriksaan
sejelas mungkin, sehingga komunitas lokal dan pihak-pihak lain yang tertarik dapat memahami tujuan konsistensi/adaptasi
dari komunikasi dan/atau konsultasi. terhadap ESIA
Mekanisme komunikasi dan konsultasi sebaiknya disusun secara bersama dengan komunitas lokal
dan pihak-pihak lain yang terdampak atau tertarik. Mekanisme tersebut sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan mekanisme lokal yang sudah ada dan bahasa yang dapat dipahami
seluruh pihak. Keberadaan/pembentukan forum dengan berbagai pemangku kepentingan sebaiknya
Salin ke 1.1 baru?
dipertimbangkan.
Proses komunikasi sebaiknya mempertimbangkan adanya perbedaan akses informasi antara
perempuan dibandingkan dengan laki-laki, pemimpin desa dan pekerja harian, kelompok komunitas
baru dan kelompok komunitas lama, dan antar kelompok etnis yang berbeda.
Dalam proses komunikasi tersebut, pihak-pihak ketiga yang terlibat, seperti kelompok komunitas
yang tidak tertarik, LSM, serikat dagang atau pemerintah (atau kombinasi ketiganya), sebaiknya
dipertimbangkan untuk memfasilitasi komunitas dan skema petani penggarap dan pihak lain secara
tepat.

3.5 7.1 Kerangka acuan (terms of reference) harus dibuat dan kajian dampak sosial dan lingkungan sebaiknya
dilaksanakan oleh ahli independen yang telah terakreditasi, untuk memastikan proses yang objektif.
Kedua analisis sebaiknya dilakukan oleh badan yang berbeda.
Metodologi partisipatif yang mencakup kelompok pemangku kepentingan eksternal merupakan hal
yang paling penting untuk pengidentifikasian dampak, terutama dampak sosial. Para pemangku
kepentingan seperti komunitas lokal, departemen pemerintah dan LSM sebaiknya dilibatkan melalui
wawancara dan pertemuan, dan melalui peninjauan ulang hasil temuan dan rencana mitigasi
dampak.
Disadari bahwa pengembangan minyak kelapa sawit dapat memiliki dampak positif dan negatif.
Pengembangan-pengembangan tersebut dapat mengakibatkan dampak tidak langsung/sekunder
yang di luar kontrol pengusaha perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Dalam konteks ini, pengusaha
perkebunan dan pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya berusaha mengidentifikasi dampak tidak
langsung/sekunder tersebut dalam kerangka SEIA, dan bekerja sama dengan mitra untuk mencari
mekanisme-mekanisme mitigasi dampak tidak langsung negatif dan meningkatkan dampak positif.
Dampak potensial dari seluruh kegiatan utama yang diajukan sebaiknya dianalisis dengan cara yang
partisipatif sebelum pelaksanaan pengembangan. Analisis ini sebaiknya meliputi (tidak berdasarkan
urutan preferensi) dan sebagai standar minimum:
• Kajian dampak-dampak dari seluruh kegiatan utama yang direncanakan, termasuk penanaman,
operasi pabrik kelapa sawit, jalan dan infrastruktur lainnya;
• Kajian, termasuk di dalamnya konsultasi dengan pemangku kepentingan, Nilai Konservasi Tinggi
(lihat Kriteria 7.3 versi sebelumnya) yang dapat terkena dampak negatif.
• Kajian dampak-dampak potensial terhadap ekosistem alami yang berbatasan dengan tempat
pembangunan yang direncanakan, termasuk apakah pembangunan atau ekspansi akan
meningkatkan tekanan terhadap ekosistem alami yang dekat;
• Identifikasi aliran air dan lahan rawa serta kajian potensi dampak pembangunan yang
direncanakan terhadap hidrologi dan penurunan permukaan tanah. Sebaiknya langkah-langkah
untuk menjaga kuantitas, kualitas dan akses ke air dan sumber daya lahan sudah dirancang dan
diimplementasi;
• Survei dasar (baseline survey) tanah dan informasi topografi, termasuk pengidentifikasian
lereng curam, tanah ringkih dan marginal, area-area yang rentan erosi, degradasi, penurunan
permukaan tanah, dan kebanjiran;
• Analisis jenis lahan yang akan digunakan (hutan, hutan yang terdegradasi, lahan kosong);
• Analisis hak penggunaan dan kepemilikan tanah;
• Analisis pola penggunaan tanah sekarang;
• Analisis potensi dampak-dampak sosial perkebunan terhadap komunitas sekeliling, termasuk
analisis potensi dampak terhadap mata pencaharian, dan perbedaan dampak terhadap
perempuan dibandingkan dengan laki-laki, di antara komunitas etnis berbeda, dan penduduk
migran dibandingkan dengan penduduk jangka panjang;
• Identifikasi kegiatan-kegiatan yang dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan.
Rencana dan operasi lapangan sebaiknya dikembangkan dan diimplementasi dengan
memasukkan/mempertimbangkan hasil kajian. Salah satu hasil potensial dari proses kajian adalah
pembangunan mungkin tidak dapat dilanjutkan karena besarnya dampak-dampak potensial.
Untuk skema petani penggarap, manajemen skema sebaiknya mempertimbangkan kriteria ini.
kriteria ini tidak berlaku untuk petani penggarap individual.
Apabila tidak ada Interpretasi Nasional, untuk area lahan yang lebih besar dari 500 Ha, diharuskan
untuk melakukan kajian independen secara lengkap. Untuk area lahan kurang dari 500 Ha,
diperbolehkan untuk melakukan analisis internal dengan komponen-komponen terpilih dari penilaian
HCV dan SEIA. Apabila analisis internal tersebut mengidentifikasi isu-isu signifikan atau area-area
yang sensitif secara sosial atau lingkungan, maka analisis independen harus dilaksanakan.

3.8 4.8 Isi pelatihan: Pekerja sebaiknya diberikan pelatihan cukup mengenai: risiko kesehatan dan
lingkungan yang dapat dialami akibat terpapar pestisida; pengenalan gejala-gejala yang dialami akibat
paparan jangka panjang dan akut termasuk untuk kelompok-kelompok yang paling rentan (misalnya
pekerja muda, wanita hamil); cara-cara untuk meminimalkan paparan pestisida ke pekerja dan
keluarga mereka; dan instrumen atau regulasi internasional dan nasional yang melindungi kesehatan
pekerja.
Program pelatihan sebaiknya mencakup pelatihan mengenai produktivitas dan praktik manajemen
terbaik, dan dirancang sesuai dengan skala organisasi.
Program tersebut harus membantu agar semua orang menjadi mampu memenuhi pekerjaan dan
tanggung jawabnya sesuai dengan prosedur yang telah terdokumentasi.

Peserta pelatihan: Pelatihan harus diberikan ke seluruh staf dan pekerja, termasuk di antaranya
petani perempuan dan pekerja perempuan di perkebunan, yang berada di dalam unit pengelolaan
perusahaan, serta pekerja kontrak.

Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya mendemonstrasikan kegiatan
pelatihan untuk petani plasma yang menyediakan Tandan Buah Segar (TBS) berdasarkan kontrak.
Pekerja yang beroperasi di kavling petani juga membutuhkan pelatihan dan keahlian yang cukup,
yang dapat dicapai melalui kegiatan pembinaan (extension activities) pengusaha perkebunan dan
pengusaha pabrik minyak sawit yang membeli buah dari mereka, melalui organisasi petani
penggarap, atau melalui kolaborasi dengan institusi dan organisasi lainnya.
Untuk operasi petani plasma individu, catatan pelatihan tidak disyaratkan untuk pekerja di lahan
mereka, tetapi siapa pun yang bekerja di perkebunan tersebut sebaiknya diberikan pelatihan yang
cukup untuk pekerjaan yang mereka jalankan.

PRINSIP 4 Kesejahteraan Masyarakat

Kriteria Kriteria PANDUAN Catatan


baru versi
sebelumnya
4.1 6.13 Seluruh tingkatan operasi mencakup pihak-pihak ketiga yang dikontrak (misalnya pihak-pihak keamanan).

Catatan: Diperlukan
Berdasarkan UN Guiding Principles on Business and Human Rights: keputusan
mengenai
“The responsibility of business enterprises to respect human rights refers to internationally recognised
Catatan ini
human rights – understood, at a minimum, as those expressed in the International Bill of Human Rights and
the principles concerning fundamental rights set out in the International Labour Organization’s Declaration
on Fundamental Principles and Rights at Work” (“The corporate responsibility to respect human rights” in
Guiding Principles on Business and Human Rights).
Kelompok kerja RSPO untuk Hak Asasi Manusia akan menyediakan mekanisme untuk mengidentifikasi,
mencegah, memitigasi atau mengatasi isu-isu dan dampak-dampak yang berkaitan dengan hak asasi manusia.
Pedoman yang dihasilkan akan mengidentifikasi isu-isu hak asasi manusia yang relevan untuk seluruh anggota
RSPO.

4.2 6.3 Mekanisme resolusi perselisihan sebaiknya dibangun melalui perjanjian yang terbuka dan disepakati
bersama dengan pihak-pihak relevan yang terdampak.
Keluhan-keluhan harus diatasi dengan mekanisme-mekanisme seperti Joint Consultative Committees (JCC),
dengan perwakilan gender dan, jika sesuai, perwakilan pekerja migran. Keluhan dapat bersifat internal (dari
pekerja) atau eksternal.
Untuk petani mandiri dan plasma, lihat Guidance for Independent Smallholders under Group Certification’,
Juni 2010, dan ‘Guidance on Scheme Smallholders’, Juli 2009.
Apabila resolusi bersama tidak dapat dicapai, maka keluhan dapat dibawa ke hadapan Sistem Keluhan RSPO
(RSPO Complaints System).
Teks-teks seperti ‘Guiding Principles on Business and Human Rights: Implementing the UN “Protect, Respect
and Remedy” Framework’, 2011, yang disahkan oleh Komisi HAM (Human Rights Commission – HRC) dapat
digunakan sebagai acuan.

4.3 6.11 Kontribusi ke pembangunan lokal sebaiknya berdasarkan hasil konsultasi dengan komunitas lokal. Lihat
Kriteria 6.2 versi sebelumnya. Konsultasi tersebut sebaiknya didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi,
keterbukaan dan partisipasi, serta sebaiknya mendorong komunitas untuk mengidentifikasi sendiri prioritas
dan kebutuhan mereka, termasuk ketahanan pangan, serta perbedaan kebutuhan antara laki-laki dan
perempuan.
Apabila calon pekerja memiliki kemampuan yang sama, maka preferensi sebaiknya selalu diberikan pada
anggota komunitas lokal. Diskriminasi positif sebaiknya tidak berlawanan dengan Kriteria 6.8 (versi
sebelumnya).
Sebaiknya terdapat upaya-upaya untuk mengidentifikasi petani mandiri dalam basis pasok.
Apabila sumber buah adalah petani mandiri yang telah diidentifikasi, sebaiknya terdapat upaya untuk
berkontribusi terhadap perbaikan praktik-praktik perkebunan mereka.
Perhatian secara khusus diberikan pada diikutsertakannya perempuan dan kelompok minoritas ke
dalam berbagai sesi pelatihan tentang topik-topik di atas. Tergantung pada konteksnya, ini dapat berarti
bahwa perempuan harus mendapatkan pelatihan secara terpisah.

