Anda di halaman 1dari 8

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS IDENTIFIKASI PARACETAMOL DALAM JAMU

Nama Mahasiswa : Dani Riszki


Amanda NIM : C12019010

ABSTRAK
Jamu pegal linu banyak di perjual belikan di pasaran dan dapat diperoleh secara bebas. Jamu
yang beredar di masyarakat harus memenuhi syarat keamanan dan mutu diantaranya tidak mengandung
bahan-bahan kimia obat. Bahan kimia obat yang sering ditambahkan pada jamu pegal linu adalah
parasetamol. Parasetamol merupakan obat analgesik non- narkotik dengan cara kerja menghambat
sintesis prostaglandin terutama sistem syaraf pusat. Penggunaan parasetamol yang tidak sesuai aturan
dapat menyebabkan kerusakan hati. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan ada tidaknya
kandungan parasetamol pada jamu pegal linu. Kandungan parasetamol pada jamu diuji secara kualitatif
dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis, Hasil analisis kualitatif metode KLT yang
didapat dari sampel jamu pegal linu negatif mengandung parasetamol, ditandai dengan nilai Rf sebesar
0,85 sama dengan nilai Rf pada baku banding parasetamol.

Kata kunci: parasetamol, jamu pegal linu, KLT

I. PENDAHULUAN tubuh.
A. Latar Belakang Jamu merupakan warisan budaya
Saat ini penggunaan obat bahan alam bangsa Indonesia berupa ramuan bahan
cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. tumbuhan obat yang telah digunakan secara
Kecenderungan kembali ke alam dijadikan turun temurun yang terbukti aman dan
sebagai alternatif dalam pemilihan mempunyai manfaat bagi kesehatan.
pengobatan. Faktor yang mendorong Kebiasaan minum jamu sering dilakukan
masyarakat untuk mendasari penggunaan masyarakat Indonesia khususnya Jawa. Jamu
jamu antara lain resiko efek samping yang relatif lebih aman dibandingkan dengan obat
kecil dan biaya yang relatif murah serta bahan kimia bila cara penggunaannya baik
mahalnya harga obat modern/sintesis dan dan benar.
banyaknya efek samping yang timbuk dari Banyaknya produk jamu membuat
obat modern. Penggunaan obat dari bahan pemerintah kesulitan melakukan pengawasan
alam atau yang dikenal dengan “jamu” oleh secara rutin, hal ini memberi celah adanya
masyarakat Indonesia sebenarnya sudah kecurangan yang di lakukan oleh produsen
dimulai sejak zaman dahulu, terutama dalam misalnya penambahan bahan kimia obat.
upaya pencegahan penyakit, peningkatan Bahan kimia obat (BKO) yang ditambahkan
daya tahan tubuh, mengembalikan kebugaran oleh produsen jamu untuk menambah khasiat

jamu dan memberikan efek jamu yang lebih membahayakan kesehatan. Walaupun efek
instan dibandingkan jamu yang tidak penyembuhannya cepat tetapi akibat
mengandung bahan kimia obat, hal ini dapat penggunaan bahan kimia obat dengan dosis
yang tidak pasti dapat menimbulkan efek B. Rumusan masalah
samping mulai dari mual, diare, pusing, sakit a. Bagaimana cara mengetahui apakah
kepala, gangguan penglihatan, nyeri dada jamu pegal linu tersebut mengandung
sampai kerusakan organ tubuh yang serius paracetamol atau tidak ?
seperti kerusakan hati, gagal ginjal, jantung b. Berapa besar kadar paracetamol yang
bahkan sampai menyebabkan kematian ada pada jamu pegal linu ?
(BPOM RI, 2011). c. Efek apa yang di timbulkan dari jamu
Berdasarkan hasil pengawasan dan yang mengandung paracetamol untuk
pemeriksaan yang dilakukan yang terdapat tubuh ?
pada jamu pegal linu adalah parasetamol. C. Tujuan penelitian
Parasetamol merupakan obat analgesik non
a. Mengidentifikasi adanya parasetamol
narkotik dengan cara kerja menghambat dalam jamu dengan kromatografi
sintesis prostaglandin terutama di sistem lapis tipis.
syaraf pusat (SSP). Paracetamol dapat b. Menentukan komposisi eluen
mengurangi rasa nyeri sehingga banyak pengembang atau fase gerak yang
terbaik.
produsen jamu yang menambahkan
paracetamol ke dalam produk nya. Oleh c. Mengintrepretasikan hasil praktikum

karena itu jamu pegal linu biasanya yang didapatkan dalam sebuah

dikonsumsi oleh para pekerja berat. Jamu laporan praktikum.

pegal linu dikonsumsi untuk mengurangi rasa D. Manfaat penelitian

nyeri, menghilangkan pegal linu, capek, a. Membuat kita dapat mengetahui ada

nyeri otot dan tulang, memperlancar tidak kandungan paracetamol dalam

peredaran darah, memperkuat daya tahan jamu pegal linu tersebut.

tubuh, dan menghilangkan sakit seluruh b. Membuat kita dapat mengetahui

badan. bahwa jamu tersebut negatif


mengandung paracetamol, sehingga
aman untuk digunakan.
II. METODE
A. Alat dan bahan yang digunakan
Alat yang digunakan adalah gelas
ukur 25 mL, gelas ukur 10 mL, gelas ukur 5
Ml, Erlenmeyer 50 mL, pipet tetes, spatula,

pipa kapiler, cawan porselen, gelas beaker, GF25, aseton PA, etanol PA, metanol PA,
morta dan alu. kloroform PA.
Bahan yang digunakan standar B. Waktu penelitian
parasetamol, jamu pegal linu, plat silika gel Hari Kamis, Tanggal 3 Juni 2021, jam
14.20 – 17. 10 WIB. selama 30 menit (menggunakan magnetic
C. Tempat penelitian stirer) kemudian di saring.
Laboratorium Farmasi STIKES 4. Pembuatan Fase Gerak
Muhammadiyah Gombong Diperoleh eluen terbaik yaitu Etil asetat :
D. Teknik penelitian Metanol : Amonia (8,5:1:0,5). Cara
Kromatografi lapis tipis Pembuatanya adalah 8,5 mL etil asetat, 1 mL
E. Rancangan Percobaan metanol dan 0,5 mL ammonia dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer dan dicampur hingga
1. Deskripsi Produk dan Uji Organoleptis
Produk jamu pegal linu dideskripsikan homogen. Kemudian dimasukan ke dalam

masing-masing meliputi komposisi, khasiat chamber yang diberi kertas saring dan tutup

dan dosisinya serta diuji organoleptis rapat lalu dibiarkan jenuh yang ditandai

meliputi bentuk, warna dan rasa. dengan naiknya eluen sampai keatas kertas
saring atau seluruh kertas saring basah.
2. Pembuatan Larutan Baku Pembanding 5. Penyiapan Fase Diam
Paracetamol 0,1 % Disiapkan plat silika gel GF254 dengan
Parasetamol ditimbang 100 mg, ukuran 5 x 10 cm (lebar x tinggi). Plat KLT
kemudian dimasukan ke dalam labu ukur, kemudian diaktifkan dengan cara pemanasan
dilarutkan dengan metanol hingga 100 mL pada oven selama 30 menit pada suhu 120oC,
lalu homogenkan. lalu diberi garis dengan pensil dengan jarak 1
3. Pembuatan Larutan Uji cm dari tepi atas dan 1 cm dari tepi bawah
Ditimbang sampel jamu pegal linu sehingga di dapatkan jarak rambat 8 cm.
masing-masing sebanyak 500 mg, Skala masing-masing untuk tempat penotolan
dimasukkan di dalam erlenmeyer dan larutan uji adalah 1,5 cm.
dilarutkan dengan 10 ml metanol. Kocok 6. Identifikasi Parasetamol Menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis
Disiapkan fase diam plat silika gel GF254
yang telah diaktifkan. Selanjutnya larutan uji
dan baku pembanding di totolkan pada plat
silika menggunakn pipa kapiler yang berjarak
1,5 cm dan dimasukan ke dalam chamber
berisi fase gerak yang telah dijenuhkan.
Eluen dibiarkan bergerak hingga batas atas
fase diam. Setelah eluasi, fase diam diangkat
dan dikeringkan kemudian amati
menggunakan lampu UV 254 nm dan 356
nm. Tandai bercaknya dan hitung nilai Rf
untuk masing-masing bercak.
III. Hasil Dan Pembahasan
Deskripsi Produk
Deskripsi produk dari sampel jamu
pegal linu “ Kukubima Herbal Sidomuncul”
yang di analisis ditampilkan pada Tabel 1.
Deskripsi yang di berikan dibedakan
berdasarkan merk, komposisi, khasiat atau
kegunaan, dosis dan apakah sudah
teregistrasi BPOM atau tidak. Hasil uji
organoleptis sampe jamu pegal linu di
tampilkan pada Tabel 2.
Tabel 1. Deskripsi Produk

Komposisi Khasiat Dosis Keterangan


dan
Kegunaan
Kaempferia Membantu 1x sehari Teregistrasi
galanga memelihara 1 BPOM
rhizome 1,12 kesehatan bungkus
g dan setiap
Eurycoma membantu malam
longifolia meredakan bila perlu,
radix 1,05 g sakit otot diseduh
Zingiber pinggang. dengan
aromatica air 100 cc
rhizoma 0,7 (1/2
g gelas)
Languas
galanga
rhizoma 0,7
g. herba, Orthosipon folium, Piper nigri fructus, Piper
Dan bahan retrofractu m fructus, Myristica fragrans semen, Rheum
lain hingga 7 officinale radix, Alyxia reinwardtii cortex, Pimpinella
g: pruatjan radix, Stevia rebaudiana
Phylanthus folium

niruri
Tab ul”
el 2.
Sampel Bentuk Warna Rasa Bau
Has Kukubi Serbuk Hijau Pahit Khas
il ma kecokla pedas, jamu
Uji Herbal tan sedikit
manis
Org
anol
epti Hasil Uji Kualitatif

k Hasil uji kualitatif sampel jamu dan


Sa standar paracetamol menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) didapatkan
mpe nilai Rf dari paracetamol sebesar 0,85. Hasil
l analisis kualitatif disajikan pada Tabel 3.
Jam
Tabel 3. Hasil Analisis Kualitatif
u
Paracetamol secara KLT
“Ku N Baku Warna Tinggi Jarak Harg Has
kub o dan Bercak Ramb a Rf il
Sampel (cm) at
ima (cm)
1 BP Hitam 6,8 8 0,85 +
Her keung
uan
bal 2 Sampel Merah 7,7 8 0,96 -
jamu
Sid
om
Hasil Uji Kuantitatif
unc
Hasil uji kuantitatif tidak dilakukan
dikarenakan pada praktikum kali ini hanya
mengidentifikasi ada tidaknya kandungan
paracetamol pada sampel jamu “Kukubima
Herbal Sidomuncul”.
Hasil uji kualitatif sampel jamu dan
standar paracetamol menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) didapatkan
nilai Rf dari paracetamol sebesar 0,85. Hasil
analisis kualitatif disajikan pada Tabel 3.
foto dengan sinar uv 254, (gambar c)
dengan sinar 365

Pada gambar a tidak terlalu tampak pergerakan


dari totolan baku paracetamol, hanya terlihat
pada totolan larutan sampel jamu, sedangkan
Gambar a Gambar b Gambar c
pada gambar b menunjukan jamu memiliki
Gambar 1. (gambar a) foto tanpa sinar UV, (gambar b)
warna merah serta bercak dengan tinggi 7,7 ditemukan ditambahkan adalah parasetamol
cm dan baku paracetamol dengan warna hitam (BPOM RI, 2017).
serta bercak dengan tinngi 6,8 cm. Pada
Pada praktikum kali ini, analisis
gambar terakhir didapatkan bercak pada
dilakukan menggunakan metode KLT-
totolan sempel jamu yang berwarna merah
densitometri. dengan fase diam silika gel GF
dengan tinggi 7,7 cm ; warna kuning dengan
254 dan fase gerak campuran etil asetat :
tinngi 6,7 cm ; dan warna hijau dengan tinggi
methanol : ammonia (8,5;1;0,5).
6,8 cm.
Praktikan melakukan beberapa tahapan
IV. PEMBAHASAN
diantaranya membuat larutan (fase gerak),
Pada saat ini terjadi peningkatan trend membuat fase diam (silika GF 254), membuat
untuk kembali menggunakan bahan alam atau baku paracetamol, membuat larutan sampel,
herbal untuk pengobatan dibanding obat melakukan uji organoleptis pada jamu, serta
sintetik (Calahan et al, 2016; Yamin & melakukan uji identifikasi paracetamol.
Burhanudin, 2018; Andriati dan Wahjudi,
Hal yang pertama dilakukan adalah
2016). Trend ini dimanfaatkan oleh pihak
membuat fase gerak, fase gerak yang
tidak bertanggung jawab yang memproduksi
digunakan yaitu etil asetat : methanol :
obat tradisonal untuk mengeruk keuntungan,
ammonia (8,5;1;0,5). Fase gerak yang dipilih
yaitu dengan menambahkan BKO untuk
bersifat lebih polar dari fase diam agar sampel
mempercepat aksi sehingga pengguna akan
yang bersifat polar tidak terikat kuat pada fase
banyak membeli. Salah satu BKO yang sering
diamnya.

Setelah membuat fase gerak, praktikan


membuat fase diam. Fase diam ini
menggunakan silika GF 254. Pemilihan diam
silika gel GF 254 adalah untuk memudahkan
identifikasi, dimana pada penyinaran dengan
lampu UV 254 nm fase diam akan
berfluoresen sedangkan bercak parasetamol
akan meredam sehingga bercak akan jelas
terlihat. Peredaman fluoresensi fase diam
karena parasetamol mempunyai gugus
kromofor dan auksokrom yang mampu
menyerap sinar UV (Tulandi, 2015; Musiam
& Alfian, 2017; Rosalina, 2018).
Untuk pengaktifan fase gerak, Silika GF 254 dengan ukuran 10x3 cm. Hal ini dikarenakan
ini dipanaskan dalam oven selama 30 menit hanya aka nada dua totolan dalam silika GF 254
dengan menggunakan suhu 105oC, pada saat yang digunakan berupa baku pembanding dan
praktikum, praktikan mengunakan GF 254 larutan sampel jamu. Setelah dipanaskan, silika
gel ini diberi garis dengan pensil dengan jarak penotoloan dilakukan dengan menggunakan
1 cm dari tepi atas dan beri tanda 1 cm dari pipa kapiler, hal ini bertujuan agar penotolan
bawah untuk totolan. Skala masing- masing tidak terlalu besar sehingga tidak bercampur
antara baku pembanding dan larutan sampel
untuk tempat penotolan larutan uji adalah 1,5 jamu.
cm.
Penotolan telah dilaksanakan, maka langkah
Untuk pembuatan baku pembanding selanjutnya adalah memasukan fase gerak
parasetamol ditimbang 0.013 g, dimasukkan terhadap chamber setelah itu kita masukan
ke dalam labu ukur, dilarutkan dengan etanol plat KLT yang telah ditotolkan dengan
hingga 10 mL etanol lalu dihomogenkan. keadaan miring.

Pada saat melakukan uji organoleptis, Chamber pada praktikum kali ini
praktikan mendapatkan hasil bahwasannya menggunakan bekker glas 250 lalu atasnya di
sampel yang digunakan ini memiliki rasa yang tutup. Tunggu sampai fase geraknya bergerak
pahit dan pedas serta agak manis sedikit, keatas (garis atas), setelah itu lalu angkat dan
untuk bentuknya sempel ini berupa serbuk angina-anginkan hingga kering.
yang memiliki warna hijau kecoklatan serta Setelah KLT tersebut kering kita lihat
aroma yang khas. Hal ini dikarenaka beberapa dengan menggunakan alat sinar UV dengan
bahan atau komposisi pada jamu ini memang panjang gelombang 254, sesuai dengan plat
memiliki rasa yang pahit dan pedas semisal KLT yang kita gunakan yakni GF 254.
seperti dari lada (Piper retrofractum fructus)
serta bahan lainnya. Hasil uji kualitatif sampel jamu dan

Sedangkan untuk pembuatan larutan uji standar paracetamol menggunakan


adalah dengan menimbang sebanyak ±500 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) didapatkan
mg. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer, nilai Rf dari paracetamol sebesar 0,85
ditambahkan 10 mL methanol. Dikocok
sedangkan pada sempel nilai Rf nya adalah
selama 30 menit kemudian disaring.
0,96. Hasil analisis kualitatif disajikan pada
Setelah semua bahan telah siap,
Tabel.3
selanjutnya praktikan melakuka penotolan
pada plat KLT yang telah diberi tanda,
Untuk hasil uji kualitatif ini bisa
dikatakan bahwa sampel jamu yang digunakan
“Jamu pegel linu sido muncul” dinyatakan
negatife mengandung BKO berupa
paracetamol. Hal ini bisa dilihat dari hasil
yang menunjukan nilai Rf yang terlampau
jauh berbeda serta dilihat dari bercak yang
ditunjukan pada sampel mempunyai warna
yang berbeda dengan warna paracetamol.

V. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian analisis parasetamol


dalam sediaan jamu dengan metode
a. Kesimpulan kromatografi lapis tipis dimana jamu yang di
gunakan adalah Kukubima Herbal Rahmi, A. 2016, Analisis Kualitatif
Sidomuncul yang diperoleh di Kabupaten Paracetamol dalam Jamu Pegal Linu secara
Kebumen dapat ditarik kesimpulan bahwa Kromatografi Lapis Tipis.
jamu tersebut negatif atau tidak mengandung
pacacetamol yang ditandai dengan perolehan
nilai Rf dan flourosensi yang berbeda antara
larutan baku pembanding paracetamol dengan
sampel jamu.

b. Saran
Sebaiknya lebih meningkatkan kualitas
kerja dan menigkatkan peralatan laboratorium
yang memadai serta perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk menentukan kadar
paracetamol.

V1. DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan


Makanan Republik Indonesia. 2016.
Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO)
yang Dibubuhkan ke Dalam Obat
Tradisional (Jamu).
Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia. 2011.
Tentang Kriteria dan Tata Laksana
Pendaftaran Obat Tradisional, Obat
Herbal Terstandar dan Fitofarmaka.
Jakarta.
Harmita, 2015. Analisis
Fisikokimia Kromatografi Volumee
2.EGG,Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai