Anda di halaman 1dari 7

MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI

Sumber : http://www.adcg.ae/
Dalam dunia investasi tentunya sudah tidak asing dengan istilah pasar modal. Tidak
seperti jenis pasar pada umumnya, pasar modal (capital market) dikenal sebagai pasar
yang memfasilitasi penerbitan dan pedagangan surat berharga keuangan melalui
sistem/mekanisme penawaran (go public), contohnya saham, obligasi dan reksa dana.
Nantinya, surat berharga yang telah diterbitkan ini akan difasilitasi oleh pasar lainnya
yang disebut dengan pasar sekunder.

Suatu organisasi nirlaba harus jeli dalam melihat dan memantau harga pasar apabila
ingin berinvestasi. Di pasar modal tentunya banyak jenis surat berharga yang beredar
dengan karateristik tingkat keuntungan dan risiko yang berbeda-beda. Untuk
memudahkan pemahaman mengenai karakteristiknya, ditunjukkan dalam tabel berikut:
Secara umum, terdapat dua fungsi utama pasar modal

1. Sarana pendanaan usaha bagi perusahan atau organisasi nirlaba


2. Sarana berinvestasi bagi para pemodal.

Dengan melihat keberadaannya ini, tentunya organisasi nirlaba dapat memanfaatkan


pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan hasil atau sekedar memanfaatkan aset
sehingga nantinya hasilnya dapat digunakan untuk membuat jenis invesatasi lainnya,
misalnya membangun gedung, membeli lahan, dan sebagainya. Hal yang membedakan
pasar modal dengan usaha peminjaman dana yang biasanya dilakukan di bank adalah
lukiditasnya, dimana jumlah dana yang diperoleh sutau organisasi nirlaba melalui pasar
modal dapat langsung dicairkan sebanyak dana yang dimiliki, sedangkan dana dari bank
akan diberikan secara bertahap (atau dalam beberapa termin pencairan). Sangat menarik
bukan?!

Suatu investasi dilakukan sebagai bentuk komitmen perusahan/organisasi nirlaba untuk


menempatkan dan memanfaatkan dana pada jenis investasi tertentu untuk mendapatkan
hasil. Di era modern saat ini, penempatan investasi bahkan tidak cukup dilakukan hanya
pada satu jenis investasi saja, bahkan dana tersebut disebar pada sekumpulan obyek
investasi (pengelolaan portofolio) sehingga investasi pun dapat dilakukan dalam
berbagai obyek atau bidang misalnya deposito, saham, obligasi, properti, argobisnis,
jual beli mata uang dan sebagainya.
Untuk mengetahui jenis investasi apa saja yang dinilai cocok dengan karakteristik suatu
organisasi nirlaba, mari mengenal terlebih dahulu mengenai saham dan obligasi.

 Saham (Stock)
Saham dikenal sebagai salah satu instrumen invetasi yang paling populer hingga
saat ini. Hal ini dikarenakan saham dapat memberikan keuntungan investasi yang
tinggi. Saham diidentikkan dengan penyertaan modal seseorang/pihak tertentu
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Nantinya, keuntungan yang
diperoleh suatu perusahan turut menjadi keuntungan bagi pemilik saham, dan
pemilik saham juga dapat mengajukan klaim pendapatan dan aset perusahaan.

Tentunya, organisasi dapat menggunakan saham sebagai salah satu jenis investasi
yang dipilih karena memberikan berbagai keuntungan seperti:
a. Dividen
Istilah ini digunakan untuk menyebutkan pembagian keuntungan yang
diberikan perusahan tempat organisasi melakukan investasi yang berasal dari
keuntungan perusahan. Hal ini dapat dilakukan apabila telah disetujui oleh para
pemegang saham lainnya melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Dividen berhak diberikan apabila pemilik modal (investor) memegang saham
dalam suatu perusahaan untuk suatu periode yang relatif lama sesuai dengan
kesepakatan bersama. Dividen ini diberikan secara tunai untuk setiap saham
atau dapat pula berupa dividen saham untuk pemilik modal lainnya, sehingga
investasinya semakin bertambah.
b. Capital Gain
Merupakan istilah untuk menunjukkan selisih harga beli saham dan harga
jualnya. Biasanya, Capital Gain didapatkan apabila aktivitas perdagangan
saham berada di pasar sekunder. Sebagai contoh, organisasi nirlaba berinvestasi
saham dalam sebuah perusahan air mineral, dengan harga per saham Rp 5000
kemudian menjualnya seharga Rp 6000 per saham. Artinya, pemilik modal
(investor) berhak untuk mendapatkan Capital Gain sebanyak Rp 1000 untuk
setiap saham yang telah terjual.

Namun perlu diingat bahwa setiap jenis investasi pasti memiliki risiko, begitu juga
dengan invesasi saham, seperti
a. Capital Loss
Berbanding terbalik dengan Capital Gain, Capital Loss mengindikasikan
hilangnya nilai saham yang telah diinvestasikan dalam suatu perusahan karena
investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.
b. Risiko Likuidasi
Risiko likuidasi terjadi apabila perusahan yang kita investasikan mengalami
kebangkrutan hingga akhirnya dibubarkan. Suatu perusahan wajib untuk
mengembalikan hak investor setelah seluruh kewajiban perusahaan dilunasi
sehingga pengembalian saham/likuidasi membutuhkan waktu yang lama.

Dengan melihat keuntungan dan risiko yang mungkin ditanggung, ada baiknya investor
terus memantau perkembangan perusahaan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
faktor-faktor luar yang berpengaruh pada nilai harga jual saham di pasar sekunder. Hal
ini penting karena pasar sekunder cenderung lebih fluktuatif dalam menilai suatu saham.
Di saat-saat tertentu harga saham bisa menjadi sangat tinggi namun dapat juga menjadi
sangat rendah karena faktor tawar menawar atau faktor-faktor yang sifatnya makro
seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti
kondisi sosial dan politik, bencana, dan faktor lainnya.

Sumber : http://www.gehtsoftusa.com

 Obligasi

Jenis lain investasi adalah obligasi. Obligasi dikenal sebagai surat hutang jangka
menengah atau panjang yang diterbitkan oleh penerbit (perusahaan atau pemerintah)
dengan memberi imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok
hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

Sebagai contoh, obligasi yang diterbikan untuk masa tempo 10 tahun atau lebih. Surat
utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun disebut surat utang sedangkan dibawah 1
tahun disebut surat perbendaharaan. Secara pengertian nampak jelas bahwa obligasi
adalah utang tetapi dalam bentuk sekuritas. Si peminjam dikenal dengan istilah penerbit
(debitur) sedangkan pemberi pinjaman (pemegang) disebut kreditor. Bunga pinjaman
juga harus dibayarkan oleh debitor ke kreditor melalui istilah kupon.

Obligasi menjadi salah satu jenis investasi yang menarik karena penerbitan obligasi ini
memungkinkan debitur memiliki pembiayaan investasi untuk jangka panjang dengan
sumber dana yang diperoleh dari luar perusahaan. Suatu organisasi nirlaba dapat
memanfaatkan moment ini untuk menjadi kreditor atau pemberi pinjaman karena
memiliki berbagai karakteristik, diantaranya:

1. Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan
diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
2. Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi
secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6
bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam presentase tahunan (annual
presentase)
3. Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan
mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang
dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai
dengan diatas 5 tahun.
4. Penerbit/Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi
merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel.
Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan
pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk)
dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat seperti PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) atau Kasnic
Indonesia (Bursa Efek Indonesia)
Karakteristik dari obligasi ini dapat memengaruhi harga obligasi dalam suatu pasar
modal. Termasuk risiko-risiko yang mungkin dihadapai seperti Interest Rate Risk, yaitu
risiko yang berkaitan dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga meningkat maka
harga obligasi akan turun begitu pula sebaliknya apabila tingkat suku bunga turun maka
harga obligasi akan meningkat naik. Selain itu beberapa risiko lainya bagi para pelaku
investasi obligasi seperti

a. Reinvestment Rate, yaitu risiko yang berkaitan dengan perubahan strategi dari
tingkat penanaman kembali investasi dimana hal tersebut sangat dipengaruhi
suku bunga pasar.
b. Call Risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan penarikan atau seluruh obligasi
yang telah diterbitkan sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.
c. Credit Risk/Defaoult Risk yaitu risiko apabila penerbit gagal memenuhi
kewajiban keuangan meliputi pembayaran bunga dan pembayaran kembali
jumlah uang yang dipinjam (pokok utang atau utang nominal).
d. Inflation Risk atau purchasing power risk, yaitu risiko yang dapat meningkat
karena variasi dalam nilai arus kas sekuritas yang dipengaruhi oleh inflasi.
Risiko ini diukur dengan kekuatan pembelian.
e. Exchange Rate Risk, yaitu risiko yang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar.
f. Liquidity Risk, ukuran utama dari likuiditas adalah selisih antara harga jual dan
harga beli yang ditetapkan oleh penjual. Semakkin besar selisih antara harga jual
dengan harga beli maka risiko likuiditasnya juga akan semakin besar.
g. Volatility Risk, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah ekspektasi tingkat
bunga yang berubah-ubah. Secara spesifik, nilai opsi meningkat apabila 18
ekpektasi perubahan tingkat bunga juga meningkat. Risiko yang mempengaruhi
perubahan dalam volatilitas akan mempengaruhi harga suatu obligasi.

Dengan mengamati perkembangan pasar modal dan jenis investasi yang dinilai tepat
dengan mempertimbangkan hasil dan risikonya, maka suatu organiasi nirlaba pastinya
mampu untuk mengelola aset/kekayaan yang dimilikinya untuk terus berkembang dan
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Referensi :
1. Abdul Halim, Analisis Investasi, Salemba Empat, Jakarta, 2003.
2. Susilo, Bambang, Pasar Modal Mekanisme Perdagangan Saham, Analisi
Sekuritas, dan Strategi Investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI):UPP STIM
YKPN: Yogyakarta:2009
3. Pahala Nainggolan (2012). Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba. Jakarta:
Yayasan Integrasi-Edukasi

Anda mungkin juga menyukai