Dosen pengampu
Sri Endriyani, S.Kep, Ns, M.Kep
Tingkat 2B
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami sebagai penyusun dapat
menyelesaikan makalah sederhana ini yang berjudul Asuahan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Isolasi Sosial.
Kami menyusun makalah ini guna untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu mata kuliah Keperawatan Jiwa. Makalah ini disusun dengan tujuan
memberitahukan kepada para pembaca tentang masalah yang kami bahas dan kaji
di dalam makalah ini.
Apabila di dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan
sehingga jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak untuk kebaikan penulisan selanjutnya sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terutama pada
kelompok kami sendiri sehingga makalah ini dapat dipergunakan dengan
semestinya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................2
BAB II KONSEP DASAR
A. Pengertian Isolasi Sosial.............................................................3
B. Rentang Respon Neurobiologis...................................................3
C. Etiologi.........................................................................................4
D. Manifestasi Klinis........................................................................6
E. Patofisiologi.................................................................................7
F. Perkembangan Hubungan Sosial ................................................8
G. Faktor Predisposisi dan Faktor Prespitasi .................................10
H. Tanda dan Gejala ......................................................................12
I. Mekanisme Koping ...................................................................13
J. Sumber Koping .........................................................................13
K. Komplikasi ................................................................................13
L. Penatalaksanaan.........................................................................13
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Diagnosa Keperawatan..............................................................18
B. Intervensi Keperawatan.............................................................18
C. Implementasi Keperawatan........................................................21
D. Evaluasi Keperawatan................................................................22
BA IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................23
B. Saran..........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya
penyimpangan yang sangat dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai dengan
adanya ekspresi emosi yang tidak wajar. Skizofrenia sering ditemukan pada lapisan
masyarakat dan dapat dialami oleh setiap manusia. Skizofrenia adalah sindrom
etiologi yang tidak diketahui dan ditandai dengan distur gangguan kofnitif, emosi,
persepsi, pemikiran dan perilaku. Gangguan skizofrenia di karakteristikan dengan
gejala positif (delusi dan halusinasi), gejala negatif (apatis, menarik diri, penurunan
daya pikir dan penurunan afek), dan gangguan kognitif (memori, perhatian,
pemecahan masalah dan sosial). Selain itu skizofrenia juga memiliki beberapa tipe
antara lain, skizofrenia paranoid, skizofrenia disorganisasi (hebefrenik), skizofrenia
katatonik, dan skizofrenia residual (Sutejo, 42).
Menurut WHO (World Health Organization) dalam Yosep, 2009.30, masalah
gangguan jiwa di dunia sudah menjadi masalah yang semakin serius dan
mengkawatirkan karena berdasarkan angka statistik ada satu dari empat orang di
dunia ini mengalami gangguan jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang
di dunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan UU No. 18 tahun
2014 tentang kesehatan jiwa, kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja, secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.
Sedangkan menurut American Nurses Associations (ANA) keperawatan jiwa
merupakan suatu bidang khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu
perilaku manusia sebagai ilmu dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai
cara untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial ?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial ?
2
BAB II
KONSEP DASAR
3
4. Saling ketergantungan merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling
tergantung antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah dengan cara yang bertentangan dengan norma agama dan masyarakat.
Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon maladaptive adalah:
1. Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain
sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol
digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat
menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain
2. Impulsif
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek
yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan
tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.
3. Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku ogosentris,
harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan
mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain
4. Isolasi Sosial
Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
C. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor
presipitasi
1. Faktor predisposisi Menurut Fitria (2009)
faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi sosial yaitu:
a. Faktor tumbuh kembang Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas
perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan
4
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya dapat menimbulkan
suatu masalah.
Tabel 2.1.2 Tugas Perkembangan berhubungan dengan Pertumbuhan
interpersonal (Stuart dan Sundeen, dalam Fitria,2009).
Tahap Tugas
Perkembangan
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa Bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku
Masa Prasekolah Belajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung
jawab, dan hati nurani
Masa Sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan
berkompromi
Masa Praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman
sesama jenis kelamin.
Masa Dewasa Menjadi saling bergantung antara orang tua
Muda dan teman, mencari pasangan, menikah dan
mempunyai anak
Masa Tengah Baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah
dilalui
Masa Dewasa Tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan ketertarikan dengan
budaya
5
4. Faktor biologis
Faktor biologis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan
dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi gangguan
hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami
masalah dalam hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti
atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel dalam limbic dan daerah
kortikal.
5. Faktor presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor
presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Faktor eksternal Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang
terjadi akibat kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.
Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan individu.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi social : menrik diri
menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) seperti:
1. Gejala Subyektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Respon verbal kurang atau singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa ditolak
2. Gejala Objektif
6
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri di kamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
e. terdekat
f. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
g. Kontak mata kurang
h. Kurang spontan
i. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
j. Ekpresi wajah kurang berseri
k. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
l. Mengisolasi diri
m. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
n. Memasukan makanan dan minuman terganggu
o. Retensi urine dan feses
p. Aktifitas menurun
q. Kurang energi (tenaga)
r. Rendah diri
s. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada
t. posisi tidur).
E. Patofisiologi
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa
sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahalnya rangsangan
primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian
traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepi dan takut dengan orang yang
dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam harga diri (self
estreem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Untuk dapat
mengatasi masalahmasalah yang berkaitan dengan ansietas diperlukan suatu
mekanisme koping yang adekuat.
Sumber koping meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah,
tekhnik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Sumber koping sebagai model
7
ekonomi dapat membantu seseorang mengintregrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
Semua orang walaupun terganggu prilakunya tetap mempunyai beberapa
kelebihan personal yang mungkin meliputi : aktivitas keluarga, hobi, seni, kesehatan
dan perawatan diri, pekerjaan kecerdasan dan hubungan interpersonal. Dukungan
sosial dari peningkatan respon psikofisiologis yang adaptif, motifasi berasal dari
dukungan keluarga ataupun individu sendiri sangat penting untuk meningkatkan
kepercayaan diri pada individu (Stuart & Sundeen, 1998).
9
dengan orang tua , khusunya individu yang telah menikah. Jika ia telah menikah
maka peran menjadi orang tua dan mempunya hubungan antar orang dewasa
merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan interdependen.
Individu yang perkembangannya baik akan dapat mengembangkan hubungan
dan dukungan yangbaru.
Kegagalan pisah tempat dengan orang tua, membina hubungan yang baru, dan
mendapatkan dukungan dari orang dewasa lain akan mengakibatkan perhatian
hanya tertuju pada diri sendiri, produktifitas dan kreatifitas berkurang,
perhatian pada oran lain berkurang.
Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan baik itu kehilangan
fungsi fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan
pasangan),anggota keluarga (kematian orang tua). Indiviidu tetap memerlukan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Individu yang mengalami
perkembangan yang baik dapat menerima kehilangan yang terjadi dalam
kehidupannya dan megakui bahwa dukungan orang lain dapat membantu dalam
menghadapi kehilangannya.
1. Faktor Biologis
1. Faktor sosiokultural.
Menurut Pusdiklatnakes (2012) tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari
ungkapan klien yang menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial
11
dan didukung dengan data observasi :
i. Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang :
1. Perasaan sepi
2. Perasaan tidak aman
3. Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
4. Ketidakmampuan berkonsentrasi
5. Perasan ditolak
I. Mekanisme koping
J. Sumber Koping
12
Contoh sumber koping yang berhungan dengan respon maladaptif menurut
Stuart, (2006) meliputi :
i. Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.
ii. Hubungan dengan hewan peliharaan
iii. Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal
(misalkan: kesenian, musik atau tulisan).
K. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah
laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi
resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain
serta lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat menyebabkan defisit
perawatan diri (Dalami,2009)
L. Penataklaksanaan
a. Terapi Medis
a) Indikasi
b) Efek Samping
13
gangguan irama jantung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut,
akatshia, sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas),
gangguan endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya
untuk pemakaian jangka panjang.
a) Indikasi
b) Efek Samping
a) Indikasi
b) Efek Samping
14
didunia mendapat terapi ECT setiap tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali
seminggu.
c. Therapy kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa.
Therapy ini bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan gangguan
interpersonal.
Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan isolasi
sosial adalah :
d. Therapy Individu
15
Pengkajian Isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap antara pasien dan
keluarga.
(1) Membina hubungan saling percaya
(3) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
(latih 2 kegiatan)
(4) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3
orang
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :
(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
(latih 2 kegiatan baru)
(5) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 4-5 orang
d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :
(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan sosial
e. Therapy Lingkungan
Menurut Rusdi (2013), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
sehingga aspek lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam
kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan
berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdampak
pada kesembuhan,karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik
pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang.
17
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Diagnosa Keperawatan
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016) rumusan diagnosa Isolasi Sosial yaitu :
P: Isolasi Sosial
E : Harga diri rendah
S : Gejala dan Tanda Mayor, Subjektif : Merasa ingin sendiri, Merasa tidak aman di
tempat umum. Objektif : Menarik diri, Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan
orang lain atau lingkungan
Gejala dan Tanda Minor, Subjektif : Merasa berbeda dengan orang lain, Merasa asyik
dengan pikiran sendiri, Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas. Objektif : Afek
datar, Afek sedih, Riwayat ditolak, Menunjukkan permusuhan, Tidak mampu
memenuhi harapan orang lain, Kondisi difabel, tindakan tidak berarti, Tidak ada
kontak mata, Perkembangan terlambat, Tidak bergairah/lesu.
Diagnosa Keperawatan :
Isolasi Sosial
B. Intervensi Keperawatan
Menurut (Prabowo, 2014) rencana asuhan keperawatan gangguan isolasi
sosial yaitu :
Tujuan umum: Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
TUK 1 : Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan :
2. Sapa Pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
3. Perkenalkan diri dengan sopan
4. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang di sukai pasien
5. Jelaskan tujuan pertemuan
6. Buat kontrak interaksi yang jelas
7. Jujur dan tepati janji
8. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
18
9. Beri perhatian pada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar asien
TUK 3 :Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan Pasien tentang manfaat dan keuntungan bergaul dengan orang
lain
2. Beri kesempatan pada Pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
3. Diskusikan bersama Pasien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
19
b. Pasien-perawat-perawat lain
c. Pasien-perawat-perawat lain-Pasien lain
d. Pasien-kelompok kecil
e. Pasien-keluarga/kelompok/masyarakat
3. Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4. Bantu Pasien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain
5. Diskusikan jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan untuk meningkat
kemampuan Pasien bersosialisasi
6. Beri motivasi Pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
di buat
7. Beri pujian terhadap kemampuan Pasien memperluas pergaulannya melalui
aktivitas yang dilaksanakan
20
4. Latih keluarga cara merawat Pasien menarik diri
5. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
berkomunikasi dengan orang lain
6. Anjurkan anggota keluarga untuk rutin dan bergantian mengunjungi pasien
minimal 1x seminggu
7. Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai dan keterlibatannya keluarga
merawat pasien di rumah sakit.
C. Implementasi Keperawatan
Melakukan Sp 1 pasien :
1. Mengidentifikasi penyebab Isolasi Sosial
2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan bila berhubungan dengan orang
lain.
3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain.
4. Mengajarkan klien cara berkenalan
5. Menganjurkan klien memasukan kegiatan latihan berkenalan kedalam kegiatan
harian.
Melakukan Sp 2 pasien :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Memberikan kesempatan pada klien memperaktikan cara berkenalan.
3. Mengajarkan klien berkenalan dengan orang pertama (seorang perawat)
4. Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian.
Melakukan Sp 3 pasien :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Memberikan kesempatan kepada klien memperaktikan cara berkenalan dengan
orang pertama
21
3. Melatih klien berinteraksi secara bertahap (Berkenalan dengan orang kedua
seorang klien)
4. Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian.
D. Evaluasi Keperawatan
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isolasi Sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena
orang lain menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan menarik diri adalah
usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran,
prestasi atau kegagalannya. Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono (2010).
Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenali pada masa remaja atau lebih
awal dan berlanjut sepanjang masa dewasa. Gangguan tersebut merupakan pola
respon, tidak maladaptive fleksibel, dan menetap yang cukup berat menyababkan
disfungsi perilaku atau distres yang nyata.
Pengkajian data dilakukan, Keluarga mengatakan klien sering menyendiri,
tidak mau bergaul dengan orang lain, berdiam diri di kamar tidak mau berbicara.
Klien tampak menyendiri, tidak bersemangat, malu-malu ketika diajak berbicara,
suara pelan hampir tidak terdengar, kontak mata kurang, selalu menunduk, sering
garuk-garuk kepala ketika diajak berbicara, tidak berani memulai pembicaraan, klien
tampak tidur telentang menghadap keatas dengan kedua tangan diletakan didada,
riwayat masa lalu keluarga mengatakan klien anak tunggal, setiap aktivitas dan
pergaulan dibatasi orang tua, klien pernah gagal kuliah dan tidak menyelesaikan
skripsi.
B. Saran
Semoga dengan makalah ini pasien dapat mengerti dengan penyakit yang
pasien alami dan dapat menerapkan intervensi yang telah di berikan untuk mencapai
kesembuhan yang pasien harapkan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat, dkk(2009) Model Praktik Keperawatan profesional Jiwa. Jakarta ; EGC
Damaiyanti, M. & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa.Retika ADITAMA : Bandung
Sutejo. Keperawatan kesehatan jiwa: prinsip dan praktik asuhan keperawatan
jiwa. PUSTAKA BARU PRESS, Yogyakarta.
Kemenkes RI, 2010, Riset Kesehatan Dasar, RISKESDA Jakarta : Balitbang Kemenkes Ri
Kementrian Kesehatan RI, 2014, UU Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.
Jakarta 2014
Yosep, 2011. Keperawatan jiwa. Retika ADITAMA : Bandung
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa (1st ed.). Yogyakarta:
Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
24