Anda di halaman 1dari 4

NAMA : AL DONNA

NPM : 1905160637
KELAS : 3 L MANAJEMEN PAGI
MATKUL : MUAMALAH

Resume Pertemuan Ke-7

JUDUL (BANK KONVENSIONAL & BANK SYARIAH)

Membedakan bank konvesional dan bank syariah


A. Bank Konvensional
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Bank Konvensional adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Martono (2002) menjelaskan prinsip konvensional yang digunakan bank konvensional menggunakan
dua metode, yaitu :

 Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti tabungan,
deposito berjangka, maupun produk pinjaman (kredit) yang diberikan berdasarkan
tingkat bunga tertentu.
 Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank menggunakan atau menerapakan berbagai
biaya dalam nominal atau prosentase tertentu. Sistem penetapan biaya ini disebut fee
based.

B. Bank Syariah

1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja (sesuai syariat agama)


2. Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagian dunia
akhirat
3. Berdasarkan prinsip bagi hasil yang telh disepakati kedua belah pihak, dimana ;

 Besarnya disepakati pada waktu akad dengan berpedoman kepada kemungkinan


untung rugi.
 Besar rasio didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
 Rasio tidak berubah selama akad masih berlaku
 Kerugian ditanggung bersama
 Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan
 Eksistensi tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

menjelaskan ketentuan deposito, obligasi, dankredit dalam Islam


Hukum Deposito dalam Islam
Dalam hal perbankan dan produknya, salah satunya yaitu tabungan dan deposito agar
terhindar dari bahaya hidup boros dalam islam, pada dasarnya telah dilakukan sejak zaman
Rasulullah SAW. Sebagai contoh pada saat Nabi SAW dipercaya masyarakat Mekkah
menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir sebelum hijrah ke Madinah,

Nabi meminta kepada Ali bin Abi Thalib untuk mengembalikan semua tabungan tersebut
kepada para pemiliknya. Selain itu, Menabung adalah tindakan yang dianjurkan dalam Islam,
karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan
masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal hal yang tidak diinginkan.

Sebagaimana Allah berfirman  dalam surat al Hasyr ayat 18 tentang prinsip pengelolaan uang
dalam islam sebagai berikut:  “Hai orang orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (Q.S al Hasyr: 18 )

Pengertian Obligasi Syariah

Dalam Islam, istilah Obligasi dikenal sebagai sukuk atau sertifikat. Sehingga dapat disimpulkan
pengertian obligasi syariah merupakan alat investasi atau transaksi dengan menerapkan sistem
pembiayaan dan pendanaannya sesuai dengan hukum syariat Islam yang berlaku.

Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) di tahun 2002 menyatakan jika pengertian obligasi syariah
adalah surat-surat berharga jangka panjang yang berprinsip syariah dan dikeluarkan emiten kepada
pemegang surat obligasi berbentuk bagi hasil dan pembayaran kembali dana obligasi pada jatuh
tempo tertentu. Dapat disimpulkan, dalam pelaksanaan obligasi berbasis syariah ini menggunakan
proses akad, mulai dari Ijarah, Istisna, Salam, Murabahah, Mudarabah, serta Musyarakah.

Jenis-jenis Obligasi Syariah


1.Obligasi Mudharabah
Merupakan jenis obligasi syariah yang dalam penerapannya menggunakan akad Mudharabah. Akad
Mudharabah adalah akad kerjasama antara investor dan peminjam. Dalam proses akan ini, investor
hanya perlu untuk menyediakan modal dana penuh. Dan untuk pihak emiten mengelola dana
tersebut dengan jujur dan mandiri. Jika nantinya pihak emiten melakukan kelalaian dalam mengelola
dana, maka emiten diwajibkan menjamin seluruh kerugian yang ada dan membuat surat pengakuan
hutang.

2. Obligasi Ijarah
Sesuai dengan namanya, obligasi syariah ini menggunakan akad Ijarah, yang mana proses akad ini
mengambil manfaat melalui jalan penggantian. Sehingga dapat dikatakan jika pemilik dana akan
memberikan kebebasan kepada eminten dalam menggunakan dana tersebut melalui persyaratan
pemberian imbalan untuk pemilik dana.. Dalam obligasi Ijarah ini pihak investor bertindak sebagai
musta’jir atau penyewa sekaligus mu’jir atau pemberi sewa.

3. Obligasi Istisna
Obligasi syariah ini menerapkan akad Istishna dalam prosesnya. Akad Istishna adalah perjanjian yang
mana kedua pihak telah menyetujui jual beli termasuk pembiayaan barang atau jasa.
Hukum Kredit Menurut Islam dan Dalilnya
Di jaman sekarang ini, kegiatan transaksi jual beli sudah semakin canggih. Tak terbatas pada
pembayaran tunai. Tapi juga tersedia layanan kredit. Misalnya saja membeli rumah, sepeda
motor atau mobil. Semua itu bisa didapatkan lewat sistem angsuran dengan syarat bayar uang
muka sekian rupiah.

Adanya praktik kredit ini memang memudahkan masyarakat dalam berjual beli. Namun
demikian, sistem kredit juga menuai pro dan kontra. Beberapa orang membolehkan sistem
kredit

Pandangan Islam tentang Kredit

1. Tidak adanya dalil yang mengharamkan kredit


2. Firman Allah yang membolekan Utang Piutang
3. Hadist Shahih tentang Rasul yang Pernah Berhutang

Tata Cara Kredit Menurut Aturan Islam

1. Tidak Boleh Menjualbelikan Barang-Barang Ribawi


2. Barang yang Dijual Adalah Milik Sendiri
3. Serah Terima Barang Harus Dilakukan Tepat Waktu
4. Waktu Tempo Pembayaran Harus Jelas
5. Apabila Terlambat, Tidak Boleh Ada Sistem Penambahan Bunga
6. Harga Berlipat Dari Pembayaran Cash Boleh, Asal Tidak Berlebihan
7. Kesepakatan Dua Belah Pihak

membedakan asuransi konvensional dan syariah.


Perbedaan mendasar asuransi syariah dan asuransi konvensional

-Keberadaan pengawas syariah


-prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong menolong).
Sementara akad dalam asuransi konvensional adalah Tabaduli (jual beli antar nasabah dan
perusahaan)
-Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah (premi) di investasikan  berdasarkan
syariah dengan sistem bagi hasil. Sedangkan pada asuransi konvensional pada sembarang sektor
-Premi yang terkumpul di perlakukan sebagai milik nasaba
-Untuk kepentingan pembayaran klaim nasabah, dana diambil dari rekening Tabarru' (dana sosial)
seluruh peserta yang sudah diiklaskan untuk keperluan tolong menolong bila ada  peserta yang
terkena musibah.
Sedangkan dalam asuransi konvensional, dana pembayaran klaim di ambil dari rekening milik
perusahaan.
-Keuntungan investasi di bagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan perusahaan selaku
kepala pengelola, dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan dalam asuransi konvensional, keuntungan
sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tidak ada klaim, nasabah tak memperoleh apa-apa

Asuransi Syariah Asuransi Umum


KOnvensional
Ada Dewan Pengawas Syariah, Dewan Pengawas Syariah Tidak ada
fungsinya mengawasi
Manajemen, Produk, dan
Investasi Dana
Tolong menolong (Takafuli) Akad Jual beli (Tabaduli)
Investasi dana berdasarkan Investasi Dana Investasi Dana berdasarkan
syariah dengan sistem bagi bunga (riba)
hasil (Mudharabah)
Dana yang terkumpul dari Kepemilikan Dana Dana yang terkumpul dari
nasabah (premi) merupakan nasabah (premi) menjadi milik
milik peserta, perusahaan Perusahaan. Perusahaan bebas
hanya sebagai pemegang untuk menentukan investasinya
amanah untuk mengelolanya
Dari rekening tabarru (dana Pembayaran Klaim Dari rekening dana
sosial) seluruh peserta, yang perusahaan

 
sejak awal sudah diikhlaskan
oleh peserta untuk keperluan
tolong menolong bila terjadi
musibah

Dibagi antara Perusahaan Keuntungan Seluruhnya menjadi milik


dengan Peserta (sesuai prinsip perusahaan
bagi hasil/Mudharabah)

Anda mungkin juga menyukai