Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PROSEDUR PENGEMBANGAN EVALUASI PEMBELAJARAN


KURIKULUM 2013 DAN PENYUSUNAN KISI-KISI SOAL TES
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengampu : Vannisa Aviana Melinda, M.Pd

Disusun Oleh :

Ananda Putri Novianti (19140048)


Muhammad Sulthan M. B. (19140109)
Primadona Setyawan (19140128)
Muhamad Mahrus Ali (19140130)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Segala Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Yang Telah


Memberikan Rahmat, Taufiq, Serta Hidayahnya Kepada Penyusun Sehingga
Penyusun Dapat Menyelesaikan Makalah Dengan Judul “Prosedur
Pengembangan Evaluasi Pembelajaran”.

Penyusun Makalah Juga Menyampaikan Ucapan Terima Kasih Kepada Ibu


Vannisa Aviana Melinda, M.Pd Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran Yang Telah Memberikan Arahan Dan Juga Bimbingan Dalam
Penyusunan Makalah Ini.

Dalam Penyusunan Makalah Ini, Penyusun Menyadari Bahwasannya Makalah


Ini Masih Jauh Dari Kata Sempurna. Oleh Karena Itu, Penyusun Tidak Menutup
Diri Dari Pembaca Akan Saran Dan Kritik Yang Sifatnya Membangun Demi
Perbaikan Dan Peningkatan Kualitas Penyusunan Makalah Dimasa Yang Akan
Datang. Dan Penyusun Berharap, Semoga Makalah Ini Bisa Memberikan Manfaat
Bagi Penyusun Dan Pembaca Semuanya. Aamiin.

Malang, 26 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Prosedur Pengembangan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2013 ......... 3

B. Pengertian SK, KD, dan Indikator .......................................................... 13

C. Langkah Penyusunan KD dan Indikator................................................. 15

D. Perumusan KD dan Indikator ................................................................. 18

E. Penyusunan materi pokok/materi pembelajaran ..................................... 20

F. Langkah-langkah penyusunan kisi-kisi soal tes ..................................... 24

BAB III PENUTUP ................................................................................................29

A. Kesimpulan ............................................................................................. 29

B. Saran ....................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................30


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan evaluasi adalah kegiatan yang dasar dalam sebuah pembelajaran
untuk mengetahui sebuah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan
pembelajaran. Didalam dunia pendidikan evaluasi biasanya hanya diartikan
sebagai penilaian terhadap suatu tugas ataupun pekerjaan. Ketika sudah
melakukan penilaian maka tidak perlu melakukan evaluasi. Pemahaman yang
diatas bukanlah pemahaman yang tepat. Dalam pelaksanaan penilaian yang
dilihat hanyalah proses pencapaian dalam tujuan pembelajaran saja. Padahal
tidak hanya hal tersebut yang perlu kita nilai. Ada banyak factor lain yang
dapat mendungkung berhasilnya suatu pembelajaran.1
Pada kenyataannya Hamid Hasan mengemukakan bahwa orang tua lebih
ingin mengetahui hasil dari perolehan anaknya dari pada cara anaknya
mendapatkan hasil tersebut. Sekolah dengan kualifiakasi tinggi dinilai lebih
mampu memberikan hasil belajar yang baik untuk para siswa dari pada
memperhatikan kemampuan sekolah tersebut.2
Maka dari itu penting bagi kita mengetahui apa saja yang perlu dinilai
dalam sebuah evaluasi. Agar kita tahu apasaja yang diperlukan dalam
komponen-komponen evaluasi. Dimulai dari Prosedur pengembangan
evaluasi, Sk, kd, Indikator dan penyusunan kisi-kisi soal tes.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas dapat diambil beberapa permasalahan,
diantaranya adalah :
1. Apa saja prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran
kurikulum 2013 ?

1
Ashiong P. Munthe, Pentingya Evaluasi Program Di Institusi Pendidikan: Sebuah Pengantar,
Pengertian, Tujuan dan Manfaat (Tanggerang, jurnal Scholaria, Vol. 5, No. 2, Mei 2015: 1 - 14)
hlm. 1, http://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/download/13/12 diakses pada tanggal 26
September 2020
2
S. Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum (Bandung, Rosda Karya;2012) Cet. Ke-2. hlm.182
2. Apa pengertian Sk, Kd, dan Indikator ?
3. Bagaimana langkah penyusunan Kd dan Indikator ?
4. Bagaimana perumusan Kd dan Indikator ?
5. Bagaimana penyusunan materi pokok/materi pembelajaran ?
6. Apa saja langkah-langkah penyusunan kisi-kisi soal tes ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prosedur pengembangan evaluasi
pembelajaran kurikulum 2013.
2. Untuk mengetahui pengertian Sk, Kd dan Indikator.
3. Untuk mengetahui langkah penyusunan Kd dan Indikator
4. Untuk mengetahui perumusan Kd dan Indikator.
5. Untuk mengetahui penyusunan materi pokok/materi pembelajaran
6. Untuk mengetahui langkah-langkah penyusunan kisi-kisi soal tes.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prosedur Pengembangan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2013


Prosedur merupakan serangkaian tindakan khusus yang harus dijalankan
dengan cara yang sama agar selalu memperoleh hasil yang sama dari keadaan
yang sama. Menurut Kamaruddin, prosedur adalah suatu susunan yang teratur
dari kegiatan yang berhubungan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur
yang berkaitan melaksanakan dan memudahkan kegiatan utama dari suatu
organisasi. Prosedur diindikasikan sebagai rangkaian aktivitas, tugas-tugas,
langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan dan proses-
proses, yang dijalankan melalui serangkaian pekerjaan yang menghasilkan
suatu tujuan yang diinginkan. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan tujuan tertentu dan memiliki pola kerja yang
sistematis.
Berdasarkan uraian-uraian tentang pengertian prosedur diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran adalah
langkah-langkah pokok yang harus diikuti secara sistematis oleh seorang
evaluator atau tim evaluator dalam melakukan evaluasi pembelajaran agar
tercapai tujuan yang diinginkan, yaitu agar evaluasi yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan, sistematis, efisien, dan dapat dipertanggung jawabkan.
Berikut ini adalah prosedur-prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran,
diantaranya adalah:
1. Perencanaan Evaluasi
Perencanaan evaluasi dimaksudkan agar hasil yang diperoleh
dari evaluasi dapat lebih maksimal. Perencanaan ini penting bahkan
mempengaruhi prosedur evaluasi secara menyeluruh. Perencanaan
evaluasi dilakukan untuk memfasilitasi pengumpulan data, sehingga
memungkinkan membuat pernyataan yang valid tentang pengaruh
sebuah efek atau yang muncul di luar program, praktik, atau
kebijakan yang di teliti. Fungsi dari perencanaan evaluasi adalah
sebagai berikut:
a. Perencanaan evaluasi membantu untuk mengetahui apakah
standar dalam menyatakan sikap atau perilaku telah mencapai
sasaran atau tidak, jika demikian sasaran akan dinyatakan
ambigu dan akan kesulitan merancang tes untuk mengukur
prestasi siswa,
b. Perencanaan evaluasi adalah proses awal yang dipersiapkan
untuk mengumpulkan informasi yang tersedia, dan
c. Perencanaan evaluasi menyediakan waktu yang cukup untuk
merancang tes.
Dalam melakukan perencanaan evaluasi, hal-hal yang patut
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis Kebutuhan
2. Menentukan Tujuan Penilaian
3. Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajarnya
4. Menyusun Kisi-kisi
5. Mengembangkan Draft
6. Uji Coba dan Analisis Soal
7. Revisi dan Merakit Soal (Instrumen Baru)
2. Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu
evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi. Dengan kata lain
tujuan evaluasi, model dan jenis evaluasi, objek evaluasi, instrumen
evaluasi, sumber data, semuanya sudah dipersiapkan pada tahap
perencanaan evaluasi yang pelaksanaannya bergantung pada jenis
evaluasi yang digunakan. Jenis evaluasi yang digunakan akan
mempengaruhi seorang evaluator dalam menentukan prosedur,
metode, instrumen, waktu pelaksanaan, sumber data dan sebagainya,
yang pelaksanaannya dapat dilakukan dengan:
a. Non-tes yang dimaksudkan untuk mengetahui perubahan sikap
dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran, pendapat terhadap kegiatan pembelajaran,
kesulitan belajar, minat belajar, motivasi belajar dan mengajar
dan sebagainya. Instrumen yang digunakan yaitu:
1) Angket,
2) Pedoman observasi,
3) Pedoman wawancara,
4) Skala sikap,
5) Skala minat,
6) Daftar chek,
7) Rating scale,
8) Anecdotal records,
9) Sosiometri, dan
10) Home visit
b. Untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi menggunakan
bentuk tes pensil dan kertas (paper and pencil test) dan bentuk
penilaian kinerja (performance), memberikan tugas atau proyek
dan menganalisis hasil kerja dalam bentuk portofolio.
3. Monitoring Pelaksanaan Evaluasi
Monitoring dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan evaluasi
pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah
ditetapkan atau belum, dengan tujuan untuk mencegah hal-hal
negatif dan meningkatkan efisiensi pelaksanaan evaluasi. Monitoring
mempunyai dua fungsi pokok, yaitu:
a. Melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencaan
evaluasi, dan
b. Melihat hal-hal apa yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi
dengan mencatat, melaporkan dan menganalisis faktor-faktor
penyebabnya.
Dalam pelaksanaannya, dapat digunakan teknik:
1. Observasi partisipatif,
2. Wawancara bebas atau terstruktur, dan
3. Studi dokumentasi.
Hasil dari monitoring dapat dijadikan landasan dan acuan untuk
memperbaiki pelaksanaan evaluasi selanjutnya.
4. Pengolahan Data
Mengolah data berarti mengubah wujud data yang sudah
dikumpulkan menjadi sebuah sajian data yang menarik dan
bermakna. Data hasil evaluasi yang berbentuk kualitatif diolah dan
dianalisis secara kualitatif, sedangkan data hasil evaluasi yang
berbentuk kuantitatif diolah dan dianalisis dengan bantuan statistika
deskriptif maupun statistika inferensial. Ada empat langkah pokok
dalam mengolah data:
a. Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat
dicapai oleh perserta didik. Untuk menskor atau memberikan
angka diperlukan tiga jenis alat bantu yaitu kunci jawaban, kunci
skoring dan pedoman konversi,
b. Mengubah skor mentah menjadi skor standar dengan norma
tertentu,
c. Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf
atau angka, dan
d. Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengatahui
derajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran sola
(difficulty index), dan daya pembeda.

Mengolah data dengan sendirinya akan menafsirkan hasil


pengolahan itu. Memberikan interpretasi maksudnya adalah
memberikan pernyataan (statement) mengenai hasil pengolahan data.
Interpretasi terhadap suatu hasil evaluasi didasarkan atas kriteria
tertentu yang ditetapkan terlebih dahulu secara rasional dan
sistematis sebelum kegiatan evaluasi dilaksanakan, tetapi dapat pula
dibuat berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam melaksanakan
evaluasi. Sebaliknya jika penafsiran data tidak berdasarkan kriteria
atau norma tertentu, maka ini termasuk kesalahan besar dan ada dua
jenis penafsiran data:

1. Penafsiran kelompok
Yaitu penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi yang
meliputi prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok
terhadap pendidik dan materi yang diberikan, dan distribusi nilai
kelompok. Tujuannya adalah sebagai persiapan untuk melakukan
penafsiran kelompok, untuk mengetahui sifat-sifat tertentu pada
suatu kelompok dan untuk menggandakan perbandingan antar
kelompok.
2. Penafsiran individual
Yaitu penafsiran yang hanya dilakukan secara perseorangan
diantaranya bimbingan dan penyluhan atau situasi klinis lainnya.
Tujuannya adalah untuk melihat tingkat kesiapan peserta didik
(readiness), pertumbuhan fisik, kemajuan belajar dan kesulitan-
kesulitan yang dihadapinya.
Dengan penafsiran ini dapat diputuskan bahwa peserta didik
mencapai taraf kesiapan yang memadai atau tidak, ada kemajuan
yang berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak.
5. Pelaporan Hasil Evaluasi
Semua hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan, seperti orang tua/wali, atasan, pemerintah, dan peserta
didik itu sendiri sebagai akuntabilitas publik. Hal ini dimaksudkan agar
proses dan hasil yang dicapai peserta didik termasuk
perkembangannya dapat diketahui oleh berbagai pihak, sehingga orang
tua/wali (misalnya) dapat menentukan sikap yang objektif dan
mengambil langkah-langkah yang pasti sebagai tindak lanjut dari
laporan tersebut. Sebaliknya, jika hasil evaluasi itu tidak dilaporkan,
orang tua peserta didik tidak dapat mengetahui kemajuan belajar yang
dicapai anaknya, karena itu pula mungkin orang tua peserta didik tidak
mempunyai sikap dan rencana yang pasti terhadap anaknya, baik
dalam rangka pemilihan minat dan bakat, bimbingan maupun untuk
melanjutkan studi yang lebih tinggi.3
Hasil evaluasi juga perlu dilaporkan kepada pemerintah, dalam hal
ini Kementerian Agama di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Tujuannya adalah untuk melihat kemajuan-kemajuan peserta didik,
baik secara kelompok maupun individual, yang pada gilirannya akan
memberikan penilaian tersendiri pada madrasah yang bersangkutan.
Misalnya, dalam satu laporan dikatakan bahwa peserta didik kelas VI
di madrasah “X” lulus 99%, maka sekolah tersebut dianggap
masyarakat baik atau sekolah favorit. Sebaliknya, jika peserta didik
madrasah tersebut lulus 70%, maka dianggap madrasah tersebut tidak
bermutu. Semakin tinggi persentase kelulusan, maka makin tinggi pula
penilaian yang diberikan oleh masyarakat terhadap madrasah tersebut,
sekalipun persentase kelulusan tidak menjamin berkualitasnya suatu
madrasah. Laporan juga penting bagi peserta didik itu sendiri agar
mereka mengetahui tingkat kemampuan yang dimilikinya dan dapat
menentukan sikap serta tindakan yang harus dilakukan selanjutnya.
Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan sarana
komunikasi antara madrasah, peserta didik, dan orang tua dalam upaya
mengembangkan dan menjaga hubungan kerja sama yang baik diantara
mereka. Untuk itu, Anda harus memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
a. Konsisten dengan pelaksanaan penilaian di madrasah.

3
Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 31
b. Memuat rincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang
bermanfaat bagi pengembangan peserta didik.
c. Menjamin orang tua akan informasi permasalahan peserta didik
dalam belajar.
d. Mengandung berbagai cara dan strategi komunikasi.
e. Memberikan informasi yang benar, jelas, komprehensif, dan
akurat.
Untuk sekedar gambaran, isi laporan hendaknya memuat hal-hal
seperti: profil belajar peserta didik di sekolah (akademik, fisik, sosial
dan emosional), peran serta peserta didik dalam kegiatan di sekolah
(aktif, cukup, kurang atau tidak aktif), kemajuan hasil belajar peserta
didik selama kurun waktu belajar tertentu (meningkat, biasa-biasa saja
atau menurun), himbauan terhadap orang tua. Isi laporan tersebut
hendaknya mudah dipahami orang tua. Untuk itu, Anda harus
menggunakan bahasa yang komunikatif, menitikberatkan pada proses
dan hasil yang telah dicapai peserta didik, memberikan perhatian
terhadap pengembangan dan pembelajaran peserta didik, dan
memberikan hasil penilaian yang tepat dan akurat.

Dalam dokumen kurikulum berbasis kompetensi, Pusat Kurikulum


Balitbang Depdiknas (2002 : 35) menjelaskan “laporan kemajuan
siswa dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu laporan prestasi
dalam mata pelajaran dan laporan pencapaian”. 4

1. Laporan Prestasi Mata Pelajaran


Laporan prestasi mata pelajaran berisi informasi tentang
pencapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Pada masa lalu, prestasi belajar peserta didik dalam

4
Wina sanjaya, kurikulum dan pembelajaran, hlm. 171
setiap mata pelajaran dilaporkan dalam bentuk angka. Bagi peserta
didik dan orang tua, angka ini kurang memberi informasi tentang
kompetensi dasar dan pengetahuan apa yang telah dimiliki peserta
didik, sehingga sulit menentukan jenis bantuan apa yang harus
diberikan kepada peserta didik agar mereka menguasai kompetensi
dasar yang telah ditetapkan. Laporan prestasi belajar hendaknya
menyajikan prestasi belajar peserta didik dalam menguasai
kompetensi mata pelajaran tertentu dan tingkat penguasaannya.
Sebaliknya, orang tua dapat membaca catatan guru tentang
pencapaian kompetensi tertentu sebagai masukan kepada peserta
didik dan orang tua untuk membantu meningkatkan kinerjanya.
2. Laporan Pencapaian
Laporan pencapaian merupakan laporan yang menggambarkan
kualitas pribadi peserta didik sebagai internalisasi dan kristalisasi
setelah peserta didik belajar melalui berbagai kegiatan, baik intra,
ekstra maupun ko kurikuler pada kurun waktu tertentu. Dalam
kurikulum berbasis kompetensi, hasil belajar peserta didik
dibandingkan antara kemampuan sebelum dan sesudah kegiatan
pembelajaran berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Tingkat pencapaian hasil belajar yang ditetapkan dalam
kurikulum dibagi menjadi delapan tingkatan (level) yang dirinci ke
dalam rumusan kemampuan dari yang paling dasar secara bertahap
gradasinya mencapai tingkat yang paling tinggi. Delapan tingkatan
hasil belajar tidak sama dengan tingkat kelas dalam satuan
pendidikan. Tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik tidak
selalu sama dengan peserta didik yang lain untuk setiap mata
pelajaran.
6. Penggunaan Hasil Evaluasi
Tahap akhir dari prosedur evaluasi adalah penggunaan hasil
evaluasi. Salah satu penggunaan hasil evaluasi adalah laporan. Laporan
dimaksudkan untukmemberikan feedback kepada semua pihak yang
terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pihak-pihak yang dimaksud antara lain : peserta didik, guru,
kepala madrasah, orang tua, penilik, dan pemakai lulusan. Sedangkan
penggunaan hasil evaluasi, Remmer mengatakan “we discuss here the
use of test results to help students understand them selves better,
explain pupil growth and development to parents and assist the
teacher in planning instruction”. Dengan demikian, Anda dapat
menggunakan hasil evaluasi untuk membantu pemahaman peserta
didik menjadi lebih baik, menjelaskan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik kepada orang tua, dan membantu guru
dalam menyusun perencanaan pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, Julian C.Stanley dalam Dimyati
dan Mudjiono mengemukakan “just what is to be done, of course,
depends on the purpose of the program”.5 Dengan demikian, apa yang
harus dilakukan terhadap hasil-hasil evaluasi yang kita peroleh
bergantung kepada tujuan program evaluasi itu sendiri yang tentunya
sudah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka
dapat dikemukakan beberapa jenis penggunaan hasil evaluasi sebagai
berikut:
a. Untuk keperluan laporan pertanggungjawaban
Asumsinya adalah banyak pihak yang berkepentingan dengan
hasil evaluasi. Misalnya, orang tua perlu mengetahui kemajuan
atau perkembangan hasil belajar anaknya, sehingga dapat
menentukan langkah-langkah berikutnya. Oleh sebab itu, Anda
harus membuat laporan ke berbagai pihak sebagai bentuk
akuntabilitas publik, sebagaimana telah penulis kemukakan pada
uraian sebelumnya.
b. Untuk keperluan seleksi

5
Hamzah B. Uno. 2010, Perencanaan Pembelajaran.( Jakarta: Bumi Aksara). 37
Asumsinya adalah setiap awal dan akhir tahun ada peserta didik
yang mau masuk madrasah dan ada peserta didik yang mau
menamatkan madrasah pada jenjang pendidikan tertentu. Hasil
evaluasi dapat digunakan untuk menyeleksi, baik ketika peserta
didik mau masuk madrasah/jenjang atau jenis pendidikan tertentu,
selama mengikuti program pendidikan, pada saat mau
menyelesaikan jenjang pendidikan, maupun ketika masuk dunia
kerja. Ketika peserta didik mengikuti program pendidikan,
terkadang dari pihak madrasah dan komite madrasah membuat
kelas-kelas unggulan. Untuk itu diperlukan seleksi melalui
tindakan evaluasi.
c. Untuk keperluan promosi
Asumsinya adalah pada akhir tahun pelajaran, ada peserta didik
yang naik kelas atau lulus. Bagi peserta didik yang lulus dari
jenjang pendidikan tertentu akan diberikan ijazah atau sertifikat,
sebagai bukti fisik kelulusan. Begitu juga jika peserta didik
memperoleh prestasi belajar yang baik, maka merekaakan naik ke
kelas berikutnya. Kegiatan ini semua merupakan salah satu bentuk
promosi. Dengan demikian, promosi itu diberikan setelah
dilakukan kegiatan evaluasi. Jika promosi itu untuk kenaikan kelas,
maka kriteria yang digunakan adalah kriteria kenaikan kelas, yaitu
aspek ketercapaian kompetensi dasar mata pelajaran yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Peserta didik yang dinyatakan naik
kelas adalah peserta didik yang sudah menguasai kompetensi pada
kelas tertentu dan diprediksi mampu mengikuti program
pendidikan pada kelas berikutnya.
d. Untuk keperluan diagnosis
Asumsinya adalah hasil evaluasi menunjukkan ada peserta
didik yang kurang mampu menguasai kompetensi sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Atas dasar asumsi ini, maka Anda
perlu melakukan diagnosis terhadap peserta didik yang dianggap
kurang mampu tersebut. Anda harus mencari faktor-faktor
penyebab bagi peserta didik yang kurang mampu dalam menguasai
kompetensi tertentu, sehingga dapat diberikan bimbingan atau
pembelajaran remedial. Bagi peserta didik yang mampu menguasai
kompetensi lebih cepat dari peserta didik yang lain, mereka juga
berhak mendapatkan pelayanan tindak lanjut untuk
mengoptimalkan laju perkembangan mereka. Madrasah diharapkan
menyediakan alternatif program bagi mereka berupa kegiatan yang
dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilannya di suatu
bidang tertentu ataupun suatu sistem percepatan belajar, sehingga
memungkinkan mereka dapat menyelesaikan/tamat madrasah lebih
cepat. Untuk menetapkan kebijakan suatu jenis perlakuan kepada
peserta didik dan teknik pelaksanaannya perlu melibatkan peran
serta masyarakat melalui komite madrasah.
e. Untuk memprediksi masa depan peserta didik
Hasil evaluasi perlu dianalisis oleh setiap guru mata pelajaran.
Tujuannya untuk mengetahui sikap, bakat, minat dan aspek-aspek
kepribadian lainnya dari peserta didik, serta dalam hal apa peserta
didik dianggap paling menonjol sesuai dengan indikator
keunggulan. Apapun dan bagaimanapun bentuk hasilbelajar peserta
didik, Anda harus menyampaikannya kepada guru bimbingan dan
penyuluhan (BP) agar hasil belajar tersebut dapat dianalisis dan
dijadikan dasar untuk pengembangan peserta didik dalam memilih
jenjang pendidikan, profesi atau karir di masa yang akan datang.

B. Pengertian SK, KD dan Indikator


1. Pengertian Standar Kompetensi
Standar Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari
mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula6. Menurut
Abdul Majid Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan
dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur7. Pada setiap
mata pelajaran, standar kompetensi sudah ditentukan oleh para
pengembang kurikulum, yang dapat kita lihat dari standar isi. Jika sekolah
memandang perlu mengembangkan mata pelajaran tertentu misalnya
pengembangan kurikulum muatan local, maka perlu dirumuskan standar
kompetensinya sesuai dengan nama mata pelajaran dalam muatan local
tersebut.
2. Kompetensi dasar
Kompetensi Dasar atau yang biasa disingkat KD, merupakan
penjabaran standar kompetensi peserta didik yang cakupan materinya lebih
sempit dibanding dengan Standar Kompetensi peserta didik. Kompetensi
dasar merupakan sejumlah kemampuan yangharus dimiliki peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indicator
kompetensi. Di dalam komponen kompetensi dasar juga dimuat hasil
belajar, yaitu pernyataan untuk kerja yang diharapkan setelah pesertadidik
mengalami pembelajaran dalam kompetensi tertentu. Kompetensi Dasar
adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dicapai
oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar
kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi
dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi.8
3. Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik
peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan

6
Wina sanjaya, kurikulum dan pembelajaran (Jakarta : kencana prenada media group, 2008), hlm.
170
7
Abdul majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 42
8
Ibid., , hlm. 171
dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi.
Menurut Depag, indikator adalah wujud dari kompetensi dasar yang
lebih spesifik. Sedangkan menurut E Mulyasa indikator merupakan
penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda
perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik.
Indikator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan
pendidikan potensi daerah dan peserta didik dan juga dirumuskan dalam
rapat kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi sehingga dapat
digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat penilaian.
Sedangkan menurut Darwin Syah, indikator pembelajaran adalah
karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respon yang dilakuakan
oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kompetensi
dasar tertentu.9
Jadi indikator adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifisik
yang dapat dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan
juga dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu
pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu.

C. Langkah-langkah penyusunan Kompetensi Dasar dan indikator


1. Langkah Penyusunan Kompetensi Dasar
Adapun dalam mengkaji Kompetensi dasar mata pelajaran
sebagaimana yang tercantum pada standar isi dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/ atau tingkat
kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada
distandar isi.

9
Wina sanjaya, kurikulum dan pembelajaran, hlm. 171
b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran.
c. Pada dasarnya rumusan kompetensi dasar itu ada yang operasional
maupun yang tidak operasional karena setiap kata kerja tindakan yang
berada pada kelompok pemahaman dan juga pengetahuan yang tidak
bisa digunakan untuk rumusan kompetensi dasar. Sehinggah langkah-
langkah untuk menyusun kompetensi dasar adalah sebagai berikut:
1. Menjabarkan Kompetensi yang dimaksud, dengan bertanya:
“kemampuan apa saja yang harus dimiliki siswa agar standar
kompetensi dapat dicapai?” jawaban dari pertanyaan tersebut
kemudian didaftar baik yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
2. Tulislah rumusan Kompetensi Dasarnya.
2. Langkah Penyusunan Indikator
Sebelum melakukan penyusunan indicator, maka harus diperhatikan
terlebih dahulu komponen-komponen sebagai berikut:
a. Indikator merupakan penjabaran dari KD yang menunjukkan tanda-
tanda, perbuatan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh
peserta didik.
b. Rumusan indikator menggunakan kerja operasional yang terukur atau
dapat diobservasi.
c. Indikator digunakan sebagai bahan dasar untuk menyusun alat
penilaian.10
Kata-kata Operasional yang Dijabarkan Dalam Membuat Indikator:
1. Kognitif Meliputi:
a. Knowledge (pengetahuan) yaitu, menyebutkan, menuliskan,
menyatakan, mengurutkan, mengidentifikasi, mendefinisikan,
mencocokkan, memberi nama, memberi leber, dan melukiskan.
b. Comprehension (pemahaman) yaitu, menerjemahkan, mengubah,
menggeneralisasikan, menguraikan, menuliskan kembali,

10
Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 31
merangkum, membedakan, mempertahankan, menyimpulkan,
mengemukakan pendapat, dan menjelaskan.
c. Application (penerapan) yaitu, mengoperasikan, menghasilkan,
mengatasi, mengubah, menggunakan, menunjukkan,
mempersiapkan, dan menghitung. Analysist (analisis) yaitu,
menguraikan, membagi-bagi, memilih dan membedakan.
d. Syntnesis (sintesisi) yaitu, merancang, merumuskan,
mengorganisasikan, menerapkan, memadukan, dan merencanakan.
e. Evaluation (evaluasi) yaitu, mengkritisi, menafsirkan dan
memberikan evaluasi.
2. Afektif meliputi:
a. Receiving (penerimaan) yaitu mempercayai, memilih, mengikuti,
bertanya, dan mengalokasikan.
b. Responding (menanggapi) yaitu, konfirmasi, menjawab, membaca,
membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.
c. Valuing (penanaman nilai) yaitu, menginisiasi, mengundang,
melibatkan, mengusulkan, dan melakukan.
d. Organization (pengorganisasian) yaitu, menverivikasi, menyusun,
menyatukan, menghubungkan dan mempengaruhi.
e. Characterization (karakterisasi) yaitu menggunakan nilai-nilai
sebagai pandangan hidup, mempertahankan nilai-nilai yang sudah
diyakini.

3. Psikomotorik atau gerak jiwa meliputi:

a. Observing (pengamatan) yaitu mengamati proses, memperhatikan


pada tahap-tahap sebuah perbuatan, memberi perhatian pada
sebuah artikulasi.
b. Imitation (peniruan) yaitu melatih, mengubah, membongkar sebuah
struktur, membangun kembali struktur dan menggunakan sebuah
model.
c. Practicing (pembiasaan) yaitu membiasakan perilaku yang sudah
dibentuknya, mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten.
d. Adapting (penyesuaian) yaitu menyesuaikan model,
mengembangkan model, dan menerapkan model.11

D. Perumusan Kompetensi Dasar dan Indikator

1. Makna kompetensi dalam pendidikan


Dalam pengertian umum kemampuan untuk melaksanakan atau
melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan
dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh
pekerjaan tersebut.
Dalam dunia pendidikan, kompetensi dimaknai sebagai perilaku yang
melekat pada diri peserta didik yang berdasarkan keterampilan dan
pengetahuan yang dipelajarinya disekolah12. Dan peserta didik yang
berkompeten akan berperilaku konsisten disekolah maupun di masyarakat
dikarenakan perilaku tersebut sudah melekat pada pribadi peserta didik.
Oleh karena itu, hasil dari sebuah proses pembelajaran adalah peserta didik
memiliki kompetensi yang diisyaratkan namun bukan peserta didik yang
menguasai dalam materi pengetahuannya saja13.
Terdapat tiga komponen dalam kegiatan pendidikan. Yaitu : 1) materi
yang dibelajarkan. 2) proses pembelajaran, dan 3) hasil belajar. Materi
pembelajaran adalah materi pembelajaran yang harus dikuasai peserta
didik. Materi ajar dapat berupa pengetahuan, keterampilan , nilai-nilai
ataupun perilaku. Harapan dari seluruh kompetensi adalah perubahan sikap
kearah yang diharapkan. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan

11
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), hal 143.
12
Akhmad Supriyanto dan Eka Nurwulan Asriani, Cara Mudah Merumuskan Indikator
Pembelajaran (Kabupaten Serang: Pustaka Bina Putera, 2019), hal 1-3.
13
Ibid.
yang harus dikuasai peserta didik dalam pembelajarannya sebagai bahan
rujukan penyusunan indicator kompetensi dalam suatu pelajaran14.
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kompetensi adalah perlaku yang dapat
dijadikan sebagai acuan penilaian mata pelajaran sebagai hal untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu. Apabila dalam
Kompetensi Dasar terdapat dua atau tiga amanat maka indicator
minimal untuk Kompetensi Dasar tersebur adalah dua atau tiga buah.
Namun jika salah satu amanat yang terdapat dalam Kompetensi Dasar
itu tidak bisa dicapai dalam satu langkah, maka perlu dirumuskan
indicator perantara atau indikator penunjang. Tidak menutup
kemungkinan juga perlunya dinikator perluasan sebagai bahan
pengayaan bagi peserta didik terutama untuk Sekolah Berstandart
Internasional (SBI) karena menurut BNSP sekolah SBI tingkat
ketuntasannya diharuskan diatas 100% Standart Nasional Pendidikan
(SNP)15.
Dalam merumuskan indicator pembelajaran berikut langkah-
langkah yang harus ditempuh :
1. Menganalisis Standart Kompetensi. Jika standart kompetensi
belum mampu mengakomodir amanat maka seorang guru harus
membenahinya sehingga standart kompetensi dapat diakomodir.
2. Menganalisis Kompetensi Dasar. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikanketika menganalisis Kompetensi Dasar. Yaitu: kata
kerja operasi (KKO), ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis atau evaluatif16.
3. Menganalisis Materi Pembelajaran. Dalam hal ini, materi yang
diberikan harus berkaitan dengan keseharian peserta didik,

14
Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, (Semarang:CV Toha Putra, 2008).
15
Dikutip dalam Mulyasa,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007).
16
Purwanto, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009).
memiliki titik singgung dengan visi misi sekolah, dan perluasan
pengembangan materi.
4. Merumuskan indicator dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang baik, benar, simple, dan mudah difahami
5. Tujuan pembelajaran. Berisi tentang penguasaan kompetensi yang
ditargetkan atau di capai dalam rencana pembelajaran.
6. Materi ajar. Yang memuat fakta, konsep, prinsip, prosedur yang
relevan, dan ditulis yang sesuai dengan rumusan indicator
pencapaian kompetensi.
7. Alokasi waktu. Diperlukan dengan keperluan sebagai pencapaian
kompetensi dasar
8. Metode pembelajaran. Digunakan untuk menciptakan atau
mewujudkan susasana pembelajaran yang sesuai dengan disituasi,
kondisi, karasteristik setiap indicator, kompetensi yang hendak
dituju.
9. Kegiatan pembelajaran. Yang berisi pendahuluan/pembukaan, inti,
penutup.
10. Penilaian hasil belajar. Dalam aspek penilaian indicator yang
ditetapkan sangat berpengaruh dalam hal sebagai alat ujur untuk
keberhasilan peserta didik.

E. Penyusunan Materi Pokok / Materi Pembelajaran


1. Pengertian Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah salah satu komponen sistem
pembelajarann yang memegang peran penting dalam membantu peserta
didik untuk mencapai kompetensi dasar dan standart kompetensi 17. Materi
pembelajaran juga harus sipilih dengan tepat agar peserta didik dapat
memberikan usaha yang optimal. Masalah yang terjadi dengan pemilihan

17
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2006).
materi pembelajaran menyangkut jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan
terhadap materi pembelajaran tersebut.
Secara umum materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari siswa. Secara
khusus jenis-jenis materi pembelajran terdiri dari fakta, konsep, prinsip,
prosedur, dan sikap atau nilai. Materi pembelajaran harus diajarkan kepada
peserta didik sebagai sarana pencapaian standart kompetisi dan kompetisi
dasar yang akan dinilai dengan instrumen penilaian yang disusun
berdasarkan indikator pencapaian hasil dari pembelajaran.
2. Prinsip-prinsip penyusunan materi pembelajaran
Seseorang harus memperhatikan dalam penyusunan materi
pembelajaran termasuk prinsip-prinsip dalam penyusunan materi
pembelajaran, seperti prinip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip
relevansi adalah berkaitan atau keterkaitan. Materi pembelajaran haruslah
berkaitan dengan tujuan standart kompetisi dan kompetisi dasar. Prinsip
konsistensi artinya keajegan. Misal jika standart kompetensi yang harus di
kuasai peserta didik itu ada tiga, maka materi yang di berikan kepada
peserta didik juga harus tiga macam. Prinsip kecukupan artinya materi
materi yang diberikan haruslah memadai dalam membantu peserta didik
mencapai tujuan kompetesi dasar yang di inginkan.
3. Langkah-langkah mengurutkan materi pembelajaran
Jika antara materi satu dengan yang lain saling berkaitan atau
mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat, seseorang harus
menentukan urutan untuk mengajar atau mempelajarinya, agar peserta
didik tidak kesulitan dalam mempelajarinya.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkupnya dapat
diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu
a. Pendekatan prosedural
Urutan materi yang prosedural menggambarkan langkah-langkah
secara urut sesuai dengan langkah-langkah mengerjakan suatu tugas.
b. Pendekatan hierarkis
Urutan materi yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari
atas ke bawah. Dengan syarat materi sebelumnya harus dipelajari
dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi selanjutnya.
4. Penentuan sumber materi pembelajaran
Berikut adalah beberapa sumber untuk mendapatkan materi
pembelajaran dari setiap standart kompetensi dan kompetensi dasar:
a. Buku teks
b. Laporan hasil penelitian
c. Majalah ilmiah
d. Jurnal ilmiah
e. Buku kurikulum
f. Pakar bidang studi
g. Internet
h. Penerbitan berkala
i. Media audio visual (tv, video, vcd, kaset audio)
j. Lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, dan
ekonomi)
5. Langkah-langkah penyusunan materi pembelajaran
a. Identifikasi standart kompetensi dan kompetensi dasar
Tahap pertama yaitu menentukan materi pembelajaran yang
mengacu pada aspek-aspek kebutuhan kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik, juga perlu dijadikan acuan karena
setiap standart kompetensi dan kompetensi dasar memiliki materi
ajar yang berbeda baik dari segi materi maupun penggunaan
metode atau model pembelajaran yang berbeda pada setiap kelas.
Standart kompetensi atau kompetisi dasar harus mencakup dari
ranah kognitif, psikomotor, dan afektif18. Ranah kognitif adalah
kompetensi terdiri dari aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan penilaian. Ranah psikomotorik atau

18
Syaiful Bahri Djamarah dan AswanZain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rasail Cipta,
2002).
psikomotor adalah ranah yang mencakup kegiatan, atau aktivitas,
gerak awal, semurutin, dan rutin. Dan ranah afektif adalah ranah
yang mencakupi konsep pemberian respon, apresiasi, penilaian,
internalisasi, dan hubungan interpersonal.
b. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran dilakukan dengan
tingkatan aktivitas atau ranah pembelajaran tersebut. Jenis materi
yang digunakan pada ranah kognitif adalah berupa fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur.
1. Fakta adalah jenis materi yang menggambarkan nama-nama
mobjek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah,
informasi tertentu dan lain sebagainya yang bersifat nyata dan
informatif.
2. Konsep adalah jenis materi pengertian, definisi, hakekat dan
lain sebagainya.
3. Prinsip adalah jenis materi ajar yang berupa konsep, dalil,
rumus dan lain sebagainya.
4. Prosedur adalah materi yang meliputi tahapan-tahapan dalam
melakukan sesuatu hal.

Ranah psikomotor adalah berdasarkan materi pembelajaran


yang menekankan pana penbentukan perilaku yang bersifat
motorik. Kemudian ranah afektif adalah mencakupi perilaku yang
menekankan pada aspek perilaku berupa perasaan, emosi, sikap,
minat dan lain sebagainya, juga meliputi rasa dan penghayatan.
Dengan begitu, harapannya dalam melakukan identifikasi secara
tepat peserta didik dapat mengaplikasikan materi pembelajaran
dengan menggunakan metode, pendekatan, dan strategi ajar yang
sesuai ketika melaksanakan proses pembelajarannya dalam kelas.

Menentukan jenis materi yang sesuai dengan standart


kompetensi dan kompetensi dasar. Cara yang praktis digunakan
sebagai acuan dalam menentukan materi pembelajaran adalah
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
kompetensi dasar.

F. Penyusunan Kisi-Kisi Soal Tes


1. Penentuan Tujuan Tes
 Tes Penempatan
Tujuan dari tes penempatan yaitu untuk mengetahui apakah peserta didik
telah memiliki keterampilan-keterampilan yang dilakukan untuk mengikuti
suatu program pembelajaran.
 Tes Diagnostik
Tujuan tes diagnostik menurut (Subali, 2012: 138) yaitu untuk mengetahui
masalah-masalah yang diderita atau mengganggu peserta didik, sehingga
peserta didik mengalami kesulitan, hambatan, atau gangguan ketika
mengikuti program pembelajaran dalam suatu bidang studi.
 Tes formatif
Test formatif digunakan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama
proses belajar mengajar berlangsung dan untuk memberikan
penyempurnaan program belajar mengajar, serta untuk mengetahui
kelmahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan sehingga hasil belajar
mengajar menjadi lebih baik.
 Tes sumiatif
Test sumatif bertujuan untuk menentukan hasil yang dicapai peserta didik
dalam program tertentu dalam wujud status keberhasilan peserta didik
pada setiap akhir program pendidikan dan pengajaran.
Dari uraian diatas, bahwa tujuan penilaian pada umumnya merupakan
suatu usaha untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran yang
diprogramkan dalam rangka membimbing pertumbuhan dan
perkembangan siswa secara individual maupun secara kelompok, sehingga
dapat menetapkan kelemahan dan kemampuannya serta untuk mengetahui
bidang-bidang mana yang harus diperbaiki, atau dirubah.
2. Penyusunan Kisi-kisi
a. Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
Menentukan materi adalah langkah awal dan materi yang
bersangkutan harus mengacu pada aspek-aspek kebutuhan kompetensi
yang harus dikuasai atau di pelajari peserta didik. Dalam segi
penyiapan materi ajar, materi dikelompokkan dalam ranah kognitif,
psikomotor, dan afektif.
b. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Materi pembelajaran yang diberikan harus sesuai dengan tingkatan
atau ranah pembelajaran tersebut. Dalam ranah kognitif, materi yang
digunakan berupa fakta, konsep, prinsip, dan rosedur. Dalam ranah
psikomotor, terdiri dari gerakan awal, semi rutin, rutin. Sedangkan
dalam ranah afektif, materi yang digunakan adalah penekanan pada
aspek perilaku, emosi, sikap, minat, dan cara penyesuaian diri
a. Menentukan jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar.
Cara yang paling efektif adalah dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaanyang berkaitan dengan kompetensi dasar yang ada dalam
kerangka kurikulum. Sehingga pendidik dapat menarik kesimpulan
jenis materi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran dalam
kelas.
b. Memilih sumber bahan ajar
Jika pendidik sudah merancang sebuah materi pembelajaran maka
menentukan sumber belajar adalah tahap selanjutnya. Adapu sumber
belajar yang umum dipakai oleh pendidik seperti buku pelajaran,
majalah, jurnal, Koran, internet, media audio visual.
3. Penulisan Soal
Dalam menuliskan butir-butir soal ini sangat penting dalam upaya
pengembangan alat ukur yang baik untuk kemampuan dan tes yang baik.
Penulisan soal ialah pemaparan indikator jenis tes dan perilaku yang ingin
di ukur menjadi beberapa pertanyaan yang sesuai dengan karakteristik nya.
Maka dari itu pertanyaan yang dibuat harus jelas agar kita mendapatkan
jawaban yang kita inginkan dengan jelas. Kualitas dari soal tes juga
menentukan kualitas jawaban yang didapatkan.19
4. Penelaahan Soal
Penelaahan soal tes ini terkait dengan kajian secara teoritik soal tes
yang sudah disusun. Penelaahan ini dilakukan dengan memperhatikan 3
aspek yaitu aspek materi, aspek konstruksi dan aspek bahasa.
a. Aspek Materi
Dalam aspek penelaahan soal dapat dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Butir harus sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya
2. Tiap soal harus ada satu jawaban yang benar atau yang paling
benar.
3. Pilihan jawaban yang disediakan harus homogeny.
b. Aspek Konstruksi
Dalam aspek penelaahan soal dapat dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
2. Pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang dibutuhkan
saja.
3. Pokok dari soal jangan mengarahkan pada jawaban yang benar.
4. Panjang rumusan jawaban harus relatif sama.
5. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan bahwa semua
semua pilihan jawaban diatas benar ataupun semua pilihan jawaban
diatas salah.
6. Pilihan jawaban yang berbentuk waktu atau angka harus diurutkan
berdasarkan besar kecilnya nilai angka.

19
Eko Putro Widoyoko Evaluasi Program Pembelajaraan, (Yogyakarta;Pustaka Pelajar, 2014) Cet.
VI. hlm.4
7. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang ada pada soal
harus jelas dan berfungsi.
8. Butir soal jangan bergantung pada jawaban yang sebelumnya
5. Uji coba soal
Pada dasarnya uji coba soal adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mengetahui kualitas soal yang telah dibuat. Dalam hal ini dapat
dilakuakn dengan analisis kualitas tes dalam bentuk objektif secara
empiris. Analisis empiric. Analisis ini adalh uji coba berdasarkan data
lapangan. Analisi empiric ini mencakup pada analisis kuantitatif dan
analisis kulitatif. Penilaian kuantitaf ini berkaitan dengan tingkat kesulitan,
daya beda, dan keberfungsian alternative pilihan jawaban.sedangkan
analisis kualitatif ini berdasarkan penilaian para ahli.
a. Tingkat Kesukaran
Seperti yang telah diketahui bahwa tingkat kesulitan suatu tes
dapat menentukan kualitas dari soal tersebut. Rentang angka kesulitan
adalah antara 0,00 sampai 1,00. Apabila suatu soal memiliki tingkat
kesulitan 0,00 maka hampir semua siswa tidak dapat menjawab soal
tersebut dengan benar. Sedangkan apabila tingkat kesulitannya berada
pada angka 1,00 maka soal tersebut tergolong mudah dan hampir
semua siswa dapat menjawabnya dengan benar.
b. Daya Beda
Daya beda pada soal adalah indeks untuk mengetahui apakah suatu
soal dapat membedakan siswa yang pandai ataupun yang kurang
pandai. Artinya pada suatu soal yang telah ditentukan bagi suatu
kelompok, belum tentu dapat dijawab oleh kelompok lain. Maka dari
itu kemampuan masing-masing kelompok dapat sangat mempengaruhi.
c. Keberfungsian alternatif jawaban
Dalam beberapa soal tes dengan menggunakan metode pilihan
ganda, umunya memiliki 4 atau 5 pilihan jawaban. Dimana salah satu
dari jawaban itu adalah jawaban yang paling benar (kunci jawaban).
Alternative jawaban yang lain biasa disebut mengecoh untuk kunci
jawaban yang sebenarnya. Suatu alternatif jawaban dapat dikatakan
berhasil apabila semua alternatif jawaban tersebut dipilih oleh siswa.
Namun tetap saja jawaban yang paling benar harus lebih banyak di
pilih oleh siswa. Guna dari alternative jawaban ini adalah untuk
mengecoh setidaknya 5% dari peserta tes untuk memilih jawaban
tersebut.
6. Perakitan soal tes
Agar skor dari hasil uji soal tes dapat diperoleh dengan tepat dan
tentunya dipercaya, perlu adanya penyusunan dalam soal tes. Hal yang
dapat menentukan validitas skor tes tersebut bergantung pada penomoran
pada soal tes. Untuk itu ada baiknya apabila soal tersebut diurutkan
berdasarkan tingkat kesulitannya. Soal yang paling mudah diletakkan di
nomor awal dan diurutkan sampai ke soal yang paling sulit. Tata letak dari
soal juga dapat menentukan siswa dalam memahami konteks soal, dan
juga bahasa yang digunakan juga harus bahasa baik kemudian dikemas
secara menarik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran merupakan langkah-
langkah yang harus diikuti oleh seorang evaluator atau tim evaluator
dalam melakukan kegiatan evaluasi. Tujuannya adalah agar evaluasi
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, sistematis, efisien dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Ada beberapa prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran yang
harus diikuti evaluator meliputi perencanaan evaluasi, monitoring
pelaksanaan evaluasi, pengolahan data dan analisis, pelaporan hasil
evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi.
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan evaluasi
sesuai dengan perencanaan evaluasi. Dalam perencanaan evaluasi telah
di singgung semua hal yang berkaitan dengan evaluasi. Pelaksanaan
evaluasi sengat bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan. Dalam
kaitannya dengan evaluasi, guru merupakan salah satu sosok evaluator
yang sangat bertanggung jawab terhadap kegiatan evaluasi itu sendiri.
Disamping itu, baik buruknya evaluasi ada di tangan evaluator, yaitu
guru yang melaksanakan proses pembelajaran dalam suatu bidang
studi/mata pelajaran.

B. Saran
Sebagai penyusun dari makalah ini, kami menyadari bahwa masih
banyak beberapa kesalahan yang mungkin tidak kami sadari dalam
penulisan makalah ini. Juga dalam materi yang telah kami tuliskan
mungkin ada beberapa yang tidak sesuai dengan beberapa kebenaran yang
ada. Maka dari itu kami sebagai penulis sangat mengahapkan koreksi dan
saran atas makalah yang telah kami tulis.
DAFTAR PUSTAKA

Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Majid, Abdul. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2008. kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : kencana prenada


media group.

Suryosubroto.1998. Tata Laksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai