Anda di halaman 1dari 4

RESUME MATA KULIAH DINAMIKA SANKRI

NAMA : MULIYATI NASRUN


NIM : M012021036
KELAS : APK WEEKEND/SEMESTER I

I. Mengelola Kebijakan Reformasi Birokrasi

Era saat ini, yaitu golden opportunity adalah era kesempatan emas bagi ASN,
dalam buku Agus Dwiyanto ada 5 pokok
1. Reformasi Birokrasi telah menjadi kebutuhan bagi pemangku
kepentingan oleh organisasi pemerintahan baik internal maupun
eksternal.
2. Keinginan pemerintah untuk memperbaiki remunerasi menciptakan
peluang bagi pemerintah untuk membenahi birokrasi tanpa harus
mengelola konflik dan resistensi yang hebat dari ASN dan pemangku
kepentingan lainnya. ASN diberikan tunjungan berupa remunerasi, untuk
memberikan rangsangan bagi ASN agar bersemangat dan membenahi
instritusi dan layanan publik, karena pada prinsipnya birokrasi yang baik
lahir dari ketulusan dan keikhlasan dalam memberikan pelayanan.
Namun sebagai stimulus diberikan remunerasi.
3. Pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil dalam 1 dekade terakhir dan
kemampuan finansial aparatur yang cukup baik. Hal ini tentunya sebelum
terjadinya pandemi.
4. Kesempatan emas ini muncul karena dalam waktu dekat secara bertahap
sejumlah besar ASN memasuki usia pensiun, menstabilkan komposisi ASN
didalamnya untuk perbaikan pelayanan.
5. Reformasi birokrasi menjadi agenda nasional, bahkan KEMENPAN-RB
telah mengalami perubahan nomenklatur. Para pemangku kepentingan
menyadari bahwa yang perlu dikembangkan, adalah bagaimana ASN
diberdayakan dari segi skill , birokrasi publik harus diberdayakan agar
mereka memiliki kapasitas untuk melaksanakan agenda perubahan dalam
rangka mendukung proses demokratisasi.

Perbaikan daya saing bangsa dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat,


reformasi birokrasi harus diarahkan agar menjadi birokrasi publik dan
aparaturnya sebagai enabling institution dan sekaligus sebagai agent of
pelayanan public yang berkualitas.

Reformasi birokrasi tidak bisa disederhanakan sebagai persoalan atau perbaikan


remun dan pengukuran kinerja, melainkan sebagai inst pendukung dalam proses
perubahan mendasar dalam birokrasi publik
Remunerasi tidak bisa menggeser menggantikan agenda perubahan, dan jika
ditonjolkan remonerasi saja tanpa perubahan mendasar pada aspek lainnya,
seperti penaataan kembali struktur kelembagaan dan perubahan budaya
organisasi serta perubahan ukuran kinerja, maka reformasi birokrasi dapat
kehilangan arti, ini berarti pemerintah membajak konsep reformasi birokrasi
dan menggantikan menjadi remunerasi. Karena pada dasarnya remunerasi
berfungsi sebagai stimulus, bukan menjadi satu-satunya.

II. Membangun persepsi yang sama tentang reformasi birokrasi

Distorsi terhadap nilai dan substansi kebijakan menjadi salah satu masalah
yang lazim terjadi dalam implementasi kebijkan publik. Kebijakan publik
tidak pernah beroperasi dalam sebuah ruang yang vakum, melainkan dalam
sebuah lingkungan yang kompleks yang didalamnya terdapat banyak
pemangku kepentingan.

Distorsi ini menyebabkan kesulitan bagi agen pelaksana pelayanan untuk


menjalankan tugas. Selain itu, adanya ketidakjelasan konsep desentralisasi
sedang otonomi daerah membuka luas peluang bagi para pemangku
kepentingan untuk memaknai desentralisasi dan otonomi daerah secara
berbeda-beda sesuai dengan kepentingan masing-masing.

Otonomi daerah memiliki makna yang berbeda-beda tergantung pada


perspektif yang digunakan, para pemangku kepentingan di daerah selama ini
melihat sentralisasi dalam manajemen kepegawaian telah menggusur
kesempatan mereka untuk memasuki sektor publik, cenderung pula
memaknai otoda dan desentralisasi sebagai peluang untuk menempatkan
penduduk asli dalam jabatan pemerintahan daerah karena sebelumnya
menganggap pemerintah pusat tidak adil dalam mengelola sumber daya alam,
sehingga hal ini merupakan kesempatan penduduk untuk mengelola sumber
daya daerahnya sendiri. Adapula yang menganggap Otonomi Daerah sebagai
sebuah cara untuk meningkatkan PAD setinggi-tingginya melalui Pajak dan
Retribusi Daerah.

Reformasi Birokrasi disikapi oleh pemangku kepentingan sesuai dengan


pemahaman mereka terhadap substansi kebijakan, permasalahan muncul ketika
pemangku kepentingan memahami tujuan reformasi birokrasi dan nilai-nilai
yang terkandung didalamnya secara salah serta menyikapinya secara berbeda-
beda yang diharapkan oleh para penggagas reformasi birokrasi, kondisi seperti
ini jika dapat diantisipasi dapat mengarah kepada reformasi birokrasi dan tujuan
semula yang telah dirumuskan dalam visi reformasi birokrasi. Permasalahan
tersebut dapat menjadi sangat kritis ketika distorsi pemahaman terhadap nilai
terjadi dikalangan para pengambil kebijakan.

Pemangku kebijakan harus dengan segera memperbaiki miskonspesi yang ada,


utamanya kondisi ketika para memangku kepentingan memahami secara sempit
dan reformasi birokrasi dibelokkan menjadi perbaikan remunerasi berbasis
kinerja saja.

III. Pusat Pengembangan dan Pengendalian Kebijakan Reformasi


Birokrasi

Implementasi kebijakan reformasi birokrasi yang menyeluruh seperti


yang akan diterapkan di Indonesia melibatkan Lembaga Kementerian,
Lembaga Non Kementerian dan Pemerintah Daerah. Tentunya
dibutuhkan kelembagaan yang kuat sebagai motor penggerak dan
pengendali reformasi birorasi atau engine of reform. Intitusi berperan
sebagai motor penggerak sekaligus pengawas dan pengendali kebijakan
rerformasi birokrasi. Pusat pengendali kebijakan reformasi birokrasi ini
seharusnya memiliki otoritas yang memadai dan setidaknya mampu
mengendalikan dan mengorganisasikan kegiatan reformasi birokrasi di
lembaga kementerian, lembaga non kementerian dan pemerintah daerah.
Di Negara lain, pusat pengendali ini biasanya diletakkan di bawah
presiden dan wapres, hal ini penting karena mereka harus
mengorganisasikan kegiatan implementasi reformasi birokrasi di
Kementerian Lembaga dan Lembaga Non Kementerian serta
mensinergikan kegiatan di kedua lembaga tersebut dalam pelaksanaan
reformasi birokrasi. Dengan penempatan lembaga tersebut di bawah
kantor kepresidenan setidaknya lembaga tersebut memiliki otoritas
untuk memaksa kementerian lembaga dan lembaga non kementerian
mematuhi kebijakan reformasi birokrasi.

IV. Manajemen Perubahan

Kebijakan reformasi birokrasi secara menyeluruh pada Kementrian


Lembaga, Lembaga Non Kementerian serta Pemerintah Daerah
membutuhkan Manajemen Perubahan yang efektif dan solid. Tentunya,
perubahan tersebut bisa menciptakan resistensi dari berbagai pihak yang
nasibnya dipengaruhi oleh kebijakan reformasi birokrasi.

Alasan yang muncul berbeda beda dari tiap pihak, dari Kementrian
lembaga merasa telah mapan dan nyaman di kondisi yang ada sekarang.
Reformasi birokrasi dianggap sebagai gangguan terhadap kemapanan
yang selama ini mereka nikmati. Reformasi birokrasi menghadapkan
mereka pada situasi baru yang tidak pasti dan juga kemungkinan risiko
menghilangkan apa yang selama ini mereka nikmati dengan mudah.
Mereka menolak perubahan karena perubahan bisa saja berujung pada
ketidakpastian.

Resistensi yang lebih keras lagi, muncul dari mereka yang memiliki
komitmen terhadap nilai-nilai tradisi dan praktek dan birokrasi
tradisional yang berbeda dengan perilaku baru yang dikenalkan oleh
reformasi birokrasi. Mafia, pelaku korupsi tentunya menolak kebijakan
reformasi birokrasi yang berbeda dari birokrasi publik sebelumnya,
karena membuat mereka kehilangan pasar produksi.

Begitu halnya dengan politisi tertentu yang memanfaatkan kebobrokan


birokrasi politik untuk melakukan political corruption yang menghalangi
kebijakan reformasi birokrasi.

V. Monitoring Evaluasi dan Mengelola Pengetahuan

System monev perlu dikembangkan untuk menilai kapasitas dan


program-program reformasi birokrasi dalam mewujudkan perubahan-
perubahan atau outcomes pada birokrasi public.

Sistem monev harus dikembagkan pada setiap kementerian, lembaga dan


pemda, namun harus pula terintegrasi secara baik dengan system monev yang
ada pada Kementerian PAN-RB. Pemerintah dan DPR telah mengesahkan UU RI
Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan yang salah satu
ketentuan didalamnya mengatur tentang ketentuan diskresi oelh pejabat
pemerintah dalam UU tersebut memebri kepastian hukum dan mengatasi
stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna kepentingan umum.

Anda mungkin juga menyukai