Anda di halaman 1dari 5

Nama : Didik Budi Waskito Nama Mentor : Drs. Saptiroch Mahanani, M.H.

NIP : 199405142020121002 Jabatan : Kasie Bimbingan Klien Anak

Bapas Surakarta

NIP : 196805191992011001

No HP : 081802526000

Kegiatan Aktualisasi ini berfokus pada pelayanan yang berada di Balai


Pemasyarakatan Kelas I Surakarta. Pelayanan di Balai Pemasyarakatan Kelas I
Surakarta meliputi Pembuatan Penelitian Masyarakat, Pembimbingan, Pengawasan
dan Pendampingan. Permasalahan yang terjadi dalam melaksanakan pelayanan
adalah sebagai berikut :
a. Manajemen ASN
1. Masih Terbatasnya Pengembangan Kompetensi Pembimbing Kemasyaratan
di Balai Pemasyarakatan Kelas I Surakarta. Hal ini ditunjukkan dengan
minimnya anggaran dan pelatihan yang diadakan di Balai Pemasyarakatan
Kelas I Surakarta. Balai pemasyarakatan memiliki peran yang penting dalam
sistem peradilan pidana di Indonesia. Balai Pemasyarakatan berperan dalam
proses pemasyarakatan para warga binaan untuk bisa berintegrasi kembali
dan hidup produktif di dalam masyarakat. Manajemen ASN didalamnya
adalah pengembangan kompetensi yang memang merupakan hak seorang
ASN. Tentu saja seorang Pembimbing Kemasyarakatan harus terus
meningkatkan kompetensi untuk menghadapi kompleksitas persoalan
pemasyarakatan yang ada. Satuan kerja atau UPT juga harus bisa ikut serta
dalam pengembangan kompetensi pegawainya karena ini merupakan bentuk
manajemen ASN. Saat ini di Bapas Surakarta masih belum maksimal dalam
pengembangan kompetensi Pembimbing Kemasyarakatan.
2. Belum Maksimalnya penyerapan aspirasi pegawai dari Balai
Pemasyarakatan Kelas I Surakarta. Hal ini terlihat masih belum adanya
saluran penyerapan aspirasi secara nyaman dan aman bagi karyawan.
Sangat penting bagi sebuah organisasi untuk terus berkembang dan
memperhatikan kritik dan saran yang disampaikan oleh pegawai demi
kemajuan organisasi itu sendiri. Saluran penyerapan aspirasi bagi pegawai
haruslah aman dan nyaman bagi pegawai sehingga pegawai tidak enggan
untuk menyampaikan aspirasinya baik itu saran, kritik, maupun apresiasi.
Manajemen ASN juga tidak hanya sekedar top down tapi juga bottom up,
artinya pegawai juga harus memberikan kontribusi terhadap organisasi dalam
hal ini adalah saran dan kritik.
b. Pelayanan Publik
1. Belum Optimalnya Penggunaan Teknologi Informasi dalam Pelayanan Klien
Balai Pemasyarakatan Kelas I Surakarta. Hal ini terlihat dari klien atau
keluarga klien yang masih bingung bagaimana cara mengetahui
perkembangan litmas yang sedang berjalan. Di era saat ini sudah
menjadi sebuah keniscayaan untuk menggunakan teknologi
informasi dalam hal mempermudah pelayanan terhadap masyarakat.
Dengan adanya digitalisasi pelayanan, diharapkan pelayanan klien
Pemasyarakatan Kelas I Surakarta semakin baik. Bapas Surakarta sendiri
sudah memiliki sebuah platform untuk mempermudah masyarakat
mengakses informasi yang dibutuhkan melalui satu pintu informasi berbasis
web. Namun demikian salah satu nilai publik adalah Reform, terkandung
maksud bahwa pelayan publik yang baik memiliki inovasi dan kreatifitas yang
melebihi ekspektasi penerima layanannya sehingga dapat memperbaiki
kinerja layanannya secara berkelanjutan. Dengan terus menyempurnakan
system yang sudah ada sekarang maka nantinya akan terwujud pelayanan
public yang semakin prima
2. Belum maksimalnya fasilitas pelayanan publik, terkait dengan fasilitas
peribadatan bagi klien yang secara rasio perbandingan dengan jumlah klien
Bapas Surakarta masih dirasa kurang representatif. Kenyamanan yang
dirasakan oleh masyarakat dalam menerima layanan dari Bapas juga
ditunjang dari sarana dan prasarana yang memadai. Tempat peribadatan
dalam hal ini adalah mushola memang perlu mendapat perhatian khusus
karena luasnya kurang memadai jika dipakai oleh banyak orang.
c. Whole Of Government (WOG)
1. Masih belum maksimalnya Komunikasi antar institusi penegak hukum dalam
rangka peningkatan penanganan terhadap anak yang berkonflik dengan
hukum. Perlu adanya kesepemahaman yang satu antara institusi penegak
hukum diwilayah kerja Bapas Surakarta karena dalam beberapa kasus masih
ada miss komunikasi dalam proses peradilan pidana bagi anak. Misalnya
adalah anak harus didampingi oleh Pembimbing Kemasyaraktan sedang
proses pembuatan berita acara pidana oleh kepolisian, namun kadang terjadi
anak sudah di BAP tanpa ada pendampingan dari pembimbing
kemasyarakatan. Kekurangan – kekurangan seperti ini salah satunya bisa
diselesaikan dengan konsep WOG (whole of Government) yaitu sebuah
pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.

Isu yang terjadi dianalisis dengan metode AKPK (Aktual, Kekhalayakan, Problematika,
Kelayakan) untuk melihat isu-isu yang penting, kemudian untuk menentukan isu terpenting
menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth).

AKPK (kriteria isu)

1. Aktual: Benar-benar terjadi, sedang hangat dibicarakan di masyarakat.


2. Kekhalayakan: Isu menyangkut hajat hidup orang banyak
3. Problematik: Isu memiliki dimensi masyalah yang kompleks sehingga perlu dicarikan
solusinya sesegera mungkin.
4. Kelayakan: masuk akal, realisitis, relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya.

Metode USG untuk menentukan kualitas isu yaitu :

1. Urgency : seberapa mendesak isu itu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti
2. Seriousness: seberapas serius isu itu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang
ditimbulkan
3. Growth: seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani
sebagaimana mestinya.
Metode USG menggunakan penilaian dengan skala 1 sampai dengan 5, semakin tinggi nilai
total menunjukkan isu tersebut harus segera diselesaikan.

Tabel 1. Analisis Isu Dengan Metode AKPK & Metode USG

No Masalah/Isu Kriteria Keterangan Kriteria Total Rank


A K P K U S G
Masih Terbatasnya
Pengembangan Kompetensi
Tidak
Pembimbing Kemasyarakatan
1 + - - + Memenuhi
di Balai Pemasyarakatan Kelas
Syarat
I
Surakarta
Belum Maksimalnya
penyerapan aspirasi pegawai Memenuhi
2 + + + + 3 3 4 10 3
dari Balai Pemasyarakatan Syarat
Kelas I Surakarta. Hal ini
terlihat masih belum adanya
saluran penyaluran aspirasi
secara nyaman bagi pegawai.
Belum Optimalnya
Penggunaan Teknologi
Memenuhi
3 Informasi dalam Pelayanan + + + + 5 4 5 14 1
Syarat
Klien Balai Pemasyarakatan
Kelas I Surakarta dalam hal
perkembangan litmas klien
Belum maksimalnya fasilitas
pelayanan publik, terkait dengan Memenuhi
4 + + - +
fasilitas peribadatan bagi klien Syarat
yang secara rasio perbandingan
dengan jumlah klien Bapas
Surakarta masih dirasa kurang
representatif
Masih belum maksimalnya
Komunikasi antar Institusi Tidak
5 Penegak Hukum dalam rangka + + + + Memenuhi 4 3 4 11 2
peningkatan penanganan Syarat
terhadap ABH.

Analisis dengan Metode AKPK dan Metode USG menunjukkan isu dengan nilai tertinggi dan
diangkat sebagai isu dalam aktualisasi ini yaitu “Belum Optimalnya Penggunaan Teknologi
Informasi dalam Pelayanan Klien Balai Pemasyarakatan Kelas I Surakarta”. Dampak dari
tidak terlaksananya kegiatan aktualisasi ini antara lain:
1. Pelayanan terhadap klien pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan Kelas I
Surakarta menjadi kurang efektif dan efisien.
2. Klien atau masyarakat masih bingung dalam hal memantau perkembangan
penelitian kemasyarakatan yang sedang berjalan.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai peran, tugas, dan fungsi Balai
Pemasyarakatan.
4. Masyarakat terutama klien Bapas tidak memiliki akses untuk memberi saran maupun
pengaduan terhadap pelayanan Bapas.

Judul dari Aktualisasi ini:

Optimalisasi Penggunaan Teknologi Informasi dalam Pelayanan Klien Pemasyarakatan di


Balai Pemasyarakatan Kelas I Surakarta

Anda mungkin juga menyukai