4.4 2.3 Seluruh indikator akan berlaku untuk operasi yang sedang dijalankan, namun terdapat pengecualian untuk
perkebunan yang telah lama didirikan yang tidak memiliki catatan dari saat pembuatan keputusan,
terutama terkait dengan Indikator 2.3.1 dan 2.3.2 (versi sebelumnya).
Apabila terdapat hak legal atau hak adat atas tanah, pengusaha perkebunan sebaiknya menunjukkan bahwa
hak-hak tersebut telah dipahami dan tidak diancam ataupun dikurangi. Kriteria ini sebaiknya
dipertimbangkan bersamaan dengan Kriteria 6.4, 7.5, dan 7.6 (versi sebelumnya). Apabila wilayah yang
dilindungi oleh hak adat tidak jelas, maka penentuan wilayah ini sebaiknya ditentukan melalui kegiatan
pemetaan yang melibatkan seluruh pihak yang terdampak (termasuk komunitas-komunitas tetangga dan
pihak-pihak lokal yang berwenang).
Kriteria ini memperbolehkan perjanjian yang telah dinegosiasikan sebagai kompensasi untuk pengguna lain
yang telah kehilangan manfaat dan/atau telah menyerahkan hak mereka. Perjanjian-perjanjian yang
dinegosiasikan sebaiknya bersifat non-koersif dan disetujui secara sukarela, dan dilakukan sebelum
investasi atau operasi baru serta didasarkan atas alih bagi semua informasi terkait yang dilakukan secara
terbuka. Perwakilan masyarakat harus transparan dan menjalin komunikasi terbuka dengan anggota
masyarakat lainnya. Harus diberikan cukup waktu untuk proses pengambilan keputusan adat dan negosiasi
secara berulang-ulang, jika diminta. Kesepakatan hasil perjanjian harus mengikat semua pihak dan dapat
ditegakkan di pengadilan. Dengan adanya kepastian dalam negosiasi lahan, maka semua pihak akan
mendapatkan manfaat dalam jangka panjang.
Perusahaan-perusahaan sebaiknya berhati-hati apabila ditawarkan tanah yang diperoleh dari pemerintah
dengan alasan kepentingan nasional (yang juga dikenal sebagai ‘eminent domain’).
Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya mengacu kepada pedoman FPIC yang
telah diakui oleh RSPO (‘FPIC and the RSPO: A Guide for Members’, Oktober 2015).

4.5 7.5 Catatan untuk konsultasi publik: Agar perusahaan mengetahui persoalan ketahanan pangan setempat dan Keputusan
memaksimalkan dampak positif terhadap ketahanan pangan. Melalui pertimbangan aktif, perusahaan dapat mengenai
menunjukkan komitmennya melalui pemenuhan terhadap kriteria RSPO untuk mendukung SDG 2 Global. Catatan ini
setelah
Pekebun mendukung pelaksanaan strategi-strategi nasional yang berlaku mengenai ketahanan pangan dan konsultasi
tidak bertentangan dengan strategi tersebut pada setiap kegiatan usahanya. publik
• Pekebun mengetahui adanya penilaian risiko bencana alam nasional dan/atau internasional beserta
strategi dan peta-petanya pada rencana/strategi pengelolaan sumber daya.
• Pekebun menyampaikan informasi kepada pemasok dan masyarakat di wilayah yang bersangkutan
mengenai risiko alam dan menyediakan dukungan jika terjadi bencana alam yang menimbulkan kerugian
besar dan bencana yang disebabkan oleh manusia.
Kegiatan ini sebaiknya diintegrasikan dengan analisis dampak sosial dan lingkungan atau Social and
Environmental Impact Assessment (SEIA) yang disyaratkan dalam Kriteria 7.1 (versi sebelumnya).
Apabila penanaman baru dapat diterima, operasi dan rencana manajemen sebaiknya tidak mengganggu
tempat-tempat suci. Kesepakatan dengan masyarakat pribumi, komunitas lokal dan pemangku kepentingan
lainnya sebaiknya dicapai tanpa paksaan atau pengaruh tak patut lainnya (undue influence) (lihat Pedoman
untuk Kriteria 2.3 versi sebelumnya).
Pemangku kepentingan yang relevan termasuk mereka yang terkena dampak atau memiliki perhatian
dengan penanaman baru.
Free, prior and informed consent (FPIC) atau persetujuan bebas berinformasi sebelumnya adalah prinsip
panduan dan sebaiknya diaplikasikan ke seluruh anggota RSPO sepanjang rantai suplai. Lihat pedoman FPIC
yang sudah disahkan RSPO (‘FPIC and the RSPO; A Guide for Members’, Oktober 2015).
Hak penggunaan dan hak adat akan didemonstrasikan melalui pemetaan pengguna secara partisipatif
sebagai bagian dari proses FPIC.

4.5 7.6 (dari Panduan Khusus untuk versi sebelumnya 7.6.1) Aktivitas ini harus diintegrasikan dengan kajian
dampak sosial dan lingkungan (SEIA) yang disyaratkan dalam Kriteria 7.1.

(dari Panduan Khusus untuk versi sebelumnya 7.6.4) Contoh-contoh manfaat dapat mencakup peluang
kerja, petani plasma, infrastruktur, dll.

Pedoman:
Lihat Kriteria 2.2, 2.3 dan 6.4 (versi sebelumnya) dan panduan-panduan terkait.
Persyaratan ini mencakup masyarakat adat atau pribumi (lihat Lampiran 1).
Lihat pedoman FPIC yang sudah disahkan RSPO (‘FPIC and the RSPO; A Guide for Members’, Oktober 2015).

4.6 2.2 Apabila terdapat konflik mengenai kondisi penggunaan tanah berdasarkan sertifikat tanah, pengusaha
perkebunan sebaiknya menunjukkan bukti bahwa tindakan-tindakan yang diperlukan telah diambil untuk
menyelesaikan konflik dengan pihak-pihak yang relevan.
Sebaiknya sudah dibuat mekanisme untuk menyelesaikan seluruh macam konflik yang mungkin terjadi
(versi sebelumnya Kriteria 6.3 dan 6.4).
Apabila operasi bersifat tumpang tindih dengan pemilik hak lainnya, perusahaan sebaiknya menyelesaikan
isu tersebut dengan pihak-pihak yang berwenang, konsisten dengan Kriteria 6.3 dan 6.4 (versi sebelumnya).

(dari Panduan Khusus untuk versi sebelumnya 2.2.4) Jika terdapat bukti dilakukannya akuisisi dengan cara
perampasan atau pengabaian secara paksa terhadap hak adat dan hak pakai sebelum operasi yang tengah
berjalan saat ini, sementara masih ada pihak-pihak yang memegang hak adat dan hak pakai, maka Indikator
2.3.1, 2.3.2 dan 2.3.3 (versi sebelumnya) harus diikuti guna menyelesaikan tuntutan-tuntutan historis
tersebut.

(dari Panduan Khusus untuk versi sebelumnya 2.2.6) Perusahaan sebaiknya memiliki kebijakan yang
melarang penggunaan tentara bayaran dan paramiliter dalam operasi perusahaan. Perusahaan juga
sebaiknya melarang aksi mengganggu dan intimidasi di luar hukum (extra-judicial) oleh pasukan keamanan
yang telah dikontrak (lihat Kriteria 6.13).

4.6 6.4 Kriteria ini sebaiknya dipertimbangkan bersamaan dengan Kriteria 2.2 dan 2.3 (versi sebelumnya), dan
panduan-panduan yang terkait.

PRINSIP 5 Inklusivitas Petani

Kriteria Kriteria PANDUAN Catatan


baru versi
sebelumnya
5.1 6.10 6.10.3 (versi sebelumnya) harus berlaku juga pada situasi di mana PKS berfungsi sebagai manajer kelompok
untuk kelompok-kelompok yang bersertifikat di bawah sertifikasi kelompok.
Transaksi dengan petani penggarap sebaiknya mempertimbangkan isu-isu seperti peran makelar,
transportasi dan penyimpanan FFB, kualitas dan penilaian mutu (grading). Selain itu, perlu dipertimbangkan
kebutuhan untuk mendaur ulang nutrien dalam FFB (lihat Kriteria 4.2 versi sebelumnya); apabila pendauran
ulang limbah tidak praktis untuk petani penggarap, kompensasi untuk nilai nutrien yang diekspor dapat
ditebus melalui harga TBS.
Petani penggarap sebaiknya memiliki akses untuk prosedur pengaduan di bawah Kriteria 6.3 (versi
sebelumnya) apabila mereka merasa tidak mendapatkan harga yang adil untuk TBS, terlepas dari ada
tidaknya keterlibatan makelar.
Adanya mekanisme penetapan harga yang adil dan transparan juga sangat penting untuk pemasok buah
luar (outgrower) yang terkait kontrak untuk menjual seluruh TBS ke pabrik minyak sawit tertentu.
Apabila pabrik minyak sawit membutuhkan perubahan praktik dari petani penggarap demi memenuhi Prinsip
dan Kriteria RSPO, maka biaya perubahan tersebut dan kemungkinan pembayaran di muka untuk TBS harus
dipertimbangkan.

PRINSIP 6 Pekerja

Kriteria Kriteria PANDUAN Catatan


baru versi
sebelumnya
6.1 6.8 Contoh-contoh kepatuhan terhadap prinsip ini dapat berbentuk dokumentasi yang sesuai (misalnya iklan
lowongan pekerjaan, deskripsi pekerjaan, penilaian performa pekerja, dll.), dan/atau informasi yang
diperoleh melalui wawancara dengan pemangku kepentingan relevan seperti kelompok yang terdampak
yang dapat meliputi perempuan, komunitas lokal, pekerja asing, pekerja migran, dll.
Terlepas dari perundang-undangan dan regulasi nasional, kondisi medis sebaiknya tidak digunakan dalam
cara yang diskriminatif.
Prosedur keluhan yang dirincikan dalam Kriteria 6.3 (versi sebelumnya) berlaku. Diskriminasi positif untuk
menyediakan pekerjaan dan manfaat terhadap komunitas spesifik dapat diterima sebagai bagian dari
perjanjian yang dinegosiasikan.

