Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum masehi. Pada papyrus ebers di

mesir kurang lebih 1500 SM, dgambarkan adanya penyakit dengan tanda-tanda banyak

kencing. Kemudian celcus atau paracelcus kurang lebih 30 tahun lalu SM, juga

menemukan penyakit itu tapi baru 200 tahun kemudian, areteus menyebutnya sebagai

penyakit aneh dan menamai penyakit itu diabetes dari kata diabere yang berarti siphon

atau tabung untuk mengalirkan cairan dari suatu tempat ketempat lain.

Saat diabetes mellitus merupakan penyakit degenerative yang diperkirakan akan

terus meningkat prevalensinya. Pada tahun 2003 diabetes didunia diperkirakan 194 juta,

jumlah ini kemunkinan mencapai 333 juta ditahun 2025. Data dari departemen

kesehatan RI tahun 2007 menyebutkan prevalensi DM secara nasional mencapai 5.7%. (

FKUI, 2011)

DM tipe 2 di Indonesia akan meningkat dengan drastic yang disebabkan oleh beberapa

factor:

a. Factor keturunan ( genetic)

b. Factor kemungkinan/ obesitas

1. Perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hidup barat

2. Makanan berlebihan

3. Kurang berolahraga

c. Factor demografi

1. Jumlah penduduk meningkat

2. Urbanisasi

3. Penduduk berumur diatas 40 tahun meningkat

1
d. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi

Untuk pertama kalinya Indonesia mempunyai data nasional prevalensi diabetes untuk

daerah urban sebesar 5.7% berkat penelitian yang baru saja selesai dilakukan oleh

litbangkes depkes. ( FKUI, 2011 )

B. Tujuan Umum

Para mahasiswa mampu memahami tentang penyakit diabetes mellitus tipe II dan

mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit tersebut

C. Tujuan Khusus

a Untuk mengetahui pengertian,etioogi, patofisiologi,tanda dan gejala,

peatalaksanaan, penunjang DM tipe II

b Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi

kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, di sertai lesi pada membran basalis

dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron ( Mansjoer Arif dkk, 1999 ).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).

Diabetes Mellitus tipe II / Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus adalah

diabetes yang terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (yang disebut

resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin (Smeltzer Suzzane C

& Brenda G.Bare, 2001).

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

Diabetes Mellitus tipe II adalah diabetes yang terjadi akibat penurunan sensitivitas

terhadap insulin yang ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam

kerja insulin.

Klasifikasi Diabetes Melitus terdiri atas :

- Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) \

- Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM).

- Gestational Diabetes Melitus pada golongan ini hanya terjadi pada ibu hamil.

- Gangguan toleransi glukosa.

- Malnutrisi Related Diabetes Melitus

3
A. Anatomi Fisiologi

Gambar 1 Anatomi Pankreas


Sumber Buku Anatomi Dan Fisiologi

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira 15 cm, lebar

5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata – rata 60 – 90 gram.

Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.

Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik

hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan

yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang

merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya

menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar

pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :

1) Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.

2) Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi

menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.

Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas

tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 – 3 % dari berat total pankreas. Pulau

4
langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau

langerhans yang terkecil adalah 50 μ, sedangkan yang terbesar 300 μ, terbanyak adalah yang

besarnya 100 – 225 μ. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1 – 2

juta.

Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :

1) Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi glikagon yang

manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like

activity “.

2) Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.

3) Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat somatostatin.

Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat

pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan

banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi

berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan

untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.

Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia.

Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B.

Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan ( perangkai ), yang terdiri dari disulfida.

Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.

Insulin dapat larut pada pH 4 – 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin

dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membran sel.

Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput

yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik

kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100

5
mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah,

produksi insulin akan menurun.

Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon

gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme

utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke

jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak. (Askandar, 2001)

B. Etiologi

1. Diabetes tipe I:

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi

suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.

Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen

HLA.

b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi

terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan

tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi

terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan

destruksi selbeta.

6
1) Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik

memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

C. Patofisiologi

Keadaan tubuh yang sehat makanan seperti karbohidrat, lemak, protein, dan

vitamin serta air dalam saluran cerna dipecah menjadi polisakarida, glukosa menjadi

monosakarida, mengalir dalam pembuluh darah vena porta sehingga terjadi rangsang sel

beta pankreas untuk mengeluarkan insulin. Monosakarida disimpan diotot dan hati

sebagai dalam glikogen, sisanya beredar dalam pembuluh darah dan dikontrol oleh

insulin.

Jika glukosa berkurang maka terjadi pemecahan glikogen yang disebabkan oleh

reaksi glikogenolisis. Sedangkan bila kadar glukosa berlebihan maka disimpan dalam

bentuk glikogen, reaksi ini disebut glikogenesis.

Pada penderita Diabetes Melitus terjadi pengeluaran glukosa yang berlebihan di

liver melalui glikogenolisis dan glikoneogenesis serta oleh tidak adekuatnya

penggunaan glukosa oleh otot-otot skeletal, jaringan adiposa dan hati. Trigliserida

ditransformasi dari sel-sel menuju kehati dirubah menjadi keton yang digunakan oleh

otot.

7
Pada IDDM sekresi insulin sangat sedikit atau tidak ada sama sekali, sedangkan

pada NIDDM terdapat ketidak sesuaian Glukosa Sinsing Mekanism oleh sel beta

pankreas. Demikian pula pada obesitas, ada penurunan jumlah reseptor insulin pada

membran sel otot dan sel lemak. Pada obesitas di ekskresikan sejumlah besar insulin,

tapi tidak efektif penggunaannya karena berkurangnya jumlah reseptor insulin. Saat

glukosa darah meningkat tubulus renal tak mampu mereabsorsi seluruh glukosa saat

glumerolus filtrasi sehingga tidak terjadi glukosuria. Glukosa darah yang tinggi

menyebabkan osmotik diuresis karena gula bersifat mengikat air. Air, sodium, clorida,

photasium dan phospat menjadi hilang keluar bersama urin, sehingga klien menjadi

haus. Bila insulin defisiensi atau tidak ada, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel dan

menyebabkan sel dalam keadaan lapar, tetapi di pihak lain glukosa meningkat dalam

tubuh. Jika sel tidak dapat memakai glukosa sebagai bahan bakar,maka alternatif yang

digunakan yaitu dengan memecah asam lemak, keton bodies dalam jumlah terbatas.

Keton bodies ini berhasil digunakan oleh sel sebagai energi. (Mansjoer. A dkk, 1999)

8
enuaan genetic, factor-
faktor imunologi,

Sel betah pangkreas


rusak

Produksi insulin

glukogen

Hiperglikemia

Glukosa dala darah Hiperosmolaritas Perubahan status


menurun kesehatan

Produksi energi Diuresis osmotik cemas


metsbolisme menurun

Poli uria
Kelemahan

Perubahan pola
eliminasi

9
D. Tanda Dan Gejala

Keluhan umum klien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya

tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu klien adalah keluhan akibat komplikasi

degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan

patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus

tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul

adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta

kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan

pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering

ditemukan adalah :

1. Katarak                                               

2. Glaukoma

3. Retinopati

4. Gatal seluruh badan

5. Pruritus Vulvae

6. Infeksi bakteri kulit

7. Infeksi jamur di kulit

8. Dermatopati

9. Neuropati perifer

10. Neuropati viseral

11. Amiotropi

12. Ulkus Neurotropik

13. Penyakit ginjal

14. Penyakit pembuluh darah perifer

10
15. Penyakit koroner

16. Penyakit pembuluh darah otak

17. Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi,

dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin.

Perasaan haus pada klien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi

adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium

lanjut.

Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada klien DM

usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila klien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin

yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis

dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia,

dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar,

menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak

bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.

Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan

dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas

E. Pemeriksaan penunjang

1. Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

3. Tes toleransi glukosa

11
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

  Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa darah sewaktu         

-          Plasma vena < 100 100-200 >200

-          Darah kapiler <80 80-200 >200

Kadar glukosa darah puasa         

-          Plasma vena <110 110-120 >126

-          Darah kapiler <90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi

75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

F. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk

mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien

berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau

hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga

faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral

dan insulin.

Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang

manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita

diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :

12
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.

J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.

J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).

Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :

1. Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %,

protein 20 %.

2. Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.

3. Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.

4. Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.

Indikasi diet A :Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.

Indikasi diet B :Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :

a) Kurang tahan lapan dengan dietnya.

b) Mempunyai hyperkolestonemia.

c) Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami

cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.

d) Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi

belum ada nefropati yang nyata.

e) Telah menderita diabetes dari 15 tahun

Indikasi diet B1Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu

penderita diabetes terutama yang :

a) Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.

b) Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.

c) Masih muda perlu pertumbuhan.

d) Mengalami patah tulang.

13
e) Hamil dan menyusui.

f) Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.

g) Menderita tuberkulosis paru.

h) Menderita penyakit graves (morbus basedou).

i) Menderita selulitis.

j) Dalam keadaan pasca bedah.

Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.

Diet B2Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens

kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.Sifat-sifat diet B2

a) Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.

b) Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 %

lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.

c) Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari.

Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.

Diet B3Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers

kreatininnya kurang dari 25 MI/mtSifat diet B3

a) Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).

b) Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.

c) Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 /

hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).

d) Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.

e) Dipilih lemak yang tidak jenuh\

Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara

teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan

latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB.

14
BAB III

ASUHANAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. L.UISA 48 DENGAN DX

DIABETES MILITUS TIPE II DI RUANGAN EDELWEIS RS BAYANGKARA

MANADO

A. Pengkajian

1) Identitas klien

Nama : Ny. L.M


Tempat,tanggal lahir : Pineleng, 24-12-1970
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 48 tahun
Alamat : Pineleng
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen Pantekosta
Suku/bangsa : Minahasa/indoneisa
Status Perkawinan : Menikah
Tgl MRS/jam : 30-06-2018
Tgl pengkajian/jam : 03-07-2018
Dx medis : DM tipe II
2) Nama Penangung Jawab
Nama : Tn. A.P
Usia : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pineleng
Hub.Dengan Klien : Suami

6
B. Riwayat Kesehatan

- Keluhan Utama : Badan Lemah

- Riwayat kesehatan sekarang : Ny. L.M mengatakan badan terasa lemah

disertai pusing, dan klien juga mengatakan batuk seperti ada lender di

tenggorokan sehingga menyebabkan klien suka terbangun saat tidur malam,

klien juga merasa nyeri pada ulu hati di sertai mual dan muntah.

- Riwayat kesehatan dahulu : Ny. L.M mengatakan sebelumnya

belum pernamenderita penyakit yang sama.

- Riwayat kesehtan keluarga : Ny. L.M mengatakan di keluraga

klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama.

- Riwayat kesehatan lingkungan : Ny. L.M mengatakan

- Social dan spiritual : Ny. L.M mengatakan sering

mengikuti secara rutin Ibadah pada hari minggu dan klien juga sering

berkumpul dengan orang-orang disekitar rumah dan berkumpul dengan

keluarga.

7
Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal laki-laki

: Meninggal perempuan

: garis keturunan

: tinggal serumah

8
C. Pola Kesehatan Menurut Gordon

1. Pola Persepsi Management Kesehatn

Sebelum Sakit : Ny. L.M mengatakan kesehatan klien tidak terganggu dan tidak

perna mengalami keluhan yang sama.

Saat Sakit : Ny.L.M mengatakan saat badan terasa lemah klien hanya berbaring

ditempat tidur saja.

2. Pola Nutrisi Metabolik

Sebelum Sakit : Ny.L.M mengatakan nafsu makan klien tidak terganggu

dan dalam sehari 2-3 kali makan dengan porsi nasi, lauk dan sayu klien juga suka

mengkonsumsi makanan yang manis-manis

Saat Sakit : Ny.L.M mengatakan nafsu makn menurun sehari 1-3

makan dengan porsi sedikit dihabiskan, dan klien juga sedang melakikan diet

rendah glukosa tidak makan makanan yang mengandung kadar gula yang tinggi.

3. Pola Eliminasi

Sebelum Sakit

BAK dan BAB : Ny. L.M mengatakan tidak mengalami gangguan BAK dan BAB
Saat Sakit
BAK : Ny.L.M mengatakan sehari 1-4 BAK dan sering buang air kecil dimalam
hari.
BAB : Ny.L.M mengatakan baru 1x BAB hanya pda saat pertama kali masuk
rumah sakit dan sampai sekarang klien belum BAB

9
4. Pola aktifitas dan latihan
- Aktifitas

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan dan minum 

Mandi 

Tolieting 

Berpakaian 

Berpindah 

Ket : 0 : Mandiri, 1: Alat bantu , 2 : Dibantu orang lain , 3 : dibantu orang lain
dan alat , 4 : Tergantung total

- Latihan
Sebelum sakit : Ny.LM mengatakan aktifitas tidak terganggu
Saat sakit : Ny. L.M mengatakan saat di kaji sebagian aktifitas klien
sering dibantu suaminya.
5. Pola Kognitif-Perseptual
Sebelum Sakit : Ny.L.M mengatakan penglihatan tidak ada gangguan.
Saat Sakit : Ny.L.M mengatakan penglihatan sedikit terganggu dan
saat dikaji klien mengatakan sudah perna di oprasi.
6. Pola Istirahat Tidur
Sebelum Sakit : Ny.L.M mengatakan adalah seorang ibu rumah tangga
yang hanya tinggal dirumah dan mengurus egala urusan yang ada diruma, istirahat
tidur tidak ada masalah.
Saat Sakit : Ny.L.M mengatakan istirht klien terganggu pada saat klien
tidur tiba-tiba terbangun karena klien batuk dan berusaha mengelurakan dahak
yang ada dalam ternggorokan.
7. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Sebelum Sakit : Ny.L.M mengatakan tidak ada gangguan dengan dirinya
Saat Sakit : Ny.L.M mengatakan merasakan depresi karena mengalami
gangguan kesehatan pada tubuhnya.
8. Pola Peran Dan Hubungan

10
Sebelum Sakit : Ny,L.M mengatakan adalah seorang IRT yang mempunyai
peran dalam mengurus segala kebutuhan yang ada dirumah, hubungan dengan
keluarga baik.
Saat Sakit : Ny.L.M mengatakan peran sebagai Ibu rumah tangga
terganggu dikarenakan klien sedang mengalami gangguan kesehatannya, dan klien
mendapatkan dukungan untuk proses penyembuhannya.
9. Pola reproduksi dan seksual
Sebelum sakit : Ny.L.M mengatakan tidak mengalami gangguan reprosuksi dan
tidak ada gangguan saat bersenggama dengan suaminya
Saat Sakit : Ny.L.M mengatakan tidak ada gangguan dengan
reproduksinya.
10. Pola Mekanisme Koping-Toleransi Stres
Sebelum Sakit : Ny.L.M mengatakan adalah seorang yang rama dan
kadang emosi, saat ada masalah klien sering menyelesaikan masalah bersama
dengan keluarga nya.
Saat Sakit : Ny.L.M mengatakan mengalami depresi dikarenakan
adanya keluhan-keluhan yang dirasakan.
11. Pola Sosial dan spiritual
Sebelum Sakit : Ny.L.M mengatakan sering mengikuti kegiatan-kegiatan
gotong royong yang ada di daerah dan klien juga sering mengikuti kegiatan
keagamaan.
Saat Sakit : Tn.T.m mengatakan sering berdoa untuk kesembuhannya.

11
D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak Sakit
Kesadaran : Komposmentis
TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 70x/M
R : 22x/M
SB : 36,8 derajat C
1. Kepala
a. Inspeksi
Warna rambut : Tampak terlihat hitam
Bentuk kepala : Tampak terlihat bulat
Mudah rontok : Tampak terlihat Tidak rontok
Lesi : Tidak terdapat lesi
a. Palpasi
Nyeri tekan : Tidak adanya nyeri tekan
Benjolan : Tidak terlihat adanya benjolan

2. Wajah
a. Inspeksi
Pergerakan wajah : Pergerakan tampak normal
Ekspresi : Wajah terlihat tampak Lemah
Acne : Tidak adanya jerawat
3. Mata
a. Inspeksi
Alis mata : Tampak telihat simetris antara kiri dan kanan
Kelopak mata : Tampak terdapat edema
Konjungtiva : Tampak tidak terlihat anemis
Sclera : Tampak Tidak terlihat icterus
Penglihatan : kurang baik
b. Palpasi
Nyeri tekan : Terdapat nyeri tekan pada mata sebelah sinistra
4. Hidung
Nasal septum : Tampak terlihat tegak lurus
Merman mukosa : Tampak terihat warna merah muda
Penciuman : Baik
5. Telinga
12
Bentuk : Tampak terlihat normal
Simetris : Telinga kiri dan kanan sama
Pendengaran : Baik
Serumen : tampak terlihat tidak ada serumen
Otore : Tampak terlihat tidak ada otore
6. Mulut
a. Bibir
Simetris : Terlihat simetris antara kiri dan kanan
Warna : Tampak terlihat berwarna pucat
Kondisi : Tampak terlihat kering
Lesi : Tidak terdapat lesi
b. Mukosa mulut
Warna : Tampak terlihat berwarna merah muda
Lesi : Tidak terdapat lesi
c. Gigi
Caries : Terlihat adanya caries
Gigi palsu : Tidak terdapat gigi palsu
7. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
8. Thoraks dan paru
a. Inspeksi
Kesimetrisan : Terlihat simetris kiri dan kanan
Jenis pernafasan : Abdominal-thorakal
b. Palpasi
Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan
Peradangan : Tidak terdapat peradanagn
c. Auskultasi
Bunyi nafas : Normal
9. Abdomen
Inspeksi : Tampak terlihat tidak ada edema dan lesi
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Auskultasi : Suara bising usus
10. Genitalia
Tidak dikaji
11. Ekstremitas atas : Dextra terpasang IVFD Rl 20gtt/M
12. Ekstremitas bawah : Paresthesia (-)

13
13. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium taggal 02/07/2018

JENIS PEMERIKSAAN

HASIL RUJUKAN SATUAN


 KARBOHIDRAT

Glukosa puasa 228 70-125 Mg/dl

Glukosa 2 Jpp 329 110-160 Mg/dl

 FUNGSI GINJAL

Uric acid 5,37 2,0-6,5 Mg/dl

 GLUKOSA

HBAIC 66,27 Mmo/m 20.00-48.00

 LEMAK
220 133-200 Mg/dl
Kolestrol total
35 >40 Mg/dl
Kolestrol HDL
164 60-130 Mg/dl
Kolestrol LDL
105 30-190 Mg/dl
Kolestrol LDL
4,26 3,5-5,5 Mg/dl
Triglisemida

 Elektrolit
125,0 135-145 Mg/dl
Kalium
86,2 98-108 Mg/dl
Natrium

14
14. Terapi

IVFD NACL 0,9 20gtt/m

Omeprazole /IV 2x1

Antasida syr 3x1

Glomepirid 2 mg 1x1

Dulcolax sup

Amlodipine 10 mg 1x1

15
Klafsikasi Data

Data subjektif Data objektif


Klien mengatakan badan terasa lemah -klien tampak lemah

klien mengatakan suka buang air kecil di -TTV : TD : 130/80 mmHg

malam hari N : 70x/M

klien mengatakan sering meras cemas dengan R : 22x/M

adanya perubahan pada kesehatannya. SB : 36,8 derajat C

-Klien tampak tidur

-frekuensi BAK sehari 1-4x

- Urine bau khas

-klien sering BAK pada malam hari

-klien kelihatan tampak berfikir

-wajah klien kelihatan tampak kurang bersemangat

16
Analisa Data

NO. Data Etiologi Problem


1. DS : Klien mengatakan badan terasa Sel kelaparan Kelemahan b/d penurunan

lemah Produksi energy metabolisme energi metaboliseme

DO : -klien tampak lemah menurun

-TTV : TD : 130/80 mmHg Kelemahan

N : 70x/M
R : 22x/M
SB : 36,8 derajat C
-Klien tampak tidur terbaring

2. DS : klien mengatakan suka buang air Hiperosmosaritas Perubahan pola eliminasi

kecil di malam hari Diuresis osmotic ( BAK ) b/d adanya kelainan

DO : -frekuensi BAK sehari 1-4x Poliuria pada sistem urinaria

- Urine bau khas Perubahan pola eliminasi

-klien sering BAK pada malam hari

3. DS : klien mengatakan sering meras Perubahan status kesehatan Ansietas b/d Perubahan status

cemas dengan adanya perubahan pada Cemas kesehatan

kesehatannya.

DO : klien kelihatan tampak berfikir

-wajah klien kelihatan tampak kurang

bersemangat

17
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.L.M USIA 48 TAHUN DENGAN

DIAGNOSA DIABETES MILITUS TIPE II DI RUANGAN EDELWEIS

RS BAYANGKARA MANADO

NO Diagnose Tujuan (NOC)&kriteria hasil Intervensi (NIC)


1. Kelemahan berhubungan Setelah diberikan tindakan 1. O: Observasi keadan umum

dengan penurunan energy keperawan selama 2 hari klien

metabolisme yang ditanda diharapkan kelemahan dapat 2. M : Bantu aktifitas klien sesuai

dengan : teratasi dengan kriteria hasil : degan kebutuhan klien

DS : Klien mengatakan -klien tampak rilex 3. E : Beritau klien untuk tidak

badan terasa lemah melakukan aktifitas di luar

DO : -klien tampak lemah kemampuan klien

-TTV : TD: 130/80 mmHg 4. C : kolaborasi dengan dokter

N: 70x/M dalam pembrian terapi sesuai


R : 22x/M
dengan indikasi
SB:36,8 derajat C
-Klien tampak tidur

2. Perubahan pola eliminasi Setelah diberikan tindakan 1. O: observasi intake dan output

berhungan dengan adanya keperawatan selama 2 hari urine klien

( BAK ) b/d adanya kelainan diharapkan perubahan pola 2. M : lakukan pemantauan warna

pada sistem urinaria , Yang eliminasi dapat teatasi dengan dan bau urine

ditanda dengan : kriteria hasil 3. Anjurkan klien untuk tidak

DS : klien mengatakan suka -frekuensi BAK kembali normal terlalu sering mengkonsumsi air

buang air kecil di malam -BAK malam hari teratasi dimalam hari.

hari 4. K : Kolaborasi dengan dokter

DO : -frekuensi BAK sehari dalam pemberian terapi sesuai

18
1-4x indikasi

- Urine bau khas

-klien sering BAK pada

malam hari

3. Ansietas berhubungan Setelah diberikan tindakan 1.O: Observasi tingkat kecemasan

dengan perubahan status keperawatan selamat 2 hari klien dan penyebab klien cemas

kesehatan yang ditandai diharapkan kecemasan dapat 2. M : Berikan penjelasan pada

dengan : teratsi dengan kriteria hasil : klien mengenai dampak dari

DS : klien mengatakan -wajah klien tampak rilex kecemasan yang dialami

sering meras cemas dengan 3. E : Berikan penjelasan pada

adanya perubahan pada klien mengenai prosedur dan

kesehatannya. tindakan yang akan diberikann

DO : klien kelihatan tampak 4. C : kolaborasi dengan tim

berfikir medis dalam pemberian

-wajah klien kelihatan penjelasan mengenai penyebab,

tampak kurang bersemangat pengobatan dan penanganan.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PADA KLIEN NY.L.M USIA 48 TAHUN DENGAN

DIAGNOSA DIABETES MILITUS TIPE II DIRUANGAN EDELWEIS

RS BAYANGKARA MANADO

19
No Dx Hari/tanggal/jam Implementasi Evaluasi
1. I Senin.02/07/2018 1. Mengobservasi keadan

11.00 umum klien S: klien mengatakan

Hasil : klien tampak lemah seluruh badan masih

2. Membantu aktifitas klien teras lemah

sesuai degan kebutuhan klien. O: -klien tampak lemah

3. Memberitau klien untuk -TTV TD : 120/80

tidak melakukan aktifitas di MMHG

luar kemampuan klien N : 69x/M

Hasil : klien mengikuti arahan R : 20x/M

4. Mengkolaborasi dengan SB : 36 derajat C

dokter dalam pemberian terapi A: masalah kelemahan

11.20 sesuai dengan indikasi belum teratasi

Hasil : -injeksi omeprazole 2x1 P : intervensi 1,2,4

-amlodipine 1x1 dilanjutkan

2. II Senin,02/07/2918 1. Mengobservasi intake dan

11.25 output urine klien S : klien mengatakn

Hasil : klien sering masih sering BAK pada

mengkonsumsi air putih dan malam hari

klien sering BAK sehari 1-4x O : -frekuensi BAK

disertai BAK pada malam hari. sehari 1-4 dan sering

2. Melakukan pemantauan pada malam hari

warna dan bau urin klien A: masalah perubahan

Hasil : warna urine kuning dan pola eliminasi berlum

bau khas teratasi.

20
3. Menganjurkan klien untuk P : intervensi 1,2,3 dan

tidak terlalu sering 4 dilanjutkan.

mengkonsumsi air di malam

hari.

11.42 Hasil : klien mengikuti arahan

4. Mengkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian terapi

sesuai indikasi

Hasil : injeksi omeprazole 2x1

-amlodipine 1x1
3. III Senin, 02/07/2018 1.Mengobservasi tingkat

12.00 kecemasan klien dan penyebab S : klien mengatakan

klien cemas masih merasa cemas

Hasil : klien sering dengan penyakit yang

memikirkan penyakitnya dialami.

2. Memberikan penjelasan O : -wajah klien tampak

pada klien mengenai dampak terlihat cemas

dari kecemasan yang dialami A : masalah ansietas

Hasil : klien mendengarkan belum teratasi

3. Memberikan penjelasan P : intervensi 2,3,4

pada klien mengenai prosedur dilanjutkan

dan tindakan yang akan

diberikann

Hasil : klien mendengarkan

4. Mengkolaborasi dengan tim

13.00 medis dalam pemberian

21
penjelasan mengenai

penyebab, pengobatan dan

penanganan.

Hasil : Klien mendengarkan

CATATAN PERKEMBANGAN PADA NY.L.M USIA 48 TAHUN DENGAN

DIAGNOSA DIABETES MILITUS TIPE II DI RUANGAN EDELWEIS

RS BAYANGKARA MANADO

No. DX Hari/tanggal/jam Implementasi Evaluasi


1. I Senin, 02/07/2018 1. Mengobservasi keadan

13.40 umum klien S : klien mengatakan

Hasil : klien masih terlihat badan masih sedikit

22
tampak lemah terasa lemah

2. Membantu aktifitas O : -klien tampak lemah

klien sesuai degan A: Masalah kelemahan

kebutuhan klien. belum teratasi

14.20 3. Mengkolaborasi P : intervensi 1,3 di

dengan dokter dalam lanjutkan

pemberian terapi sesuai

dengan indikasi

Hasil : injeksi omeprazole

2x1

-amlodipine 1x1
2. II Selasa, 03/07/2018 1. Mengobservasi intake

14.30 dan output urine klien S ; klien mengatakan

Hasil : klien sering masih sering BAK pada

mengkonsumsi air putih malam hari

dan klien sering BAK O : -frekuensi BAK 1-4x

sehari 1-4x disertai BAK sehari dan sering BAK

pada malam hari. pada malam hari

2. Melakukan pemantauan A : masalah Perubahan

warna dan bau urin klien pola eliminasi belum

Hasil : warna urine teratasi

kuning dan bau khas P : Intervensi 1 dan 4

3. Menganjurkan klien dilanjutkan

untuk tidak terlalu sering

mengkonsumsi air di

malam hari.

23
Hasil : klien mengikuti

arahan

4. Mengkolaborasi

dengan dokter dalam

14.44 pemberian terapi sesuai

indikasi

Hasil : injeksi omeprazole

2x1

-amlodipine 1x1
3. III Rabu 04/07/2018 1. Memberikan penjelasan

15.00 pada klien mengenai S : klien mengatakan

dampak dari kecemasan sudah tidak merasa cemas

yang dialami lagi

Hasil : klien O: - klien tampak terlihat

mendengarkan rilex

2. Memberikan penjelasan A: Masalah cemas

pada klien mengenai teratasi

prosedur dan tindakan P: Intervensi dihentihkan

yang akan diberikann

Hasil : klien

mendengarkan

3. Mengkolaborasi

dengan tim medis dalam

15.20 pemberian penjelasan

mengenai penyebab,

pengobatan dan

24
penanganan.

Hasil : Klien

mendengarkan

CATATN PERKEMBANGAN PADA NY.L.M USIA 48 TAHUN DENGAN DIAGNOSA

DIABETES MILITUS TIPE II DI RUANGAN EDELWEIS

RS BAYANGKARA MANADO

No. DX Hari/tanggal/jam Implementasi Evaluasi


1. I Rabu,03/07/2018 1. Mengobservasi intake S : klien mengatakan

08.00 dan output urine klien badan sudah tidak terasa

Hasil : klien sering lemah lagi.

mengkonsumsi air putih O : klien tampak sehat

dan klien sering BAK A: Masalah kelemahan

sehari 1-4x disertai BAK teratasi

pada malam hari. P : intervensi dihantihkan

25
08.20 3. Mengkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

terapi sesuai dengan

indikasi

Hasil : injeksi omeprazole

2x1

-amlodipine 1x1

2. II Rabu,03/07/2017 1. Mengobservasi intake S : klien mengatakan

08.02 dan output urine klien sudah kadang BAK di

Hasil : klien sering malam hari

mengkonsumsi air putih O : klien tampak sehat

dan klien sering BAK A ; masalah perubahan

sehari 1-4x disertai BAK pola eliminasi teratasi

pada malam hari. P ; intervensi dihentikan.

08.10 2. Mengkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

terapi sesuai indikasi

Hasil : injeksi omeprazole

2x1

-amlodipine 1x1

26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi

kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, di sertai lesi pada membran basalis

dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron ( Mansjoer Arif dkk, 1999 ).

B. Saran

Diharapkan kepada pembaca agar ada kritikan dan saran bagi penulis dan pada

penderita DM tipe II agar menjaga pola makan yang benar.

27
DAFTAR PUSTAKA

NANDA NIC-NOC jilid II 2016

Corwin, Elizabeth L.2009 buku saku patofisiologi . Jakarta

Fakultas kedokteran universitas Indonesia 2011

28

Anda mungkin juga menyukai