Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 2, No.

2, Juli 2014

KAJI EKSPERIMENTAL KEMAMPUAN DAYA HANTAR KALOR


CAMPURAN STYROFOAM, KULIT JENGKOL DAN SEMEN
PUTIH SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN ISOLATOR

Sofwan Hariady, M. Amien Fauzie, Sukarmansyah *)

Abstrak : Styrofoam atau plastik busa masih termasuk golongan plastik.


Umumnya Styrofoam berwarna putih dan terlihat bersih, Bentuknya juga simpel
dan ringan (Khomsam, 2003). Styrofoam dihasilkan dari campuran 90-95%
polystyrene dan 5-10% gas, Angka konduktivitas termal Styrofoam rata-rata
diperoleh sebesar 0,095 W/m °C.Bahan-bahan serta komposisi campuran yang
dirancang terdiri dari kulit Jengkol dan Semen putih (gray cement). Ada 5 bahan
campuran yang akan diuji, dengan perbedaan jumlah campuran styrofoam dengan
ketebalan 10 mm. Styrofoam dan kulit jengkol yang telah dipotong-potong
atau dicacah-cacah hingga kecil ukurannya di campur dengan semen putih
sebagai perekat, lalu dimasukan kedalam tempat adonan, kemudian dicampur
air secukupnya, dilanjutkan dengan pembentukkan benda uji. Konduktifitas
termal isolator styrofoam dengan variasi kulit jengkol dan semen putih diuji
dengan menggunakan heater yang dilengkapi dengan box yang terbuat dari bahan
triplek, Styrofoam dan keramik. Alat ukur yang digunakan adalah Thermocouple
Digital.
Dari hasil pengujian, pada variasi campuran 20 gram styrofoam dan 30 gram
kulit jengkol temperatur yang terbaca oleh thermocouple digital untuk daya
yang sama sebesar 48 0C, sedangkan pada variasi campuran 40 gram styrofoam
dan 10 gram kulit jengkol temperatur permukaan yang terbaca 36 0C, ini berarti
bahwa benda uji dengan variasi campuran 40 gram styrofoam dan 10 gram
kulit jengkol memiliki faktor penghambat ( isolator ) yang lebih
baik.Konduktifitas Termal dengan variasi campuran bahan Isolator. adanya
perbedaan harga konduktifitas termal antara pengujian pertama sampai dengan
ke pengujian kelima dengan perbedaan campuran Styrofoam dan kulit jengkol
yang memiliki nilai konduktifitas termal terendah terdapat pada pengujian yang
kelima dengan nilai konduktifitas termal 0,598 W/m 0C, sedangkan yang tertinggi
pada pengujian yang pertama dengan nilai konduktifitas termal 0,673 W/m 0C.
Dapat disimpulkan bahwa campuran styrofoam yang lebih banyak dan jumlah
kulit jengkol yang lebih sedikit didapat nilai temperatur yang rendah diatas benda
uji dan nilai konduktifitas termalnya menjadi lebih rendah.

Kata Kunci : Styrofoam, kulit jengkol, isolator.

Abstract : Styrofoam or plastic bubble still belonged to the plastic. Generally


white Styrofoam and looks clean, simple and lightweight form is also (Khomsam,
2003). Styrofoam is produced from a mixture of 90-95% polystyrene and 5-

*) Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Univ. Tridinanti Palembang

119
Sofwan Hariady, M. Amien Fauzie, Sukarmansyah

10% gas, thermal conductivity figure Styrofoam average obtained at 0.095 W


/ m ° C. The materials and the composition of the mixture consisting of leather
designed Jengkol and white cement (gray cement). There are 5 mixed materials
to be tested, with different numbers of mixture of Styrofoam with a thickness of
10 mm. Styrofoam and jengkol skin that has been cut or chopped-chopped up
small in size mixed with white cement as an adhesive, and then inserted into
the dough, then mixed with sufficient water, followed by the formation of the
test specimen. Styrofoam insulation thermal conductivity with variation jengkol
skin and white cement was tested by using a heater that comes with a box made
of plywood, Styrofoam and ceramic. Measuring instrument used was a Digital
Thermocouple.
From the test results, the variation of a mixture of 20 grams and 30
grams of styrofoam jengkol skin temperature read by the thermocouple digital
for the same power at 48 0C, while the variation of mixture of 40 grams and 10
grams of styrofoam jengkol skin surface temperature read 36 0C, this means
that the test object with a mixture of 40 grams of styrofoam variation and 10
grams of skin jengkol have inhibitory factor (insulator) better.
Thermal conductivity variation with a mixture of insulators. the difference in
thermal conductivity between the price of the first test to test for differences in
the fifth with a mixture of Styrofoam and jengkol skin that has the lowest thermal
conductivity values contained in the fifth test with a thermal conductivity
value of 0.598 W / m 0C, while the highest in the first test with the value
thermal conductivity of 0.673 W / m 0C.
Styrofoam can be concluded that the mixture is more and more number of skin
jengkol slightly lower temperature values obtained over the test specimen
and the thermal conductivity value becomes lower.

Keywords : Styrofoam, kulit jengkol, isolator

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang diragukan keamanannya. Karena mengandung
Bahan pengemas styrofoam at au bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan,
polystyrene telah menjadi salah satu pilihan terutama bila digunakan sebagai kemasan atau
yang paling populer dalam bisnis pangan. wadah makanan.
Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren Setiap tahunnya penggunaan Styrofoam
ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu meningkat di tiap negara. Padahal, Styrofoam
mencegah kebocoran dan tet ap terbukti tidak ramah lingkungan, karena tidak
mempertahankan bentuknya saat dipegang. dapat diuraikan sama sekali. Bahkan pada
Selain itu, bahan t ersebut juga mampu proses produksinya sendiri, menghasilkan
mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap limbah yang tidak sedikit , sehingga
nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dikategorikan sebagai penghasil limbah
dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya berbahaya ke-5 terbesar di dunia oleh EPA
murah, lebih aman, serta ringan. Tetapi, riset (Enviromental Protection Agency).
terkini membuktikan bahwa styrofoam

120
Kajian Eksperimental Kemampuan Daya Hantar Kalor Campuran Styrofoam, Kulit
Jengkol dan Semen Putih Sebagai Alternatif Bahan Isolator

Selaras dengan perkembangan ilmu dalam berbagai variasi campuran kulit


pengetahuan dan teknologi, telah dihasilkan jengkol dan semen putih.
berbagai jenis bahan konduktor. Konduktor 1.4. Tujuan Penelitian
adalah kemampuan bahan atau daya hantar Penelitian ini bertujuan untuk
panas dari suatu bahan yang sering diberi mengetahui besarnya nilai
simbol huruf k, jika harga k besar dinamakan konduktivitas termal styrofoam dalam
konduktor dan jika harga k kecil dinamakan berbagai variasi campuran kulit jengkol
dengan isolator, misalnya penggunaan isolator dan semen putih.
pada industri dan bangunan. 1.5. Manfaat Penelitian
Penggunaan isolator berkembang tidak Adapun manfaat dalam pengujian ini
hanya untuk menghindari kebocoran panas, adalah sebagai berikut
tetapi juga mengontrol temperature, karena
fungsi iso lator sangat penting dalam 1. Dapat digunakan sebagai salah satu
penggunaan energi panas yang harus seefisien alt ernatif bahan isolat or atau
mungkin, maka diperlukan bahan isolator yang konduktor.
memiliki konduktor yang rendah. 2. Sebagai cara untuk menanggulangi
Oleh karena itu, disini penulis mencoba Styrofoam.
meneliti apakah limbah styrofoam dengan
campuran kulit jengkol dan semen putih 1.6 Sistematika Penulisan
memiliki nilai konduktor yang rendah. Sistematika penulisan skripsi ini
Pengujian akan dilakukan dengan disusun secara berkaitan agar antara
mencampurkan bahan dalam bent uk bab yang satu dengan bab yang lain
lempengan. saling mendukung. Adapun sistematika
penulisan skripsi ini adalah sebagai
1.2. Perumusan Masalah berikut :
Berdasarkan latar belakang di atas,
masalah yang dapat diidentifikasi adalah
sebagai berikut : 2. TINJAUAN PUSTAKA
1. Meningkatnya jumlah styrofoam 2.1. Styrofoam
yang menyebabkan semakin Styrofoam atau plastik busa masih
banyak limbah styrofoam yang termasuk golongan plastik. Umumnya
dihasilkan. Styrofoam berwarna putih dan terlihat
2. Limbah styrofoam mengganggu bersih. Bentuknya juga simpel dan ringan
kebersihan lingkungan dan (Khomsam, 2003). Sebenarnya
menyebabkan global warning ( Styrofoam merupakan nama dagang
pemanasan global ). yang telah dipatenkan oleh Perusahaan
3. Limbah styrofoam belum adanya Dow Chemical untuk polystyrene foam.
pemanfaatan secara maksimal. Oleh pembuatnya, Styrofoa dimaksudkan
1.3. Pembatasan Masalah unt uk digunakan sebagai bahan
Penelitian ini hanya untuk konstruksi bangunan, bukan untuk
mengetahui pengaruh perbedaan nilai kemasan makanan. St yrofoam
konduktivitas termal styrofoam dan merupakan bahan plastik yang memiliki
nilai konduktivitas termal styrofoam sifat khusus dengan struktur yang

