Anda di halaman 1dari 14

Latar Belakang

Di era globalisasi seperti sekarang ini, ragam penelitian dalam dunia pendidikan kian hari
semakin dikembangkan. Banyak hal- hal baru yang perlu diteliti dan dikaji lebih lanjut. Keanekaragaman
budaya, perkembangan informasi dan teknologi turut andil besar dalam kemajuan zaman seperti sekarang
ini. Dahulu manusia tidak mengenal telepon genggam atau internet. Seiring berjalannya waktu, dengan
adanya riset dan penelitian oleh para ahli teknologi, lahirlah telepon genggam, internet, laptop, tablet, dan
perangkat canggih lainnya. Semua hal ini tak lepas dari yang namanya penelitian.
Seperti yang diketahui ragam penelitian ada banyak sekali dan dapat ditinjau dari beberapa aspek,
namun dalam kajian ini dideskripsikan tentang konsep dasar penelitian kualitatif. Ketika penelitian
kualitatif sedang diperkenalkan kira-kira tahun 1990, pandangan mata peneliti khususnya peneliti muda
memincing ke arah itu. Penelitian kualitatif relatif lebih baru atau muda dibandingkan dengan penelitian
kuantitatif. Tentunya kedua penelitian ini juga memiliki kelemahan, keuntungan ataupun kerugian.
(Arikunto, 2006: 11).
        Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah, sistematis terhadap bagian- bagian dan
fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan dan
mengunakan model-model matematis, teori-teori dan atau hipotesis yang berkaitan dengan
fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian sentral dalam penelitian ini karena hal ini
emberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari
hubungan-hubungan kuantitatif. Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset
yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif
subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian ini. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu
agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga
dimanfaatkan sebagai gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan
penelitian.
Peneliti membangun sebuah gambaran yang kompleks dan menyeluruh (holistik). Peneliti juga
menganalisis kata-kata dan melaporkan pandangan atau opini para informan. Keseluruhan studi
berlangsung dalam latar situasi yang alamiah / wajar (natural setting). Hal ini dimungkinkan karen
penelitian kualitatif adalah sebuah proses inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan
kemanusiaan dengan tradisi metodologi yang berbeda. (Wiria Atmadja, 2008: 8)
Lebih jauh Creswell (1994: 146) menyatakan: Characteristics of a qualitative research problem
are: (a) the concept is immature due to a conspicuous lack of theory and previous research; (b) a notion
that the available theory may be inaccurate, inappropriate, incorrect, or biased; (c) a need exists to
explore and describe the phenomena and to develop theory; or (d) the nature of phenomenon may not be
suited to quantitative measure.
Pernyataan tersebut menginformasikan empat karakteristik masalah dalam penelitian kualitatif,
yaitu: 1) Konsep belum menunjukkan kemantapan sehubungan dengan teori dan penelitian sebelumnya,
2) Patut diduga bahwa teori yang dikemukakan mungkin tidak akurat, tidak sesuai, salah, atau mengalami
bias, 3) Adanya tuntutan untuk menyelidiki dan menguraikan gejala dalam rangka mengembangkan teori
yang sudah ada. (4) Sifat alami peristiwa tidak cocok jika diukur secara kuantitatif.
Hal-hal di atas menunjukkan betapa tidak sederhananya pola kerja penelitian kualitatif.
Kerumitan akan semakin dirasakan peneliti ketika sampai pada tahap menganalisis data. Diperlukan
pemahaman yang menyeluruh dan mendetil langkah-langkah penelitian. Di samping itu, peneliti harus
memiliki penguasaan prosedur, teknik, dan langkah-langkah penelitian. Termasuk dalam hal ini adalah
analisis data.
Tulisan ini secara khusus membahas konsep dasar penelitian kualitatif, yang mengkaji mulai dari
pengertian, prosedur dan tahapan, corak, dimensi-dimensi, tujuan, tahapan, dan data penelitian kualitatif.
Kajian ini cukup penting dikemukakan sebagai landasan awal bagi para peneliti yang akan melakukan
penelitian atau menyusun karya tulis ilmiah khususnya disertasi dalam bentuk penelitian kualitatif.

1.2     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian penelitian kualitatif ?
2.      Apasajakah desain dari penelitian kualitatif ?
3.      Bagaimana cara teknik pengumpulan data dari penelitian kualitatif ?
4.      Bagaimana teknik analisis data dari penelitian kualitatif ?
5.      Apasajakah instrumen penelitian kualitatif ?
6.      Bagaimana corak penelitian kualitatif ?

1.3   Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian penelitian kualitatif
2.      Untuk menegtahui desain - desain penelitian kualitatif
3.      Untuk mengetahui cara teknik pengumpulan data dari penelitian kualitatif
4.      Untuk mengetahui teknik analisis data dari peenlitian kualitatif
5.      Untuk mengetahui instrumen penelitian kualitatif
6.      Untuk mengetahui corak penelitian kualitatif

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penelitian Kualitatif


            Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami
makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial
atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik
dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke
tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki
struktur atau kerangka yang fleksibel (Creswell, 2010 : 5).
Kemudian Moleong (2014) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
(contohnya perilaku, persepsi, dan lain sebagainya) secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alami dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Metode penelitian kualitatif sering disebut juga metode penelitian naturalistik, karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting). Di dalam penelitian ini, peneliti
berfungsi sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (teknik
gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada
makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif bersifat induktif, artinya peneliti membiarkan
masalah-masalah muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun
dengan cara pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konsteks yang mendetail
disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam beserta hasil analisis dokumen lain.
Penelitian kualitatif merupakan salah satu metode penelitian yang bertujuan mendapatkan
pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif. Penelitian kualitatif berupaya
mengkaji makna yang ada dari suatu fenomena yang terjadi.

2.2 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai
cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, misalnya; di
lingkungan tertentu dengan berbagai responden, seminar, diskusi, dll. Bila dilihat dari sumber
datanya, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer (sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data) dan sumber sekunder (sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya; lewat orang lain atau lewat dokumen). Bila
dilihat dari cara atau teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi dan gabungan keempatnya. 
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah,
sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta dan
wawancara mendalam (Sugiono,2008:309).
Berikut ini akan diuraikan beberapa teknik pengumpulan data; yaitu:
1.      Pengumpulan Data dengan Observasi
a.      Macam-Macam Observasi
Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiono (2009:310) mengklasifikasikan observasi menjadi
observasi berpartisipasi, observasi yang secara terang-terangan, dan observasi tak berstruktur.
Selanjutnya Spradley (Susan Stainback dalam Sugiono,2009:310) membagi observasi
berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active
participation, dan complete participation.
       Berikut ini akan dijelaskan macam-macam observasi tersebut, yaitu;
1.      Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan
oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku yang tampak. Bagian dari observasi ini meliputi;
a.       Partisipasi pasif ialah peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati tetapi tidak ikut
terlibat dalam kegiatan tersebut,
b.      Partisipasi moderat ialah peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam
beberapa kegiatan tetapi tidak semuanya (ada keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam
dan menjadi orang luar)
c.       Partisipasi aktif ialah peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber tetapi
belum sepenuhnya lengkap,
d.      Partisipasi lengkap ialah peneliti sudah terlibat sepenuhnya trhadap apa yang dilakukan sumber
data. Dengan kata lain, pada observasi ini memerlukan suasana yang natural sehingga peneliti
tidak terlihat melakukan penelitian. Observcasi ini memerlukan keterlibatan peneliti tertinggi
terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.

2.      Observasi secara terang-terangan atau tersamar


Pada saat melakukan pengumpulan data, peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data
bahwa ia sedang melakukan penelitian. Pada suatu saat, peneliti juga tidak terus-terang atau
tersamar dalam observasi untuk mencari data yang bersifat rahasia.

3.      Observasi tak berstruktur


Observasi ini tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.observasi
ini dipakai karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam
melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku tetapi hanya
berupa rambu-rambu pengamatan (Sugiono,2009: 310-313).

2.      Pengumpulan Data dengan Wawancara


Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide mela-
 lui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu
(Sugiono,2009:317) dan dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang
tidak mungkin bisa ditemukan melalui observasi (Sugiono,2009:318). Penelitian kualitatif sering
menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam (Sugiono,2009:319).
Macam-macam wawancara, antara lain:
1.    wawancara terstruktur
Pada wawancara ini, pengumpul data  telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternatif jawaban telah disiapkan, responden diberi pertanyaan yang
sama kemudian  pengumpul data mencatatnya, alat bantu yang digunakan biasanya tape recorder,
gambar, brosur, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar,

2.    wawancara semiterstruktur


Pelaksanaan wawancara menggunakan model ini lebih bebas daripada wawancara terstruktur
yaitu narasumber diminta pendapat dan ide-idenya karana tujuan wawancara ini untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka,

3.    wawancara tidak berstruktur


Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas, peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data-
datanya. Pedoman wawancara hanya menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan. Dalam wawancara ini, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan
diperoleh sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden
(Sugiono,2009: 319-321).

3.      Pengumpulan data dengan Kuisoner/Angket


a.       Pengertiannya
Menurut (James P. Chaplin dalam Kartono, 2009;217) menyatakan:
Angket merupakan satu set pertanyaan yang berurusan dengan satu topik tunggal yang saling
berkaitan, yang harus dijawab oleh subjek. Kuisoner ini digunakan untuk penyelidikan mengenai
suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dengan cara
mengedarkaan formulir daftar pentanyan, diajukan secara tertulis kepada subjek untuk
mendapatkan jawaban (tanggapan,respons) tertulis seperlunya.

b.      Macam-macam angket


Dikemukakan oleh Kartono (2009;244-235) macam-macam angket meliputi:
1.     berdasarkan sifatnya  terdiri dari; (a) angket umum, angket ini berupaya mendapatkan kesan-
kesan umum yang selengkap-lengkapnya. Misalnya psikografi mengenai diri seseorang,(b)
angket khusus, angket ini bertujuan untuk mengambil data yang bersifat khusus. Misalnya
menyakut karakteristik bakat, inteligensi atau ingatan seseorang.

2.     berdasarkan cara penyampaiannya terdiri dari; (a) angket langsung, angket ini diberikan secara
langsung kepada orang yang dimintai informasi tentang dirinya sendiri. Misalnya uraian, opini,
keyakinan, sikap. (b) angket tidak langsung, berupa pertanyaan yang diminta jawaban mengenai
kehidupan psikis orang lain. Misalnya para dokter, guru, hakim, direktur,
3.     berdasarkan objek sasarannya terdiri atas;  (a) angket hereditas, angket ini tercantum banyak
pertanyaan yang menyangkut sifat-sifat psikis yang turun menurun serta ciri fisik, (b) angket
jabatan / pekerjaan, angket ini berusahan menemukan kemampuan-kemampuan khusus sesorang.

4.     angket menurut bentuk strukturnya terdiri dari; (a) angket berstruktur, angket ini bertujuan untuk
penelitian formal guna menambah data informative yang berlum lengkap. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penyusuanan angket berstruktur ini, misalnya dalam penyusunan
pertanyaannya dalam harus diperhatikan  bahasa dan kerangka referensi, (b) angket tidak
berstruktur, angket ini bertujuan mencari uraian dari informan atau subyuk riset tentang suatu
masalah dengan sati penulisan dan penjelasan yang panjang dan lebar.

c.       Cara membuat angket


Berikut ini cara-cara membuat angket, meliputi:
1.         buatlah kata-kata pengantar sebagai pembuka,
2.         perlu dibuat pentunjuk khusus, agar responden dengan mudah menjawab,
3.         item  harus tersusun kalimat yang sederhana, tetapi jelas,
4.         membedakan item pertanyaan yang untuk mengali fakta riil  dan fakta idial,
5.         pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan responden,
6.         hindari pertanyaan yang bersifat sugestif,
7.         menghindari kata-kata yang ekstrim  atau berlebihan,
8.         bentuk angket tidak terlalu panjang dan bertele-tele,
9.         format pertanyaan dikemas yang rapi dan indah,
10.     untuk mendapatkan jawaban yang maksimal dari responden, kita harus memperhatikan
waktuyang tepat.

