Anda di halaman 1dari 5

Nama : Arnandi Mukhlas

Kelas : 4D
Mata Kuliah : Muamalah
Dosen Pengampu : Burhanuddin Yusuf

1. Jelaskan konsep keluarga muslim.

Islam adalah agama yang mengatur segala sisi kehidupan dan senantiasa menganjurkan umatnya
untuk menjalin hubungan baik dengan sesama manusia. Dalam kehidupan seorang manusia
tidaklah hidup sendiri dan tentunya ia memiliki keluarga meskipun tidak utuh. Seperti yang kita
ketahui keluarga adalah lembaga terkecil dalam masyarakat dimana seseorang tumbuh dan
mendapatkan pendidikan dari orangtuanya agar bisa menjalankan kehidupannya bermasyarakat.
Dalam islam, keluarga memiliki sebuah arti penting dimana keluarga merupakan bagian dari
masyarakat islam dan dalam keluargalah seseorang belajar mengenal islam sejak kecil.

 Berpegang Pada Tauhid


Dasar membangun keluarga islam ialah jadikan pondasi atau dasar bahwwa keluarga muslim
dibangun berdasarkan prinsip tauhid, dengan demikian, setiap aktivitas pranikah,
berkeluarga, dan mempunyai keturunan semuanya karena mentauhidkan allah Azza Wa Alla.
Tunduk dan patuh terhadap segala apa yang diperintahkannya sehingga tujuan keluarga
yang sakinah, mawadah, dan warohmah dapat terwujud.
 Syariah menjadi Batasan
Melaksanakan Syariah islam dalam rumah tangganya, mulai dari memilih pasangan,
meminang, akad nikah, mencari nafkah, mengurus rumah tangga, bergaul dalam keluarga,
berpakaian, makanan-minuman, ibadah, bahkan sampai hal yang sifat nya bathiniyyah
(akhlak dan fiqh) semua dalam Batasan Syariah.

2. Apa saja fungsi keluarga muslim?

 fungsi reproduksi. Keluarga melalui pernikahan memiliki tujuan untuk melestarikan


keturunan. Tapi fungsi ini tidak sepenuhnya terlaksana. Pasalnya selain karena takdir Allah,
pola hidup yang tidak sehat juga memicu tidak terpenuhinya fungsi reproduksi.
 fungsi ekonomi. Kemandirian keluarga terbentuk dengan adanya pemenuhan kebutuhan
ekonomi. Keluarga yang mandiri dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Tidak jarang
kesulitan dihadapi oleh kepala keluarga dalam mewujutkan fungsi ini. Pengangguran
semakin menggunung di kalangan suami. Laki-laki sulit mencari pekerjaan atau terancam di
PHK karena suatu hal. Padahal merekalah yang seharusnya menopang nafkah kebutuhan
keluarga.  Di sisi lain, harga-harga kebutuhan pokok terus meroket sehingga nafkah kerap tak
mencukupi untuk seluruh anggota keluarga. Tak heran bila masih banyak yang berada di
bawah garis kemiskinan. Jelas, ini sangat mengganggu terwujudnya keluarga bahagia dan
sejahtera.
 fungsi edukasi. Keluarga seharusnya adalah tempat pertama dan utama dalam membina
anak untuk menjadi insan yang beriman dan bertakwa. Ibu sebagai istri dan pengatur rumah
tangga memiliki peranan yang penting dalam membina anak. Ayah memiliki tanggung jawab
untuk mengarahkan istri dan anaknya ke jalan yang diridloi Allah. 
 fungsi sosial. Keluarga mencerminkan status sosial, bahkan kadang prestise keluarga itu.
Anggota keluarga yang punya pendidikan, menunjukkan sebuah keluarga intelektual.
Anggota keluarga yang saleh dan salehah, menunjukkan keluarga baik-baik. Rumah yang
nyaman, rapi dan bersih, mencerminkan taraf hidup keluarga. Namun, sekarang banyak
dijumpai keluarga yang cuek dengan masing-masing anggota keluarganya, apakah
anggotanya berperilaku baik atau buruk. Ketika anak berperilaku tak terpuji, nama baik
orang tua hancur. Seperti anak terlibat narkoba, hamil di luar nikah atau melakukan tindak
kriminalitas.
 fungsi protektif. Melindungi anggota keluarga dari ancaman fisik, ekonomis dan psikososial
adalah tanggungjawab keluarga. Ayah mengayomi istri dan anak, tidak sekedar  melindungi
dari bahaya fisik, tapi juga bahaya kelaparan misalnya. Karena itu, secara ideal, anak tidak
boleh diterlantarkan.
 fungsi rekreatif. Keluarga merupakan pusat rekreasi untuk anggota keluarganya. Rumah
sebagai sumber kebahagiaan. Setiap anggota keluarga berperan mewujudkan tawa, canda
dan kegembiraan. Seorang ayah tidak membawa masalah kerja ke rumah, ibu yang selalu
tersenyum, anak-anak yang selalu gembira. Namun, banyak masalah yang terjadi di keluarga
saat ini, mulai dari  pertengkaran ayah-ibu kerap terdengar, bahkan di hadapan anak-anak
hingga berujung pada broken home. Sehingga anak tidak betah di rumah, adalah pertanda
keluarga tidak harmonis sehingga mencari hiburan dan kesenangan di luar rumah.
 fungsi afektif. Keluarga sebagai tempat bersemainya kasih sayang, empati dan kepedulian.
Meski hal ini fitrah, namun banyak keluarga yang sudah mengabaikannya. Banyak keluarga
yang terasa formal disetiap interaksinya. Ayah setelah lelah seharian bekerja, hanya
menjadikan rumah sebagai tempat tidur saja. Anak-anak yang telah menjadi remaja dan
menemukan dunianya, menjadikan rumah sekadar tempat singgah. Hanya sebatas minta
uang saku jika ingat ayah dan ibu.
 fungsi relijius. Keluarga adalah tempat pertama anak mengenal nilai keagamaan. Anak-anak
dididik agama sejak dini, ayah menjadi imam dan ibu mengenalkan anak-anak pada generasi
sahabat. Ayah dan ibu menjadi penyampai ajaran Islam, anak-anak menjadi sasaran
pertamanya.

3. Jelaskan pengertian keluarga dalam perspektif islam!

Setan begitu berambisi dalam merusak sebuah keluarga. Berbagai upaya ditempuh
untuk mencapai ambisinya itu. Ini disebabkan keluarga merupakan pondasi bagi
terbentuknya masyarakat muslim yang berkualitas.
Setiap manusia tentu mendambakan keamanan dan mereka berlomba-lomba  untuk
mewujudkannya dengan segala cara yang memungkinkannya. Rasa aman ini lebih mereka
butuhkan daripada kebutuhan akan makanan. Karena itu Islam memperhatikan hal ini dengan
cara membina manusia sebagai bagian dari masyarakat di atas akidah yang lurus disertai akhlak
yang mulia.  Bersamaan dengan itu, pembinaan individu-individu tidak mungkin dapat terlaksana
dengan baik tanpa ada wadah dan lingkungan yang baik.  Dari sudut inilah kita dapat melihat nilai
sebuah keluarga.
Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkan Islam menaruh perhatian
besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara
kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran. Kenapa demikian besar perhatian
Islam? Karena  tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu bata pertama untuk
membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat
mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah I di muka bumi.
Bila pondasi ini kuat, lurus agama dan akhlak anggotanya, maka akan kuat pula masyarakatnya
dan terwujud pula keamanan yang didambakan. Sebaliknya, bila ikatan keluarga tercerai-berai
dan kerusakan meracuni anggota-anggotanya maka dampaknya terlihat pada masyarakat,
bagaimana kegoncangan melanda dan rapuhnya kekuatan, sehingga tidak diperoleh rasa aman.
Dari keterangan di atas pahamlah kita kenapa musuh-musuh Allah I dari kalangan setan jin dan
manusia begitu berambisi untuk menghancurkan kehidupan keluarga. Mereka bantu-membantu
menyisipkan kebatilan ke dalam keluarga agar apa yang diharapkan Islam dari sebuah keluarga
tidak terwujud. Dan sangat disesalkan ibarat gayung bersambut, kebatilan itu banyak diserap oleh
keluarga muslim. Akibatnya tatanan rumah tangga hancur dan dampaknya masyarakat diantar ke
bibir jurang kehancuran. Na’udzubillah min dzalik!!! Kita berlindung kepada Allah dari yang
demikian.
Jauh sebelumnya Rasulullah r telah memperingatkan kita akan makar Iblis terhadap anak Adam.
Bagaimana Iblis begitu bergembira bila anak buahnya dapat menghancurkan sebuah keluarga,
memutuskan hubungan antara suami dengan istri sebagai dua tonggak dalamkehidupan keluarga

4. Apa saja urgensi keluarga muslim?

Perintah Allah dan bukti kesempurnaan iman. Rasulullah SAW. Bersabda “Apabila seseorang telah
melaksanakan pernikahan, maka sempurnalah separuh agamanya. Maka bertaqwalah (takutlah)
kepada Allah terhadap separuh yang lain”. Allah juga berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-nur ayat
32 yang artinya “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang
yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui” Menghidupkan sunnah. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang
berbunyi “Menikah adalah sunnahku, barang siapa yang membenci sunnahku maka bukan
termasuk dari golonganku (umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam)” (HR. Ibn Majah).
Untuk mendapatkan kedamaian dan ketentraman jiwa. Kemesraan suami-istri dipandang sebagai
katalisator bagi perkembangan jiwa mereka. Dengan kata lain, hubungan intim dan mesra yang
berkembang pada suami-istri itu penting untuk meringankan beban psikis serta kemudian
memungkinkan untuk memikirkan fokus yang lebih baik kepada penyelesaian tugas-tugas dari
Allah SWT. Menghindari diri dari zina. Pernikahan sangat berfungsi dalam menghindarkan manusia
dari praktik prostitusi (perzinaan) dan sekaligus menjaga kesehatan kelamin dan menghindarkan
penyakit yang sangat berbahaya seperti AIDS. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Isra
ayat 32 yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji,
dan suatu jalan yang buruk”.

5. Jelaskan apa saja prinsip keluarga muslim?

 Komitmen Bersama
 Suami istri memiliki komitment yang sama mencapai keluarga sakinah,mawaddah wa
rahmah(QS: Al-Baqarah:221, 230, QS An-Nur: 320).
 Saling menghormati dan mentaati serta saling menasehati dalam kebaikan (Agama). Saling
menjaga martabat keluarga dengan menutupi kekurangan masing-masing di depan kedua
orang tua apalagi di depan orang lain (Qur’an Al-Baqarah: 187).
 Suami berkedudukan sebagai kepala keluarga, bertugas menaungi dan menjaga keutuhan
keluarga sebagaimana diamanatkan UU dan ajaran agama (Qur’an Surat An-Nisa 34).
 Suami istri saling menjaga kehormatan keluarga dan saling mendukung dalam kebaikan. Itu
sebabnya istri berkewajiban mengikuti keputusan suami sepanjang tidak bertentangan
dengan agama dan nilai-nila norma sosial.  
 Suami dan istri memiliki komitmen bersama menjalani dan mengambil keputusan dalam
rumah tangga berdasarkan agama Islam yang benar.
 Istri wajib mendukung keputusan dan perjuangan suami (spt. Saat suami bertugas ke luar
daerah atau ke Luar Negeri, jika suami menghendaki istri ikut maka tidak ada alasan untuk
tidak mengikuti).
 Istri bersedia menerima dan menyayangi anak dari suami (jika suami memiliki anak dari istri
sebelumnya) sebagaimana anak sendiri. Bersedia berlaku adil berdasarkan keputusan
bersama dengan suami. Hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban anak suami
mengikuti ketentuan ajaran Islam dan kesepakatan bersama.
 Istri memberikan kesempatan dan mengikhlaskan suami untuk berbakti kepada kedua orang
taunya sesuai ajaran Islam (An-Nisa 36),  Bani Israil 23). Hal ini berbeda dengan kedudukan
istri yang dalam pernikahan memang sudah diserahkan kepada suami. Tidak ada kewajiban
istri menafkahi kedua orang tuanya kecuali dalam kondisi tertera di ketentuan selanjutnya
(lihat bagian harta dalam keluarga).
 Kewajiban belajar Bersama
 Suami sebagai kepala keluarga memiliki wewenang menentukan arah dan tujuan keluarga
berdasarkan atas nilai-nilai agama. Istri wajib taat pada suami selama suami tidak melanggar
ketentuan dalam agama (Istri juga berkewajiban mengingatkan suami jika suami melanggar
nilai-nilai agama). Agama Islam (nilai-nilai Islam) adalah pedoman dan pegangan hidup yang
dijadikan rujukan utama dalam menyelesaikan setiap persoalan. Itu sebabnya keduanya
memiliki kewajiban utama saling belajar atau meningkatkan pengetahuan agama.
Suami dan istri memiliki kewajiban mendidik dan mengajarkan nilai-nilai agama kepada
anak-anak. (jika suami bekerja, maka pendidikan utama tertumpu pada istri karena istri
adalah pendidik utama dan pertama dalam rumah tangga).
 Pergaulan dan etika dalam keluarga
 Keduanya memiliki kewajiban saling menjaga perasaan pasangan dengan menjaga sikap,
perkataan dan tindakan.Saat suami bepergian, istri hanya boleh pergi meninggalkan rumah
atas ijin suami. Istri/suami tidak boleh menerima tamu lawan jenis saat suami/istri sedang
tidak berada di rumah. Kecuali dalam kondisi tertentu yang dibenarkan menurut agama
(lihat adab bertamu dan menerima tamu dalam Islam). Saat ada tamu di rumah (khususnya
tamu laki-laki) istri tidak diperkenankan ikut menyambut tamu kecuali masih kerabat istri
maupun suami. Suami/istri wajib saling menghormati dan menjadikan kedua orang tua
masing-masing sebagai orang tua bersama yang harus dihormati dan ditaati nasehat-
nasehatnya (selama tidak bertentangan dengan agama).
 Perselisihan/perbedaan pandangan
Jika ada perselisihan, harus menyelesaikan dengan musyawarah. Semua persoalan
diselesaikan berdua dan tidak perlu melibatkan orang ketiga kecuali dalam kondisi terpaksa.
Orang ketiga yang boleh terlibat dalam penyelesaian masalah adalah ahli agama (ulama).
Istri atau suami diharamkan menceritakan persoalan keluarga kepada teman, saudara,
bahkan kedua orang tua. Sebelum diselesaikan berdua atau dengan nasehat ulama (guru
agama). Menceritakan masalah keluarga kepada kedua orang tua hanya dilakukan untuk
menerima nasehat (itupun atas persetujuan dan sepengetahuan bersama) jika persoalan
dikira tidak bisa diselesaikan berdua.
 Kewajiban menafkahi dan masalah harta keluarga
Suami adalah kepala keluarga itu sebabnya hal-hal yang berkaitan dengan mencari nafkah
adalah tanggung jawab suami (prinsip dasar) (An-Nisa: 34, Al-Baqarah: 233, Al-Furqon: 67,
Ath-Thalaq: 6). Tanggung jawab istri adalah mengatur rumah tangga, boleh bekerja sesuai
yang dibolehkan suami dengan catatan tidak mengganggu tugas utama dalam mengurus
rumah tangga dan pendidikan anak. Istri yang ingin bekerja harus atas persetujuan suami. Di
dalam islam seorang perempuan yang sudah menikah ridho istri tergantung suami Jika istri
bersikeras ingin bekerja maka harus ada pemilahan tanggung jawab (pembiayaan). Suami-
istri yang bekerja berarti segala penghasilan milik bersama.  Tidak ada hukum yang
mengajurkan (membolehkan) istri yang sudah menikah bekerja untuk menopang kebutuhan
orang tuanya (kecuali dalam kondisi tertentu). Untuk itu, jika pun seorang istri ingin
membantu orang tua (lihat syarat dan ketentuan di bagian lain) harus sepengetahuan dan
persetujuan suami. Seorang istri yang memberikan harta kepada orang tua tanpa
sepengetahuan suami adalah bagian dari pencurian (tidak barokah), karena bisa memicu
sesuatu yang diharamkan (perceraian). Jika hal ini terjadi suami bisa memutuskan tidak
memberikan haknya (menurut islam), jika perceraian disebabkan oleh tindakan curang yang
dilakukan oleh istri. Dalam situasi tertentu, seorang suami boleh mengikuti ketentuan
mertua (orang tua istri) selama ada perjanjian sebelum pernikahan dan/atau karena ada
alasan yang ma’rufyang melatarinya. Seumpamanya karena segala kebutuhan rumah tangga
ditanggung oleh mertua atau orang tua istri (seperti tempat tinggal dan kebutuhan lainya)
dan atau dikarenakan kondisi orang tua yang sudah tua sementara kedudukan istri sebagai
ahli waris satu-satunya (tidak ada yang mewakili) untuk menjaga (kedua) orang tuanya. Jika
istri tetap memilih bekerja dengan persetujuan suami, maka penghasilanya untuk
membantu kebutuhan rumah tangga, pengelolaannya harus dimusyarahkan dengan suami
(tidak boleh ada campur tangan orang tua dalam hal ini, agar tidak terjadi konflik keluarga).
Di dalam Islam segala pengeluaran rumah tangga diluar untuk kebutuhan anggota keluarga
(suami, istri dan anak-anak) harus atas persetujuan bersama, bahkan untuk sedekah atau
infaq sekalipun.   Selama suami sebagai tulang punggung keluarga (Istri tidak bekerja).
Semua pendapatan dikelola bersama dengan rincian: suami mengelola hal-hal yang bersifat
besar (simpanan masa depan, pembelian properti dll), sementara istri  mengelola yang
berkaitan dengan kebutuhan pokok keluarga (kebutuhan konsumsi harian, kebutuhan
sekolah anak, pakaian semua anggota keluarga dll). Tetapi jika istri juga bekerja
(berpenghasilan) pembagian pembiayaan perlu dibicarakan bersama. Semua uang keluarga
dikelola bersama, tidak boleh melibatkan orang ketiga dalam kondisi apapun. Jika ingin
membantu anggota keluarga/saudara harus berdasarkan atas pengetahuan dan kesepakatan
bersama. Dalam kaitannya dengan membantu keluarga (dalam Islam suami masih terikat
dengan kedua orang tuanya), tetapi bagi anak perempuan tidak bisa mendahulukan orang
tua dibandingkan suaminya kecuali dalam kondisi-kondisi mendesak, seperti disebutkan
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai