Anda di halaman 1dari 15

PERPECK BOY FALL IN LOVE

Namikaze Naruto adalah siswa yang sangat terkenal di Konohana High School. Banyak
siswa(95%) di Konohana High School yang benci terhadap Namikaze Naruto karena iri
dengan ketampanan, kekayaan, kepopuleran, dan kepintarannya dalam bermain basket,
namun ada juga siswa(5%) di Konohana High School, yang menyukai Namikaze Naruto
karena sering membantu memenangkan pertandingan basket kerena kepintaran Namikaze
Naruto dalam bermain basket melawan sekolah lain. Banyak siswi(99,1%) di Konohana High
School, yang sangat, sangat, sangat menyukai Namikaze Naruto karena ketampanan,
kekayaan, kepopuleran, dan kepintarannya dalam bermain basket, pokoknya menurut mereka,
Namikaze Naruto adalah orang yang sangat, sangat, sangat sempurna! Dan ada seorang
siswi(1%) di Konohana High School yang tidak menyukai Namikaze Naruto kerena
Namikaze Naruto terlihat menyeramkan dimata anak itu, karena Namikaze Naruto selalu
bersikap dingin dan tidak ramah. Dan aku lah anak itu...... Hyuuga Hinata.

Ini memang terdengar aneh. Cewek-cewek gila akan heboh dengan kedatangan Naruto
yang menurut mereka sangat istimewa, tapi menurutku kedatangan Naruto adalah hal yang
sangat menyeramkan. Kenapa? Karena aku tidak tahan melihat dia. Lebih tepatnya, wajah
dia. Ya. Ini lebih terdengar aneh lagi, cewek-cewek lain menjerit histeris karena melihat
wajahnya yang tampan, tapi aku akan menjerit histeris karena melihat wajahnya yang sangat,
sangat menyeramkan. Ya, Memangku akui kalau wajahnya memang terlihat tampan, tapi
karena dia bersikap dingin, itu membuat wajahnya tampannya menjadi menyeramkan. Entah
mengapa aku sangat takut melihat wajahnya yang sangat menyeramkan.

“Hinata, kau kenapa?”

Aku tersentak begitu merasakan pundakku ditepuk dengan cukup kerasoleh seseirang yang
sudah kukenal. Haruno Sakura, salah satu cewek gila yang menjerit karena ketampanan
Naruto.

“Tidak. Tidak apa-apa..”jawabku tanpa menoleh kepadanya. Aku lebih suka menatap
dinding seperti ini dari pada harus menatap wajah berbinar Sakura dan wajah manyeramkan
Naruto yang sebentar lagi akan melewati koridor. Ah jangan sangka aku berada disini karena
aku juga ingin melihat Naruto! Aku tidak akan berada disini- pojok dinding, jika tidak
terpaksa! Dan aku memang benar-benar dipaksa. Dipaksa oleh hasratku yang ingin pergi
buang air kecil. Dan disinilah aku, berdiri di pojok dinding dan menghadap kearah dinding.
Oh, aku cinta dinding.

-PUK-

“Hei, kau! Sedang apa disitu?”tanya seorang laki-laki dengan nada yang ketus. Aku
mengernyitkan dahiku.
Siapa dia? Dari mana asalnya? Apakah kita pernaah bertemu? Apakah dia kakakku yang
diadopsi dari orang lain? Dan apakah ini cerita untuk sinetron authot gila!
“Mengamati semut”jawabku dengan asal, berharap orang itu benar-benar percaya dan
segera pergi menjauh.

Yah, yang namanya harapan tetap saja harapan. Tidak akan pernah terkabul, apa lagi kalau
yang menulis cerita adalah author gila ini!

“Hei kalau ada yang mengajak bicara, kau harus menatap matanya!”seru laki-laki itu
seraya membalikkan tubuhku untuk menghadapnya dalam sekali gerakkan. Aku terbelalak
ketika melihat kamera yang di zoom tepat pada wajahku. Dan penonton yang sedang
terpekik dengan nafas yang tertahan. Dia...... Dia...... Dia.......

“Na-namikaze Naruto” ucapku dengan suara yang lirih yang masih menatapnya maksudku
melototi dirinya.

“Ya, itu aku. Dan berhenti melotot seperti itu!”bentaknya tepat didepan jawahku,
membuatku tersentak dan segera mundur kebelakang, merapat pada dinding yang sama sekali
tidak membantu. Sudah kubilang kan? Makhluk yang ada di hadapanku ini sangatlah
menyeramkan! Lihat mata safirnya yang berwarna biru itu! Sangat mengerikan! Dan sebelum
aku sempat mengatakan kata-kata yang sebenarnya tidak akan kukatakan karena sedang tidak
ingin mengucapkan satu patah kata pun, Naruto sudah kembali berjalan, meninggalkan ku
sendirian.......dipojok dinding korido. Menunduk menatap lantai . tangan yang gemeteran
meremas rok seragam sekolah. Dan bibir yang memerah karena kugigit dengan kuat. Aku
benar-benar tidak bisa berjalan.