121
Sofwan Hariady, M. Amien Fauzie, Sukarmansyah

tersusun dari butiran dengan kerapatan 2.2. Isolator Limbah Styrofoam


rendah, mempunyai bobot ringan, dan Bahan-bahan serta komposisi campuran
terdapat ruang antar butiran yang berisi yang dirancang terdiri dari:
udara yang tidak dapat menghantar panas a. Kulit Jengkol. (Pithecellobium lobatum)
sehingga hal ini membuatnya menjadi b. Semen putih (gray cement).
isolator panas yang baik. Styrofoam juga
berefek buruk bagi lingkungan karena
tidak bisa diuraikan oleh alam, akibatnya 2.2.1. Kulit Jengkol
sampah bahan ini hanya akan menumpuk Pithecellobium lobatum adalah nama latin
dan mencemari alam. Saat ini beberapa dari buah jengkol. Buah Jengkol merupakan
perusahaan memang sudah melakukan buah yang sering kita jumpai, memang
daur ulang styrofoam namun sebenarnya keberadaannya kadang diacuhkan karena
yang dilakukan hanyalah menghancurkan berbau. Sebab hanya kalangan tertentu yang
st yrofoam lama kemudian mengkonsumsi jengkol sebagai bahan lauk
membentuknya menjadi baru untuk untuk dimakan. Meski baunya mengganggu
dipergunakan kembali. penciuman namun bagi sebagian orang yang
Styrofoam dihasilkan dari mengkonsumsi jengkol, bau dan rasa jengkol
campuran 90-95% polystyrene dan 5- begitu khas dan enak.
10% gas seperti n-butana atau n-pentana.
Bahan dasar St yrofoam adalah 2.2.2. Semen Putih
polystyrene. Polystyrene merupakan Semen (cement) adalah hasil industri dari
suatau jenis plastik yang dibuat dari paduan bahan baku : batu kapur atau gamping
monomer styrene melalui proses sebagai bahan utama dan lempung atau tanah
polimerisasi. Polystyrene ini bersifat liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil
sangat amorphous, mempunyai indeks akhir berupa padatan berbentuk bubuk atau
refraksi tinggi, dan sukar ditembus oleh bulk, tanpa memandang proses pembuatannya,
gas, kecuali uap air. Dapat larut dalam yang mengeras atau membat u pada
alkohol rantai panjang, kitin, ester pencampuran dengan air. (gray cement) adalah
hidrokarbon yang mengikat klorin. semen yang lebih murni dari semen abu dan
Polystyrene ini juga sangat ringan, kaku, digunakan untuk pekerjaan penyelesaian
tembus cahaya, dan murah, tetapi cepat (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi.
rapuh. Karena kelemahannya tersebut, Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit
polystyrene dicampur dengan seng dan (calcite) limestone murni. Campuran semen
senyawa butadiene. Hal ini menyebabkan putih memiliki kadar Fe2O3-nya rendah, karna
polystyrene kehilangan sifat jernihnya warna abu-abu pada semen portland
dan berubah warna menjadi putih susu. disebabkan oleh serbuk besi. Semen ini dibuat
Angka konduktivitas termal Styrofoam dari batu kapur dan tanah liat putih (kaolin),
rata-rata diperoleh sebesar 0,095 W/m kadar Fe 2O 3 tidak boleh lebih dari 1,5%.
°C. Dalam hal ini saya selaku penulis Pengolahannya sama dengan pengolahan
menggunakan jenis Styrofoam bekas semen biasa, tapi tidak menggunakan alat-alat
kemasan Pop mie. yang mengandung besi.