(dari Panduan Khusus untuk 6.8.2 versi sebelumnya) Contoh dari bukti untuk 6.8.2 dapat
mencakup kontrak antara pemberi kerja dan agensi, kontrak antara pekerja dan agensi; kebijakan
perusahaan dan prosedur perekrutan yang jelas; dan konfirmasi oleh pekerja dan agensi bahwa
tidak ada biaya yang dikenakan.

6.3 6.6 Hak pekerja, termasuk pekerja migran dan transmigran serta pekerja kontrak, untuk membentuk organisasi
dan berunding secara kolektif dengan pemberi kerja harus dihormati, sesuai dengan Konvensi 87 dan 98
dari International Labour Organisation (ILO).
Hukum tenaga kerja (ref P2) dan perjanjian serikat, atau apabila tidak ada, kontrak langsung pekerjaan yang
merincikan pembayaran dan kondisi-kondisi lainnya, harus tersedia dalam bahasa yang dapat dipahami oleh
pekerja atau dijelaskan dengan komprehensif ke pekerja oleh petugas manajemen.

6.4 6.7 TF4: Draf untuk implikasi bagi pihak ketiga/tenaga kerja outsource. Revisi bahasa
Pedoman: ‘kontrak jasa dan kesepakatan pemasok’ merujuk pada pihak-pihak yang terpengaruh oleh
perusahaan, dan bukan penyedia layanan telepon atau listrik

Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya menentukan umur minimum untuk
bekerja dan jam kerja secara jelas. Hanya pekerja yang berumur di atas umur minimum untuk meninggalkan
sekolah di negara tersebut atau mereka yang berumur 15 tahun ke atas yang boleh dipekerjakan. Umur
minimum pekerja tidak boleh kurang dari ketentuan regulasi nasional. Seluruh pekerjaan berbahaya
sebaiknya tidak dilakukan oleh pekerja di bawah 18 tahun, sebagaimana dinyatakan dalam Konvensi 138
International Labour Organisation (ILO).

(dari Panduan Khusus untuk 6.7.2 versi sebelumnya) Dokumen verifikasi usia mencakup dokumen pengenal
berfoto yang diakui pemerintah, jika ada.

6.5 6.9 Sebaiknya dikembangkan kebijakan yang jelas melalui konsultasi dengan pekerja tetap, pekerja kontrak dan
pemangku kepentingan lain yang relevan, dan kebijakan tersebut sebaiknya dapat diakses oleh publik.
Progres dalam pengimplementasian kebijakan sebaiknya dipantau secara reguler, dan hasil dari kegiatan
pemantauan sebaiknya dicatat.
Terlepas dari perundang-undangan dan regulasi nasional, hak-hak reproduktif harus dihormati.
(dari Panduan Khusus untuk 6.9.1 dan 6.9.2 versi sebelumnya) Kebijakan-kebijakan ini sebaiknya mencakup
pendidikan untuk perempuan dan kesadaran angkatan kerja. Sebaiknya tersedia program yang membahas
isu-isu tertentu yang dihadapi perempuan, seperti kekerasan dan kejahatan seksual di tempat kerja. Komite
ini, yang sebaiknya terdiri dari perwakilan seluruh bidang pekerjaan, akan mempertimbangkan masalah-
masalah seperti: pelatihan hak-hak perempuan; konseling untuk perempuan yang terlibat dalam kasus
kekerasan; fasilitas perawatan anak yang akan disediakan oleh pengusaha perkebunan dan pengusaha
pabrik kelapa sawit; jaminan bahwa perempuan dapat menyusui hingga 9 bulan sebelum ditugaskan untuk
menggunakan atau menyemprotkan bahan kimia; dan pemberian waktu istirahat khusus untuk perempuan
agar dapat menyusui dengan efektif.

6.6 6.12 Pekerja migran sebaiknya dilegalisasi, dan perjanjian pekerjaan yang terpisah sebaiknya dibuat untuk
memenuhi persyaratan imigrasi bagi pekerja asing dan standar internasional. Seluruh pemotongan
(deduksi) yang diterapkan tidak mengancam upah hidup yang layak.
Paspor-paspor sebaiknya hanya diserahkan secara sukarela.
Sebaiknya terdapat bukti uji tuntas (due diligence) dalam penerapan indikator dan pedoman ini ke seluruh
penyuplai dan pekerja sub-kontrak.
Dalam hal substitusi kontrak, sebaiknya menggunakan pedoman nasional.

(dari Panduan Khusus untuk 6.12.1 versi sebelumnya) Tenaga kerja sebaiknya memilih untuk bekerja secara
sukarela dan bebas, tanpa ancaman hukuman, dan sebaiknya memiliki kebebasan untuk menghentikan
masa kerja tanpa hukuman selama ada pemberitahuan penghentian kerja dalam waktu yang cukup atau
sesuai dengan perjanjian kerja. Acuan pada Indikator Kerja Paksa ILO harus dimasukkan.

(dari Panduan Khusus untuk 6.12.3 versi sebelumnya) Kebijakan tenaga kerja khusus harus meliputi:
• pernyataan praktik-praktik yang non diskriminatif;
• tidak ada substitusi kontrak;
• program orientasi pasca-kedatangan dengan fokus utama pada bahasa, keselamatan kerja, hukum
kerja, praktik budaya, dll.;
• penyediaan tempat tinggal yang layak sesuai dengan undang-undang atau Rekomendasi ILO 115 jika
undang-undang tidak ada.

6.7 4.7 Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya menjamin bahwa tempat kerja,
mesin, peralatan, transportasi dan proses-proses yang di bawah kontrol mereka selalu aman dan tidak
membahayakan kesehatan secara eksesif. Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik kelapa sawit
sebaiknya menjamin bahwa bahan-bahan kimiawi, fisik, dan biologis serta hal-hal yang berada di bawah
kontrol mereka tidak membahayakan kesehatan secara eksesif, dan mengambil tindakan apabila
diperlukan. Seluruh indikator ini berlaku untuk seluruh pekerja, terlepas dari status mereka.
Rencana keselamatan dan keamanan sebaiknya juga mengacu pada pedoman dalam Konvensi ILO 184 (lihat
Lampiran 1).

(Panduan Khusus untuk 4.7.7 versi sebelumnya) Interpretasi Nasional akan mendefinisikan penghitungan
LTA. Untuk negara-negara di mana tidak terdapat interpretasi nasional, pengusaha perkebunan terkait
harus mengacu pada penghitungan ILO.

PRINSIP 7 Lingkungan Hidup

Kriteria Kriteria PANDUAN Catatan


baru versi
sebelumnya
7.1 4.5 Pekebun sebaiknya mengaplikasikan teknik-teknik Integrated Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang
sudah diakui, dengan memasukkan metode-metode berbasis kebudayaan, biologis, mekanis, dan fisik untuk
meminimalkan penggunaan bahan kimia.
Apabila dimungkinkan, spesies asli sebaiknya digunakan untuk kontrol biologis.

Pada kasus tertentu untuk pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pembakaran, maka
berdasarkan peraturan yang berlaku, harus ada bukti persetujuan sebelumnya mengenai pembakaran
terkendali sebagaimana ditentukan dalam ‘Guidelines for the Implementation of the ASEAN Policy on Zero
Burning’ 2003, atau pedoman atau peraturan sejenis di kawasan lain. [lih. ASEAN guideline].

7.2 4.6 RSPO telah mengidentifikasi beberapa contoh alternatif penggunaan pestisida dan herbisida, antara lain
yang tercantum dalam ‘Research project on Integrated Weed Management Strategies for Oil Palm; CABI,
April 2011’. Akibat dari adanya masalah-masalah dalam ketepatan pengukuran, pemantauan tingkat kadar
racun (toxicity) tidak berlaku untuk petani penggarap independen.
Pemeriksaan
(dari Panduan Khusus untuk 4.6.1 versi sebelumnya) Langkah-langkah untuk menghindari timbulnya konsistensi
kekebalan (seperti penggiliran penggunaan pestisida) sebaiknya diaplikasikan. Kebijakan tersebut sebaiknya dengan yang
dijustifikasi dengan mempertimbangkan alternatif-alternatif yang relatif kurang berbahaya dan PHT. baru
diperlukan
(dari Panduan Khusus untuk 4.6.3 versi sebelumnya) Justifikasi penggunaan pestisida tersebut harus
dimasukkan ke dalam rangkuman laporan publik.

(dari Panduan Khusus untuk 4.6.4 versi sebelumnya) Uji tuntas dipahami sebagai proses di mana
perusahaan harus mengidentifikasi, menilai, memitigasi, mencegah, dan menjelaskan bagaimana
perusahaan tersebut memverifikasi penggunaan dalam keadaan darurat pestisida yang termasuk kategori
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) Kelas 1A atau 1B, atau yang tercantum dalam
Konvensi Stockholm atau Rotterdam, dan paraquat yang dilarang digunakan dalam RSPO, dalam situasi
yang sangat spesifik. Sifat dan tingkat uji tuntas akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luas areal di
mana pestisida harus diaplikasikan, konteks dan lokasi pengaplikasian pestisida tersebut, sifat produk atau
layanan, dan tingkat keparahan dari dampak merugikan aktual dan potensial yang akan disebabkan oleh
penggunaan pestisida yang sangat berbahaya. Uji tuntas harus mengacu pada a) penilaian terhadap
ancaman dan verifikasi mengapa ini merupakan ancaman utama, b) mengapa tidak ada alternatif lain yang
dapat digunakan, c) proses mana yang diterapkan untuk memverifikasi bahwa tidak ada alternatif lain yang
lebih rendah tingkat bahayanya, d) apa proses untuk membatasi dampak negatif dari pengaplikasian
pestisida tersebut, dan e) perkiraan skala waktu pengaplikasian pestisida dan langkah apa yang diambil
pada pengaplikasian terbatas untuk kondisi khusus.
(dari Panduan Khusus untuk 4.6.6 versi sebelumnya) Praktik-praktik terbaik yang diakui termasuk:
Penyimpanan seluruh pestisida sebagaimana ditentukan dalam FAO International Code of Conduct on the
distribution and use of pesticides dan pedomannya, dan didukung dengan pedoman-pedoman industri yang
relevan (lih. Lampiran 1).

7.3 5.3 Rencana pembuangan dan manajemen limbah sebaiknya meliputi langkah-langkah untuk:
• Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan mendaur ulang limbah-limbah potensial menjadi
nutrien atau mengubahnya menjadi produk bernilai tambah (misalnya melalui program pemberian makan
untuk binatang).
• Manajemen dan pembuangan bahan kimia berbahaya dan wadahnya secara tepat. Surplus wadah bahan
kimia sebaiknya digunakan ulang, didaur ulang, atau dibuang dengan cara yang bertanggung jawab secara
sosial dan lingkungan, berdasarkan praktik-praktik terbaik yang ada (misalnya: mengembalikan wadah
tersebut ke vendor atau membersihkannya dengan metode pembilasan tiga kali); sehingga tidak ada risiko
kontaminasi sumber-sumber air atau risiko terhadap kesehatan manusia. Instruksi pembuangan yang
terdapat di label pabrik harus diikuti.
Penghancuran limbah melalui pembakaran sebaiknya dihindari. Perusahaan didorong untuk meningkatkan
pengelolaan limbah di lingkungan sekitarnya.

