Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh
FARAH PUTRIANA
I4A011021
Pembimbing
dr. Hardian Syauqi, Sp. OG (K)
0
BAB I
PENDAHULUAN
0
menyatakan bahwa kondisi ganstrointestinal seperti kolonisasi bakteri
Helitobacter pylori dapat meningkatkan risiko terjadinya hyperemesis
grvaidarum, namun hubungan dari kedua hal ini bervariasi pada beberapa populasi
dan negara.5
Insidensi hyperemesis gravidarum cukup bervariasi. Angka kejadian
kondisis ini diperkirakan 0,5-1 % dari seluruh total kehamilan. Insidensi kondisi
ini lebih tinggi ditemukan pada populasi orang kulit hitam dibandingkan kulit
putih (33% vs 16%).6 Di Indonesia. angka kejadian kondisi ini diperkirakan
berkisar antara 1-3% dari seluruh total kehamilan.7 Sedangkan di Kalimantan
Selatan, kondisi ini diperkiran menyumbang sekitar 28% dari seluruh angka
kematian ibu yang berada di provinsi ini.8
Penatalaksanaan untuk hiperemesis gravidarum bergantung pada tingkat
keparahan gejalanya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain, status
hidrasi, obat-obatan yang dapat digunakan, keperluan rawat inap, dan konseling
dengan psikolog mungkin diperlukan apabila kondisi ini berhubungan dengan
masalah psikologis. Selain itu, tatalaksana yang perlu diperhatikan pada kondisi
ini yakni nutrisi dan diet makanan. Diet dan nutrisi harus mengandung cukup
mineral dan vitamin. Beberapa vitamin yang berfungsi protektif terhadap sistem
saraf pusat mungkin bermanfaat untuk mencegah komplikasi hiperemesis, yaitu
Wernick’s Encephalopathy. Tatalaksana diet makanan pada kondisi ini adalah
tinggi karbohidrat, rendah lemak, dan makanan disajikan dalam jumlah kecil.9
Hiperemesis gravidarum berkontribusi terhadap lebih dari 375.000 pasien
yang dibawa ke IGD dan rumah sakit di Amerika Serikat. Kondisi ini juga
diketahui berkaitan dengan peningkatan angka kejadian pneumomediastinum,
gagal ginjal, disfungsi hati, sindrom Boerhaave’s, dan Wernicke’s
encephalopathy. Hipermesis juga diketahui terhadap peningkatan angka kejadian
BBLR, kelainan perkembangan sistem saraf, intrauterine growth restriction
(IUGR), persalinan premature, dan kematian bayi. Sebuah penelitian menyatakan
bahwa angka kematian ibu di US mengalami peningkatan sekitar 3,358% dari
tahun 2006 ke tahun 2010. Dan diperkirakan 20% dari peningkatan tersebut
berhubungan dengan hiperemesis gravidarum.10
1
Berdasarakan pemaparan sebelumnya tentang hiperemesis grvaidarum,
pada makalah ini akan dilaporkan satu kasus hiperemesis gravidarum yang ada di
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin (RSUD) Banjarmasin.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berkepanjangan dan berat, dehidrasi, ketonuria berat, dan kehilangan berat badan
B. Etiologi
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan
diketahui secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat
3
hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis. Faktor-faktor yang
perubahan metabolik.
sebagainya.
C. Klasifikasi
keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar
darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik
menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin
b) Tingkat II: gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/ menit,
tekanan darah sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang
ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
4
c) Tingkat III: terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang
D. Diagnosis
b. Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun pada
c. Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada
proteinuria.
E. Diagnosis Banding
antara lain: 14
a) Appendisitis akut: Pada pasien hamil dengan appendisitis akut keluhan nyeri
tekan perut sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil tanpa appendisitis
5
musculare juga bisa dijadikan petunjuk membedakan hamil dengan
sebelum hamil mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat
c) Gastritis dan ulkus peptikum: Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus
peptikum jika pasien mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering
diare.
6
e) Pankreatitis akut: Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat
peminum alkohol berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium,
diagnosis.
f) Tumor serebri: Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-
muntah yang hebat juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang
terjadi hampir setiap hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai
F. Komplikasi 13
palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani akan
Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu
7
G. Pencegahan
suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-
kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan
dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang
H. Penatalaksanaan
gaya hidup dan pola makan dapat membantu pasien mentolerir asupan oral. Pasien
makanan yang hambar, kering, dan berkarbohidrat; makan makanan kecil, sering;
Koreksi segera defisit cairan dan elektrolit dan asam-basa harus dilakukan.
Jika hal ini tidak dapat dilakukan dengan terapi oral, cairan intravena dapat
disediakan untuk pasien yang terus memiliki gejala yang sulit ditangani dan
8
penurunan berat badan meskipun terapi yang tepat. Tanpa dukungan nutrisi, ibu
Obat-obatan.
yaitu vitamin B1 dan B6, antihistamin juga dianjurkan. Pada keadaan lebih berat
B6. Untuk wanita dengan hiperemesis gravidarum persisten atau berat, rute
parental atau rektal mungkin diperlukan dan lebih efektif dari pada rejimen oral.
Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang, batasi pengunjung / tamu, hanya dokter dan
perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau
makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan
minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
Terapi psikologik
9
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan
bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari.
keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman
Ensephalopati Wernick
10
Gangguan faal: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria, jantung
dan pembuluh darah dalam bentuk nadi meningkat dan tekanan darah
menurun.
BAB III
11
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Pasien
Nama : Ny. SN
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Suami
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pekerjaan : Honorer
B. Anamnesis
WITA)
12
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Ulin pada Pasien datang ke RSUD Ulin pada
HT (-), DM (-), Asma (-), riwayat perdarahan sulit berhenti (-), riwayat
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang lain yang menderita
keluhan yang sama, serta juga tidak ada riwayat tekanan darah tinggi,
2. Riwayat Haid
Menarche : 11 tahun
Lama : 5 hari
Siklus : 28 hari
3. Riwayat Perkawinan:
4. Riwayat Kontrasepsi:
KB (+) pil
5. Riwayat Obstetri:
13
1. 2012/aterm/Perempuan/3600gr/spontan/bidan/hidup
C. Pemeriksaan
3. Tanda Vital
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Telinga : Bentuk normal, tidak ada cairan yang keluar dari telinga,
hidung.
Mulut : Bibir dan mukosa normal, perdarahan gusi tidak ada, tidak
14
Leher : Tidak ada kaku kuduk, tidak tampak pembesaran kelenjar
5. Thoraks
Paru
Jantung
Perkusi : batas jantung normal, ICS V LMK kiri dan ICS II LPS
kanan.
8. Status Ginekologi
V/v : flx (-), flr (-)
Kondisi di VK (14.00)
15
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda Vital
Nadi : 92 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37,4 oC
5. Thoraks
8. Status Ginekologi
16
Pemeriksaan 09.05
Darah Lengkap
Hb 12,6
WBC 432
PLT 12.57
Hct 37.3
MCV 75,1
MCH 25,4
MCHC 33.8
Urine
Protein +1
Leukosit 4-8
Eritrosit 1-2
Epitel 2+
Bakteri (-)
P) Penatalaksanaan
- PO Ranitidine 2x500 mg
- PO ondancetron 2x8 mg
Follow Up
Tgl/Jam S O A P
G2P1A0 H 7-8 mgg +
Follow up Mual (-) TD = 110/70mmHg IVFD RL + NB 20
JTHIU + HEG
11/05/2018 RR = 20 kali/menit tpm/12 jam
17
06.00 N = 80 kali/menit
Muntah (-) Po ondancetron 3x1
T = 36,5oC
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini seorang wanita berusia 28 tahun dibawa ke rumah sakit
RSUD Ulin pada Pasien datang ke RSUD Ulin pada tanggal 8 Mei 2018 pukul
minggu SMKB. Pasien mengeluhkan muntah 10x dalam sehari. Muntah bercak
berwarna hitam.
dialami 80% wanita hamil. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar
terjadi pada usia kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala ini biasanya terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung ± 10 minggu. Derajat
beratnya mual dan muntah yang terjadi pada kebanyakan kehamilan sampai
gravidarum.1,
19
Saat awal masuk, pasien kemudian ditangani pada saat awal masuk dengan
pemberian:
pemberian cairan, obat antihistamin, dan antiemetik karena dari keluhan utama
pasien mual muntah. Hal tersebut sesuai dengan teori langkah penanganan awal
20
BAB V
PENUTUP
Banjarmasin selama 3 hari dari tanggal 8 sampai tanggal 11 Mei 2018. Prinsip
diperbolehkan pulang.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Evayanti Y. Hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami pada ibu hamil
terhadap keteraturan kunjungan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Wates
Lampung Tengah tahun 2014. Jurnal Kebidanan. 2015; 1 (2): 81-90.
2. Maternity D, Ariska P, Sari DY. Inhalasi lemon mengurangi mual muntah
pada ibu hamil trimester 1. Jurnal Ilmiah Bidan. 2017; 8 (3): 10-15.
3. Kabir S, Basher MS, Shaon SA, Basher AE, Hassan MR, Khan MK, Ahmed
K. Anaemia in women with hyperemesis gravidarum admitted in a tertiary
hospital. Medical College Journal. 2016; 1 (2): 10-116.
4. McParlin C, O'Donnell A, Robson SC, Beyer F, Moloney E, et al. Treatments
for hyperemesis gravidarum and nausea and vomiting in pregnancy: A
systematic review. Journal of American Medical Association. 2016; 316(13),
1392-1401.
5. Grooten IJ, Roseboom TJ, Painter RC. Barriers and challenges in hyperemesis
gravidarum research. Nutrition and Metabolic In sights. 2015; 8 (S1): 33-39.
6. Kaya C, Gasimova R, Ekin M, Yasar L. Hyperemesis gravidarum: Current
approaches for the diagnosis and treatment. Journal of Pregnancy and Child
Health. 2016; 3 (6): 1-2.
7. Oktavia L. Kejadian hiperemesis gravidarum diitinjau dari jarak kehamilan
dan paritas. Jurnal Ilmu Kesehatan Aisyah. 2016; 1 (2): 41-45.
8. Maulina, Megamaulia L, Widia L. Hubungan antara status gizi ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum di RSIA Paradise Kabupaten Tanah Bumbu.
Jurnal Darul Azhar. 2016; 1 (1): 51-56.
9. Fazari AB, Ahmed HZS, Eltayeb R, Ali MH, Elmusharaf K. Management and
outcome of hyperemesis gravidarum at tertiary obstetric facility, Khartoum-
Sudan. Open Journal of Obstetrics and Gynecology. 2016; 6: 630-636.
10. MacGibbon KW, Fejzo MS, Mullin PM. Mortality secondary to hyperemesis
gravidarum: A case report. Women’s Health and Gynecology. 2015; 1 (2):
011.
11. McCarthy FP, Lutomski JE, Greene RA. Hyperemesis gravidarum: Current
perspectives. International Journal of Women’s Health. 2014; 4 (6): 719-725.
22
12. Williams Obstretics 21 st Ed: F.Gary Cunningham (Editor), Norman F.Grant
MD,Kenneth J,.,Md Leveno, Larry C.,Iii,Md Gilstrap,John C.,Md Hauth,
Katherine D.,Clark,Katherine D.Wenstrom,by McGraw-Hill Profesional
(April 27,2001.
13. Viktoriya L, Stephanie G, Sherer DM. Hiperemesis gravidarum: A review of
recent literature. Pharmacology. 2017; 100: 161 -171.
14. Binu P. Hyperemis gravidarum : Literatur review. Wisconsin Medical
Journal. 2003; 102: 3.
23