122
Kajian Eksperimental Kemampuan Daya Hantar Kalor Campuran Styrofoam, Kulit
Jengkol dan Semen Putih Sebagai Alternatif Bahan Isolator

Untuk mengetahui konduktor dari


Q=- kA ……... ( lit. 2 hal 2 )
styrofoam dengan campuran kulit jengkol dan
semen putih tentunya kita harus melakukan
Konduktifitas termal dari bahan
pengujian yang didasari oleh pengetahuan
styrofoam dapat dihitung dengan menggunakan
tentang perpindahan panas.
hukum Fourier, yaitu:
2.3. Perpindahan Panas
................ ( lit. 2 hal 2 )
Dalam bidang teknik terdapat banyak
masalah perpindahan panas, pengetahuan
Dimana :
tentang mekanisme perpindahan panas mutlak
q : Laju aliran panas ( watt )
diperlukan untuk dapat memahami peristiwa-
dx : Tebal bahan (m)
peristiwa yang berlangsung, ada 3 (tiga) cara
A : Luas penampang perpindahan
perpindahan panas yang mekanismenya
kalor (m2)
berbeda, yaitu:
dT : Beda temperatur (0C)
- Secara molekuler, disebut konduksi
- Secara aliran, disebut konveksi
Persamaan yang sederhana diatas
- Secara gelombang elektomagnetik, disebut
sebenarnya tidaklah mudah untuk diaplikasikan
radiasi
apabila diinginkan keakuratan yang tinggi,
Penelitian ini ditekankan pada usaha karena persamaan tersebut membutuhkan
mencari harga isolator bahan melalui kondisi yang sebenarnya terjadi perpindahan
pengukuran laju aliran kalor konduksi dan panas konduksi satu dimensi, atau dengan kata
gradient temperature yang terjadi pada bahan lain panas hanya mengalir pada sumbu x dan
styrofoam. tidak mengalir kearah sumbu yang lain, ini
merupakan suatu kondisi yang sulit untuk dapat
2.3.1. Perpindahan Panas Konduksi dipenuhi.
Ketika benda yang memiliki temperatur
tinggi bertemu dengan benda yang memiliki 2.3.2. Perpindahan Panas Konveksi
temperatur yang lebih rendah, sebagian Perpindahan kalor secara konveksi.
molekul-molekul yang aktif tersebut akan Perpindahan kalor secara konveksi adalah
bergetar dan mengenai molekul-molekul yang proses tansport energi dengan kerja gabungan
memiliki kecepatan rata-rata lebih rendah, dan dari konduksi kalor, penyimpanan energi dan
memindahkan energi yang mereka miliki. gerakan mencampur. Konveksi sangat penting
Sehingga molekul-molekul pada benda yang sebagai mekanisme perpindahan energi antara
lebih dingin tersebut menjadi lebih aktif permukaan benda padat dan cair atau gas.
bergerak, kita biasanya menyebutnya dengan Perpindahan kalor secara konveksi dari suatu
istilah pertukaran panas. Konduksi adalah permukaan yang suhunya diatas suhu fluida
berpindahnya panas melalui getaran antar disekitarnya berlangsung dalam beberapa
molekul secara langsung. Besarnya fluksi panas tahap. Pertama kalor akan mengalir dengan
antara dua tempat dalam padatan dinyatakan cara konduksi dari permukaan ke partikel-
dengan persamaan fourier. Jika pada suatu partikel fluida yang berbatasan. Energi yang
benda terdapat gradient suhu, maka akan terjadi berpindah dengan cara demikian akan
perpindahan energi dari bagian bersuhu tinggi menaikkan suhu dan energi dalam partikel-
kebagian bersuhu rendah. partikel fluida tersebut. Kedua, partikel-partikel

123
Sofwan Hariady, M. Amien Fauzie, Sukarmansyah

tersebut akan bergerak ke daerah suhu yang ( 5,669 X 10 8 W/m2.oC )


lebih rendah dimana partikel tersebut akan A = Luas permukaan bidang ( m2 )
bercampur dengan partikel-partikel fluida Ta4 = Temperatur (o
lainnya.
Perpindahan kalor secara konveksi
dapat dikelompokkan menurut gerakan METODOLOGI PENELITIAN
alirannya, yait u konveksi bebas (free 3.1. Tempat
convection) dan konveksi paksa (forced Penelitian ini dilaksanakan di
convection). Apabila gerakan fluida tersebut Laboratorium Konversi Energi Program
terjadi sebagai akibat dari perbedaan densitas Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik
(kerapatan) yang disebabkan oleh gradient suhu Universitas Tridinanti.
maka disebut konveksi bebas atau konveksi
alamiah (naturalconvection). Bila gerakan 3.2. Metode Penelitian.
fluida tersebut disebabkan oleh penggunaan alat Metode yang dilakukan dalam penelitian
dari luar, seperti pompa atau kipas, maka ini adalah eksprimental.
prosesnya disebut konveksi paksa.
Laju perpindahan kalor antara suatu 3.3. Bahan dan Alat
permukaan plat dan suatu fluida dapat dihitung 3.3.1. Bahan :
dengan hubungan : Ada 5 (lima) bahan campuran yang
akan diuji, dengan perbedaan jumlah
Qc = h A T .........( lit.2 hal 11 ) campuran styrofoam dan kulit jengkol
yaitu:
dimana
qc = Laju perpindahan kalor secara Tabel 3.1 Campuran Bahan Isolator
konveksi (W)
Styrofoam Kulit Jengkol Semen Putih
Hc = Koefisien perpindahan kalor No
konveksi (W/m2 .K) ( gram ) ( gram ) (gram )
A = Luas perpindahan kalor (m²) 1 20 30 100
T = Beda temperatur ( 0C ) 2 25 25 100
3 30 20 100
2.3.3. Perpindahan Panas Radiasi 4 35 15 100
Berlainan dengan mekanisme konduksi 5 40 10 100
dan konveksi, dimana perpindahan energy
terjadi karena bahan antara, kalor juga dapat
berpindah melalui daerah-daerah hampa. 3.3.2. Peralatan:
Mekanismenya disini adalah sinaran atau radiasi 1. Alat uji konduktivitas termal
elektromagnetik. Laju perpindahan kalor Peralatan ini berupa kotak yang terbuat
radiasi dapat dihitung dengan: dari bahan triplek yang dilengkapi dengan:
- Heater 300 watts.
Q =  A Ta4 …........( lit.2 hal 13 ) - Volt meter.
- Amper meter.
Dimana - Thermocople Digital.
 = Konstanta Stefan-Boltzmann

124
Kajian Eksperimental Kemampuan Daya Hantar Kalor Campuran Styrofoam, Kulit
Jengkol dan Semen Putih Sebagai Alternatif Bahan Isolator

- Box heater terbuat dari keramik dengan dimasukan kedalam tempat adonan,
tebal 5 mm, lebar 150 mm dan panjang kemudian dicampur air secukupnya,
150 mm dan tinggi 50 mm. dilanjutkan dengan pembentukkan benda
- Isolator dari bahan Styrofoam, yang uji. jika sudah kering berarti campuran
dipasang diantara box dari triplek dan box bahan tadi sudah siap untuk dilakukan
yang terbuat dari keramik. pengujian.
- Thermocouple Digital dipasang untuk
mengukur suhu yang dibangkitkan oleh 3.3. Prosedur Pengujian
heater, dan diatas benda uji dipasang juga Setelah campuran styrofoam yang
thermocouple digital untuk mengukur suhu akan diuji sudah siap digunakan,
pada bagian atas bahan isolator. dilanjutkan dengan menyiapkan peralatan
uji yang telah dilengkapi wire
Untuk lebih jelasnya peralatan uji yang thermocouple yang dipasang pada bagian
dipergunakan untuk penelitian konduktivitas bawah campuran bahan isolator dan juga
termal dapat di lihat pada gambar 3.1. di bawah diatas campuran bahan isolator,
ini. dilanjutkan dengan mengisi kot ak
pengujian dengan campuran Styrofoam
6 4 5 dengan ketebalan 10 mm, heater
dihidupkan sampai suhu bagian atas plat
7 2
dan dibawah campuran styrofoam lebih
st abil, maka dilanjut kan dengan
pengambilan data.
3
3.4. Diagram Alir Penelitian

Mulai
1
Persiapan alat uji
Gambar 3.1. Peralatan Uji
Pencampuran bahan isolator
Keterangan :
1. Triplek. Pengujian
2. Isolator (Styrofoarm)
3. Isolator (Keramik) Data Catat suhu di atas benda uji, dibawah dan
4. Benda Uji suhu di isolator keramik, Styrofoarm dan triplek

5. Pemanas (Heater) dengan Ketebalan benda uji 10 mm pada 5 benda

6. Volt Meter
7. Ampere Meter Pengolahan data

Analisa dan pembahasan


3.2. Proses Pembuatan Campuran
Styrofoam
Styrofoam dan kulit jengkol yang
kesimpulan dan saran
telah dipotong-potong atau dicacah-cacah
hingga kecil ukurannya di campur dengan
Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian
semen putih sebagai perekat , lalu

125
Sofwan Hariady, M. Amien Fauzie, Sukarmansyah

DATA, PENGOLAHAN DATA DAN Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian


ANALISA
PCSKJ Tatm t1 t2 t3 t4 t5 t6
4.1. Data Hasil Pungujian, No
(o
Data yang diambil dari pengujian (gram) (oC) (oC ) (oC) (oC) (oC) (oC)
C)
adalah temperatur pada bagian bawah dan atas 1 20:30 31 48 143 143 31 31 31
isolator dan temperature disekitar benda uji
2 25:25 31 45 143 143 31 31 31
dengan heater 300 Watts. Pengambilan data
dilakukan untuk ketebalan styrofoam dengan 3 30:20 31 41 143 143 31 31 31
campuran kulit jengkol dan semen putih 10 4 35:15 31 38 143 143 31 31 31
mm.
5 40:10 31 36 143 143 31 31 31

Keterangan :
PCSKJ = Perbedaan Campuran Styrofoam
dan Kulit Jengkol
T atm = Temperature atmosfer.
T1 = Temperature permukaan atas
benda uji (oC).
T2 = Temperature antara permukaan
bawah benda uji dan heater (oC).
T3 = Temperature antara heater dan
isolator kramik (oC).
Gambar 4.1. Bagian Titik Pengujian T4 = Temperature diluar permukaan
triplek (oC).
Keterangan T5 = Temperature antara permukaan
T1 = Temperatur permukaan atas benda luar isolator kramik dan styrofoam
uji (oC). (oC).
T2 = Temperatur antara permukaan bawah T6 = Temperatur antara permukaan luar
benda uji dan heater (oC). Styrofoam dan triplek
T3 = Temperatur antara heater dan
isolator kramik (oC). 4.2 Pengolahan Data
T4 = Temperatur diluar permukaan Dari penelitian dan data dapat dihitung
triplek (oC). nilai konduktifitas termal dari perbandingan
T5 = Temperatur antara permukaan luar styrofoam dan kulit jengkol adalah sebagai
isolator kramik dan styrofoam (oC). berikut :
T6 = Temperatur antara permukaan luar a. Pengujian 1. Dengan campuran styrofoam
Styrofoam dan triplek (oC). 20 g, kulit jengkol 30 g dan semen putih
100 g. Kalor yang dibangkitkan oleh heater
Pengujian 5 benda uji dengan campuran pemanas adalah :
styrofoam, kulit jengkol dan semen putih q = AL V cos Ø Watts
dengan perbedaan campuran styrofoam dan Dimana :
kulit jengkol dengan tebal 10 mm. q : Kalor yang dibangkitkan oleh heater
(watts)

126
Kajian Eksperimental Kemampuan Daya Hantar Kalor Campuran Styrofoam, Kulit
Jengkol dan Semen Putih Sebagai Alternatif Bahan Isolator

AL : Arus yang mengalir ( 1,2 amp ) Dimana :


V : Tegangan jala-jala listrik ( 200 Volts ) q : Panas yang melewati campuran
Cos Ø : 0,6 isolator.
q = ( 1,2 amp ) ( 200 volt ) ( 0,6 ) dx : Tebal campuran styrofoam, kulit
= 144 watts jengkol dan semen putih.
Konduktivitas termal styrofoam. A : Luas permukaan campuran
isolator
( W / m oC ) : 0,150 m x 0,150 m = 0,0225 m2.
dT : Beda temperature ( t2 – t1 )
Dimana :
q : Panas yang melewat i campuran k=
isolator.
dx : Tebal campuran styrofoam, kulit k=
jengkol dan semen putih.
k=
A : Luas permukaan campuran isolator
: 0,150 m x 0,150 m = 0,0225 m2. k = 0.653 ( W/m0C
dT : beda temperature ( t2 – t1 )
c. Pengujian 3. Dengan campuran styrofoam
k= 30 g, kulit jengkol 20 g dan semen putih
100 g. Kalor yang dibangkitkan oleh heater
k= pemanas adalah :
q = AL V cos Ø Watts
k= Dimana :
q : Kalor yang dibangkitkan oleh
k = 0,673 ( W/m0C ) heater (watts)
AL : Arus yang mengalir (1,2 amp)
b. Pengujian 2. Dengan campuran styrofoam V : Tegangan jala listrik ( 200 Volts)
25 g, kulit jengkol 25 g dan semen putih Cos Ø : 0,6
100 g. q = ( 1,2 amp ) ( 200 volt ) ( 0,6 )
Kalor yang dibangkitkan oleh heater = 144 Watts
pemanas adalah : Konduktivitas termal styrofoam.
q = AL V cos Ø Watts
Dimana : k= ( W / m oC )
q : Kalor yang dibangkitkan oleh Dimana :
heater (watts) q : Panas yang melewati
AL : Arus yang mengalir ( 1,2 amp ) campuran isolator.
V : Tegangan jala listrik (200 Volts) dx : Tebal campuran styrofoam,
Cos Ø : 0,6 kulit jengkol dan semen putih.
q = ( 1,2 amp ) ( 200 volt ) ( 0,6 ) A : Luas permukaan campuran
= 144 watts isolator
Konduktivitas termal styrofoam. : 0,150 m x 0,150 m = 0,0225
m2.
k= ( W / m oC ) dT : beda temperature ( t2 – t1 )

127
Sofwan Hariady, M. Amien Fauzie, Sukarmansyah

e. Pengujian 5. Dengan campuran styrofoam


k=
40 g, kulit jengkol 10 g dan semen putih
k= 100 g.
Kalor yang dibangkitkan oleh heater
k= pemanas adalah :
Q = AL V cos Ø Watts
k = 0,627 ( W/m0C )
Dimana :
d. Pengujian 4. Dengan campuran styrofoam
q : Kalor yang dibangkitkan oleh heater
35 g, kulit jengkol 15 g dan semen putih
(watts)
100 g.
AL : Arus yang mengalir ( 1,2 amp )
Kalor yang dibangkitkan oleh heater
V : Tegangan jala-jala listrik (200 Volts)
pemanas adalah :
Cos Ø 0,6
q = AL V cos Ø Watts
q = ( 1,2 amp ) ( 200 volt ) ( 0,6 )
= 144 watts
Dimana :
Konduktivitas termal styrofoam.
q : Kalor yang dibangkitkan oleh heater
k = ( W / m oC )
(watts)
AL: Arus yang mengalir ( 1,2 amp )
Dimana :
V : Tegangan jala-jala listrik (200 Volts)
q : Panas yang melewati campuran
Cos Ø 0,6
isolator.
q = ( 1,2 amp ) ( 200 volt ) ( 0,6 )
dx : Tebal campuran styrofoam,
= 144 watts
kulit jengkol dan semen putih.
Konduktivitas termal styrofoam.
A : Luas permukaan campuran
k = ( W / m oC )
isolator
Dimana :
: 0,150 m x 0,150 m = 0,0225
Q : Panas yang melewati campuran
m2.
isolator.
dT : Beda temperature ( t2 – t1 ).
dx : Tebal campuran styrofoam,
kulit jengkol dan semen putih.
A : Luas permukaan campuran k=
isolator
: 0,150 m x 0,150 m = 0,0225 k=
m2.
k=
dT : Beda temperature ( t2 – t1 )

Maka : k = 0,598 ( W/m0C )


k=
4.3 Data Hasil Perhitungan.
k=
Dari perhitungan diatas dapat di lihat
k= pada tabel dibawah ini.
k = 0,609 ( W/m0C )

128
Kajian Eksperimental Kemampuan Daya Hantar Kalor Campuran Styrofoam, Kulit
Jengkol dan Semen Putih Sebagai Alternatif Bahan Isolator

Tabel 4.2 Hasil Pengolahan Data 4.3.2 Analisa Data


Dari grafik 4.1 diatas terlihat bahwa
PCSKJ t2 t1 A Q dx K
No o o 2 pada pengujian variasi campuran 20 gram
g (gram) ( C) ( C) (m ) (Watts ) (m ) (W/m0C )
1 20:30 143 48 0,0225 144 0,01 0,673 st yrofoam dan 30 gram kulit jengkol
2 25:25 143 45 0,0225 144 0,01 0,653 temperatur yang terbaca oleh thermocouple
3 30:20 143 41 0,0225 144 0,01 0,627 digital untuk daya yang sama sebesar 48 0C,
4 35:15 143 38 0,0225 144 0,01 0,609 sedangkan pada variasi campuran 40 gram
5 40:10 143 36 0,0225 144 0,01 0,598
st yrofoam dan 10 gram kulit jengkol
Dari tabel diatas dapat kita buat grafik temperatur permukaan yang terbaca 36 0C, ini
hasil pengukuran dan perhitungan seperti berarti bahwa benda uji dengan variasi
dibawah ini. campuran 40 gram styrofoam dan 10 gram
kulit jengkol memiliki faktor penghambat (
4.3.1 Grafik Hasil Perhitungan Data isolator ) yang lebih baik.
Grafik 4.1. Beda Temperatur Permukaan Dari grafik 4.2 dapat kita perhatikan
Atas Benda Uji Karena adanya perbedaan harga konduktifitas termal
Perbedaan Variasi Campuran antara pengujian pertama sampai dengan ke
Benda Uji pengujian kelima dengan perbedaan campuran
Styrofoam dan kulit jengkol, dimana yang
mempunyai nilai konduktifitas termal yang
terendah terdapat pada pengujian yang kelima
dengan komposisi 40 gram styrofoam, 10 gram
kulit jengkol dan 100 gram semen putih dengan
nilai konduktifitas termal 0,598 W/m 0C.
sedangkan yang mempunyai nilai konduktifitas
termal yang tertinggi terdapat pada pengujian
yang pertama dengan komposisi 20 gram
styrofoam, 30 gram kulit jengkol dan 100 gram
semen putih dengan nilai konduktifitas termal
0,673 W/m 0C. maka dengan demikian
perbedaan komposisi campuran Styrofoam dan
Grafik 4.2. Konduktifitas Termal Dengan kulit jengkol mempunyai pengaruh terhadap
variasi Campuran Bahan Isolator nilai konduktifitas termal benda uji.

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Bahwa campuran styrofoam yang lebih
banyak dan jumlah kulit jengkol yang lebih
sedikit didapat nilai temperatur yang rendah
diatas benda uji dan nilai konduktifitas
termalnya menjadi lebih rendah.

129
Sofwan Hariady, M. Amien Fauzie, Sukarmansyah

2. Nilai konduktifitas termal yang terendah CAMPURAN KANTONG PLASTIK


terdapat pada pengujian yang ke lima BEKAS, KULIT PADI DAN SEMEN
dengan komposisi campuran 40 g PUTIH SEBAGAI ALTERNATIF
styrofoam dan 10 g kulit jengkol dengan BAHAN ISOLATOR “, Fakultas
harga k 0,598 W/m 0C. Teknik Universitas Tridinanti
Palembang.
5.2. Saran
Unt uk lebih menyempurnakan Proses Perpindahan panas Heat Transfer
pengujian ini, maka penulis memberikan saran www.heattransfer.pdf
untuk melakukan pengujian yang sama, yaitu :
1. Alat yang digunakan hendaklah diisolasi
dengan baik, agar tidak ada kehilangan
kalor kearah lain selain kearah vertikal
keatas dari alat.
2. Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
mengembangkan hasil penelitian ini
dianjurkan unt uk pada pemo tongan
styrofoam dan kulit jengkol harus lebih
tipis.
3. Peneliti selanjutnya juga sebaiknya menguji
tidak hanya memvariasikan campuran
benda uji tetapi juga pada kepadatan benda
uji, karna kepadatan benda uji sangat
berpengaruh pada nilai konduktivitas
termalnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Pembuat Styrofoam, /doc/25457972/


Paper-Styrofoam

Holman, JP, 1998, “Perpindahan Kalor”,


Edisi keenam, Penerbit Erlangga.

Kondukt or semi konduktor, isolator


www,biomed.ee,itb.ac.id/courses/
material biomedika/bab 8 b5
Kondukt or, Isolator, Semi
Konduktor.pdf.

Fredi Willy Kurniawan, 2011, “ KAJI


EKSPRIMENTAL KEMAMPUAN
DAYA HANTAR KALOR

130

Anda mungkin juga menyukai