7.4 4.2 Kesuburan jangka panjang bergantung pada perawatan struktur, konten bahan organik, status nutrien, dan
kesehatan mikrobiologis tanah. Efisiensi nutrien sebaiknya memperhitungkan umur perkebunan dan kondisi
tanah. Strategi pendauran ulang nutrien sebaiknya mempertimbangkan setiap penggunaan biomassa untuk
produk sampingan atau produksi energi.

7.5 4.3a Untuk 4.3a versi sebelumnya: Teknik-teknik untuk meminimalkan erosi tanah merupakan teknik yang sudah Diperiksa
dikenal secara luas dan sebaiknya digunakan sebagaimana diperlukan. Hal tersebut meliputi praktik-praktik oleh FP
seperti manajemen penutupan tanah, pendauran ulang biomassa, pemetakan tanah (terracing), dan
regenerasi atau restorasi alami sebagai ganti penanaman ulang.

Tindakan untuk memenuhi Kriteria 4.3a versi sebelumnya harus diintegrasikan dengan Penilaian Dampak
Sosial dan Lingkungan/SEIA yang dipersyaratkan oleh Kriteria 7.1 versi sebelumnya.
7.6 7.2 Kegiatan-kegiatan ini dapat dihubungkan dengan Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan (SEIA) (lih.
Kriteria 7.1 versi sebelumnya) namun tidak harus dilakukan oleh ahli independen.
Peta kecocokan tanah atau survei tanah sebaiknya dibuat sesuai dengan skala operasi dan sebaiknya
mencakup informasi mengenai jenis tanah, topografi, hidrologi, kedalaman akar, ketersediaan kelembaban,
tingkat berbatuan, dan kesuburan tanah untuk menjamin keberlanjutan pembangunan jangka panjang.
Tanah-tanah yang membutuhkan praktik-praktik tertentu sebaiknya diidentifikasi (lih. Kriteria 4.3 dan 7.4
versi sebelumnya). Informasi ini sebaiknya digunakan untuk merencanakan program penanaman, dan
sebagainya. Langkah-langkah untuk meminimalkan erosi melalui penggunaan mesin berat dengan wajar,
pemetakan pada lereng, pembangunan jalan dengan wajar, pembuatan penutup permukaan secara cepat,
perlindungan tepi sungai, dan metode-metode lain sebaiknya dirancang. Area yang terletak dalam
perimeter perkebunan dan dianggap tidak cocok untuk kultivasi minyak kelapa sawit jangka panjang akan
digambarkan dengan jelas dalam rencana dan dimasukkan dalam operasi konservasi atau rehabilitasi
sewajarnya (lih. Kriteria 7.4 versi sebelumnya).
Penilaian kecocokan tanah juga penting untuk petani penggarap, terutama apabila terdapat jumlah besar
petani yang beroperasi di lokasi tertentu. Informasi kecocokan tanah sebaiknya dikumpulkan oleh
perusahaan-perusahaan yang berusaha membeli Tandan Buah Segar (TBS) dari pengembangan-
pengembangan petani mandiri dalam lokasi tertentu. Perusahaan sebaiknya menganalisis informasi ini dan
menyediakan informasi kecocokan tanah ke petani mandiri dan/atau bersamaan dengan institusi
publik/pemerintah yang relevan dan organisasi lainnya (termasuk LSM) menyediakan informasi untuk
membantu petani penggarap independen dalam menumbuhkan kelapa sawit secara berkelanjutan.

7.8 4.3b Untuk 4.3b.1 versi sebelumnya: Peta dan dokumentasi lainnya mengenai tanah gambut di kawasan yang Diperiksa
dikelola harus diserahkan kepada sekretariat RSPO. (Informasional) Perusahaan didorong untuk memetakan oleh FP
lahan gambut di dalam basis pasok agar pemantauan dan peningkatan Praktik Pengelolaan Terbaik/PPT
dapat berjalan.

Untuk 4.3b.2 versi sebelumnya: Untuk kebun-kebun yang telah ditanam di lahan gambut, ketinggian
permukaan air (water table) harus dijaga pada rata-rata 50 cm (antara 40 – 60 cm) di bawah permukaan
tanah, kecuali dipersyaratkan lebih tinggi oleh regulasi nasional, yang diukur dengan piezometer air tanah,
atau rata-rata 60 cm (antara 50 – 70 cm) di bawah permukaan tanah sebagaimana diukur di saluran
pengumpulan air, melalui jaringan yang terdiri atas struktur-struktur kontrol air yang sesuai misalnya
bendungan, karung berisi pasir, dll. di lahan dan pintu air di titik-titik pengeluaran dari saluran utama
(Kriteria 4.4 dan 7.4). Pemantauan penurunan muka tanah harus dilakukan di semua kawasan gambut
berdrainase dalam perkebunan, termasuk juga kawasan yang bersebelahan dengan perkebunan di mana
ketinggian permukaan air dapat dipengaruhi oleh drainase yang berkaitan dengan perkebunan.

Untuk 4.3b.3 versi sebelumnya: Penilaian tingkat keterkurasan (Drainability assessment) sebaiknya
dilakukan sejalan dengan panduan dalam ‘RSPO Manual on Best Management Practices (BMPs) for existing
oil palm cultivation on peat’ termasuk panduan Tingkat Keterkurasan yang diperbaharui (untuk
dirampungkan pada tahun 2018). Apabila dalam laporan penilaian tingkat keterkurasan ditemukan area
yang tidak cocok untuk penanaman ulang pohon kelapa sawit, sebaiknya terdapat rencana untuk
rehabilitasi atau penggunaan alternatif area tersebut. Apabila penilaian menunjukkan adanya risiko tinggi
kebanjiran dan/atau intrusi air garam dalam dua siklus panen, pekebun dan penanam sebaiknya tidak
melakukan penanaman ulang dengan kelapa sawit dan sebaiknya menanami kembali lokasi tersebut
dengan spesies tumbuhan asli atau jika memungkinkan alternatif tumbuhan komersial seperti misalnya
paludikultur (tanaman budi daya yang lebih tahan terhadap air) yang dikendalikan oleh masyarakat
setempat dan sistem produksi pangan. [Untuk direvisi sesuai dengan panduan RSPO terbaru, sebelum bulan
Maret 2018.]

Untuk 4.3b.4 versi sebelumnya: [Mengacu pada Best Management Practices for Management and
Rehabilitation of Natural Vegetation associated with Oil Palm cultivation on Peat ("BMP" version 2, Xxx
2018)].

7.9 4.4 Rencana manajemen air akan: Diperiksa


• Memperhitungkan efisiensi penggunaan dan tingkat pembaruan sumber; oleh FP
• Menjamin bahwa penggunaan dan manajemen air dalam operasi tidak akan berdampak negatif pada
pengguna lain dalam area tangkapan air (catchment area) yang sama, termasuk komunitas lokal dan
pengguna air secara umum;
• Bertujuan untuk menjamin akses komunitas lokal, pekerja dan keluarga mereka terhadap air bersih dan
cukup untuk minum, memasak, mandi, dan membersihkan;
• Menghindari kontaminasi air tanah dan air permukaan dari tanah, nutrien atau bahan kimia akibat
pembuangan limbah yang tidak layak, termasuk limbah bekas pabrik minyak sawit atau Palm Oil Mill
Effluent (POME).

Untuk 4.4.2 versi sebelumnya: Mengacu pada ‘Buku Panduan RSPO Tentang Praktik Pengelolaan Terbaik
(PPT) untuk pengelolaan dan rehabilitasi vegetasi alami yang berasosiasi dengan budidaya kelapa sawit di
lahan gambut’, bulan Juli 2012, dan RSPO Manual on Best Management Practices (BMPs) for the
management and rehabilitation of riparian reserves, bulan April 2017.

7.10 5.4 Penggunaan energi terbarukan per ton Minyak Kelapa Sawit Mentah (Crude Palm Oil atau CPO) atau produk
kelapa sawit lain dalam pabrik harus dipantau.
Penggunaan langsung bahan bakar fosil per ton CPO atau Tandan Buah Segar (TBS) harus dipantau.
Efisiensi energi sebaiknya diperhitungkan dalam konstruksi atau peningkatan mutu semua operasi.
Pekebun dan pengusaha pabrik kelapa sawit sebaiknya menilai penggunaan energi langsung dalam operasi
mereka, termasuk bahan bakar dan listrik, dan tingkat efisiensi energi operasi mereka. Hal tersebut
mencakup estimasi penggunaan bahan bakar oleh pekerja kontrak di lokasi (on-site), termasuk seluruh
operasi mesin dan transportasi.
Apabila memungkinkan, fisibilitas dari pengumpulan dan penggunaan biogas sebaiknya juga diteliti.

7.11 5.6 &7.8 Pekebun sangat didorong untuk mendirikan perkebunan baru di atas tanah mineral, di area rendah stok Diperiksa
karbon, dan di area-area yang telah dikultivasi di mana pengguna lahan sekarang sepakat untuk oleh FP
mengembangkan lahan tersebut menjadi perkebunan kelapa sawit. Pabrik kelapa sawit yang baru
sebaiknya mengadopsi praktik-praktik manajemen rendah emisi (misalnya manajemen Palm Oil Mill
Effluent (POME) yang lebih baik, ketel uap yang lebih efisien, dsb.) dalam program pengembangan baru.
Semua pembangunan baru sebaiknya merencanakan pengimplementasian praktik-praktik terbaik RSPO,
guna meminimalkan emisi selama proses pembangunan perkebunan baru.

Kriteria ini mencakup perkebunan, operasi pabrik kelapa sawit, jalan, dan infrastruktur lainnya. Disadari
bahwa mungkin terdapat perubahan signifikan antara area dalam rencana dan area pembangunan,
sehingga analisis mungkin harus diperbaiki sebelum akhir masa implementasi.

7.12 5.5 Program penyuluhan/pelatihan bagi petani terasosiasi mungkin dibutuhkan.


7.13 5.2 & 7.3 MOHON PERHATIKAN BAHWA TEKS PEDOMAN BARU TERCAKUP DALAM CATATAN UNTUK KONSULTASI Periksa
PUBLIK DI BAWAH KRITERIA 7.13 dengan
menggunakan
pedoman
versi
sebelumnya
untuk Kriteria
5.2 & 7.3
untuk hal-hal
yang masih
dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai