Disusun Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ............................................................................................. 29
B. Saran ....................................................................................................... 29
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan evaluasi adalah kegiatan yang dasar dalam sebuah pembelajaran
untuk mengetahui sebuah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan
pembelajaran. Didalam dunia pendidikan evaluasi biasanya hanya diartikan
sebagai penilaian terhadap suatu tugas ataupun pekerjaan. Ketika sudah
melakukan penilaian maka tidak perlu melakukan evaluasi. Pemahaman yang
diatas bukanlah pemahaman yang tepat. Dalam pelaksanaan penilaian yang
dilihat hanyalah proses pencapaian dalam tujuan pembelajaran saja. Padahal
tidak hanya hal tersebut yang perlu kita nilai. Ada banyak factor lain yang
dapat mendungkung berhasilnya suatu pembelajaran.1
Pada kenyataannya Hamid Hasan mengemukakan bahwa orang tua lebih
ingin mengetahui hasil dari perolehan anaknya dari pada cara anaknya
mendapatkan hasil tersebut. Sekolah dengan kualifiakasi tinggi dinilai lebih
mampu memberikan hasil belajar yang baik untuk para siswa dari pada
memperhatikan kemampuan sekolah tersebut.2
Maka dari itu penting bagi kita mengetahui apa saja yang perlu dinilai
dalam sebuah evaluasi. Agar kita tahu apasaja yang diperlukan dalam
komponen-komponen evaluasi. Dimulai dari Prosedur pengembangan
evaluasi, Sk, kd, Indikator dan penyusunan kisi-kisi soal tes.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas dapat diambil beberapa permasalahan,
diantaranya adalah :
1. Apa saja prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran
kurikulum 2013 ?
1
Ashiong P. Munthe, Pentingya Evaluasi Program Di Institusi Pendidikan: Sebuah Pengantar,
Pengertian, Tujuan dan Manfaat (Tanggerang, jurnal Scholaria, Vol. 5, No. 2, Mei 2015: 1 - 14)
hlm. 1, http://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/download/13/12 diakses pada tanggal 26
September 2020
2
S. Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum (Bandung, Rosda Karya;2012) Cet. Ke-2. hlm.182
2. Apa pengertian Sk, Kd, dan Indikator ?
3. Bagaimana langkah penyusunan Kd dan Indikator ?
4. Bagaimana perumusan Kd dan Indikator ?
5. Bagaimana penyusunan materi pokok/materi pembelajaran ?
6. Apa saja langkah-langkah penyusunan kisi-kisi soal tes ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prosedur pengembangan evaluasi
pembelajaran kurikulum 2013.
2. Untuk mengetahui pengertian Sk, Kd dan Indikator.
3. Untuk mengetahui langkah penyusunan Kd dan Indikator
4. Untuk mengetahui perumusan Kd dan Indikator.
5. Untuk mengetahui penyusunan materi pokok/materi pembelajaran
6. Untuk mengetahui langkah-langkah penyusunan kisi-kisi soal tes.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Penafsiran kelompok
Yaitu penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi yang
meliputi prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok
terhadap pendidik dan materi yang diberikan, dan distribusi nilai
kelompok. Tujuannya adalah sebagai persiapan untuk melakukan
penafsiran kelompok, untuk mengetahui sifat-sifat tertentu pada
suatu kelompok dan untuk menggandakan perbandingan antar
kelompok.
2. Penafsiran individual
Yaitu penafsiran yang hanya dilakukan secara perseorangan
diantaranya bimbingan dan penyluhan atau situasi klinis lainnya.
Tujuannya adalah untuk melihat tingkat kesiapan peserta didik
(readiness), pertumbuhan fisik, kemajuan belajar dan kesulitan-
kesulitan yang dihadapinya.
Dengan penafsiran ini dapat diputuskan bahwa peserta didik
mencapai taraf kesiapan yang memadai atau tidak, ada kemajuan
yang berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak.
5. Pelaporan Hasil Evaluasi
Semua hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan, seperti orang tua/wali, atasan, pemerintah, dan peserta
didik itu sendiri sebagai akuntabilitas publik. Hal ini dimaksudkan agar
proses dan hasil yang dicapai peserta didik termasuk
perkembangannya dapat diketahui oleh berbagai pihak, sehingga orang
tua/wali (misalnya) dapat menentukan sikap yang objektif dan
mengambil langkah-langkah yang pasti sebagai tindak lanjut dari
laporan tersebut. Sebaliknya, jika hasil evaluasi itu tidak dilaporkan,
orang tua peserta didik tidak dapat mengetahui kemajuan belajar yang
dicapai anaknya, karena itu pula mungkin orang tua peserta didik tidak
mempunyai sikap dan rencana yang pasti terhadap anaknya, baik
dalam rangka pemilihan minat dan bakat, bimbingan maupun untuk
melanjutkan studi yang lebih tinggi.3
Hasil evaluasi juga perlu dilaporkan kepada pemerintah, dalam hal
ini Kementerian Agama di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Tujuannya adalah untuk melihat kemajuan-kemajuan peserta didik,
baik secara kelompok maupun individual, yang pada gilirannya akan
memberikan penilaian tersendiri pada madrasah yang bersangkutan.
Misalnya, dalam satu laporan dikatakan bahwa peserta didik kelas VI
di madrasah “X” lulus 99%, maka sekolah tersebut dianggap
masyarakat baik atau sekolah favorit. Sebaliknya, jika peserta didik
madrasah tersebut lulus 70%, maka dianggap madrasah tersebut tidak
bermutu. Semakin tinggi persentase kelulusan, maka makin tinggi pula
penilaian yang diberikan oleh masyarakat terhadap madrasah tersebut,
sekalipun persentase kelulusan tidak menjamin berkualitasnya suatu
madrasah. Laporan juga penting bagi peserta didik itu sendiri agar
mereka mengetahui tingkat kemampuan yang dimilikinya dan dapat
menentukan sikap serta tindakan yang harus dilakukan selanjutnya.
Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan sarana
komunikasi antara madrasah, peserta didik, dan orang tua dalam upaya
mengembangkan dan menjaga hubungan kerja sama yang baik diantara
mereka. Untuk itu, Anda harus memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
a. Konsisten dengan pelaksanaan penilaian di madrasah.
3
Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 31
b. Memuat rincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang
bermanfaat bagi pengembangan peserta didik.
c. Menjamin orang tua akan informasi permasalahan peserta didik
dalam belajar.
d. Mengandung berbagai cara dan strategi komunikasi.
e. Memberikan informasi yang benar, jelas, komprehensif, dan
akurat.
Untuk sekedar gambaran, isi laporan hendaknya memuat hal-hal
seperti: profil belajar peserta didik di sekolah (akademik, fisik, sosial
dan emosional), peran serta peserta didik dalam kegiatan di sekolah
(aktif, cukup, kurang atau tidak aktif), kemajuan hasil belajar peserta
didik selama kurun waktu belajar tertentu (meningkat, biasa-biasa saja
atau menurun), himbauan terhadap orang tua. Isi laporan tersebut
hendaknya mudah dipahami orang tua. Untuk itu, Anda harus
menggunakan bahasa yang komunikatif, menitikberatkan pada proses
dan hasil yang telah dicapai peserta didik, memberikan perhatian
terhadap pengembangan dan pembelajaran peserta didik, dan
memberikan hasil penilaian yang tepat dan akurat.
4
Wina sanjaya, kurikulum dan pembelajaran, hlm. 171
setiap mata pelajaran dilaporkan dalam bentuk angka. Bagi peserta
didik dan orang tua, angka ini kurang memberi informasi tentang
kompetensi dasar dan pengetahuan apa yang telah dimiliki peserta
didik, sehingga sulit menentukan jenis bantuan apa yang harus
diberikan kepada peserta didik agar mereka menguasai kompetensi
dasar yang telah ditetapkan. Laporan prestasi belajar hendaknya
menyajikan prestasi belajar peserta didik dalam menguasai
kompetensi mata pelajaran tertentu dan tingkat penguasaannya.
Sebaliknya, orang tua dapat membaca catatan guru tentang
pencapaian kompetensi tertentu sebagai masukan kepada peserta
didik dan orang tua untuk membantu meningkatkan kinerjanya.
2. Laporan Pencapaian
Laporan pencapaian merupakan laporan yang menggambarkan
kualitas pribadi peserta didik sebagai internalisasi dan kristalisasi
setelah peserta didik belajar melalui berbagai kegiatan, baik intra,
ekstra maupun ko kurikuler pada kurun waktu tertentu. Dalam
kurikulum berbasis kompetensi, hasil belajar peserta didik
dibandingkan antara kemampuan sebelum dan sesudah kegiatan
pembelajaran berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Tingkat pencapaian hasil belajar yang ditetapkan dalam
kurikulum dibagi menjadi delapan tingkatan (level) yang dirinci ke
dalam rumusan kemampuan dari yang paling dasar secara bertahap
gradasinya mencapai tingkat yang paling tinggi. Delapan tingkatan
hasil belajar tidak sama dengan tingkat kelas dalam satuan
pendidikan. Tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik tidak
selalu sama dengan peserta didik yang lain untuk setiap mata
pelajaran.
6. Penggunaan Hasil Evaluasi
Tahap akhir dari prosedur evaluasi adalah penggunaan hasil
evaluasi. Salah satu penggunaan hasil evaluasi adalah laporan. Laporan
dimaksudkan untukmemberikan feedback kepada semua pihak yang
terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pihak-pihak yang dimaksud antara lain : peserta didik, guru,
kepala madrasah, orang tua, penilik, dan pemakai lulusan. Sedangkan
penggunaan hasil evaluasi, Remmer mengatakan “we discuss here the
use of test results to help students understand them selves better,
explain pupil growth and development to parents and assist the
teacher in planning instruction”. Dengan demikian, Anda dapat
menggunakan hasil evaluasi untuk membantu pemahaman peserta
didik menjadi lebih baik, menjelaskan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik kepada orang tua, dan membantu guru
dalam menyusun perencanaan pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, Julian C.Stanley dalam Dimyati
dan Mudjiono mengemukakan “just what is to be done, of course,
depends on the purpose of the program”.5 Dengan demikian, apa yang
harus dilakukan terhadap hasil-hasil evaluasi yang kita peroleh
bergantung kepada tujuan program evaluasi itu sendiri yang tentunya
sudah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka
dapat dikemukakan beberapa jenis penggunaan hasil evaluasi sebagai
berikut:
a. Untuk keperluan laporan pertanggungjawaban
Asumsinya adalah banyak pihak yang berkepentingan dengan
hasil evaluasi. Misalnya, orang tua perlu mengetahui kemajuan
atau perkembangan hasil belajar anaknya, sehingga dapat
menentukan langkah-langkah berikutnya. Oleh sebab itu, Anda
harus membuat laporan ke berbagai pihak sebagai bentuk
akuntabilitas publik, sebagaimana telah penulis kemukakan pada
uraian sebelumnya.
b. Untuk keperluan seleksi
5
Hamzah B. Uno. 2010, Perencanaan Pembelajaran.( Jakarta: Bumi Aksara). 37
Asumsinya adalah setiap awal dan akhir tahun ada peserta didik
yang mau masuk madrasah dan ada peserta didik yang mau
menamatkan madrasah pada jenjang pendidikan tertentu. Hasil
evaluasi dapat digunakan untuk menyeleksi, baik ketika peserta
didik mau masuk madrasah/jenjang atau jenis pendidikan tertentu,
selama mengikuti program pendidikan, pada saat mau
menyelesaikan jenjang pendidikan, maupun ketika masuk dunia
kerja. Ketika peserta didik mengikuti program pendidikan,
terkadang dari pihak madrasah dan komite madrasah membuat
kelas-kelas unggulan. Untuk itu diperlukan seleksi melalui
tindakan evaluasi.
c. Untuk keperluan promosi
Asumsinya adalah pada akhir tahun pelajaran, ada peserta didik
yang naik kelas atau lulus. Bagi peserta didik yang lulus dari
jenjang pendidikan tertentu akan diberikan ijazah atau sertifikat,
sebagai bukti fisik kelulusan. Begitu juga jika peserta didik
memperoleh prestasi belajar yang baik, maka merekaakan naik ke
kelas berikutnya. Kegiatan ini semua merupakan salah satu bentuk
promosi. Dengan demikian, promosi itu diberikan setelah
dilakukan kegiatan evaluasi. Jika promosi itu untuk kenaikan kelas,
maka kriteria yang digunakan adalah kriteria kenaikan kelas, yaitu
aspek ketercapaian kompetensi dasar mata pelajaran yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Peserta didik yang dinyatakan naik
kelas adalah peserta didik yang sudah menguasai kompetensi pada
kelas tertentu dan diprediksi mampu mengikuti program
pendidikan pada kelas berikutnya.
d. Untuk keperluan diagnosis
Asumsinya adalah hasil evaluasi menunjukkan ada peserta
didik yang kurang mampu menguasai kompetensi sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Atas dasar asumsi ini, maka Anda
perlu melakukan diagnosis terhadap peserta didik yang dianggap
kurang mampu tersebut. Anda harus mencari faktor-faktor
penyebab bagi peserta didik yang kurang mampu dalam menguasai
kompetensi tertentu, sehingga dapat diberikan bimbingan atau
pembelajaran remedial. Bagi peserta didik yang mampu menguasai
kompetensi lebih cepat dari peserta didik yang lain, mereka juga
berhak mendapatkan pelayanan tindak lanjut untuk
mengoptimalkan laju perkembangan mereka. Madrasah diharapkan
menyediakan alternatif program bagi mereka berupa kegiatan yang
dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilannya di suatu
bidang tertentu ataupun suatu sistem percepatan belajar, sehingga
memungkinkan mereka dapat menyelesaikan/tamat madrasah lebih
cepat. Untuk menetapkan kebijakan suatu jenis perlakuan kepada
peserta didik dan teknik pelaksanaannya perlu melibatkan peran
serta masyarakat melalui komite madrasah.
e. Untuk memprediksi masa depan peserta didik
Hasil evaluasi perlu dianalisis oleh setiap guru mata pelajaran.
Tujuannya untuk mengetahui sikap, bakat, minat dan aspek-aspek
kepribadian lainnya dari peserta didik, serta dalam hal apa peserta
didik dianggap paling menonjol sesuai dengan indikator
keunggulan. Apapun dan bagaimanapun bentuk hasilbelajar peserta
didik, Anda harus menyampaikannya kepada guru bimbingan dan
penyuluhan (BP) agar hasil belajar tersebut dapat dianalisis dan
dijadikan dasar untuk pengembangan peserta didik dalam memilih
jenjang pendidikan, profesi atau karir di masa yang akan datang.
6
Wina sanjaya, kurikulum dan pembelajaran (Jakarta : kencana prenada media group, 2008), hlm.
170
7
Abdul majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 42
8
Ibid., , hlm. 171
dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi.
Menurut Depag, indikator adalah wujud dari kompetensi dasar yang
lebih spesifik. Sedangkan menurut E Mulyasa indikator merupakan
penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda
perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik.
Indikator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan
pendidikan potensi daerah dan peserta didik dan juga dirumuskan dalam
rapat kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi sehingga dapat
digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat penilaian.
Sedangkan menurut Darwin Syah, indikator pembelajaran adalah
karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respon yang dilakuakan
oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kompetensi
dasar tertentu.9
Jadi indikator adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifisik
yang dapat dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan
juga dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu
pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu.
9
Wina sanjaya, kurikulum dan pembelajaran, hlm. 171
b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran.
c. Pada dasarnya rumusan kompetensi dasar itu ada yang operasional
maupun yang tidak operasional karena setiap kata kerja tindakan yang
berada pada kelompok pemahaman dan juga pengetahuan yang tidak
bisa digunakan untuk rumusan kompetensi dasar. Sehinggah langkah-
langkah untuk menyusun kompetensi dasar adalah sebagai berikut:
1. Menjabarkan Kompetensi yang dimaksud, dengan bertanya:
“kemampuan apa saja yang harus dimiliki siswa agar standar
kompetensi dapat dicapai?” jawaban dari pertanyaan tersebut
kemudian didaftar baik yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
2. Tulislah rumusan Kompetensi Dasarnya.
2. Langkah Penyusunan Indikator
Sebelum melakukan penyusunan indicator, maka harus diperhatikan
terlebih dahulu komponen-komponen sebagai berikut:
a. Indikator merupakan penjabaran dari KD yang menunjukkan tanda-
tanda, perbuatan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh
peserta didik.
b. Rumusan indikator menggunakan kerja operasional yang terukur atau
dapat diobservasi.
c. Indikator digunakan sebagai bahan dasar untuk menyusun alat
penilaian.10
Kata-kata Operasional yang Dijabarkan Dalam Membuat Indikator:
1. Kognitif Meliputi:
a. Knowledge (pengetahuan) yaitu, menyebutkan, menuliskan,
menyatakan, mengurutkan, mengidentifikasi, mendefinisikan,
mencocokkan, memberi nama, memberi leber, dan melukiskan.
b. Comprehension (pemahaman) yaitu, menerjemahkan, mengubah,
menggeneralisasikan, menguraikan, menuliskan kembali,
10
Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 31
merangkum, membedakan, mempertahankan, menyimpulkan,
mengemukakan pendapat, dan menjelaskan.
c. Application (penerapan) yaitu, mengoperasikan, menghasilkan,
mengatasi, mengubah, menggunakan, menunjukkan,
mempersiapkan, dan menghitung. Analysist (analisis) yaitu,
menguraikan, membagi-bagi, memilih dan membedakan.
d. Syntnesis (sintesisi) yaitu, merancang, merumuskan,
mengorganisasikan, menerapkan, memadukan, dan merencanakan.
e. Evaluation (evaluasi) yaitu, mengkritisi, menafsirkan dan
memberikan evaluasi.
2. Afektif meliputi:
a. Receiving (penerimaan) yaitu mempercayai, memilih, mengikuti,
bertanya, dan mengalokasikan.
b. Responding (menanggapi) yaitu, konfirmasi, menjawab, membaca,
membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.
c. Valuing (penanaman nilai) yaitu, menginisiasi, mengundang,
melibatkan, mengusulkan, dan melakukan.
d. Organization (pengorganisasian) yaitu, menverivikasi, menyusun,
menyatukan, menghubungkan dan mempengaruhi.
e. Characterization (karakterisasi) yaitu menggunakan nilai-nilai
sebagai pandangan hidup, mempertahankan nilai-nilai yang sudah
diyakini.
11
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), hal 143.
12
Akhmad Supriyanto dan Eka Nurwulan Asriani, Cara Mudah Merumuskan Indikator
Pembelajaran (Kabupaten Serang: Pustaka Bina Putera, 2019), hal 1-3.
13
Ibid.
yang harus dikuasai peserta didik dalam pembelajarannya sebagai bahan
rujukan penyusunan indicator kompetensi dalam suatu pelajaran14.
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kompetensi adalah perlaku yang dapat
dijadikan sebagai acuan penilaian mata pelajaran sebagai hal untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu. Apabila dalam
Kompetensi Dasar terdapat dua atau tiga amanat maka indicator
minimal untuk Kompetensi Dasar tersebur adalah dua atau tiga buah.
Namun jika salah satu amanat yang terdapat dalam Kompetensi Dasar
itu tidak bisa dicapai dalam satu langkah, maka perlu dirumuskan
indicator perantara atau indikator penunjang. Tidak menutup
kemungkinan juga perlunya dinikator perluasan sebagai bahan
pengayaan bagi peserta didik terutama untuk Sekolah Berstandart
Internasional (SBI) karena menurut BNSP sekolah SBI tingkat
ketuntasannya diharuskan diatas 100% Standart Nasional Pendidikan
(SNP)15.
Dalam merumuskan indicator pembelajaran berikut langkah-
langkah yang harus ditempuh :
1. Menganalisis Standart Kompetensi. Jika standart kompetensi
belum mampu mengakomodir amanat maka seorang guru harus
membenahinya sehingga standart kompetensi dapat diakomodir.
2. Menganalisis Kompetensi Dasar. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikanketika menganalisis Kompetensi Dasar. Yaitu: kata
kerja operasi (KKO), ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis atau evaluatif16.
3. Menganalisis Materi Pembelajaran. Dalam hal ini, materi yang
diberikan harus berkaitan dengan keseharian peserta didik,
14
Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, (Semarang:CV Toha Putra, 2008).
15
Dikutip dalam Mulyasa,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007).
16
Purwanto, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009).
memiliki titik singgung dengan visi misi sekolah, dan perluasan
pengembangan materi.
4. Merumuskan indicator dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang baik, benar, simple, dan mudah difahami
5. Tujuan pembelajaran. Berisi tentang penguasaan kompetensi yang
ditargetkan atau di capai dalam rencana pembelajaran.
6. Materi ajar. Yang memuat fakta, konsep, prinsip, prosedur yang
relevan, dan ditulis yang sesuai dengan rumusan indicator
pencapaian kompetensi.
7. Alokasi waktu. Diperlukan dengan keperluan sebagai pencapaian
kompetensi dasar
8. Metode pembelajaran. Digunakan untuk menciptakan atau
mewujudkan susasana pembelajaran yang sesuai dengan disituasi,
kondisi, karasteristik setiap indicator, kompetensi yang hendak
dituju.
9. Kegiatan pembelajaran. Yang berisi pendahuluan/pembukaan, inti,
penutup.
10. Penilaian hasil belajar. Dalam aspek penilaian indicator yang
ditetapkan sangat berpengaruh dalam hal sebagai alat ujur untuk
keberhasilan peserta didik.
17
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2006).
materi pembelajaran menyangkut jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan
terhadap materi pembelajaran tersebut.
Secara umum materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari siswa. Secara
khusus jenis-jenis materi pembelajran terdiri dari fakta, konsep, prinsip,
prosedur, dan sikap atau nilai. Materi pembelajaran harus diajarkan kepada
peserta didik sebagai sarana pencapaian standart kompetisi dan kompetisi
dasar yang akan dinilai dengan instrumen penilaian yang disusun
berdasarkan indikator pencapaian hasil dari pembelajaran.
2. Prinsip-prinsip penyusunan materi pembelajaran
Seseorang harus memperhatikan dalam penyusunan materi
pembelajaran termasuk prinsip-prinsip dalam penyusunan materi
pembelajaran, seperti prinip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip
relevansi adalah berkaitan atau keterkaitan. Materi pembelajaran haruslah
berkaitan dengan tujuan standart kompetisi dan kompetisi dasar. Prinsip
konsistensi artinya keajegan. Misal jika standart kompetensi yang harus di
kuasai peserta didik itu ada tiga, maka materi yang di berikan kepada
peserta didik juga harus tiga macam. Prinsip kecukupan artinya materi
materi yang diberikan haruslah memadai dalam membantu peserta didik
mencapai tujuan kompetesi dasar yang di inginkan.
3. Langkah-langkah mengurutkan materi pembelajaran
Jika antara materi satu dengan yang lain saling berkaitan atau
mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat, seseorang harus
menentukan urutan untuk mengajar atau mempelajarinya, agar peserta
didik tidak kesulitan dalam mempelajarinya.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkupnya dapat
diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu
a. Pendekatan prosedural
Urutan materi yang prosedural menggambarkan langkah-langkah
secara urut sesuai dengan langkah-langkah mengerjakan suatu tugas.
b. Pendekatan hierarkis
Urutan materi yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari
atas ke bawah. Dengan syarat materi sebelumnya harus dipelajari
dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi selanjutnya.
4. Penentuan sumber materi pembelajaran
Berikut adalah beberapa sumber untuk mendapatkan materi
pembelajaran dari setiap standart kompetensi dan kompetensi dasar:
a. Buku teks
b. Laporan hasil penelitian
c. Majalah ilmiah
d. Jurnal ilmiah
e. Buku kurikulum
f. Pakar bidang studi
g. Internet
h. Penerbitan berkala
i. Media audio visual (tv, video, vcd, kaset audio)
j. Lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, dan
ekonomi)
5. Langkah-langkah penyusunan materi pembelajaran
a. Identifikasi standart kompetensi dan kompetensi dasar
Tahap pertama yaitu menentukan materi pembelajaran yang
mengacu pada aspek-aspek kebutuhan kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik, juga perlu dijadikan acuan karena
setiap standart kompetensi dan kompetensi dasar memiliki materi
ajar yang berbeda baik dari segi materi maupun penggunaan
metode atau model pembelajaran yang berbeda pada setiap kelas.
Standart kompetensi atau kompetisi dasar harus mencakup dari
ranah kognitif, psikomotor, dan afektif18. Ranah kognitif adalah
kompetensi terdiri dari aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan penilaian. Ranah psikomotorik atau
18
Syaiful Bahri Djamarah dan AswanZain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rasail Cipta,
2002).
psikomotor adalah ranah yang mencakup kegiatan, atau aktivitas,
gerak awal, semurutin, dan rutin. Dan ranah afektif adalah ranah
yang mencakupi konsep pemberian respon, apresiasi, penilaian,
internalisasi, dan hubungan interpersonal.
b. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran dilakukan dengan
tingkatan aktivitas atau ranah pembelajaran tersebut. Jenis materi
yang digunakan pada ranah kognitif adalah berupa fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur.
1. Fakta adalah jenis materi yang menggambarkan nama-nama
mobjek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah,
informasi tertentu dan lain sebagainya yang bersifat nyata dan
informatif.
2. Konsep adalah jenis materi pengertian, definisi, hakekat dan
lain sebagainya.
3. Prinsip adalah jenis materi ajar yang berupa konsep, dalil,
rumus dan lain sebagainya.
4. Prosedur adalah materi yang meliputi tahapan-tahapan dalam
melakukan sesuatu hal.
19
Eko Putro Widoyoko Evaluasi Program Pembelajaraan, (Yogyakarta;Pustaka Pelajar, 2014) Cet.
VI. hlm.4
7. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang ada pada soal
harus jelas dan berfungsi.
8. Butir soal jangan bergantung pada jawaban yang sebelumnya
5. Uji coba soal
Pada dasarnya uji coba soal adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mengetahui kualitas soal yang telah dibuat. Dalam hal ini dapat
dilakuakn dengan analisis kualitas tes dalam bentuk objektif secara
empiris. Analisis empiric. Analisis ini adalh uji coba berdasarkan data
lapangan. Analisi empiric ini mencakup pada analisis kuantitatif dan
analisis kulitatif. Penilaian kuantitaf ini berkaitan dengan tingkat kesulitan,
daya beda, dan keberfungsian alternative pilihan jawaban.sedangkan
analisis kualitatif ini berdasarkan penilaian para ahli.
a. Tingkat Kesukaran
Seperti yang telah diketahui bahwa tingkat kesulitan suatu tes
dapat menentukan kualitas dari soal tersebut. Rentang angka kesulitan
adalah antara 0,00 sampai 1,00. Apabila suatu soal memiliki tingkat
kesulitan 0,00 maka hampir semua siswa tidak dapat menjawab soal
tersebut dengan benar. Sedangkan apabila tingkat kesulitannya berada
pada angka 1,00 maka soal tersebut tergolong mudah dan hampir
semua siswa dapat menjawabnya dengan benar.
b. Daya Beda
Daya beda pada soal adalah indeks untuk mengetahui apakah suatu
soal dapat membedakan siswa yang pandai ataupun yang kurang
pandai. Artinya pada suatu soal yang telah ditentukan bagi suatu
kelompok, belum tentu dapat dijawab oleh kelompok lain. Maka dari
itu kemampuan masing-masing kelompok dapat sangat mempengaruhi.
c. Keberfungsian alternatif jawaban
Dalam beberapa soal tes dengan menggunakan metode pilihan
ganda, umunya memiliki 4 atau 5 pilihan jawaban. Dimana salah satu
dari jawaban itu adalah jawaban yang paling benar (kunci jawaban).
Alternative jawaban yang lain biasa disebut mengecoh untuk kunci
jawaban yang sebenarnya. Suatu alternatif jawaban dapat dikatakan
berhasil apabila semua alternatif jawaban tersebut dipilih oleh siswa.
Namun tetap saja jawaban yang paling benar harus lebih banyak di
pilih oleh siswa. Guna dari alternative jawaban ini adalah untuk
mengecoh setidaknya 5% dari peserta tes untuk memilih jawaban
tersebut.
6. Perakitan soal tes
Agar skor dari hasil uji soal tes dapat diperoleh dengan tepat dan
tentunya dipercaya, perlu adanya penyusunan dalam soal tes. Hal yang
dapat menentukan validitas skor tes tersebut bergantung pada penomoran
pada soal tes. Untuk itu ada baiknya apabila soal tersebut diurutkan
berdasarkan tingkat kesulitannya. Soal yang paling mudah diletakkan di
nomor awal dan diurutkan sampai ke soal yang paling sulit. Tata letak dari
soal juga dapat menentukan siswa dalam memahami konteks soal, dan
juga bahasa yang digunakan juga harus bahasa baik kemudian dikemas
secara menarik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran merupakan langkah-
langkah yang harus diikuti oleh seorang evaluator atau tim evaluator
dalam melakukan kegiatan evaluasi. Tujuannya adalah agar evaluasi
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, sistematis, efisien dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Ada beberapa prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran yang
harus diikuti evaluator meliputi perencanaan evaluasi, monitoring
pelaksanaan evaluasi, pengolahan data dan analisis, pelaporan hasil
evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi.
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan evaluasi
sesuai dengan perencanaan evaluasi. Dalam perencanaan evaluasi telah
di singgung semua hal yang berkaitan dengan evaluasi. Pelaksanaan
evaluasi sengat bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan. Dalam
kaitannya dengan evaluasi, guru merupakan salah satu sosok evaluator
yang sangat bertanggung jawab terhadap kegiatan evaluasi itu sendiri.
Disamping itu, baik buruknya evaluasi ada di tangan evaluator, yaitu
guru yang melaksanakan proses pembelajaran dalam suatu bidang
studi/mata pelajaran.
B. Saran
Sebagai penyusun dari makalah ini, kami menyadari bahwa masih
banyak beberapa kesalahan yang mungkin tidak kami sadari dalam
penulisan makalah ini. Juga dalam materi yang telah kami tuliskan
mungkin ada beberapa yang tidak sesuai dengan beberapa kebenaran yang
ada. Maka dari itu kami sebagai penulis sangat mengahapkan koreksi dan
saran atas makalah yang telah kami tulis.
DAFTAR PUSTAKA