Tindakan Pencegahan Kegagalan Akibat "Piping" Pada Tanggul Pengarah Aliran Sungai (016G)
Tindakan Pencegahan Kegagalan Akibat "Piping" Pada Tanggul Pengarah Aliran Sungai (016G)
1
Alumni Magister Teknik Sipil Institut Teknolgi Bandung
Senior Geotetechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia
Main Office Building 2nd Floor, Tembagapura, Papua.
Email: Rivai_S@fmi.com;Rivai_bm@yahoo.com
2
Alumni Magister Teknik Sipil Institut Teknolgi Bandung
Senior Geotetechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia
Main Office Building 2nd Floor, Tembagapura, Papua.
Email: Anton_Junaidi@fmi.com
ABSTRAK
Pemeriksaan geoteknik secara berkala terhadap pengarah aliran air/tanggul di PT.Freeport Indonesia
yang terbuat dari material timbunan sandy GRAVELL untuk mengetahui gejala ketidak stabilan
menemukan rembesan (seepage) yang keluar pada badan timbunan yang berada pada lokasi tertentu.
Salah satu dampak serius yang terjadi dengan adanya rembesan ini yaitu internal erosion yang atau
juga dikenal dengan piping. Piping ini bisa mengakibatkan longsornya badan tanggul. Tindakan
pencegahan yang dipilih yaitu pemasangan filter drainage pada kaki/toe tanggul di sisi
hilir/downstream. Pemilihan alternative perbaikan yang dilakukan dengan menggunakan model
numerik dengan bantuan software Seep/W. Penentuan koefisien permeabilitas pada badan tanggul
menggunakan metode prediksi balik dengan cara mencari nilai permeabilitas lapangan dengan
model numerik yang dibandingkan dengan hasil pengukuran debit air yang keluar dari dalam
timbunan kemudian dibandingkan korelasi koefisien permeabilitas yang ada terhadap material
timbunan. Efektivitas pemasangan filter drainage pada kaki tanggul akan dibahas dalam paper ini
dengan membandingkan pola aliran seepage yang terjadi pada badan tanggul setelah dan sesudah
pemasangan filter drainage. Drainase ini dipasang sepanjang daerah yang mengalami seepage.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah pemasangan dranase ini menunjukkan bahwa saluran draianse
pada kaki timbunan berfungsi dengan baik ditandai dengan tidak dijumpai lagi rembesan pada kaki
timbunan.
Kata kunci: Seepage, Piping, tanggul, seepage drain
1. PENDAHULUAN
Pemeriksaan geoteknik secara berkala terhadap pengarah aliran air/tanggul di PT.Freeport Indonesia yang
terbuat dari material timbunan sandy GRAVELL untuk mengetahui gejala ketidak stabilan menemukan rembesan
(seepage) yang keluar pada badan timbunan yang berada pada lokasi tertentu. Salah satu dampak serius yang terjadi
dengan adanya rembesan ini yaitu internal erosion yang atau juga dikenal dengan piping. Piping ini bisa
mengakibatkan longsornya badan tanggul. Tindakan pencegahan yang dipilih yaitu pemasangan filter drainage pada
kaki/toe tanggul di sisi hilir/downstream. Pemilihan alternative perbaikan yang dilakukan dengan menggunakan
model numerik dengan bantuan software Seep/W. Penentuan koefisien permeabilitas pada badan tanggul
menggunakan metode prediksi balik dengan cara mencari nilai permeabilitas lapangan dengan model numerik yang
dibandingkan dengan hasil pengukuran debit air yang keluar dari dalam timbunan kemudian dibandingkan korelasi
koefisien permeabilitas yang ada terhadap material timbunan. Efektivitas pemasangan filter drainage pada kaki
tanggul akan dibahas dalam paper ini dengan membandingkan pola aliran seepage yang terjadi pada badan tanggul
setelah dan sesudah pemasangan filter drainage. Drainase ini dipasang sepanjang daerah yang mengalami seepage.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah pemasangan dranase ini menunjukkan bahwa saluran draianse pada kaki
timbunan berfungsi dengan baik ditandai dengan tidak dijumpai lagi rembesan pada kaki timbunan.
2. STUDI LITERATURE
1. Mekanisme terjadinya gejala piping di dalam tanggul
Piping terjadi diakibatkan oleh proses terus menerusnya aliran air didalam tanggul. Material timbunan
tanggul yang terbuat dari lempung akan lebih tahan terhadap erosi dibanding dengan material pasir atau lanau
(Srbulov, 1988). Ada empat kondisi yang harus terpenuhi agar terjadi piping failure (Fell et al, 2005) yaitu: 1) ada
aliran seepage dan sumber air, 2) ada material yang mudah tergerus oleh air dan material ini mudah terbwa oleh air,
3) tidak adanya perlindungan pada kaki tanggul untuk menghalangi material yang terbawa air tersebut agar tidak
terbawa keluar, 4) material tanggul tersebut mampu membentuk rongga dan bertahan terhadap aliran air yang lewat
dibawahnya.
Gejala piping ini terjadi pada 3 bagian (Fell, 1999) yaitu; 1) terjadi di dalam tanggul, 2) terjadi dari tanggul
ke tanah pondasi, 3) terjadi pada tanah pondasi. Ilustrasi dari piping ini ditunjukkan pada gambar-1 berikut:
selain itu memberikan masukan untuk melakukan rencana perbaikan tanggul sehingga mampu meminimalisir
potensi piping.
Tabel-1 menunjukkan beberapa penyebab terjadinya keruntuhan pada tanggul. Terdapat 2 penyebab utama
terjadinya keruntuhan pada tanggul yaitu akibat overtopping dan akibat seepage. Kegagalan lereng tanggul akibat
gempa kemungkinan terjadinya sangat kecil mengingat biasanya para desainer telah mempertimbangkan hal ini
dalam desain. Pertimbangan desain untuk menghindari terjadinya piping cukup kompleks karena harus
mempertimbangkan distribusi butiran dari material timbunan maupun material tanah dasarnya.
3. STUDI KASUS
Geometri Dan Kondisi Geoteknik Tanggul
Pada paper ini akan dibahas bagian dari tanggul yang dibangun di PT.Freeport Indonesia. Panjang tanggul pengarah
ini terletak pada kedua sisi sungai dengan panjang 50 km. Pada gambar-2 ditunjukkan geometri tanggul pengarah
aliran air tersebut. Lapisan pondasi terdiri dari lapisan material silty clay dimana berdasarkan hasil pengujian
analisis saringan pada lab test didapat D10 = 0.009 mm
Proses rembesan air yang terjadi pada tanggul pengarah aliran terjadi di beberapa lokasi yang airnya mengalir di
dekat tanggul. Hasil peninjauan lapangan ditemukan beberapa lokasi bagian dari tanggul yang terdapat genangan air.
Genangan air ini diduga berasal dari rembesan air dari badan tanggul seperti tampak pada gambar-1.
Tabel-1 Statistik kegagalan pada timbunan besar untuk Tanggul/DAM sampai tahun 1986 (Fell, et al, 2000)
Jumlah Kasus Persentase Kegagalan Frekuensi Rata-rata
kegagalan
Tipe Kegagalan Semua Kegagalan Semua Kegagalan Semua Kegagalan
kegagalan selama masa kegagalan selama masa kegagalan selama masa
layan layan layan
Piping
Through embankment 39 38 30.5 32.5 3.5 3.4
Through foundation 19 18 14.8 15.4 1.7 1.6
From embankment into foundation 2 2 1.6 1.7 0.18 0.18
Subtotal 59 57 46.1 48.7 5.3 5.1
S lides
Downstream 6 4 4.7 3.4 0.54 0.36
Upstream 1 1 0.8 0.9 0.09 0.09
Subtotal 7 5 5.5 4.3 0.63 0.45
Earthquake–liquefaction 2 2 1.6 1.7 0.18 0.18
Unknown mode 8 7
Total no. of failures 136 124 12.2 (1.2%) 11.1 (1.1%)
Total no. of failures where mode of failure known 128 117
No. of embankment dams 11 192 11 192
Pemilihan nilai permeabilitas dilapangan didapat dengan menggunakan korelasi dari Hazen (1911), dimana
koefisien permeabilitas diformulasikan dengan:
k (cm/s) = c.D102
Gambar 8 Desain Penanganan Masalah Rembesan dengan Pemasangan Drainase Pada Kaki Tanggul
4. KESIMPULAN
Permasalahan piping pada tanggul merupakan salah satu masalah yang seringkali terlupakan oleh perencana dalam
tahap desain. Tiga kemungkinan keruntuhan pada tanggul yang menahan atau mengarahkan air yang terus mengalir
pada level tertentu yaitu: air mengalir melalui badan tanggul, air mengalir dari badan tanggul kemudian masuk ke
tanah dasar, air mengalir melalui tanah dasar. Analsisis piping sangat erat kaitannya dengan koefisien permeabilitas
tanah timbunan maupun tanah dasar. Koefisien permebailitas lapangan untuk kebutuhan praktis menggunakan
korelasi ukuran butiran material tanggul. Pemasangan drainase kaki/toe drainage pada lokasi study ini cukup mampu
mengalirkan air dimana terbukti dilapangan tidak ditemui lagi adanya air yang menggenang yang diakibatkan oleh
aliran air dari dalam tanggul.
REFERENCES
Foster, M., Fell, R., and Spannagle, M. 2000. The statistics of embankment dam failures and accidents. Canadian
Geotechnical Journal, 37: 1000–1024.
Azam, S. and Q. Li (2010). Tailings Dam Failures: A Review of the Last One Hundred Years. Geotechnical News:
50-53.
Hazen, A., Discussion of “Dams on Sand Foundation” by A. C. Koenig, Trans., Am. Soc. Civ. Eng., vol. 73, p. 199,
1911