Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DIABETES MELITUS MASALAH KEPERAWATAN : 1) NYERI AKUT
2) KERUSAKAN INTERGRITAS KULIT 3) RESIKO INFEKSI

Ilham Dani Abrori

33411801087

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI MADURA

TAHUN AKADEMIK 2019-2020


LEMBAR PENGESAHAN

Saya yang benrtanda tangan dibawah ini :

Nama : Ilham Dani Abrori

NRP : 33411801087

Kelompok : C2

Judul : Diabetes Melitus

Telah menyelesaikan laporan dan pelaksanaan asuhan keperawatan dengan judul


Diabetes melitus.

Laporan asuhan keperawatan ini bkan merupakan hasil karya orang lain kecuali yang
sudah saya sampaikan dalam bentuk kutipan..

Pamekasan, 26 Mei 2020


Mahasiswa

Ilham Dani Abrori


33411801087

Mengetahui

Pembimbing akademik

PKK KMB 1

Ns. Abdan Syakura, M.Kep


9934011480
DOKUMENTASI KEGIATAN PRE CONFERENCE, CONFERENCE DAN POST CONFERENCE

No Hari/Tanggal JenisKegiatan UraianKegiatan

1 2 3 4

Menyetujui, pembimbing Praktikan

Ns. AbdanSyakura, S.Kep.,M.Kep ILham Dani Abrori

NIDN : 9934011480 NRP : 33411801087


LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS

1. KONSEP TEORI
1.1 Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan”(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang disertai
dengan berbagai kelainan metabolik yang diakibatkan oleh gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai macam komplikasi kronik pada organ mata, ginjal, saraf,
pembuluh darah disertai lesi padda membran basalis dalam dengan menggunakan
pemeriksaan dalam mikroskop (Arief Mansjoer dkk, 2005).
Menurut Arif Mansjoer (2005), klasifikasi pada penyakit diabetes mellitus ada
dua antara lain: Diabetes Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)).
Diabetes tipe ini juga jenis diabetes yang sering disebut DMTI yaitu Diabetes Mellitus
Tergantung Pada Insulin. Pada tipe ini yaitu disebabkan oleh distruksi sel beta pulau
langerhans diakibatkan oleh proses autoimun serta idiopatik. Diabetes Mellitus Tipe II,
diabetes tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes mellitus (NIDDM) atau jugu
DMTTI yaitu Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin. Diabetes tipe II ini disebabkan
karena adanya kegagalan relativ sel beta dan resistensi insulin. Resistensi
insulinmerupakan turunnya kemampuan insulin dalam merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer, untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta
tersebut tidak dapat mengimbangi resistensi insulin ini seutuhnya, yang dapat diartikan
terjadi nya defensiensi insulin, adanya ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya
sekresi insulin terhadap rangsangan glukosa maupun glukosa bersama perangsang
sekresi insulin yang lain, jadi sel beta pancreas tersebut mengalami desentisisasi
terhadap glukosa.
1.2 Anatomi Fisiologi
Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin.
Bagian eksokrin mengeluarkan larutan encer alkalis serta enzim pencernaan melalui
duktus pankreatikus ke dalam lumen saluran cerna. Dia antara sel-sel eksokrin di seluruh
pankreas tersebar kelompok-kelompok atau “pulau” sel endokrin yang dikenal sebagai
pulau (islets) Langerhans. Sel endokrin pankreas yang terbanyak adalah sel β (beta),
tempat sintesis dan sekresi insulin, dan sel α (alfa) yang menghasilkan glukagon. Sel D
(delta), yang lebih jarang adalah tempat sintesis somatostatin. Insulin memiliki efek
penting pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak dan asam amino darah serta
mendorong penyimpanan bahan-bahan tersebut. Sewaktu molekul nutrien ini masuk ke
darah selama keadaan absorptif, insulin mendorong penyerapan bahan-bahan ini oleh sel
dan pengubahannya masing-masing menjadi glikogen, trigliserida dan protein. Insulin
melaksanakan banyak fungsinya dengan mempengaruhi transpor nutrien darah spesifik
masuk ke dalam sel atau mengubah aktivitas enzim-enzim yang berperan dalam jalur-
jalur metabolik tertentu.
a. Efek pada karbohidrat
Insulin memiliki empat efek yang menurunkan kadar glukosa darah dan
mendorong penyimpanan karbohidrat:
1) Insulin mempermudah trasnpor glukosa ke dalam sebagian besar sel.
2) Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa di otot
rangka dan hati
3) Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan
menghambat penguraian glikogen menjadi glukosa maka insulin cenderung
menyebabkan penyimpanan karbohidrat dan mengurangi pengeluaran glukosa oleh
hati.
4) Insulin juga menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat
glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Insulin
melakukannya dengan mengurangi jumlah asam amino di darah yang tersedia bagi
hati untuk glukoneogenesis dan dengan menghambat enzim-enzim hati yang
diperlukan untuk mengubah asam amino menjadi glukosa. Karena itu, insulin
mengurangi konsentrasi glukosa darah dengan mendorong penyerapan glukosa oleh
sel dari darah untuk digunakan dan disimpan, dan secara bersamaan menghambat
dua mekanisme pembebasan glukosa oleh hati ke dalam darah (glikogenolisis dan
glukoneogenesis).
b. Efek insulin pada lemak
Insulin memiliki banyak efek untuk menurunkan asam lemak darah dan
mendorong penyimpanan trigliserida:
1) Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam sel jaringan
lemak.
2) Insulin meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel jaringan lemak melalui
rekriutmen GLUT-4. Glukosa berfungsi sebagai prekursor untuk pembentukan
asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah untuk membentuk trigliserida.
3) Insulin mendorong reaksi-reaksi kimia yang akhirnya menggunakan turunan asam
lemak dan glukosa untuk sintesis trigliserida.
4) Insulin menghambat lipolisis (penguraian lemak), mengurangi pembebasan asam
lemak dari jaringan lemak ke dalam darah.
Secara kolektif, efek-efek ini cenderung mengeluarkan asam lemak dan
glukosa dari darah dan mendorong penyimpanan keduanya sebagai trigliserida.
c. Efek insulin pada protein Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan
meningkatkan sintesis protein melalui beberapa efek:
1) Insulin mendorong transpor aktif asam amino dari darah ke dalam otot dan jaringan
lain. Efek ini menurunkan kadar asam amino dalam darah dan menyediakan bahan-
bahan untuk membentuk protein di dalam sel.
2) Insulin meningkatkan laju inkorporasi asam amino menjadi protein oleh perangkat
pembentuk protein yang ada di sel.
3) Insulin menghambat penguraian protein. Hasil keseluruhan dari efek-efek ini adalah
efek anabolik protein. Karena itu, insulin esensial bagi pertumbuhan normal

1.3 Etiologi
Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat heterogen, akan tetapi
dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai peran utama dalam mayoritas
Diabetes Melitus (Riyadi, 2011).
Adapun faktor – factor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit Diabetus
Melitus antara lain:
a. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan
terjadinya kegagalan pada sel Bmelepas insulin.
b. Factor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara lain agen
yang mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat serta
gula yang diproses secara berlebih, obesitas dan kehamilan.
c. Adanya gangguan system imunitas pada penderita / gangguan system imunologi
d. Adanya kelainan insulin
e. Pola hidup yang tidak sehat
1.4 Tanda dan Gejala
1. Sering buang air kecil
2. Sering merasa haus
3. Berat badan turun cepat
4. Merasa lemah dan gampang kelelahan
5. Gangguan Penglihatan
6. Nyeri otot dan ksesemutan
7. Perubahan kulit
8. Sering mengalami infeksi pada kulit,saluran kemih,gusi,atau vagina
1.5 Patofisiologi
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin itu sendiri, antara lain: resisten insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin terikat pada reseptor khususdi permukaan sel. Akibat dari terikatny ainsulin
tersebut maka, akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa dalam sel
tersebut. Resisstensi glukosa pada diabetes mellitus tipe II ini dapat disertai adanya
penurunan reaksi intra sel atau dalam sel. Dengan hal – hal tersebut insulin menjadi tidak
efektif untuk pengambilan glukosa oleh jaringan tersebut. Dalam mengatasai resistensi
insulin atau untuk pencegahan terbentuknya glukosa dalam darah, maka harus terdapat
peningkatan jumlah insulin dalam sel untuk disekresikan .
Pada pasien atau penderita yang toleransi glukosa yang terganggu, keadaan ini
diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan tersebut, serta kadar glukosa dalam
darah akan dipertahankan dalam angka normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi hal-
hal berikut jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan terhadap
insulin maka, kadar glukosa dalam darah akan otomatis meningkat dan terjadilah
Diabetes Melitus Tipe II ini. 11 Walaupun sudah terjadi adanya gangguan sekresi insulin
yang merupakan cirri khas dari diabetes mellitus tipe II ini, namun masih terdapat insulin
dalam sel yang adekuat untuk mencegah terjadinya pemecahan lemak dan produksi pada
badan keton yang menyertainya. Dan kejadian tersebut disebut ketoadosis diabetikum,
akan tetapi hal initidak terjadi pada penderita diabetes melitus tipe II.
1.6 Penataklasanaan Medis
Untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya penderita setelah menjalani
tindakan operasi debridement yaitu termasuk tindakan perawatan dalam jangka panjang.
a. Medis Menurut Sugondo (2009 )penatalaksaan secara medis sebagai berikut :
1) Obat hiperglikemik Oral
2) Insulin
a) Ada penurunan BB dengan drastis
b) Hiperglikemi berat
c) Munculnya ketoadosis diabetikum
d) Gangguan pada organ ginjal atau hati.
3) Pembedahan Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang
bertujuan untuk mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih sehat,
tindakannya antara lain :
a) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus diabetikum.
b) Neucrotomi
c) Amputasi
b. Keperawatan Menurut Sugondo (2009), dalam penatalaksaan medis secara
keperawatan yaitu:
1) Diit
Diit harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa.
2) Latihan
Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan – jalan
sore, senam diabetik untuk mencegah adanya ulkus.
3) Pemantauan Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara
mandiri dan optimal.
4) Terapi insulin
Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali sesudah makan dan
pada malamhari.
5) Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi bagi penderita
ulkus dm supaya penderita mampu mengetahui tanda gejala komplikasi pada
dirinya dan mampu menghindarinya.
6) Nutrisi
Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka debridement, karena
asupan nutrisi yang cukup mampu mengontrol energy yang dikeluarkan.
7) Stress Mekanik Untuk meminimalkan BB pada ulkus.
Modifikasinya adalah seperti bedrest, dimana semua pasin beraktifitas di
tempat tidur jika diperlukan. Dan setiap hari tumit kaki harus selalu dilakukan
pemeriksaan dan perawatan (medikasi) untuk mengetahui perkembangan luka
dan mencegah infeksi luka setelah dilakukan operasi debridement tersebut.
(Smelzer & Bare, 2005)
8) Tindakan pembedahan Fase pembedahan menurut Wagner ada dua klasifikasi
antara lain :
Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak dilakukan atau tidak ada.
Derajad I – IV : dilakukan bedah minor serta pengelolaan medis, dan dilakukan
perawatan dalam jangka panjang sampai dengan luka terkontrol dengan baik.
(Smelzer & Bare, 2005)
1.7 Komplikasi
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada penderita
Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain :
a. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan
jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik dan ketoadosis diabetik masuk ke
dalam komplikasi akut.
b. Komplikasi kronik. Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah
makrovaskuler dimana komplikasi ini menyerang pembuluh darah besar, kemudian
mikrovaskuler yang menyerang ke pembuuluh darah kecil bisa menyerang mata
(retinopati), dan ginjal. Komplikasi kronik yang ketiga yaitu neuropati yang
mengenai saraf. Dan yang terakhir menimbulkan gangren.
c. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan penyakit
jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan penglihatan (mata kabur
bahkan kebutaan), luka infesi dalam , penyembuhan luka yang jelek.
Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien post debridement komplikasi dapat
terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak ditangani dengan prinsip steril.

2. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Fase pengkajian merupakan sebuah komponen utama untuk mengumpulkan informasi,
data, menvalidasi data, mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data.
Pengumpulan data antara lain meliputi :
a. Biodata
1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose medis)
2) Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat, hubungan dengan
pasien)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama , biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian. Pada pasien post debridement ulkus kaki diabetik yaitu nyeri 5 – 6
(skala 0 - 10)
2) Riwayat kesehatan sekarang Data diambil saat pengkajian berisi tentang perjalanan
penyakit pasien dari sebelum dibawa ke IGD sampai dengan mendapatkan
perawatan di bangsal.
3) Riwayat kesehatan dahulu Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita
oleh pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa kali, dan dirawat di
RS berapa kali.
4) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit keluarga , adakah anggota keluarga
dari pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus karena DM ini termasuk
penyakit yang menurun.
c. Pola fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi sebelumnya,persepsi pasien dan
keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota keluarganya.
2) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari, jumlah makanan dan
minuman yang dikonsumsi, jeni makanan dan minuman, waktu berapa kali sehari,
nafsu makan menurun / tidak, jenis makanan yang disukai, penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama sakit , mencatat
konsistensi,warna, bau, dan berapa kali sehari, konstipasi, beser.
4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat dingin,
kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas setelah aktifitas, kemampuan pasien
dalam aktivitas secara mandiri.
5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang, gangguan selama
tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.
6) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan mengetahui
tentang penyakitnya
7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau perasaan tidak
percaya diri karena sakitnya.
8) Pola reproduksi dan seksual
9) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap penyakitnya, kecemasan
yang muncul tanpa alasan yang jelas.
10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi , komunikasi, car
berkomunikasi
11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan beribadah selama sakit,
ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri akibat
pembedahanskala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan rembes pada balutan. Tanda-
tanda vital pasien (peningkatan suhu, takikardi), kelemahan akibat sisa reaksi obat
anestesi.
2) Sistem pernapasan
Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada pasien post pembedahan
pola pernafasannya sedikit terganggu akibat pengaruh obat anesthesia yang
diberikan di ruang bedah dan pasien diposisikan semi fowler untuk mengurangi
atau menghilangkan sesak napas.
3) Sistem kardiovaskuler
Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
pada permukaan jantung, tekanan darah dan nadi meningkat.
4) Sistem pencernaan
Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat sisa bius,
setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang nafsu makan, bising usus,
berat badan.
5) Sistem musculoskeletal
Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada sistem ini karena pada
bagian kaki biasannya jika sudah mencapai stadium 3 – 4 dapat menyerang sampai
otot. Dan adanya penurunan aktivitas pada bagian kaki yang terkena ulkus karena
nyeri post pembedahan.
6) Sistem intregumen
Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan output yang tidak
seimbang. Pada luka post debridement kulit dikelupas untuk membuka jaringan
mati yang tersembunyi di bawah kulit tersebut.
\

2. Diagnosa keperawatan
Rumusan diagnosis
a) Nyeri akut b/d insisi pembedahan
b) Kerusakan integritas kulit b/d luka post operasi debridement
c) Resiko infeksi b/d adanya luka post debridement

3. Rencana keperawatan
No Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama :
keperawatan selama 1x8 jam a. Manajemen Nyeri
diharapkan tingkat nyeri pasien b. Pemberian Analgesik
menurun dengan kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun (5)
b. Meringis menurun (5)
c. Sikap protektif menurun (5)
d. Gelisah menurun (5)
e. Kesulitan tidur menurun (5)
2. setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama :
keperawatan selama 2 x 24 jam a. Perawatan integritas kulit
diharapkan integritas kulit klien b. Perawatan luka
meningkat dengan kriteria hasil:
a. kerusakan jaringan menurun (5)
b. kerusakan lapisan kulit menurun
(5)
c. nyeri menurun (5)
3 Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama :
keperawatan selama 1x24 jam a. Manajemen imunisasi
diharapkan tingkat infeksi klien b. Pencegahan infeksi
menurun dengan kriteria hasil :
a. Demam menurun (5)
b. Nyeri menurun (5)
c. Kemerahan menurun

4. Implementasi Keperawatan
4.1 Nyeri akut b/d insisi pembedahan
Intervensi Utama : Manajemen Nyeri
Tindakan:
1. Observasi
1) Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang dudah diberikan
9) Monitor efej samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
[mis.TENS,hipnosis,akupresur,terapi musik,biofeedback,terapi
pijat,aromaterapi,teknik imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin,terapi
bermain]
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri [mis. Suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan]
3) Fasilitas istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
1) Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan anlgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
4.2 Gangguan integritas kulit b/d luka post operasi debridement
Intervensi Utama : Perawatan Integritas Kulit
Tindakan :
1. Observasi
1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit [mis, perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas]
2. Terapeutik
1) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2) Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
3) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
4) Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
5) Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
6) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
3. Edukasi
1) Anjurkan menggunakan pelembab [mis.lotion, serum]
2) Anjurkan minum air yang cukup
3) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5) Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
6) Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah
7) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
4.3 Resiko infeksi b/d adanya luka post debridement
Intervensi Utama : pencegahan infeksi
Tindakan :
1. Observasi
1) Monitor tanda dan gejala innfeksi lokal dan sistemik
2. Terapeutik
1) Batasi jumlah pengunjung
2) Berikan perawatan kulit pada area edema
3) Cuci tangan seesudah dan sebelum kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
4) Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
3. Edukasi
1) Jelaskan tanda ddan gejala infeksi
2) Ajarkann cara mencuci tangan dengan benar
3) Ajarkan etika batuk
4) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5) Anjurkan meningkatkan assupan nutrisi
6) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian imunisasi
5. Evaluasi
No Evaluasi
1. 1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Sikap protektif menurun
4. Gelisah menurun
5. Kesulitan tidur menurun
2. 1. kerusakan jaringan menurun
2. kerusakan lapisan kulit menurun
3. nyeri menurun
1. Demam menurun
2. Nyeri menurun
3 3. Kemerahan menurun

DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer, 2005. Kapita selekta kedokteran. Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Corwin, EJ. 2009. Buku saku pastofisiologi. Jakarta: EGC.
Muttaqin (2008)
Nanda (2013)
Nursallam, (2011)
Santosa, Budi. 2007. Panduan diagnose Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika.
Sugondo (2009)

Anda mungkin juga menyukai