Ini sudah diujung jalan, aku melangkah kan kakiku di koridor dengan perlahan. Hari sudah
gelap, sangat gelap. Tapi aku masih ada di sekolah, tepatnya kembali ke sekolah lagi.
Kenapa? Karena ada barngku yang ketinggalan di kelas. Yah, ini lah akibatnya menjadi
cewek yang pelupa. Aku melangkahkan kakiku dengan santai sambil mersenandung lirih.
Suasana sepi sekolah sama sekali tidak membuatku takut, karena aku memang sudah terbiasa
sendirian. Yah,mengingat karena aku hanya tinggal sendirian dirumah yang kecil yang
kubeli dengn hasil kerjaku menjadi pelayan di cafe milik kakakku sendiri.

-SREK-

Aku menggeser pitu kelas dengan perlahan. Kutatap ruangan kelas kosong yang sudah
gelap itu dengan teliti. Yah, siapa tahu saja ada seseorang yang ketiduran dikelas? jangan
melongo, aku tahu itu tidak mungkin. Aku tersenyum cerah begitu
menemukan pensil mekanikku didalam laci. Ini memang keterlaluan, demi sebuah pensil
mekanik, aku harus kembali ke sekolah malam-malam begini. Tapi mau bagaimana lagi?
Pensil ini adalah pensil pertama yang aku beli dengan gaji pertama yang aku terima setelah
berkerja sebagai pelayan dicafe. Jadi aku sama sekali tidak ingin pensil ini hilang. Ini adalah
barang yang berharga bagiku.

-BRAK! DRAP!DRAP!DRAP! BRUK-

“Ada hantuuuu!”ujar seseorang


Aku menatap seseorang yang ada didepan pintu dengan tatapan takjub. Sosok itu
gemetaran sambil jongkok. Kedua lengannya menutupi kepalanya yang tersembunyi diantara
kedua kakinya.

“Hantu......Hantu.......Hantu.......”gumamnya dengan nada yang sangat ketakutan. Untung


saja aku sudah menyalakan lampu, jadi aku bisa mengira siapa sosok itu tanpa harus menatap
wajahnya. Sosok itu memiliki tubuh yang tegap dengan bentuk tubuh yang sempurna.
Pakaian yang berantakkan dan juga rambut pirangnya yang tidak kalah berantakkan dari
pakaiannya. Dia.......Namikaze Naruto.

Aku tahu ini memang sangat tidak mungkin. Seorang Namikaze naruto yang tadi pagi
membentakku dengan kata-kata yang kasar itu kini berjongkok didepan seorang perempuan
dan bergumam denagn nada yanga sanagt ketakutan. Ya, aku tahu ini memang tidak
mungkin, tapi inilah yang terjadi! Dia sedang ketakutan dengan hantu? Jika aku bukan
berasal dari keluarga Hyuuga yang terkenal dengan sopan santunnya, pasti aku sudah
menertawakannya sampai berguling-guling, eh tunggu! Hanabi melakukannya dan dia adalah
keluarga Hyuuga. Wah, kacau.

“Hantu......Hantu.....Hantu.....”Naruto masih saja berguman dengan naada ketakutan dan


tubuhny yang gemetaran di tempat dia sedang berjongkok membuatku merasa kasihan
melihatnya.

-TAP TAP TAP-

“Na-“ucapku terpotong karena tiba-tiba Naruto berteriak histeris lagi.

-TEK TEK-

“Hwaaa! Hantuuuuu!” teriak Naruto

Kedip Kedip. Aku terpaku ditempat, begitu merasakan pelukan yang kuat dan
menyesakkan yang dibuat oleh Naruto. Ya, laki-laki galak itu kini memelukku dengan erat
merangkul tubuhku dan meyembunyikan wajahnya pada perutku, bahkan dia menekan
perutku seolah peruku adalah bantal yang empuk. Sungguh kalau aku bukan keluarga Hyuuga
yang terhomat, aku akan berteriak dan memakinya, eh tunggu! Hanabi mealkukan itu semuan
dan dia adalah keluarga Hyuuga! Wah, adikku benar-benar kacau.

“Tolong lepaskan aku, naruto.”ucapku dengan sedikit berontak berusaha melepaskan


dekapan Naruto yang sangt erat terhadapku.

“Tidak akan! Ada hantu disekolah ini”jawab Naruto dengan nada yang masih saj
ketakutan.

Aku menghela nafas lelah. Sungguh aku tidak percaya jika sosok yang ada dihadapanku ini
adalah sosok yang tadi pagi telah mengancamku atau bahkan memakiku? Eeem kurasa tidak
sampai memakiku.
“Itu hanya suara ranting pohon yang membentur jendela.”ujarku berusaha
menyakinkannya, siapa lagi kalau bukan Naruto. Dan
seketika itu pelukkannya menjadi mengendur, membuatku dapat merasa lega yang luar biasa
setelah menghirup udara dengan normal kembali. Wajahnya yang tadi menekan perutku kini
menoleh kearah jendela, menatap ranting pohon yang membentur jendela karena ulah angin.

“Jangan harap aku akan mengucapkan terima kasih!”ujar Naruto denag nada yang ketus
dan menatapku tajam, cih! dia sungguh sangat mengerikan. Aku menatapnya yang masih
mendekapku, namun tidak seerat tadi denag tatapan yang heran.benar-benar laki-laki yang
sangat menyeramkan. “Apa dia punya dua kepribadian ganda?”ujarku dalam hati.

“Aku tidak berpikiran untuk memintamu mengucapkan terima kasih padaku.”ucapku


padanya denga santai. Lalu aku melepaskan dekapannya secara paksa dan langsung pergi
meninggalkannya sendiri dikelas yang namun ternyata ia juga mengikutiku keluar kelas dan
memintaku untuk menemaninya pulang samapai kerumah.

Keesokkan harinya. Teriakkan yang memekakkan telinga kembali terdengar di pagi hari.
Ini memang hal yang biasa dan aku pun sudah terbiasa. Hanya saja, author sedang tidak ada
kerjaan sehingga menulis hal ini lagi.

Aku tidak lagi berdiri dipojok dinding dan menghadap dinding. Biar aku beritahu, aku
sedang marah dengan dinding, jangan beri tahu siapa-siapa, ya? Aku hanya sedang menuruti
perintah author gila ini untuk berakting, jadi salahkan dia saja.

Kini aku sedang sibuk menempel brosur. Yang se-enak jidatnya Sasori berikan untukku.
Ketua Osis yang dipilih berdasarkan tingkat ketampannya bukan tingkat kepintarannya itu
berkata,

” Aku harus menjaga Naruto, Hinata. Kau tahu kan? Dia adalah kapten tim basket kita dan
membiarkan dia tersiksa karena cewek-cewek beringis itu bukanlah cerminan anggota yang
baik, jadi tempel ini dipapan pengumuman.”dan yang harus Sasori tahu membiarkan atau
tepatnya menyuruh seorang perempuan yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan
Osis, menempel brosur dipapan pengumuman bukanlah cerminan ketua osis yang baik.

Aku menghela nafas lelah begitu selesai menempel brosur yang meskipun tidak banyak
tapi cukup mengesalkan untukku.

“Apa sih yang dilihat semua orang dari dia? Astaga aku sama sekali tidak perca- Hei! apa
yang kau lakukan!” aku menjerit begitu Naruto yang entah datang dari mana, menarikku dan
membawaku ketempat yang tidak kuketahui.

“Kubilang lepaskan kau! Lep-“

“Berisik! Dasar jelek!”

Aku terdiam mendengar bentakkan darinya. Inikah sosok yang semalam bergetar ketakutan
sambil memelukku? Jauh sekali bedanya. Tanpa menolak lagi aku akhirnya hanya bisa
menuruti kemanapun ia membawaku pergi. Terserahlah dia mau bawa aku kemana, yang
jelas ini harus segera diakhiri.

“Apa?”teriakku padanya. Aku menatapnya dengan tatapan yang tidak percaya. Sungguh,
image-nya yang menyeramkan kini ditambah dengan seringaian mesum, membuatku menjadi
jijik terhadapnya.

“Kau tuli, hah?” ucapnya dengan nada yang menyebalkan yang akan membuatku menangis
karena kesal dengan perkataaannya jika tidak berada dalam keaadan seperti ini.

“Aku tidak tuli. Tapi kenapa?”tanyaku sambil menatapnya dengan tatapan yang tidak
percaya. Ini untuk pertama kalinya aku berani menatap matanya. Dan ini untuk pertama
kalinya kau menyadari bahwa matanya sangatlah indah. Tunggu? Aku barusan berpikir
seperti itu? Astaga.

“Akan kujelaskan nanti. Yang jelas, kau harus pulang bersamaku, nanti. Titik!” ucapnya
tanpa menjawab petanyaanku lalu pergi begitu saja meninggalkanku sendiri lagi, dipojok
dinding koridor yang sama seperti kemarinnya. Ternyata aku memang berjodoh dengan
dinding dikoridor ini.

Kring!Kring!Kring!

Bel pulang sekolah berbunyi semua siswa maupun sisiwi berhamburan keluar dari gerbang
sekolah. Aku berhenti melangkahkan kakiku. Menatap kedepan dengan tatapan yang tidak
percaya. Disana berdiri sosok Naruto sambil bersandar pada pagar sekolah yang kira-kira dua
puluh langkah dari tempatku sekarang berdiri. Cewek gila yang memuja-mujanya pasti akan
berteriak histeris melihat posenya. Yah, berdiri bersandar dipagar, kedua tangannya
dimasukkan kesaku celananya dan kepalanya yang menengadah menatap langit. Aku yakin
pasti cewek-cewek gila itu pasti akn semakin gila setelah melihat pose Naruto yang seperti
itu.

Tapi tiba-tiba, dia menoleh dan menatapku dengan mata birunya yang tadi pagi sempat aku
puji. Tanpa sadar aku menunduk, tidak berani menatap mata birunya yang membuatku
merasa hangat yang tiba-tiba saja masuk kedalam dadaku yang membuat wajahku menjadi
panas.

“Kau lama sekali!” runtuknya dengan wajah yang tertekuk yang membuatnya terlihat jauh
menyeramkan dibandingkan sebelumnya.

“Maaf, tadi aku sed-“jawabku yang langsung dipotong oleh Naruto.

“Sudah! Alasannya nanti saja! Aku tidak sabar ingin cepat sampai ke rumah.” Ujarnya
setelah sukses memotong ucapanku.

-BLUSH-

Aku menunduk begitu mendengar ucapannya. Apalagi permintaanya yang tadi pagi itu
juga masih berputar-putar di kepalaku, membuat wajahku menjadi semakin panas.
“Aku minta, nanti malam kau tidur dirumahku!”ujarnya kepadaku. Kalimat itu kembali
berputar-putar dikepalaku, membuatku merasa pusing.

“Tapi.......Kenapa harus aku?”tanyaku padanya siapa lagi kalau bukan Naruto tanpa
menatap wajahku.

“Karena aku maunya cuma kamu!”jawabnya singkat

-BLUSH BLUSH-

Aku menunduk mendengar jawabannya yang terdengar sangat yakin.

“Tap-tapi“ ujarku dengan tergagap-gagap, yang masih menunduk.

“Tidak ada tapi-tapian. Kau tidak boleh menolak dan kau harus tidur di rumahku.”ujarnya
padaku yang terdengar yakin.

–BLUSH BLUSH BLUSH-

Daguku sudah benar-benar menempel pada leherku. Membuatku tidak bisa menunduk lagi
karena mendengar ucapannya. Sungguh aku benar-benar tidak percaya dengan hal ini. Kami
belum dekat dan dia menyuruhku untuk tidur bersama dia dirumahnya. Dia benar-benar laki-
laki yang menyeramkan dan juga mesum.

“A-Apa?” ujarku tergagap. Aku menatapnya dengan tatapan yang tidak percaya untuk
yang entah keberapa kalinya. Sosok yang sekarang kutatap hanya mendesah sambil
menatapku lelah. Apa dia lelah menjelaskan semuanya padaku? Seharusnya dia menjelaskan
lebih jelas lagi padaku!

“Kau akan tidur dirumahku karena orang tuaku sedang tidak ada dirumah!” dengan nada
yang sudah lelah lalu meneguk minuman soda dari kaleng yang baru saja dia ambil.

“Tapi kenapa?”tanyaku yang masih saja belum mengerti juga.

“Ya, karena orang tuaku sedang tidak ada dirumah!”jawabnya malas-malasan sambil
menatapku dengan sengit. Aku menghela nafas panjang dengan terpaksa. Aku tahu dia sudah
menjelaskan apa yang dia maksudkan, tapi itu masih belum cukup untuk membuatku jelas.
Aku kembali menunduk.

“Ta-tapi..... aku belum siap.”ucapku dengan nada yang lirih.

“Belum siap bagaimana? Kau kan tinggal sendiri, jadi sudah sering seperti ini. Jadi tetap
disini , temani aku, dan tidur dirumahku!” ucapnya dengan penekanan dikata akhir. Aku
tersentak, aku terkejut begitu menyadari apa yang dia maksudkan setelah mendengar dua kata
yang dia ucapkan. “Temani aku”.

Dan ingatanku kembali pada malam itu. Malam dimana aku menemukannya gemetaran
sambil berjongkok, ketakutan karena dia mengira ada hantu. Yah, kelemahannya memang itu,
dia itu penakut. Tanpa sadar aku tersenyum setelah
mengerti maksud dari perintah Naruto yang menjelaskannya panjang lebar. Dia lucu sekali.

“Kenapa kau tersenyum?”tanyanya padaku yang melihatku tersenyum sendiri saja.

“Eh?”jawabku singkat, singkat sekali.

“Ku tanya kenapa kau tersenyum?”dengan nada bingung. Aku


kembali tersenyum begitu mendengar pertanyaan darinya barusan.

“Tidak hanya saja, aku berpikir bahwa kau itu lucu juga. Ternyata kau itu tidak
semenyeramkan itu.”jawabku sambil tersenyum kepadanya. Hening melanda.....

Naruto yang biasanya banyak bicara itu kini diam setelah aku mengaatakan itu? Kukira dia
akan marah. Kubuka mataku untuk melihat ekspresinya. Dan bukannya melihat wajah
marahnya, aku malah melihat wajahnya yang kini bersemu merah, meski tidak begitu jelas
karena tangannya menutupi wajahnya.

“Kau kena-“ucapku yang terpotong oleh Naruto

“Cepat mandi! Akan kupinjamkan bajuku!”potongnya sebelum aku sempat mengatakan


apa-apa, lalu di pergi begitu saja meninggalkan, aku masuk kedalam kamar dan
meninggalkan aku sendirian diruang tamu.

Aku tertawa pelan ”Ternyata kau tidak seseram itu.”lalu aku pergi menuju kekamar mandi
untuk mandi.

“Ini kebesaran!”seruku begitu melihat bayangan diriku sendiri di cermin. Ku tatap


penampilanku di cermin. Rambut basah dan berantakkan sehabis keramas dan kemeja putih
dengan bahan yang tipis milik Naruto. Benar-benar kombinasi yang pas untuk menggoda
seseorang. Yah, itu yang kulihat di sinetron sih.

“Itu sudah yang paling kecil. Badanmu saja yang terlalu kecil!”ucapnya dengan nada
menyebalkan. Kutatap mata birunya dari cermin, menyebalkan sekali dia itu.

“Baiklah, terima kasih untuk bajunya”ucapku sambil tersenyum manis padanya. Tapi
bukannya membalas senyumku, Naruto malah beranjak pergi dari kamar, meninggalkanku
sendirian untuk kesekian kalinya. Aku menghela nafas panjang
sepertinya ini akan menjadi malam yang sangat melelahkan untukku. Lalu aku pergi berjalan
menuju ke ruang keluarga.

“Waaah....Super Junior!melihat mereka dari TV yang besar ternyata membuat mereka


terlihat lebih keren ya!” ucapku sambil melihat Tv plasma milik Naruto tanpa berkedip. Yah,
aku cinta super junior,sangat, sangat cinta. Suara mereka bagus, pandai menari dan yang
pastinya.... mereka mempunyai wajah yang ramah. Tidak seperti pemilik TV plasma ini!.
“Benarkah?”komentar Naruto tanpa ada rasa tertarik sedikit pun.
Aku mencibir. Dia pasti iri melihat para laki-laki tampan yang sedang mengeluarkan pesona
mereka.

“Howaaa.....Eunhyuk!keren sekali dia, bisa menari seperti itu!”seruku begitu melihat salah
satu personil super junior yang sedang berdiri dengan satu tangan menopang tubuh lalu salto
dan mendarat dengan mulusnya. Benar-benar sangat keren!

“Aku juga bisa melakukannya.”ucap Naruto, lalu aku menoleh menatap Naruto yang kini
sedang menatap TV denga pandangan yang meremehkan.

“Oh ya?”ucapku lalu kembali menatap atraksi Eunhyuk yang lainnya. Meskipun aku
merasa sedikit aneh karena tiba-tiba saja bertingkah seperti itu.

“Waaah....ker-emp!”seruku setelah melihat atraksi Eunhyuk dari TV plasma milik Naruto.

“Sudah kubilang. Aku bisa melakukannya!”seru Naruto lalu aku menatap mata biru Naruto
yang sangat dekat dengan wajahku tanpa berkedip. Tangan kananya yang mengcengkram
pipiku kini terlepas. Dan dengan anehnya, Naruto menyingkirkan meja dan sofa yang ada
dihadapan TV plama miliknya

“Lihat dan perhatikan!”ucapnya kepadaku denagn wajah yang serius aku hanya
mengangguk dan menunggu atraksi darinya.
Naruto menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan. Lalu fia berdiri dengan satu
tangan, mengangkat tubuh bagian bawahnya keatas tinggi. Dan dia melompat, salto terbalik
dan mendarat dengan sangat mulus. Aku terkesima. Dia memang benar-benar
bisa, tidak hanya asal bicara saja seperti yang biasanya dia lakukan.

“Hei, ini cukup menyenangkan.”ucapnya dan dia melakukannya lagi, lagi dan lagi!
Membuatku tertawa pelan melihat tingkahnya yang sama sekali tidak menyeramkan. Entah
sejak kapan, image menyeramkan yang selalu kulihat dari dirinya, perlahan menghilang.
Entah kemana.

“Rumahnya besar sekali, pantas saja jika dia takut sendirian.”ujarku dalam hati. Yah,
harus aku akui, rumah milik Naruto memang besar. Aku tidak terkejut sih, memang keluarga
Namikaze sesekali masuk ke berita di TV maupun koran karena perkerjaan Namikaze
Minato, ayahnya Naruto sebagai pemilik perusahaan Namikaze yang sangat terkenal
diseluruh jepang. Kutatap kamar tamu yang berada dilantai dua ini
dengan tatapan yang kagum. Bahkan kamar tamunya saja lebih besar dari kamar tidurku
sendiri. Astaga.......

“Hoahm.........sebaiknya aku tidur tubuhku benar-benar butuh istirahat sekarang.”ucapku


sambil melangkah menuju tempat tidur yang berukuran king size yang terlihat menggoda
dimataku.

“Kasur ini empuk sekali. Sepertinya aku akan tidur terlelap.”ucapku sambil membaringkan
tubuhku di tempat tidur.
“Benar-benar sangat nyaman dengan bengini aku akn tidur ter-“ucapku yang terpotong
karena tiba-tiba saja aku mendengar teriakan dari Naruto

“Ha-Hantuuu! Hantuuu!”teriak Naruto yang memekik.

“-lelap. Yah, tidur dengan terlelap sepertinya harus ditunda dahulu karena Naruto sudah
berteriak Hisreris, dan kalau sudah seperti itu aku harus melihat keadaannya sekarang.

–DRAP DRAP DRAP-

-BRAK-

“Ada apa?”tanyaku pada Naruto yang kini sedang sedang meringkuku dibawah lantai
dengan tubuh ynag gemetaran.

“Ada seseorang diluar jendela”jawabnya dengan suara yang parau. Dia


akan gemetaran seperti ini. Meringkuku dibawah lantai menenggelamkan wajahnya diantara
kedua kakinya yang tertekuk. Tanpa banyak bicara aku periksa keadaan diluar. Dan sama
sekali tidak ada orang diluar sana! Mahluk ini benar-benar paranoid dengan hantu ya?

“Tidak ada siapa-siapa.”ucapku padanya setelah melihat keadaan diluar.

“Ada! Aku tadi melihatnya!”ucapnya yang masih dengan posisi meringkuk


menenggelamkan wajahnya diantara kedua kakinya.

Aku menghela nafas panjang, dia benar-benar seperti anak kecil. Lalu aku mendekatinya
yang kini masih dalam posisi yang tadi.

“Sudahlah, kau tidur sa-“ucapku yang terpotong karena tiba-tiba saja Naruto memelukku
dengan erat dan membenamkan wajahnya pada perutku.

–GREP-

“Tidak, aku tidak akan bisa tidur jika kau tidak ada disampingku.”ucapnya. Aku terbelalak
mendengar ucapanya dan sekarang dia sedang memelukku dengan erat dan membenamkan
wajahnya pada perutku. Yang membuat wajahku terasa panas pada saat itu juga. Aku sudah
tidak dapat berkata apapun lagi.

“Tidurlah disini sampai aku tertidur.”ucapnya padaku

-BRUK-

Aku terdiam begitu Naruto mendorongku ke tempat tidur dengan keadaan yang masih
berpelukkan dengannya. Tubuhnya yang lebih besar dan tinggi dari pada aku, yang kini
sedang memejamkan matanya sambil memelukku dari samping, membuatku bisa merasakan
panas dari nafas yang dia keluarkan

“Aku tidak bisa bergerak!” ucapku, kulirik Naruto yang tarikkan nafasnya mulai teratur,
menandakan bahwa dia mulai terlelap. Aku tersenyum melihat wajahnya yang terlihat sangat
ramah jika sedang tertidur, bahkan terlihat....... sangat tampan. Astaga! Apa yang aku
pikirkan? Dia.......sangat tampan? Eem maksudku Naruto......dia sangat tampan? Kurasa aku
harus segera pergi dari kamar ini sebelum aku berfikiran yang lebih aneh lagi terhadapnya
dibandingkan yang ini.

Keesokkan harinya......

“Naruto nanti kita kencan yuk!”ajak seorang perempuan yang merupakan salah satu
penggemarnya Naruto.

“Tidak! Makasih!”jawab Naruto sedikit tegas kepada perempuan itu dengan tatapan tanpa
biasa saja.

Aku terdiam begitu mendengar jawaban dari Naruto yang kali ini terdengar sedikit tegas
dari pada yang sebelumnya. Yah, dia memang galak, tapi dia tetap saja merespon ajakan
kencan ataupun godaan dari pada penggemarnya. Tapi tidak untuk kali ini, dia menolak
ajakan dari penggemarnya dengan sedikit tegas membuatku tidak mampu untuk berkata-kata
lagi.

Kutatap punggung lebar itu dengan tatapan lembut dan senyuman manis dijawahku.
Berangkat bersamanya seperti ini ternyata menyenangkan juga. Apa lagi saat melihat dia
menolka ajakan kencan dari pada penggemarnya itu. Yah, aku sadar bahwa aku mulai
menyukai Naruto. mahkluk yang tadinya terlihat menyeramkan itu kini terlihat sangat ramah
dan tampan, tidak menakutkan sama sekali.

“Naruto janggal tinggalkan aku sendiri!” seruku begitu melihat dia yang sudah berjalan
lumayan jauh dariku. Lalu aku tersenyum begitu melihatnya berhenti dan berbalik menatapku
dengan senyuman yang sangat ramah diwajahnya yang saat ini menurutku terlihat sangat
tampan. Dan senyumku semakin melebar begitu melihatnya berjalan kearahku, meraih
tanganku dan membawaku masuk kesekolah melewati gerbang bersama.

“Jantungku....... berdebar-debar”ucapku dalam hati. Dia Namikaze Naruto membawaku


masuk sampai didepan pintu kelas bersama.
Jam pelajaran pertamatelah selesai dan kini waktunya istirahat.....

“Lho? Kamu salah bawa jadwal ya, Hinata?”tanya teman sebangku ku yang tidak lain
adalah Sakura. Aku tersenyum kecil mendengar pertanyaan dari Sakura.

“Iya,”jawabku dengan singkat tanpa ingin melanjutkan pembicaraan diantara kami. Aku
mendesah dalam hati, ”Seharusnya aku pulang dulu kerumah untuk memilih buku pelajaran
besok yang akan kugunakan, baru aku menginap dirumah Naruto”

“Jangan-jangan kamu habis menginap ya!” seru Inoue yang entah sejak kapan berada di
sebelah sakura.

“Eh?” jeritku dengan tatapan yang sedang terkejut. Tanpa terasa wajahku telah memerah,
membuat mereka berdua semakin senang untuk menggodaku terus.
Wah, kau menginap dirumah pacarmu ya, Hinata?”goda Sakura padaku sambil
mengedipkan sebelah matanya. Aku menghela nafas mendengarnya.

“Hah, bukan aku menginap di rumah adik sepupuku. Benar-benar deh, dia itu sangat
merepotkan, sudah suka lompat-lompat, dia juga penakut, dan dia juga sangat menyebalkan
lagi!”ucapku sambil memasukkan buku-buku jadwal pelajaran kemarin kembali kedalam
tasku.

“Lho, Naruto?”ucap Sakura dengan tatapan bengong. Aku lalu menoleh begitu mendengat
Sakura mengucapkan nama itu,.....Naruto.

Aku tercekat begitu melihat mata birunya memancarka kekesalan padaku. Dan sebelum
aku sempat mengatak apa-apa dia sudah keluar kembali dari kelasku dan pergi
meninggalkanku bersama kedua temanku yang masih bengong melihat Naruto. Lalu aku pun
bangkit dari tempat dudukku dan mengambil posisi berdiri.

“Tunggu! Ini hanya salah paham! Naruto!” teriakku pada Naruto yang sama sekali tidak
diperdulikan olehnya.

–TAP TAP TAP-

Aku berlari mengejar Naruto yang entah aku benar-benar tidak ingin Naruto salah paham
padaku apalagi sampai marah padaku. Aku..... tidak ingin dibenci olehnya.

“Naruto!” ucapku setelah menghentikan dia dengan menggenggam pergelangan tangannya


yang lebih besar dari tanganku. Tapi baru beberapa detik aku memegang pergelangan
tangannya, tanganku sudah ditepis olehnya dengan paksa. Bahkan Naruto sama sekali tidak
menoleh untuk menatapku apalagi mendengarkan penjelasanku.

Sesak, entah kenapa dada ini terasa sesak teramat sangat setelah menerima penolakkan dari
Naruto barusan. Bahkan menatap punggungnya saja membuat dadaku menjadi sakit, sakit
sekali.

Dan hal inilah yang telah membuatku menjadi sadar. Bahwa aku......telah jauh dari sekedar
menyukai Naruto. Bahwa aku......ternyata mencintainya. Naruto benar-benar tidak ingin
bertemu denganku. Dan ini membuat dadaku semakin tersa sesak dan sakit yang teramat
sangat.

Hinata!”panggil seseorang dari belakangku. Lalu aku berbalik untuk menatap orang ynag
memanggiku barusan yang ternyata adalah pak Gai yang merupakan guru olahraga
disekolahan ini.

“Ada apa pak?”ucapku kepada pak Gai dengan tatapan bertanya.

“Kau yang membereskan bolanya ya!”jawab Pak Gai denga senyuman tipis.

“Iya”jawabku dengan kecil membalas senyumannya.


Yah, tidak bisa disegala bidang olahraga membuatku harus melakukan seperti ini. Menjadi
pesuruh Pak Gai jika membutuhkan sesuatu. Yah, seperti inilah contonya. Tentu bukan hal-
hal yang bersifat pribadi karena pasti aku akan langsung menolaknya.

Aku menghela nafas lelah begitu seluruh teman sekelasku sudah pergi dan
meninggalkanku sendirian di lapangan olahraga bersama dengan ........bola-bola basket. Aku
nyakin ini pasti akan sangat melelahkan.

Sepuluh menit telah berlalu, dan semua bola-bola basket sudah ku masukkan kedalam
gudang. Aku tersenyum melihat hasil kerjaku. Setidaknya, aku juga ikut berolahraga, meski
tidak yang seperti yang lainnya. Yah, melihat aku yang sudah mengeluarkan banyak
keringatan dengan membereska bola-bola basket ini, aku sudah termasuk olahraga, bukan?

-ZRET-

-CKREK-

Aku menoleh dan berlari menuju pintu gudang yang tertutup secara tiba-tiba. Pintunya
tertutup sendiri bahkan dikunci dari luar.

“Tolong! Bukakan pitunya! Kumohon!”teriakku dari dalam gudang yang telah terkunci
sambil menggedor-gedor pintu gudang denga kedua tanganku berharap seseorang yang
berada diluar sana merasa kasihan dan kembali membukakkan pintunya. Tapi ternyata tidak!
Seseorang yang ternyata adalah perempuaan itu malah tertawa geli mendengar segala macam
teriakkanku yang beritu histeris menurutnya mungkin.

“Selamat bermalam digudang, Hi-na-ta!”ucap perempuan itu dari luar gudang sambil
tertawa.

Aku mematung ditempatku berdiri. Bermalam? Digudang? Demi apapun, aku lebih
memilih tidur satu tempat tidur dengan Naruto dari pada harus tidur di gudang! Kami- sama.

Kini malam sudah tiba. Untung saja didalam gudang ada lampu, jadi aku tidak akan merasa
kegelapan didalam sini. Tapi tetap saja aku merasa takut. Takut jika akan terjadi apa-apa
padaku, takut jika tiba-tiba saja ada tikus atau hewan berbisa lainnya yang masuk kedala
gudang, meski itu tidak akan mungkin terjadi. Dan takut jika........ Naruto tidak sadar jika aku
belum pulang ke rumah.

Aku tertawa kecil dalam hati. Tidak sadar? Tentu saja dia tidak akan sadar Karena dia
bukanlah siapa-siapa aku dan aku sendiri bukan siapa-siapanya dia. Bahkan sekarang dia
membenciku.

Memikirkan hal ini membuat dadaku kembali terasa sesak dan sakit kembali. Kupeluk
kedua lututku sendiri berharap bisa meredakan rasa sakit yang kurasakan saat ini. Tapi hal itu
tidak mungkin terjadi, karena satu-satunya orang yang bisa menyembuhkan sara sakit ini
hanyalah dia.........

-DRAP DRAP DRAP-


-BRAK-

“Hinata! Apa kau baik-baik saja?”

“.....Namikaze Naruto”sambungku sambil menatap wajah Naruto.


Aku terpana menatapnya yang terengah-engah setelah mendobrak pintu gudang. Wajahnya
yang terlihat berkeringat itu tersenyum begitu melihatku. Dan hal yang bisa kurasakan
setelahnya adalah.......rasa hangat. Karena kini dia sudah memelukku membenamkan wajahku
ke dadanya yang ternyata sangatlah bidang.

“Aku sangat khawatir! Aku berencana mengajakmu pulang bersama, tapi yang kulihat
hanyalah tasmu saja. Aku benar-benar sangat khawatir!” ucapnya sambi mengecup puncak
kepalaku berulang kali dan mengelus-ngelusnya, yang membuatku menjadi terkesipu dan
wajahku menjadi bersemu merah.

“Terima kasih. Dan aku minta maaf, Naruto. Aku telah berkata jahat terhadapmu tadi
pagi.”ucapku sambil mermas baju seragam bagian depan milik Naruto dengan kuat sangat
kuat.

“Tidak apa-apa, aku mengerti, itu hanya untuk alasan kan?”ucap Naruto tanpa melepas
pelukkannya padaku. Aku mengangguk didalam pelukkannya.

“Apa kau......marah?”tanyaku dengan sangat hati-hati. Tanpa sadar aku mengeratkan


pelukkanku padanya, membuat wajahku semakin tenggelam didalam dadanya yang sangatlah
bidang.

“Ya, tapi aku marah pada diriku sendiri.”jawabnya yang masih memelukku. Aku
mengangkat wajahku begitu mendengar jawabannya.kutatap mata birunya yang benar-benar
sangat indah itu dengan intens.

“Dari kemarin kau menyelamatkanku terus, menenangkanku yang sedang ketakutan.


Sedangkan aku? Aku tidak bisa melakukan apa-apa untukmu. Dan karena itulah aku berjanji
padamu. Aku akan selalu menjagamu dan melindungimu Hinata baik siang maupu malam.”
Lanjutnya sambil tersenyum lembut padaku.

Aku balas tersenyum padanya. Mata kami saling bertemu dan kami saling tersenyum satu
sama lain dan tiba-tiba saja..... Naruto menciumku tepat dibibir di tengah malam yang dingin
ini membuat suhu tubuh kami menghangat secara perlahan.

“Dan entah sejak kapan.....aku mulai tergantung padamu Hinata. Karena itulah kau harus
menjadi kekasihku.”godanya dengan seringaian mesum yang membuatku tertawa kecil
karenanya.

“Aku tidak akn menolak untuk kali ini.”ucapku sambil mengecup pipinya, membuat
wajahnya jadi bersemu merah, sama sepertiku. Walau tidak semerah wajahku sekarang. Lalu
kami pergi berjalan keluar gudang.
“Maaf, Hinata.”ucapnya padaku. Aku menoleh begitu mendengar kata maaf yang terucap
dari bibirnya. Ya, bibir yang beberapa menit lalu telah merebut ciuman pertamaku.

–BLUSH-
Seharusnya aku tidak memikirkan hal itu.

“Ma-maaf untuk apa?”tanyaku dengan sedikit gugup, membuatnya tersenyum dan


mengeratkan genggaman tangannya padaku.

“Maaf karena kekasihmu adalah seorang penakut.”jawabnya sambil menunduk,


membuatku tersenyum dan ganti mengeratkan genggaman tanganku padanya.

“Tidak masalah, masing-masing orang mempunyai kelemahan tersendiri, dan mungkin


inilah kelemahanmu. Aku juga mempunyai kelemahan kok.” Hiburku dengan senyuman ceria
berusaha membuatnya kembali tersenyum dan menatapku.

“Yah, kurasa kau benar, dan aku tahu apa kelemahanmu.”ucapnya sambil menatapku,
langkah kami terhenti dan kami kembali bertatap muka, saling menatap mata satu sama lain.

“Oya? Apa kelemahanku?”tanyaku dengan senyuman jahil. Tapi senyuman jahil itu tidak
bertahan lama begitu aku melihat seringaian mesum yang menggoda terpampang diwajah
Naruto yang tampan.

“Kelemahan kamu adalah......bibirmu.”jawabnya dengan jari telunjuknya mengusap


bibirku. Aku tersentak begitu mendengar jawabannya. Bibir katanya? Bibirku yang telah dia
cium beberapa menit lalu itu?

-BLUSH-

Dia benar, bibir adalah kelemahanku sekarang, selain itu........

“Dan tengkuk.” Sambungnya dengan seringain mesumnya itu kembali terlihat di wajahnya
yang tampan itu

Ehh........tengkuk. Bagus, dia sudah menemukan dua titik kelemahanku, atau mungkin tiap
wanita? Yah, aku tidak tahu, tapi yang jelas, aku dalam bahaya sekarang ini.

“Berhubung aku sudah mencoba titik kelemahanmu yang pertama. Bagaimana kalau aku
mencoba titik kelemahanmu yang kedua? Hm?” godanya dengan seringaian nakal
diwajahnya yang tampan.

“Tidak! Jangan mendekat! .......tolong aku!

“Naruto! Tidak! Jangan! Jangan lakukan itu! Kumohon!”teriakku pada Naruto yang telah
menemukan titik kelemahanku yang kedua.

“Kurasa aku lebih suka di titik kelemahanmu yang kedua, Hinata.” godanya padaku yang
telah suskses menemukan titik kelemahan ku yang kedua yaitu pada tengkuk ku.

“Dasar mesum!”ucapku
“Tapi suka kan?”tanyanya

“Diam!” ujarku padanya dan melanjutkan langkahku, yang diikuti Naruto dari samping ku
dan menggenggam tangan ku dengan erat begitu juga dengan ku menggenggam tangan
Naruto dengan erat.

-OWARI-

Happy Ending......

Semoga saja readers nggak kecewa ketika baca cerita ku......

Sorry ya, banyak kesalahan, kekurangan, ceritanay yang nggak jelas dan keslalahan pada eja-
annya.....

Misaki Eka (Moe Chan).

Anda mungkin juga menyukai