4.     Focus Group Discussion


    Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya
dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut
pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap permaknaan dari suatu
kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga
dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap focus
masalah yang sedang diteliti (Sutopo, 2006: 73).
FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan. Ciri khas metode FGD
yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya (wawancara mendalam  atau observasi)
adalah interaksi. Tanpa sebuah FGD berubah wujud menjadi kelompok wawancara terfokus
(FGI-Focus Group Interview). Hal ini terjadi apabila moderator cenderung selalu menkonfirmasi
setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta FGD. Semua peserta FGD secara bergilir
diminta responnya untuk setiap topik, sehingga tidak terjadi dinamika kelompok.  Komunikasi
hanya berlangsung antara moderator dengan informan A, informan A ke moderator, lalu
moderator ke informan B, informan B ke moderator, dst. Kondisi idealnya, informan A
merespon topik yang dilemparkan moderator, disambar oleh informan B, disanggah oleh
informan C, diklarifikasi oleh informan A, didukung oleh informan D, disanggah oleh informan
E, dan akhirnya ditengahi oleh moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat interaktif, hidup,
dinamis.

5.     Teknik Dokumen
Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere,  yang berati mengajar. Pengertian dari
kata dokumen menurut Louis Gottschalk (1986: 38) seringkali digunakan para ahli dalam dua
pengertian, yaitu pertama, berarti sumber tertulis  bagi informasi sejarah sebagai kebalikan
daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilasan-petilasan
arkeologis. Pengertian kedua, diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti
surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih lanjut, Gottschalk
menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertianya yang lebih luas berupa setiap
proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan,
gambaran, atau arkeologis.
G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University college Lodon, (1997; 104 ) menjelaskan
istilah dokumen dalam tiga pengertian, pertama  dalam arti luas, yaitu yang meliputi semua
sumber, baik sumber tertulis maupun lisan;  kedua  dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua
sumber tertulis saja; ketiga dalam arti spesifik, yaitu hanya yang meliputi surat-surat resmi dan
surat-surat Negara, seperti surat perjanjian, undang-undang konsesi, hibah dan sebagainya.
Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa dokumen
merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber
tertulis, film,  gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu menberikan
informasi bagi proses penelitian.
Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human
resources, melalui observasi dan  wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non
human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi dokumen yang dilakukan
oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai “nara sumber” yang dapat
menjawab pertanyaan; “Apa tujuan dokumen itu ditulis?; Apa latar belakangnya?; Apa yang
dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?; Dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?; Untuk
siapa?; dan sebagainya.(Nasution, 2003; 86).
Menurut Sugiyono (2008; 83) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian
kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan / menggunakan studi dokumen ini dalam
metode penelitian kualitatifnya hal senada diungkapkan Bogdan (seperti dikutip Sugiyono) “ in
most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly lo refer to
any first person narrative produce by an individual which describes his or her own actions,
experience, and beliefs”.
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen dalam penelitian kualitatif, seperti
yang dikemukakan Nasution (2003; 85); a) Bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia, dan
siap pakai; b) penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk
mempelajarinya; c) banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis dengan
cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalankan; d) dapat memberikan latar belakang yang
lebih luas mengenai pokok penelitian; e) dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek
kesesuaian data; dan f) merupakan bahan utama dalam penelitian historis.

6.     Teknik Triangulasi
Triangulasi merupakan cara pemeriksaan keabsahan data yang paling umum digunakan. Cara
ini dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Dalam kaitan ini Patton (dalam Sutopo, 2006: 92) menjelaskan
teknik triangulasi yang dapat digunakan. Teknik triangulasi yang dapat digunakan menurut
Patton meliputi: a) triangulasi data; b) triangulasi peneliti; c) triangulasi metodologis; d)
triangulasi teoretis. Pada dasarnya triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir
fenomenologi yang bersifat multi perspektif. Artinya, guna menarik suatu kesimpulan yang
mantap diperlukan berbagai sudut pandang berbeda.
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
a.     Triangulasi Data
Teknik triangulasi data dapat disebut juga triangulasi sumber. Cara ini mengarahkan peneliti agar
di dalam mengumpulkan data, ia berusaha menggunakan berbagai sumber yang ada. Teknik
triangulasi model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Wawancara                              
Informan
     Data                                               Content Analysis                     
Dokumen                                           
                                
                                                                        Observasi                                 
 Aktivitas

Gambar  1  Model Triangulasi Sumber


b.     Triangulasi Peneliti
Triangulasi peneliti adalah hasil penelitian baik yang berupa data maupun kesimpulan mengenai
bagian tertentu atau keseluruhannya dapat diuji oleh peneliti lain (Sutopo, 2006: 93). Triangulasi
peneliti  dapat dilakukan dengan menyelenggarakan diskusi atau melibatkan beberapa peneliti
yang memiliki pengetahuan yang mencukupi. Triangulasi ini dapat digambarkan kedalam bagan
berikut:

                                                      Peneliti 1
                                       
               Data                               Peneliti 2                       Data

                                                      Peneliti 3
                                    Gambar  2 Model Triangulasi Peneliti

c.      Triangulasi Metodologis
Teknik triangulasi metode digunakan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi
menggunakan metode yang berbeda (Patton dalam Sutopo, 2006: 93). Teknik triangulasi ini
dapat digambarkan sebagai berikut:

                                                                    Kuesioner     

      Data                                                                
Sumber Data                                              Wawancara                      
                  

                                                                   Observasi          


                   
Gambar  3 Model Triangulasi Metodologis

d. Triangulasi Teoretis
Triangulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori
dalam membahas permasalahan yang dikaji (Patton dalam Sutopo, 2006: 98). Oleh karena itu,
dalam melakukan jenis triangulasi ini, peneliti harus memahami teori-teori yang digunakan dan
keterkaitannya dengan permasalahan yang diteliti sehinngga mampu menghasilkan simpulan
yang mantap. Teknik triangulasi model ini dapat digambarkan sebagai beikut :
                                                     Teori 1

                                    Makna                        Teori 2   


                 Konteks/Peristiwa                                                    
                                                      Teori 3

                                   Gambar  4 Model Triangulasi Teoritis

2.3 Analisis Data


Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisisi data kualitatif yaitu reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama
penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.

1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data adalah
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi
tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.

2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data adalah
kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya
penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan
lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.

3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penarikan
kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.
Pengertian Analisis Data Kualitatif adalah proses analisis kualitatif yang mendasarkan
pada adanya hubungan semantis antar bariabel yang sedang diteliti.
Tujuan Analisis Data kualitatif yaitu agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-
variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam
penelitian. Hubungan antar semantis sangat penting karena dalam analisis kualitatif, peneliti
tidak menggunakan angka-angka seperti pada analisis kuantitatif. Prinsip pokok teknik analisis
data kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang
sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.
2.4  Instrumen Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu
sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman
metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan
peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun logiknya-
(Sugiono,2009:305).
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.      peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang
harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,
2.      peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
3.      tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket
yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,
4.      suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan
semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan
pengetahuan kita,
5.      peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk
mentest hipotesis yang timbul seketika,
6.      hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang
dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh
penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2009: 308).

2.5 Corak/ Desain Penelitian Kualitatif


Penelitian dengan pendekatan kualitatif dapat dibedakan menjadi tujuh tipe utama, yaitu :
phenomenology, ethnography, action research, biography, grounded theory, design and
development research,  and case studi and field research.(Jonhson dan Wichern, 2005: 8)
1. Penelitian Etnografi
Etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada makna sosiologi melalui
observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural. Biasanya para peneliti etnografi
memfokuskan penelitiannya pada suatu masyarakat (tidak selalu secara geografis, juga
memerhatikan pekerjaan, pengangguran, dan masyarakat lainnya). Penelitian etnografi khusus
menggunakan tiga macam pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
Penelitian ini menghasilkan tiga jenis data: kutiapan, uraian, dan kutipan dokumen menghasilkan
dalam suatu produk: uraian naratif.

2. Penelitian Grounded Theory “Teori Dasar”


Strauss dan Corbin dalam Sugiyono (2012: 191) mendefinisikan grounded theory (tori
dasar) adalah suatu teori yang secara induktif diperoleh dari pengkajian fenomena yang
mewakilinya. Menurut Strauss dan Corbin, penelitian grounded theory mempunyai tujuan untuk
membangun teori yang dapat dipercaya dan menjelaskan wilayah di bawah studi.

3. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) adalah suatu proses yang dirancang untuk
memberdayakan semua partisipan dalam proses (siswa, guru, dan peserta didik lainnya) dengan
maksud untuk meningkatkan praktik yang diselenggarakan di dalam pengalaman pendidikan.
Penelitian tindakan bertujuan untuk memberikan konstribusi kepada kepedulian praktis dari
orang dalam situasi problematis secara langsung dan untuk tujuan lebih lanjut dari ilmu sosial
secara serempak. (Sugiyono, 2012: 235).
4. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan (design and development research) adalah salah satu jenis
penelitian pragmatik yang menawarkan suatu cara untuk menguji teori dan memvalidasi
parktikyang terus-menerus dilakukan secara esensial melalui tradisi yang tidak menantang. Suatu
cara untuk menetapkan prosedur-prosedur, teknik-teknik, dan peralatan-peralatan baru yang
didasarkan pada suatu analisis metodik tentang kasus-kasus spesifik.

 5. Penelitian Kasus dan penelitian lapangan (Case Studi and field research)
Yin dalam Bungin (2005: 173) menyatakan bahwa studi kasus merupakan suatu inquiry
empiris yang mendalami fenomena dalam kehidupan yang nyata, ketika batas antara fenomena
dan konteks tak tampak dengan jelas (Herdiansyah, 2010:76). Tujuan penlitian kasus dan
penelitian lapangan adalah untuk mempelajari secara instensif tentang latar belakang keadaan
sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial. Macam-macam penelitian studi kasus,
antara lain:
a. Studi kasus intrinsik (intrinsic case study)
Studi kasus ini dilakukan untuk memahami secara lebih baik dan mendalam tentang suatu
kasus tertentu. Studi atau kasus dilakukan karena alasan peneliti ingin mengetahui secara
intrinsik fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus, bukan untuk alasan eksternal lainnya.
b. Studi kasus instrumental (instrumental case study)
Studi kasus instrumental merupakan studi atas kasus untuk alasan eksternal, bukan karena
ingin mengetahaui hakikat suatu kasus tersebut. Kasus hanya dijadikan sebagai sarana untuk
memahami hal lain di luar kasus seperti untuk membuktikan suatu teori yang sebelumnya sudah
ada.
c. Studi kasus kolektif (collective case study)
Studi kasus ini dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi atas fenomena atau
populasi dari kasus-kasus tersebut. Studi kasus kolektif ingin membentuk suatu teori atas dasar
persamaan dan keteraturan yang diperoleh dari setiap kasus yang diselidiki.

6. Biografi
Biogafi (biography) merupakan study terhadap seseorang atau individu yang dituliskan
oleh peneliti atas permintaan individu tersebut atau atas keinginan peneliti yang bersangkutan.
Denzin dan Lincoln (1994) dalam Herdiansyah (2010: 65) mendefinisikan biografi sebagai suatu
studi yang berdasarkan kepada kumpulan dokumen-dokumen tentang kehidupan seseorang yang
melukiskan momen penting yang terjadi dalam kehidupannya tersebut. Sehingga dalam
penelitian ini yang dijadikan sebagai subyek dalam penelitian dapat berupa orang yang masih
hidup ataupun orang yang sudah meninggal dunia, sepanjang data yang relevan dapat diperoleh
peneliti dari dokumen yang tersedia.

7. Fenomenologi
Polkinghorne (1989) dalam Herdiansyah (2010: 67) mendefinisikan fenomenologi
sebagai sebuah studi untuk memberikan gambaran tentang arti dari pengalaman-pengalaman
beberapa individu mengenai konsep tertentu.
Fenomenologi dapat bersifat individu misalnya seseorang mengalami malam lailatul
qadar yang dialami oleh beberapa orang Muslim pada bulan Ramadhan atau seseorang yang
mengalami near-death experiences atau dapat disebut dengan pengalaman terhadap kematian
menyatakan bahwa pengalaman tersebut merupakan pengalaman yang luar biasa fenomenal
sepanjang hidupnya dan dirasakan sangat ekstrim yang mendekati kematiannya.
Contoh tersebut merupakan contoh yang bersifat individual yang hanya dialami oleh
perseorangan. Selanjutnya pengalaman yang bersifat masal yaitu misalnya pada saat terjadinya
tsunami di Aceh pada tahun 2004 lalu yang menewaskan ratusan ribu orang.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari deskripsi yang dikemukakan pada pembahasan, dapat dikemukakan
kesimpulan sebagai berikut:
1.      Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks yang alamiah dan dengan menggunakan metode kualitatif, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
2.      Setidaknya terdapat tiga analisis data dalam penelitian kualitatif, yaitu:  1) Reduksi Data, 2)
Penyajian data, dan 3) Penarikan kesimpulan.
3.      Penelitian dengan pendekatan kualitatif dapat dibedakan menjadi lima tipe utama, yaiu :
phenomenology, ethnography, action research, biography, grounded theory, design and
development research,  and case studi and field research,
4.      Karakteristik penelitian kualitatif antara lain: 1) Menggunakan pola berpikir induktif (empiris
rasional atau bottomup), 2) Perspektif emic/partisipan sangat diutamakan dan dihargai tinggi, 3)
Penelitian kualitatif tidak menggunakan rancangan penelitian yang baku, 4) Pengumpulan data
dilakukan atas dasar prinsip fenomenologis, 5) Peneliti berfungsi pula sebagai alat pengumpul
data sehingga keberadaanya tidak terpisahkan dengan apa yang diteliti, dan 6) Analisis data
dapat dilakukan selama penelitian sedang dan telah berlangsung. 
5.      Tujuan penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan yaitu: 1) Untuk mendeskripsikan suatu
proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan, 2) Menganalisis dan
menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa pendidikan yang terjadi di lapangan, dan 3)
Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip pendidikan berdasarkan data dan
informasi yang terjadi di lapangan.
6.      Terdapat 6 macam teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu: 1) Observasi, 2)
Wawancara, 3) Dokumen,  4) Grup Discussion , 5)Kuisioner / angket dan 6)Trianggulasi.
Sedangkan pada analisis datanya dilakukan sebelum di lapangan dan setelah di lapangan
dengan model Miles and Huberman

DAFTAR PUSTAKA

1.     Sumber : Buku dalam Penulisan Teknik Pengumpulan Data Kualitatif dan Teknik Analisis
Data Kualitatif :
– Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, 2010. Judul : Terampil Mengolah Data Kualitatif
Dengan NVIVO. Penerbit Prenada Media Group : Jakarta.

2.     Creswell, John W 2002.  Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. London:


Sage  Publications.
3.     Moleong, Lexy J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
4.     Sugiyono, 2008. Metode Penelitian kuantitatife, Kualitatife, dan R & D. Bandung: ALFABETA.
5.     Sutopo, HB. 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS Press.
6.     Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009.
7.     Herdiansyah, Heri. Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika, 2010. 
8.     Sugiono.2009.Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfa
Beta .
9.     Bungin, Burhan.2004.Penelitian Kualitatif.

Anda mungkin juga menyukai