Anda di halaman 1dari 8

539

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM RANGKA MEMBERANTAS


TINDAK PIDANA KORUPSI SECARA ELEKTRONIK

F.H. Edy Nugroho


Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Jakarta
E-mail: idegraha@yahoo.co.id

Abstract

Eradication of corruption in repressive/enforcement/penal would be more effective if accompanied


by efforts in preventive/precautionary/non penal. One of the sources of corruption that resulted in
losses to the state and the country’s economy is in terms of government procurement of goods and
services. Efforts to prevent corruption in the procurement of government goods and services, as well
as efforts to create good governance and free from corruption, collusion and nepotism in providing
services to the public, is to utilize information and communication technology, in the form of e-
government and e-procurement, as part of efforts to eradicate corruption in Indonesia.

Key words: corruption, prevention, eradication, e-government, e-procurement.

Abstrak

Pemberantasan tindak pidana korupsi secara represif/penindakan/penal akan lebih efektif apabila
disertai dengan upaya secara preventif/pencegahan/non penal. Salah satu sumber korupsi yang
mengakibatkan kerugian keuangan negara dan perekonomian negara adalah dalam hal pengadaan
barang dan jasa pemerintah. Upaya mencegah tindak pidana korupsi dalam pengadaan barang dan jasa
pemerintah, serta upaya untuk menciptakan pemerintahan yang baik serta bebas dari korupsi, kolusi
dan nepotisme dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, adalah dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi, yaitu berupa e-government dan e-procurement, sebagai bagian
dari upaya untuk memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia.

Kata Kunci: tindak pidana korupsi, pencegahan, pemberantasan, e-government, e-procurement.

Pendahuluan rantas hingga tuntas secara komprehensif. Pem-


Indeks Pesepsi Korupsi (IPK) yang dike- berantasan tindak pidana korupsi perlu dila-
luarkan oleh Transparansi Internasional Indone- kukan melalui upaya pemberantasan secara re-
sia (TII) pada tahum 2013 menunjukkan penu- presif/penindakan/penal dan secara preventif/
runan peringkat Indonesia dibandingkan tahun pencegahan/non penal. Pemberantasan tindak
2012. Pada tahun 2012 Indonesia berada di pe- pidana korupsi tidak semata-mata hanya memu-
ringkat 110, sedangkan pada tahun 2013 berada satkan perhatian pada penanganan terhadap
di peringkat 118 dari 177 negara yang disurvei. kasus tindak pidana korupsi yang telah terjadi,
Peringkat Indonesia berada di bawah negara- tetapi juga harus diiringi dengan upaya untuk
negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Fili- melakukan pencegahan agar tidak terjadi tin-
pina dan Tahiland, dan bahkan di bawah Timor dak pidana korupsi.
Leste. Pada tahun 2013 Indonesia mendapatkan Pemberantasan tindak pidana secara re-
skor yang sama dengan tahun 2012 yaitu 32.1 presif/penindakan/penal dapat menanggulangi
Tindak pidana korupsi menimbulkan dam- tindak pidana korupsi dan mengembalikan keru-
pak negatif yang besar bagi suatu bangsa. Oleh gian keuangan negara dan perekonomian nega-
karena itu tindak pidana korupsi harus dibe- ra dalam jumlah yang lebih sedikit, jika diban-

1
Lihat di website: http://www.antikorupsi.org/id/con
tent/indonesia-terkorup-No.-36-survei-transparency -
international, diakses pada taggal 2 Mei 2014.
540 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

dingkan dengan tindakan secara preventif/pen- (korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan pu-
cegahan/non penal, yang dapat mencegah po- blik dan pengaruh untuk tujuan-tujuan pribadi).
tensi kerugian keuangan negara dan kerugian Tingginya tingkat korupsi di Indonesia
perekonomian negara dalam jumlah yang lebih mengindikasikan bahwa tindak pidana korupsi di
besar. Indonesia telah meluas pada berbagai bidang
Perkembangan teknologi, khususnya tek- kehidupan masyarakat serta telah berlangsung
nologi sistem informasi dan komunikasi, me- dalam jangka waktu yang lama, sehingga meng-
mungkinkan untuk dilakukannya upaya pence- akibatkan terjadinya kumulasi kerugian keuang-
gahan tindak pidana korupsi dengan meman- an negara dan kerugian perekonomian negara
faatkan penerapan teknologi tersebut, atau de- dalam jumlah yang besar. Tindak pidana korup-
ngan kata lain tindak pidana korupsi dapat di- si tidak hanya mengakibatkan kerugian keuangan
cegah secara elektronik. Penerapan teknologi negara dan perekonomian negara saja, tetapi ju-
sistem informasi dan komunikasi tersebut, diha- ga berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan
rapkan dapat memberikan kontribusi yang signi- masyarakat serta terhambatnya pembangunan
fikan bagi pemberantasan tindak pidana korupsi nasional.
di Indonesia, khsususnya dalam pengadaan ba- Korupsi di Indonesia dapat dianggap seba-
rang dan jasa pemerintah dengan menggunakan gai hypercorruption, dimana terjadi gabungan
e-procurement, serta penggunaan teknologi in- antara state capture dan administrative cor-
formasi oleh pemerintah (e-government) untuk rupttion. Secara umum gejala ini ditandai de-
memberikan informasi dan pelayanan bagi war- ngan beradanya Indonesia dalam peringkat atas
ganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang negara dengan tingkat korupsi yang tinggi.
berhubungan dengan pemerintahan. Pemahaman terhadap gejala korupsi di
Berdasarkan uraian tersebut di atas, ma- Indonesia akan mempermudah cara mengata-
ka dalam tulisan ini akan dibahas: petama, ba- sinya guna memperbaiki strategi yang selama ini
gaimana upaya pemberantasan tindak pidana telah dilakukan. Pengalaman selama ini me-
korupsi yang dapat dilakukan; kedua, bagaima- nunjukkan bahwa pembentukan lembaga anti
na pemanfaatan teknologi informasi dalam korupsi yang merupakan bagian dari program
rangka memberantas tindak pidana korupsi se- anti korupsi saja akan sulit untuk mengatasi
cara elektronik. hypercorruption. Suatu strategi nasional berupa
gerakan masyarakat dengan mengikutsertakan
Pembahasan masyarakat luas (civil society) yang secara aktif
Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Pemberan- berfungsi sebagai co-government akan memberi
tasannya peluang yang lebih besar untuk memerangi
Korupsi merupakan salah satu masalah hypercorruption. Selain itu, dalam jangka pan-
terbesar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia jang perlu dikembangkan budaya transparansi
sampai saat ini. Upaya pemberantasa tindak pi- dan akuntabilitas pada masyarakat luas.3
dana korupsi yang telah dilakukan di Indonesia Strategi anti korupsi yang baik adalah
cenderung parsial dan tidak didukung dengan strategi yang telah mempertimbangkan semua
desain strategi yang komprehensif untuk mem- faktor yang berpengaruh, serta dengan mela-
berantas tindak pidana korupsi secara signi- kukan diagnose yang benar terhadap permasa-
fikan. lahan korupsi yang dihadapi. Strategi anti korup-
Waterbury memberikan definisi tentang si juga harus diarahkan pada penguatan peran
korupsi sebagai berikut: “corruption is the abuse masyarakat dalam mengawasi pemerintah serta
of public power and influence for privat ends.”2 penguatan publik dan partisipasi masyarakat da-

2 3
John Waterbury, “New Concepts for Old ?”, Third World Iwan Gardono Sujatmiko, “Hypercorruption dan Strategi
Quarterly Journal, Vol. 20, No. 3, 1999, London: Rout- Pemberantasan Korupsi”, Jurnal Kriminologi Indonesia,
ledge, hlm. 13. Vol. 2, No. 1, Januari 2002, Jakarta: Universitas Indo-
nesia, hlm. 25.
Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Rangka Memberantas Tindak Pidana Korupsi Secara Elektronik 541

lam pemberantasan korupsi. Akuntabilitas pub- Upaya Mencegah Tindak Pidana Korupsi Mela-
lik dan partisipasi masyarakat merupakan instru- lui E-Government
men yang penting dalam menanggulangi korup- Teknologi informasi dan komunikasi me-
si.4 rupakan salah satu teknologi yang berkembang
Korupsi adalah kejahatan kalkulasi yang dengan sangat pesat. Pesatnya perkembangan
menggunakan pikiran, dan bukan kejahatan yang teknologi informasi dan komunikasi akan men-
didorong oleh emosi. Seorang pejabat yang jujur ciptakan (to create), mengakses (to access), me-
dan mampu menolak suap, jika suap yang dita- ngolah (to process), dan memanfaatkan (to uti-
warkan jumlahnya besar sedangkan kemungkin- lize) informasi secara tepat dan akurat. Informa-
an tertangkapnya sangat kecil, dan jika tertang- si merupakan suatu komoditi yang sangat ber-
kap sanksi yang dijatuhkan sangat ringan, maka harga di era globalisasi untuk dikuasai dalam
akan banyak pejabat yang tergoda untuk mene- rangka meningkatkan daya saing suatu organi-
rima suap. Oleh karena itu penanggulangan ko- sasi secara berkelanjutan.7
rupsi harus melalui sebuah sistem. Monopoli ha- Pemerintahan di seluruh dunia pada saat
rus dikikis dan dilenyapkan, batas-batas wewe- ini menghadapi tekanan dari berbagai pihak
nang harus jelas, akuntabilitas harus ditingkat- untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik
kan, kemungkinan tertangkap tangan harus di- dan meningkatkan partisipasi aktif dalam pem-
perbesar, dan hukum bagi pelaku tindak pidana berian informasi bagi masyarakat serta dituntut
korupsi harus diperberat.5 untuk lebih efektif. Hal tersebut menyebabkan
Pemahaman terhadap aspek-aspek korup- e-Government atau pemerintahan berbasis e-
si serta penyebabnya, dalam konteks situasi lektronik semakin berperan penting bagi semua
tertentu, menjadikan reformasi anti korupsi da- pengambil keputusan. Pemerintah Tradisional
pat dilakukan. Gerakan ini melalui proses dua ta- (traditional government) yang identik dengan
hap. Pertama, merumuskan kebijaksanaan un- paper-based administration mulai ditinggalkan.
tuk menangani penyebab-penyebab pokok ko- Transformasi dari traditional government men-
rupsi. Kedua, menciptakan dan menumbuhkan jadi electronic government (e-Government)
kemauan politik (political will) yang sangat kru- menjadi salah satu isu kebijakan publik yang ha-
sial bagi implementasi gerakan reformasi anti- ngat dibicarakan belakangan ini.8
korupsi. Pemerintah Indonesia dalam menjawab
Kedua tahap tersebut mencerminkan pe- tantangan tersebut, telah berinisiatif membuat
ranan penting pemerintah dan birokrasi dalam kebijakan untuk memanfaatkan teknologi infor-
gerakan anti korupsi. Gerakan ini membutuhkan masi dan komunikasi untuk membangun Elec-
good governance yang demokratis, kredibel, tronic Government for Good Governance yang
akuntabel dan transparan dalam mengelola sek- terintegrasi dari mulai pemerintahan daerah
tor publik. Oleh Karena itu langkah awal yang hingga ke pusat. Tujuannya supaya infrastruk-
paling penting adalah untuk meningkatkan tun- tur teknologi informasi dan komunikasi yang
tutan-tuntutan reformasi pada level pemerin- akan dibangun dapat dimanfaatkan secara ber-
tahan, lalu di level masyarakat bisnis dan ke- sama untuk melakukan koordinasi terhadap se-
mudian level publik.6 luruh instansi, baik di pusat maupun di daerah.

4 7
Teguh Kurniawan, “Peranan Akuntabilitas Publik dan Zainal A. Hasibuan, “Langkah-Langkah Strategis dan Tak-
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi tis Pengembangan E-Government untuk Pemda”, Jurnal
Pemerintahan”, Bisnis dan Birokrasi, Jurnal Ilmu Admi- Sistem Informasi, Vol. 3, No. 1, 2007, Jakarta: Magister
nistrasi dan Organisasi, Vol. 16, No. 2, 2009, Jakarta: Teknologi Informasi (MTI) Universitas Indonesia, hlm. 1.
8
FISIP UI, hlm. 120. Erick.S. Holle, “Pelayanan Publik Melalui Electronic Go-
5
Siti Fatimah, “Korupsi: Menelusuri Akar Persoalan dan vernment: Upaya Meminimalisir Praktik Maladministrasi
Menemukan Alternatif Pemecahannya”, e-Journal.unp. dalam Meningkatkan Public Service”, Jurnal Sasi, Vol.
ac.id, Demokrasi, Vol. 8, No. 2, 2007, Padang: Fakultas 17, No. 3, Bulan Juli-September 2011, Ambon: FH Uni-
Ilmu Sosial Politik, Universitas Negeri Padang. hlm. 31. versitas Pattimura, hlm 21.
6
Azyumardi Azra, “Korupsi dalam Prespektif Good Go-
vernance”, Jurnal Kriminologi Indonesia, Vol. 2 No. 1,
2002, Jakarta: Universitas Indonesia, hlm. 33.
542 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

Kebijakan pemerintah tersebut antara lain di- ngan pengguna jasa layanan. Melalui penerapan
tuangkan dalam bentuk Instruksi Presiden (In- e-Government dapat dicegah terjadinya praktik
pres) Nomor 3 Tahun 2003 dan Keputusan Men- maladministrasi seperti kolusi dan nepotisme,
teri Komunikasi dan Informasi tentang Pengem- penyalahgunaan wewenang, permintaan imba-
bangan e-Gov yang merupakan wujud keinginan lan uang, suap, dan bentuk praktik-praktik ma-
pemerintah dalam upaya mendorong bangsa In- ladministrasi lainnya. 10
donesia menuju masyarakat yang berbasis pe-
ngetahuan (Knowledge-based Society). Instruksi Upaya Mencegah Tindak Pidana Korupsi Mela-
Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebija- lui E-Procurement
kan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Gov Pelayanan pengadaan barang dan jasa di
Indonesia, antara lain berisikan panduan yang lingkungan instansi pemerintah saat ini mulai
sudah disosialisasikan, diantaranya sebagai be- dikembangkan penggunaan electronic procure-
rikut. Pertama, Panduan pembangunan infra- ment (e-procurement). Dengan menggunakan e-
struktur portal pemerintah; kedua, Panduan procurement, maka maladministrasi, seperti
manajemen sistem dokumen elektronik; ketiga, persekongkolan antara pengusaha (pelaku ten-
Panduan penyusunan rencana induk pengemba- der) dengan oknum panitia tender tidak terjadi
ngan e-Gov lembaga; keempat, Panduan penye- lagi.11
lenggaraan situs web pemerintah daerah; dan Salah satu kegiatan pemerintah yang me-
kelima, Panduan tentang pendidikan dan pelati- mungkinkan terjadinya tindak pidana korupsi
han SDM e-Gov. Kebutuhan akan tersedianya in- atau kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) ada-
formasi dari berbagai panduan tersebut, seku- lah pengadaan barang dan jasa pemerintah. Pe-
rang-kurangnya akan memiliki sifat-sifat antara ngadaan barang dan jasa pada hakekatnya ada-
lain: cakupannya luas, mudah digunakan, terki- lah kegiatan untuk memperoleh barang dan ja-
ni, aman, serta murah. sa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Pe-
E-Government pada dasarnya memberikan rangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya
layanan informasi kepada sesama institusi peme- dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai di-
rintah (Government to Government–G2G), kepa- selesaikannya seluruh kegiatan untuk memper-
da dunia bisnis (Government to Business–G2B) oleh barang dan jasa.12
dan kepada masyarakat (Government to Citizen Pengadaan barang dan jasa pada dasarnya
– G2C), dengan tujuan sebagai yaitu: mampu adalah upaya pihak pengguna untuk mendapat-
memberikan informasi lengkap mengenai lemba- kan atau mewujudkan barang dan jasa yang di-
ga atau daerah untuk kemajuan ekonomi dan inginkannya dengan menggunakan metode dan
pembangunan daerah, dan peningkatan kinerja proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga,
proses pelayanan (peningkatan efektivitas dan waktu dan kesepakatan lainnya. Agar hakekat
produktivitas); dan mampu mengoptimalkan atau esensi pengadaan barang dan jasa tersebut
penggunaan sumber daya (resources) seperti dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka kedua
waktu, tenaga, budget, dan fasilitas lainnya (pe- belah pihak yaitu pihak pengguna dan penyedia
ningkatan efisiensi).9 haruslah selalu berpatokan kepada filosofi peng-
Praktik maladministrasi dapat terjadi da- adaan barang dan jasa, tunduk kepada etika dan
ri kegiatan pelayanan publik yang diberikan pa- norma pengadaan barang dan jasa yang baku.
ra pejabat publik kepada warga masyarakat. Dimana proses pengadaan barang dan jasa di
Praktik maladministrasi cenderung terjadi pada Indonesia diatur dalam Peraturan Presiden No.
pelayanan publik yang disediakan dengan cara
kontak langsung antara penyedia layanan de-

9 12
Zainal A. Hasibuan, op.cit., hlm. 1. Endang Asliana, “Pengadaan Barang dan Jasa di Indo-
10
Erick.S. Holle, op.cit., hlm 24-26. nesia”, Jurnal Ilmian ESAI, Vol. 6, No. 1, Januari 2012,
11
Ibid., hlm 26. Lampung: Jurusan Ekonomi dan Bisnis, Politeknik Negeri
Lampung, hlm. 22.
Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Rangka Memberantas Tindak Pidana Korupsi Secara Elektronik 543

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan ngan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pe-
Jasa Pemerintah.13 ngadaan Barang dan Jasa Pemeritah (LKPP) No.
E-Procurement (Electronic Procurement) 18 Tahun 2012 tentang Tata Cara E-Tendering.
merupakan proses pengadaan barang dan jasa Selain itu Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang
yang meliputi pengumuman pelelangan, permin- dan Jasa Pemeritah (LKPP) juga menyediakan fa-
taan spesifikasi barang dan jasa beserta harga, silitas katalog elektronik (e-catalog), yaitu sis-
negosiasi atau tawar menawar harga, lelang, pe- tem informasi elektronik yang memuat daftar,
mesanan barang dan jasa (terbentuknya purcha- jenis, spesifikasi teknis dan harga barang ter-
se order), dan keterangan status pengiriman ba- tentu dari berbagai penyedia barang dan jasa
rang dan jasa, yang dilakukan secara online pemerintah, proses audit secara online (e-
menggunakan teknologi internet,14 yang dise- audit), dan tata cara pembelian barang dan jasa
lenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara melalui katalog elektronik (e-purchasing).
Elektronik (LPSE). Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SP-
Dasar hukum pembentukan Layanan Pe- SE) merupakan aplikasi e-procurement yang di-
ngadaan Secara Elektronik (LPSE) adalah Pasal kembangkan oleh Direktorat e-Procurement
111 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa
tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, Pemeritah (LKPP) untuk digunakan oleh Layanan
yang ketentuan teknis operasionalnya diatur Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di seluruh
dalam Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pe- Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
ngadaan Barang dan Jasa Pemeritah (LKPP)15 No- Daerah/Institusi lainnya (K/L/D/I). Aplikasi ter-
2 Tahun 2010 tentang Layanan Pengadaan Se- sebut dikembangkan dengan semangat efisiensi
cara Elektronik. Layanan Pengadaan Secara nasional, sehingga tidak memerlukan biaya li-
Elektronik (LPSE) dalam menyelenggarakan sis- sensi, baik lisensi Sistem Pengadaan Secara Elek-
tem pelayanan pengadaan barang dan jasa juga tronik (SPSE), maupun perangkat lunak pendu-
wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang kungnya. Sistem Pengadaan Secara Elektronik
ditentukan dalam Undang-undang Nomor 11 Ta- (SPSE) dikembangkan oleh Lembaga Kebijakan
hun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elek- Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)
tronik. bekerjasama dengan: Lembaga Sandi Negara
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ (Lemsaneg) untuk fungsi enkripsi dokumen; dan
Jasa Pemerintah (LKPP) merupakan Lembaga Pe- Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
merintah Non Departemen yang berada di bawah (BPKP) untuk sub sistem audit.16
dan bertanggung jawab kepada Presiden dan Prinsip-prinsip yang harus diterapkan da-
dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden No. lam pengadaan barang dan jasa pemerintah se-
106 Tahun 2007. LKPP merupakan lembaga pe- bagaimana tertuang pada penjelasan Pasal 5
merintah satu-satunya yang mempunyai tugas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, ada-
melaksanakan pengembangan dan perumusan lah sebagai berikut. Pertama, efisien. Efisien pe-
kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah, ngadaan diukur terhadap seberapa besar upaya
dan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang dilakukan untuk memperoleh barang dan
LKPP dikoordinasikan oleh Menteri Negara Pe- jasa dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan.
rencanan Pembangunan Nasional. Upaya yang dimaksud mencakup dana dan daya
Layanan yang tersedia dalam Sistem Se- yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dan
cara Elektronik diantaranya adalah e-tendering, jasa. Kedua, efektif. Efektivitas pengadaan di-
yang ketentuan teknis operasionalnya diatur de- ukur terhadap seberapa jauh barang dan jasa

13
Ibid, hlm. 22. 2010, Jakarta: Program Pascasarjana Teknologi Infor-
14
Humisar Hasugian, “Kajian Penerapan E-Procurement In- masi, Universitas Budi Luhur, hlm. 117.
15
dustri Konstruksi: Studi Kasus pada P.T. Rekayasa Indus- Dikutip dari http://www.lpse.jakarta.go.id/eproc/ten
tri”, Jurnal Telematika MKOM, Vol. 2, No. 2, September tangkami, diakses pada tanggal 29 Mei 2014.
16
Ibid.
544 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

yang diperoleh dari proses pengadaan dapat kan bagi peserta lelang yang tidak berada dalam
mencapai spesifikasi yang sudah ditetapkan. Ke- jaringan juga dapat turut serta.17 Kebijakan
tiga, transparan. Bagaimana proses pengadaan implementasi e-procurement dilakukan dengan
barang dan jasa dilakukan dapat diketahui se- cara mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan
cara luas. Proses yang dimaksud meliputi dasar teknologi informasi untuk mewujudkan good go-
hukum, ketentuan-ketentuan, tata cara, meka- vernance melalui pengadaan barang dan jasa
nisme, aturan main, spesifikasi barang dan jasa, yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme
dan semua hal yang terkait dengan bagaimana (KKN).18
proses penga-daan barang dan jasa dilakukan. E-procurement juga berdampak terhadap
Dapat diketahui secara luas berarti semua infor- interaksi yang terjadi antara pelaku usaha
masi tentang proses tersebut mudah diperoleh dengan pemerintah. Jika di masa lalu, pelaku
dan mudah diakses oleh masyarakat umum, ter- usaha perlu sering mendatangi instansi pemerin-
utama penyedia barang dan jasa yang berminat. tah di masing-masing sektor dan mendekati pi-
Keempat, terbuka. Berarti pengadaan barang hak yang terkait untuk mendapatkan informasi
dan jasa dapat diikuti oleh semua orang penye- tentang peluang pengadaan, maka kini informasi
dia barang dan jasa yang memenuhi persyaratan tersebut telah tersedia dalam sistem. Akibatnya,
atau kriteria yang ditetapkan sesuai ketentuan terjadi perubahan cara berinteraksi dimana fre-
yang berlaku. Kelima, bersaing: Proses pengada- kuensi komunikasi melalui sistem e-procurement
an barang dapat menciptakan iklim atau suasana meningkat sedangkan frekuensi tatap muka
persaingan yang sehat diantara para penyedia menjadi jauh berkurang.19
barang dan jasa, tidak ada intervensi yang dapat Manfaat lain dari e-procurement dianta-
mengganggu mekanisme, sehingga dapat mena- ranya adalah sebagai berikut. Pertama, mening-
rik minat sebanyak mungkin penyedia barang katkan transparansi dan akuntabilitas dalam pe-
dan jasa untuk mengikuti lelang atau seleksi ngadaan barang dan jasa pemerintah; kedua,
yang pada gilirannya dapat diharapkan untuk menjamin persamaan kesempatan, akses dan
memperoleh barang dan jasa dengan kualitas hak yang sama bagi para pihak pelaku pengadaan
yang maksimal. Keenam, adil/tidak diskrimina- barang dan jasa; ketiga, menciptakan situasi
tif. Proses pengadaan dapat memberikan perla- yang kondusif agar terjadi persaingan yang sehat
kuan yang sama bagi semua calon penyedia ba- antar penyedia barang dan jasa; keempat, men-
rang dan jasa dan tidak mengarah untuk mem- ciptakan situasi yang kondusif bagi aparatur pe-
berikan keuntungan pada pihak tertentu, kecuali merintah dan menjamin terselenggaranya komu-
diatur dalam peraturan ini. Sebagai usaha bahwa nikasi online untuk mengurangi intensitas perte-
dalam peraturan ini mengatur agar melibatkan muan langsung antara penyedia barang dan jasa
sebanyak mungkin usaha kecil, usaha menengah dengan panitia pengadaan dalam mendukung
dan koperasi kecil. Disamping itu juga menguta- pemerintahan yang besih dan bebas dari korupsi,
makan produksi dalam negeri. Ketujuh, akunta- kolusi dan nepotisme (KKN); kelima, memberi
bel. Harus sesuai dengan aturan dan ketentuan keadilan bagi seluruh peserta lelang, baik peser-
yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa ta dari penyedia barang dan jasa dengan kualifi-
sehingga dapat dipertanggungjawabkan. kasi kecil atau non kecil; keenam, memudahkan
E-Procurement dapat menjadi instrumen bagi peserta lelang untuk mengikuti semua taha-
untuk mengurangi tindakan korupsi, kolusi dan pan lelang sesuai regulasi yang ada dengan pe-
nepotisme (KKN), karena melalui e-procurement manfaatan teknologi informasi (internet); dan
lelang menjadi terbuka, sehingga akan muncul
penawaran-penawaran yang lebih rasional, bah-

17 18
Kodar Udoyono, “E-Procurement dalam Pengadaan Ba- Ibid., hlm. 129-130.
19
rang dan Jasa untuk Mewujudkan Akuntabilitas di Kota Ibid., hlm. 130.
Yogyakarta”, Jurnal Studi Pemerintahan, Vol. 3, No. 1,
Februari 2012, Yogyakarta: UMY, hlm. 128.
Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Rangka Memberantas Tindak Pidana Korupsi Secara Elektronik 545

ketujuh, mengurangi dan menekan biaya dari ke- dak transparan, integritas panitia lemah, panitia
dua belah pihak.20 memihak atau tidak independen dengan cara
Sistem e-procurement bukan merupakan menambah persyaratan untuk membatasi jum-
sistem yang sempurna sepenuhnya untuk penga- lah peserta; (h) Adanya kekuatan politik yang
daan barang dan jasa pemerintah, beberapa terlibat dalam proses pengadaan barang dan ja-
kendala atau kekurangan dari bekerjasanya sis- sa secara elektronik, dalam bentuk peraturan
tem maupun personil yang mengoperasikan-nya perundang-undangan yang dikeluarkan oleh ke-
perlu untuk diantisipasi, seperti misalnya: (a) pada daerah. Bentuk dukungan politik dilakukan
Penyedia jasa dan pengguna jasa yang kurang dengan mengeluarkan suatu peraturan perun-
memahami sistem e-procurement di Layanan dang-undangan dan mengevaluasi langsung ja-
Pengadaan Secara Elektronik (LPSE); (b) Koneksi lannya e-procurement, serta adanya relasi po-
internet yang kurang baik dapat menyulitkan litik antara para pejabat dengan pengusaha.22
proses download dan upload dokumen; (c) Pe- Masyarakat memiliki peranan yang sangat
madaman listrik oleh PLN yang dapat meng- penting untuk melakukan kontrol terhadap
ganggu pelayanan; (d) Minimnya sosialisasi ke- proses lelang, dimana dengan sistem yang ter-
pada peserta lelang sehingga banyak yang tidak buka dan mudah diakses. Masyarakat dapat
mengerti proses lelang dengan e-procurement; menyampaikan keberatan apabila proses lelang
(e) Minimnya dukungan dari pimpinan daerah tidak sesuai dengan prosedur atau terindikasi
untuk mendukung Layanan Pengadaan Secara terjadi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).23
Elektronik (LPSE);21 (f) Kelemahan regulasi da-
lam pengadaan barang dan jasa pemerintah se- Penutup
cara elektronik sulit diawasi oleh masyarakat Simpulan
dalam proses implementasi tender, karena da- Tindak pidana korupsi merupakan salah
lam regulasi tidak ada pengaturan dalam moni- satu masalah terbesar bagi bangsa Indonesia.
toring pelaksanaan tender. Aparat pengawasan Pemberantasan tindak pidana korupsi perlu di-
fungsional pemeritah sering kurang antisipatif lakukan secara komprehensif baik secara penal/
dalam melaksanakan tugasnya, dan tim penga- penindakan maupun non penal/pencegahan, de-
was independen jarang dilibatkan, sehingga ke- ngan melibatkan partisipasi masyarakat secara
rap muncul masalah, seperti misalnya : adanya luas.
sertifikasi perusahaan yang tidak fair, pengge- Teknologi informasi dan komunikasi me-
lembungan harga karena tidak ada institusi yang rupakan salah satu teknologi yang berkembang
mengawasi tarif atau standar harga; (g) Pem- dengan pesat, dan dapat dimanfaatkan untuk
bentukan panitia pengadaan barang dan jasa membantu mencegah tindak pidana korupsi. Me-
merupakan langkah stratejik dan harus diwaspa- lalui penerapan electronic government (e-gover-
dai dalam proses pengadaan barang dan jasa, se- nmet) dapat dicegah terjadinya maladministrasi
bab berkembangnya korupsi, kolusi dan nepotis- dalam pelayanan publik, seperti korupsi, kolusi
me (KKN) dalam proses pengadaan pemerintah dan nepotisme (KKN), penyalahgunaan wewe-
sangat tergantung pada komitmen panitia lelang nang, suap dan sebagainya. Pengadaan barang
yang akan sangat berpengaruh terhadap bersih dan jasa di lingkungan instansi pemerintah yang
tidaknya proses pengadaan barang dan jasa di sarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme
suatu unit kerja pemerintah. Beberapa masalah (KKN) dapat pula dicegah dengan menerapkan
yang terkait dengan tahap ini adalah panitia ti- electronic procurement (e-procurement). Se-

20 21
I Made Suciptapura, I.G.A. Adnyana Putera, Mayun Na- Edy Mulyono, Martoyo, Endang Indri Listiani, “Implemen-
diasa, “Partisipasi Kontraktor di Kota Denpasar dalam tasi Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Berdasarkan
Lelang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Secara Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010”, Jurnal Tesis
Elektronik”, Jurnal Spektra, Vol. 2, No. 2, Juli 2013, PMIS, Pontianak: UNTAN-PSIAN-2013, hlm. 13-14
22
Denpasa: Program Magister Teknik Sipil, Universitas Kodar Udoyono, Op.Cit., hlm 141-145.
23
Udayana, hlm. 23. Edy Mulyono, Martoyo, Endang Indri Listiani, op.cit.,
hlm. 14.
546 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

hingga penawaran menjadi lebih rasional, efi- matika MKOM. Volume 2. Nomor 2. Sep-
sien, adil, transparan dan akuntabel. tember 2010. Jakarta: Program Pasca-
sarjana Teknologi Informasi. Universitas
Budi Luhur;
Saran
Kurniawan, Teguh. “Peranan Akuntabilitas Pub-
Menciptakan pemerintahan yang baik,
lik dan Partisipasi Masyarakat dalam Pem-
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepo- berantasan Korupsi Pemerintahan”. Bisnis
tisme, melalui e-government, serta upaya pe- dan Birokrasi. Jurnal Ilmu Administrasi
ngadaan barang dan jasa secara elektronik me- dan Organisasi. Vol. 16 No. 2 2009. Jakar-
lalui e-procurement, sudah selayaknya wajib di- ta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia;
terapkan pada seluruh instansi pemerintah.
Mulai dari pemerintahan pusat sampai daerah, Mulyono, Edy. Martoyo. Endang Indri Listiani.
“Implementasi Pengadaan Barang dan
serta pada lembaga-lembaga negara. Hal ini
Jasa Pemerintah Berdasarkan Peraturan
dilakukan sebagai bagian dari tindakan pencega- Presiden Nomor 54 Tahun 2010”. Jurnal
han terjadinya korupsi dalam rangka memberan- Tesis PMIS. 2013. Pontianak: UNTAN-
tas tindak pidana korupsi di Indonesia. PSIAN;
Suciptapura I, Made. I.G.A. Adnyana Putera.
Mayun Nadiasa. “Partisipasi Kontraktor di
Daftar Pustaka
Kota Denpasar dalam Lelang Pengadaan
Azyumardi, Azra. “Korupsi dalam Prespektif Barang dan Jasa Pemerintah Secara Elek-
Good Governance”. Jurnal Kriminologi In- tronik”. Jurnal Spektra. Vol. 2 No. 2 Juli
donesia. Vol. 2 No. 1 2002. Jakarta: Uni- 2013. Denpasar: Program Magister Teknik
versitas Indonesia; Sipil. Universitas Udayana;
Endang, Asliana. “Pengadaan Barang dan Jasa di Sujatmiko, Iwan Gardono. “Hypercorruption dan
Indonesia”. Jurnal Ilmian ESAI. Vol. 6 No. Strategi Pemberantasan Korupsi”. Jurnal
1 Januari 2012. Lampung: Jurusan Ekono- Kriminologi Indonesia. Vol. 2 No. 1 Janua-
mi dan Bisnis. Politeknik Negeri Lampung; ri 2002. Jakarta: Universitas Indonesia;
Erick, S, Holle. “Pelayanan Publik Melalui Elec- Udoyono, Kodar. “E-Procurement dalam Penga-
tronic Government: Upaya Meminimalisir daan Barang dan Jasa untuk Mewujudkan
Praktik Maladministrasi dalam Mening- Akuntabilitas di Kota Yogyakarta”. Jurnal
katkan Public Service”. Jurnal Sasi. Vol. Studi Pemerintahan. Vol. 3 No. 1 Februari
17. No. 3. Bulan Juli-September 2011. Am- 2012. Yogyakarta: Universitas Muhamma-
bon: Fakultas Hukum. Universitas Patti- diyah Yogyakarta;
mura;
Waterbury, John. “New Concepts for Old ?”.
Fatimah, Siti. “Korupsi: Menelusuri Akar Persoa- Third World Quarterly Journal. Vol. 20
lan dan Menemukan Alternatif Pemeca- No.3 tahun 1999. London: Roudledge;
hannya”. e-Journal.unp.ac.id. Demokra-
Zainal, A, Hasibuan. “Langkah-Langkah Strategis
si. Vol. VI. No. 1 2007. Padang: Fakultas
dan Taktis Pengembangan E-Government
Ilmu Sosial Politik. Universitas Negeri
untuk Pemda”. Jurnal Sistem Informasi.
Padang;
Volume 3. Nomor 1. 2007. Jakarta: Magis-
Hasugian, Humisar. “Kajian Penerapan E-Pro- ter Teknologi Informasi (MTI) Universitas
curement Industri Konstruksi: Studi Kasus Indonesia.
pada P.T. Rekayasa Industri”. Jurnal Tele-

Anda mungkin juga menyukai