Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

G2P1A0 H 7-8 mgg + JTHIU + HEG

Oleh
FARAH PUTRIANA
I4A011021

Pembimbing
dr. Hardian Syauqi, Sp. OG (K)

BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FK ULM – RSUD ULIN
BANJARMASIN
Juni, 2018

0
BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan biasanya ditandai dengan adanya riwayat terlambat haid dan


keluhan mual muntah. Mual dan muntah dalam kehamilan dikenal dengan
morning sickness.1,2 Hal tersebut dapat dialami pada 80% wanita hamil. Mual dan
muntah adalah gejala yang umum dan wajar terjadi pada usia kehamilan trimester
I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, dapat juga timbul setiap saat dan pada
malam hari. Gejala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid
terakhir dan berlangsung ± 10 minggu.1
Keluhan mual muntah pada saat kehamilan dapat berlangsung ringan
sampai berat. Apabila keluhan ini menyebabkan gangguan yang berat, menetap,
dan mengganggu aktivitas sehari-hari, maka hal ini disebut dengan hiperemesis
gravidarum.1 Hiperemesis gravidarum adalah bentuk parah mual dan muntah yang
jarang terjadi pada kehamilan. Angka kejadiannya berkisar antara 0,3%-2% dari
total angka kehamilan.3
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan,
yakni umur kehamilan 6-8 minggu sampai umur kehamilan 20 minggu. Kondisi
ini ditandai dengan mual muntah yang terus-menerus, dedidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit, ketosis, malnutrisi, dan penurunan berat badan. Pada
beberapa kasus yang lanjut yang berat, pasien yang mengalami kondisi ini
memerlukan perawatan di rumah sakit yang cukup lama dan bantuan pemberian
nutrisi secara enteral dan parenteral.4
Etiologinya kondisi ini sampai saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya dengan endokrin,
biokimia dan psikologis.4 Beberapa literatur juga menyebutkan bahwa penyebab
utama kondisi ini ada fungsi endokrin, fungsi dan pertumbuhan plasenta, dan
kondisi gastrointestinal. Salah satu faktor yang diduga berperan utama dalam
kondisi ini adalah peningkatan kadar hormon Human Chorionic Gonadotropin
(HCG). Peningakatan ini dapat menyebabkan mual melalui beberapa jalur, seperti
peningkatan hormon tiroid dan estradiol. Selain itu, beberpaa penelitian juga

0
menyatakan bahwa kondisi ganstrointestinal seperti kolonisasi bakteri
Helitobacter pylori dapat meningkatkan risiko terjadinya hyperemesis
grvaidarum, namun hubungan dari kedua hal ini bervariasi pada beberapa populasi
dan negara.5
Insidensi hyperemesis gravidarum cukup bervariasi. Angka kejadian
kondisis ini diperkirakan 0,5-1 % dari seluruh total kehamilan. Insidensi kondisi
ini lebih tinggi ditemukan pada populasi orang kulit hitam dibandingkan kulit
putih (33% vs 16%).6 Di Indonesia. angka kejadian kondisi ini diperkirakan
berkisar antara 1-3% dari seluruh total kehamilan.7 Sedangkan di Kalimantan
Selatan, kondisi ini diperkiran menyumbang sekitar 28% dari seluruh angka
kematian ibu yang berada di provinsi ini.8
Penatalaksanaan untuk hiperemesis gravidarum bergantung pada tingkat
keparahan gejalanya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain, status
hidrasi, obat-obatan yang dapat digunakan, keperluan rawat inap, dan konseling
dengan psikolog mungkin diperlukan apabila kondisi ini berhubungan dengan
masalah psikologis. Selain itu, tatalaksana yang perlu diperhatikan pada kondisi
ini yakni nutrisi dan diet makanan. Diet dan nutrisi harus mengandung cukup
mineral dan vitamin. Beberapa vitamin yang berfungsi protektif terhadap sistem
saraf pusat mungkin bermanfaat untuk mencegah komplikasi hiperemesis, yaitu
Wernick’s Encephalopathy. Tatalaksana diet makanan pada kondisi ini adalah
tinggi karbohidrat, rendah lemak, dan makanan disajikan dalam jumlah kecil.9
Hiperemesis gravidarum berkontribusi terhadap lebih dari 375.000 pasien
yang dibawa ke IGD dan rumah sakit di Amerika Serikat. Kondisi ini juga
diketahui berkaitan dengan peningkatan angka kejadian pneumomediastinum,
gagal ginjal, disfungsi hati, sindrom Boerhaave’s, dan Wernicke’s
encephalopathy. Hipermesis juga diketahui terhadap peningkatan angka kejadian
BBLR, kelainan perkembangan sistem saraf, intrauterine growth restriction
(IUGR), persalinan premature, dan kematian bayi. Sebuah penelitian menyatakan
bahwa angka kematian ibu di US mengalami peningkatan sekitar 3,358% dari
tahun 2006 ke tahun 2010. Dan diperkirakan 20% dari peningkatan tersebut
berhubungan dengan hiperemesis gravidarum.10

1
Berdasarakan pemaparan sebelumnya tentang hiperemesis grvaidarum,
pada makalah ini akan dilaporkan satu kasus hiperemesis gravidarum yang ada di
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin (RSUD) Banjarmasin.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan

sampai umur kehamilan 20 minggu. Klasifikasi Statistik International Penyakit

dan Masalah Kesehatan Terkait, revisi kesepuluh, mendefinisikan hiperemesis

gravidarum sebagai muntah terus-menerus dan berlebihan dimulai sebelum akhir

minggu ke 22 kehamilan, kemudian hiperemesis gravidarum dibagi menjadi

ringan dan berat, dengan keterkaitan gangguan metabolik seperti penipisan

karbohidrat, dehidrasi, atau ketidaksimbangan elektrolit.11

Keluhan muntah kadang begitu hebatnya sehingga segala apa yang

dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan

umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi

dan terdapat aseton dalam urin.12

Hiperemesis gravidarum ditandai dengan mual dan muntah

berkepanjangan dan berat, dehidrasi, ketonuria berat, dan kehilangan berat badan

lebih dari 5%.11

B. Etiologi

Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan

perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan

simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum

diketahui secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat

3
hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis. Faktor-faktor yang

menjadi predisposisi diantaranya:13

 Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan hehamilan

ganda akibat peningkatan kadar HCG.

 Faktor organik: masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan

perubahan metabolik.

 Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut

terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan

sebagainya.

 Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain-lain.

C. Klasifikasi

Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:13

a) Tingkat I: muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan

dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama

keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar

darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik

menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin

sedikit tetapi masih normal.

b) Tingkat II: gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum

dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/ menit,

tekanan darah sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang

ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.

4
c) Tingkat III: terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang

atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan

jantung, bilirubin, dan proteinuria.

D. Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum diantaranya:13

a. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.

b. Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun pada

keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran.

c. Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada

vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensinya lunak,

pada pemeriksaan inspekulo seviks berwarna biru.

d. Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan

kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan mola hidatidosa.

e. Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan

proteinuria.

E. Diagnosis Banding

Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai

gejala muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa penyakit tersebut

antara lain: 14

a) Appendisitis akut: Pada pasien hamil dengan appendisitis akut keluhan nyeri

tekan perut sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil tanpa appendisitis

akut keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defence

5
musculare juga bisa dijadikan petunjuk membedakan hamil dengan

appendisitis akut dan tanpa appendisitis akut.

b) Ketoasidosis diabetes: Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika

sebelum hamil mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat

hamil apalagi disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan

kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan keton, pemeriksaan gula darah, dan

pemeriksaan gas darah.

c) Gastritis dan ulkus peptikum: Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus

peptikum jika pasien mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering

menggunakan NSAID. Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat

membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena

hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan

nyeri epigastrium yang hebat. Pasien dengan gastroenteritis selain

menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare.

Pasien hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai

diare.

d) Hepatitis: Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat

biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan

Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic

Pyruvic Transaminase (SGPT) yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan

pasien hiperemesis gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang

sebelumnya tidak menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya

memang sudah menderita hepatitis.

6
e) Pankreatitis akut: Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat

peminum alkohol berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium,

kadang-kadang agak ke kiri atau ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke

punggung, kadang-kadang nyeri menyebar di perut dan menjalar ke abdomen

bagian bawah. Pemeriksaan serum amylase dapat membantu menegakkan

diagnosis.

f) Tumor serebri: Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-

muntah yang hebat juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang

terjadi hampir setiap hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai

hemiplegi. Pemeriksaan CT scan kepala pada wanita hamil sebaiknya

dihindari karena berbahaya bagi janin.

F. Komplikasi 13

a. Maternal: akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia,

palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani akan

terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk

beraktivitas), ataupun kematian. Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah

Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu

paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak

teratur (ataksia), dan bingung.

b. Fetal: penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian

gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).

7
G. Pencegahan

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan

dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai

suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-

kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan

hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari

dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang

berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang teratur

hendaknya dapat teratur.3-4

H. Penatalaksanaan

Pengobatan utama HG adalah perawatan suportif. Berbagai perubahan

gaya hidup dan pola makan dapat membantu pasien mentolerir asupan oral. Pasien

harus mencoba untuk menghindari bau yang tidak menyenangkan; makan

makanan yang hambar, kering, dan berkarbohidrat; makan makanan kecil, sering;

dan memisahkan makanan padat dan cair paling sedikit 2 jam.5

Koreksi segera defisit cairan dan elektrolit dan asam-basa harus dilakukan.

Jika hal ini tidak dapat dilakukan dengan terapi oral, cairan intravena dapat

dipertimbangkan. Satu studi menemukan bahwa pengobatan dengan rehidrasi

intravena menyebabkan berhentinya muntah dan meningkatkan toleransi terhadap

asupan oral dalam 24 jam pada pasien HG.3-4

Dalam kasus-kasus yang refrakter terhadap pemberian cairan intravena,

nutrisi parentaral dan bahkan tabung makanan diperlukan. Dukungan nutrisi

disediakan untuk pasien yang terus memiliki gejala yang sulit ditangani dan

8
penurunan berat badan meskipun terapi yang tepat. Tanpa dukungan nutrisi, ibu

dan janin berada pada risiko gizi yang signifikan.5

Dalam sebuah penelitian retrospektif terhadap 166 pasien dengan

hiperemesis, 27 (16,3%) diobati dengan terapi parenteral. Pasien yang diobati

dengan terapi parenteral mengalami peningkatan komplikasi serius, seperti

trombosis vena, selulitis, sepsis saluran, endokarditis bakterial, dan pneumonia,

meskipun insidensi yang pasti tidak kembali.10

 Obat-obatan.

Apabila keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan.

Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan

yaitu vitamin B1 dan B6, antihistamin juga dianjurkan. Pada keadaan lebih berat

diberikan antiemetik seperti prometazin (avopreg), proklorperazin, atau mediamer

B6. Untuk wanita dengan hiperemesis gravidarum persisten atau berat, rute

parental atau rektal mungkin diperlukan dan lebih efektif dari pada rejimen oral.

 Isolasi.

Dilakukan dalam kamar yang tenang, batasi pengunjung / tamu, hanya dokter dan

perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau

makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan

minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan

berkurang atau hilang tanpa pengobatan

 Terapi psikologik

9
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan

rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah

dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

 Cairan parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan

glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat

ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan

bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.

Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan.

Urin perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan

bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari.

Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut

keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum

bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman

dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.

Penghentian kehamilan dilakukan bila keadaan umum memburuk melalui

pertimbangan beberapa aspek meliputi pemeriksaan medik dan psikiatrik,

manifestasi klinis berupa:

 Gangguan kejiwaan: delirium, apatis, somnolen sampai koma, gangguan jiwa

Ensephalopati Wernick

 Gangguan penglihatan: perdarahan retina, kemunduran visus.

10
 Gangguan faal: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria, jantung

dan pembuluh darah dalam bentuk nadi meningkat dan tekanan darah

menurun.

BAB III

11
LAPORAN KASUS

A. Identitas

Pasien

Nama : Ny. SN

Umur : 28 tahun

Agama : Islam

Suku : Banjar

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

MRS tanggal : 8 Mei 2018 (Pukul 22.30 WITA)

Suami

Nama : Tn. AYR

Umur : 31 tahun

Agama : Islam

Suku : Banjar

Pekerjaan : Honorer

Alamat : Jl Karya Sabumi V Kayu Tangi II RT 17

B. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis tanggal 11 Mei 2018 (Pukul 15.00

WITA)

1. Keluhan utama : Mual muntah

12
2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSUD Ulin pada Pasien datang ke RSUD Ulin pada

tanggal 8 Mei 2018 pukul 22.30 mengeluhkan mual muntah. Pasien

mengeluhkan mual muntah sejak 3 minggu SMKB. Pasien mengeluhkan

muntah 10x dalam sehari. Muntah bercak berwarna hitam .

3. Riwayat Penyakit Dahulu

HT (-), DM (-), Asma (-), riwayat perdarahan sulit berhenti (-), riwayat

kelainan darah (-).

1. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang lain yang menderita

keluhan yang sama, serta juga tidak ada riwayat tekanan darah tinggi,

kencing manis, maupun asma.

2. Riwayat Haid

Menarche : 11 tahun

Lama : 5 hari

Siklus : 28 hari

HPHT : 15 Maret 2018

3. Riwayat Perkawinan:

1 kali, selama 9 tahun.

Usia pertama kali menikah : 19 tahun

4. Riwayat Kontrasepsi:

KB (+) pil

5. Riwayat Obstetri:

13
1. 2012/aterm/Perempuan/3600gr/spontan/bidan/hidup

2. Hamil saat ini

C. Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik Umum tanggal 11 Mei 2018

1. Keadaan umum : tampak sakit sedang

2. Kesadaran : compos mentis

3. Tanda Vital

Tensi : 110/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5 oC

4. Kepala dan leher

Kepala : Bentuk normal

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), palpebra tidak

edem, pupil isokor, refleks cahaya +/+

Telinga : Bentuk normal, tidak ada cairan yang keluar dari telinga,

tidak ada gangguan pendengaran.

Hidung : Bentuk normal, tidak tampak defiasi septum, tidak ada

sekret, tidak ada epistaksis, tidak ada pernapasan cuping

hidung.

Mulut : Bibir dan mukosa normal, perdarahan gusi tidak ada, tidak

ada trismus, tidak ada pembesaran atau radang pada tonsil,

lidah tidak ada kelainan, tidak ada gigi palsu.

14
Leher : Tidak ada kaku kuduk, tidak tampak pembesaran kelenjar

getah bening dan tiroid, tidak ada pembesaran JVP.

5. Thoraks

Paru

Inspeksi : bentuk normal, gerakan simetris dan ICS tidak melebar.

Palpasi : fremitus raba +/+ simetris, tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : sonor +/+, tidak ada nyeri ketuk.

Auskultasi : vesikuler, tidak ada ronkhi atau wheezing.

Jantung

Inspeksi : iktus cordis tidak tampak.

Palpasi : tidak teraba thrill.

Perkusi : batas jantung normal, ICS V LMK kiri dan ICS II LPS

kanan.

Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, bising jantung tidak ada.

6. Abdomen : tampak datar, lihat Status Obstetri.

7. Ekstremitas atas dan bawah :

Atas : Akral dingin (-/-), edema (-/-), gerak normal (-/-).

Bawah : Akral dingin (-/-), edema (-/-), gerak normal (-/-)

8. Status Ginekologi
V/v : flx (-), flr (-)

Pemeriksaan Fisik Umum tanggal 11 Mei 2018 (saat datang)

Kondisi di VK (14.00)

1. Keadaan umum : tampak sakit sedang

15
2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Tanda Vital

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 92 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 37,4 oC

4. Mata : Konjungtiva anemis (-), Ikterik (-)

5. Thoraks

Pulmo : Vas (+/+), Rh (-), Wh (-)

Cor : S1 S2 tunggal, murmur (-)

6. Abdomen : tampak datar, lihat Status Obstetri.

7. Ekstremitas atas dan bawah :

Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), gerak aktif

Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), gerak aktif

8. Status Ginekologi

Inspeksi : Fluxus (-), Flour (-)


Inspekulo :
- Fluxus (-)
- Portio licin
- Dinding vagina laserasi (-)
VT :
- V/V : Fluksus (-), Fluor (-)
-CU : Biasa
- AP D/S : Massa (-), nyeri (-), parametrium infiltrasi -/-
- CD : t.a.k

16
Pemeriksaan 09.05

Darah Lengkap
Hb 12,6

WBC 432

PLT 12.57

Hct 37.3
MCV 75,1
MCH 25,4
MCHC 33.8
Urine
Protein +1
Leukosit 4-8
Eritrosit 1-2
Epitel 2+
Bakteri (-)

A) G2P1A0 H 7-8 mgg + JTHIU + HEG

P) Penatalaksanaan

- IVFD RL + NB 20 tpm/12 jam

- PO Ranitidine 2x500 mg

- PO ondancetron 2x8 mg

Hasil observasi di Bangsal (11 Mei 2018) (lampiran)

Follow Up

Tgl/Jam S O A P
G2P1A0 H 7-8 mgg +
Follow up Mual (-) TD = 110/70mmHg IVFD RL + NB 20
JTHIU + HEG
11/05/2018 RR = 20 kali/menit tpm/12 jam

17
06.00 N = 80 kali/menit
Muntah (-) Po ondancetron 3x1
T = 36,5oC

Pusing (-) Status Ginekologi Ranitidin 2x1


V/v : flx (-), flr (+)

18
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini seorang wanita berusia 28 tahun dibawa ke rumah sakit

karena mual muntah. Diagnosis saat datang adalah G2P1A0 H 7-8

Minggundengan Hiperemesi Gravidarum. Pasien mengeluhkan Pasien datang ke

RSUD Ulin pada Pasien datang ke RSUD Ulin pada tanggal 8 Mei 2018 pukul

22.30 mengeluhkan mual muntah. Pasien mengeluhkan mual muntah sejak 3

minggu SMKB. Pasien mengeluhkan muntah 10x dalam sehari. Muntah bercak

berwarna hitam.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status umum, tanda vital, dan

pemeriksaan fisik lainnya secara umum normal.

Mual dan muntah dalam kehamilan dikenal dengan morning sickness,

dialami 80% wanita hamil. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar

terjadi pada usia kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,

dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala ini biasanya terjadi 6

minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung ± 10 minggu. Derajat

beratnya mual dan muntah yang terjadi pada kebanyakan kehamilan sampai

dengan gangguan yang berat dimana keluhan semakin memburuk, menetap,

hingga mengganggu aktivitas sehari-hari dikenal dengan hiperemesis

gravidarum.1,

19
Saat awal masuk, pasien kemudian ditangani pada saat awal masuk dengan

pemberian:

- IVFD RL + NB 20 tpm/12 jam

Inj Ranitidine 2x500 mg

- Inj ondancetron 2x8 mg

Penanganan awal pada pasien ini adalah istirahat, kemudian dilakukan

pemberian cairan, obat antihistamin, dan antiemetik karena dari keluhan utama

pasien mual muntah. Hal tersebut sesuai dengan teori langkah penanganan awal

yaitu dengan cairan (menggunakan RL).

20
BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan kasus seorang wanita, Ny SN berusia 28 tahun dengan

diagnosis G2P1A0 H 7-8 minggu + Hiperemesis Gravidarum. Pasien ini telah

dirawat oleh Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Ulin

Banjarmasin selama 3 hari dari tanggal 8 sampai tanggal 11 Mei 2018. Prinsip

penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan pemberian cairan, antihistamin,

dan antiemetik. Kondisi pasien telah mengalami perbaikan dan pasien

diperbolehkan pulang.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Evayanti Y. Hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami pada ibu hamil
terhadap keteraturan kunjungan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Wates
Lampung Tengah tahun 2014. Jurnal Kebidanan. 2015; 1 (2): 81-90.
2. Maternity D, Ariska P, Sari DY. Inhalasi lemon mengurangi mual muntah
pada ibu hamil trimester 1. Jurnal Ilmiah Bidan. 2017; 8 (3): 10-15.
3. Kabir S, Basher MS, Shaon SA, Basher AE, Hassan MR, Khan MK, Ahmed
K. Anaemia in women with hyperemesis gravidarum admitted in a tertiary
hospital. Medical College Journal. 2016; 1 (2): 10-116.
4. McParlin C, O'Donnell A, Robson SC, Beyer F, Moloney E, et al. Treatments
for hyperemesis gravidarum and nausea and vomiting in pregnancy: A
systematic review. Journal of American Medical Association. 2016; 316(13),
1392-1401.
5. Grooten IJ, Roseboom TJ, Painter RC. Barriers and challenges in hyperemesis
gravidarum research. Nutrition and Metabolic In sights. 2015; 8 (S1): 33-39.
6. Kaya C, Gasimova R, Ekin M, Yasar L. Hyperemesis gravidarum: Current
approaches for the diagnosis and treatment. Journal of Pregnancy and Child
Health. 2016; 3 (6): 1-2.
7. Oktavia L. Kejadian hiperemesis gravidarum diitinjau dari jarak kehamilan
dan paritas. Jurnal Ilmu Kesehatan Aisyah. 2016; 1 (2): 41-45.
8. Maulina, Megamaulia L, Widia L. Hubungan antara status gizi ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum di RSIA Paradise Kabupaten Tanah Bumbu.
Jurnal Darul Azhar. 2016; 1 (1): 51-56.
9. Fazari AB, Ahmed HZS, Eltayeb R, Ali MH, Elmusharaf K. Management and
outcome of hyperemesis gravidarum at tertiary obstetric facility, Khartoum-
Sudan. Open Journal of Obstetrics and Gynecology. 2016; 6: 630-636.
10. MacGibbon KW, Fejzo MS, Mullin PM. Mortality secondary to hyperemesis
gravidarum: A case report. Women’s Health and Gynecology. 2015; 1 (2):
011.
11. McCarthy FP, Lutomski JE, Greene RA. Hyperemesis gravidarum: Current
perspectives. International Journal of Women’s Health. 2014; 4 (6): 719-725.

22
12. Williams Obstretics 21 st Ed: F.Gary Cunningham (Editor), Norman F.Grant
MD,Kenneth J,.,Md Leveno, Larry C.,Iii,Md Gilstrap,John C.,Md Hauth,
Katherine D.,Clark,Katherine D.Wenstrom,by McGraw-Hill Profesional
(April 27,2001.
13. Viktoriya L, Stephanie G, Sherer DM. Hiperemesis gravidarum: A review of
recent literature. Pharmacology. 2017; 100: 161 -171.
14. Binu P. Hyperemis gravidarum : Literatur review. Wisconsin Medical
Journal. 2003; 102: 3.

23

Anda mungkin juga menyukai