Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Makalah Agrogeologi
Batuan Sedimen
Disusun oleh:
1. Donni Arganta 05101381722049
2. Endah Sari Oktavia 05101381722058
Dosen Pengajar ;
Prof. Dr. H. M. Edi Armanto
NIP.195909021986031003
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-NYA hingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Batuan Sedimen”.
Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi besar
Muhammad SWA.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dari segi
penyusunan dan isinya, oleh karena itu penyusunan sangat diharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akirnya, dengan penuh kerendahan hati saya harapkan makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi pembacanya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Masalah 4
BAB IV KESIMPULAN 24
DAFTAR PUSTAKA 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu
agregat (kumpulan) mineral mineral yang telah menghablur. Tanah dan bahan
lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia maupun mekanis serta
proses erosi tidak termasuk batuan, tetapi disebut dengan “Aluvial deposit”. Salah
satu jenis batuan yang kita kenal adalah batuan sedimen Pemakaian batuan pada
dasarnya tergantung pada kekhususannya. Tekstur batuan mengacu pada
kenampakan butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat
kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir
(fabric). Jika warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan
mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum,dan
sesudah kristalisasi. Oleh karena itu pembuatan makalah ini kami lakukan sebagai
suatu langkah atau pemberian solusi bagi para mahasiswa untuk dapat mengetahui
apa itu batuan sedimen, bagaimana batuan beku tersebut terbentuk, klasifikasi
batuan beku, dan tipe dasar batuan sedimen.
Dengan adanya makalah ini, pengetahuan kita bertambah.
B. Rumusan Masalah
• Apa itu batuan sedimen?
• Apa faktor terjadinya batuan sedimen?
• Jenis – jenis batuan sedimen?
C. Tujuan Masalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
• Untuk mengetahui pengertian batuan sedimen
• Jenis – jenis batuan sedimen
• Dan proses terbentuknya batuan sedimen
Sehingga dengan kita mengetahui apa itu batuan bsedimen, mempermudah kita
untuk mempelajarinya dan memahaminya.
4
BAB II
DASAR TEORI
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada
kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang
lebih dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian
lapukannya diangkut oleh air, udara, atau es, yang selanjutnya diendapkan dan
berakumulasi di dalam cekungan pengendapan, membentuk sedimen. Material-
material sedimen itu kemudian terkompaksi, mengeras, mengalami litifikasi, dan
terbentuklah batuan sedimen.[1]Batuan sedimen meliputi 75% dari permukaan
bumi. Diperkirakan batuan sedimen mencakup 8% dari total volume kerak bumi.
[2]
Studi tentang urutan strata batuan sedimen adalah sumber utama untuk
pengetahuan ilmiah tentang sejarah bumi, termasuk Paleogeografi,
paleoklimatologi dan sejarah kehidupan. Disiplin ilmu yang mempelajari sifat-
sifat dan asal batuan sedimen disebut sedimentologi. Sedimentologi adalah bagian
dari baik geologi maupun geografi fisik dan tumpang tindih sebagian dengan
disiplin lain dalam ilmu bumi, seperti pedologi, geomorfologi, geokimia dan
geologi struktur.Batuan sedimen terjadi akibat pengendapan materi hasil erosi.
Materi hasil erosi terdiri atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar,
berat dan ada juga yang ringan. Cara pengangkutannya pun bermacam-macam
seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-lompat (saltation), terbawa
dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut (solution). Batuan Sedimen adalah
batuan yang terbentuk karena proses diagenesis dari material batuan lain yang
sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, erosi,
transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan
fisik maupun kimia. Proses erosi dan transportasi dilakukan oleh media air dan
angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi transport sudah tidak mampu
mengangkut partikel tersebut.
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir
menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia
yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi
sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar
lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut
5
dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersusfensi
kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi
reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar
laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap
di antara butiran mineral.
BAB III
PEMBAHASAN
6
Itulah berbagai macam diagnesa yang terjadi pada batuan sedimen. Oleh
karena diagnesa ini ada bermacam macamnya, maka derajat kekompakan
batuan sedimen ini juga ada berbagai macam atau bervariasi.
7
up Sedimentasi
A. PELAPUKAN FISIK
Pelapukan fisik adalah proses dimana batuan pecah menjadi kepingan
yang lebih kecil, tetapi tanpa mengalami perubahan komposisi kimia dan mineral
8
yang berarti. Pelapukan fisik ini dapat menghasilkan fragment/kristal kecil sampai
blok kekar (joint block) yang berukuran besar.
Jenis pelapukan fisik yaitu :
• Stress release: batuan yang muncul ke permukaan bumi melepaskan
stress menghasilkan kekar atau retakan yang sejajar permukaan
topografi.
• Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan.
Proses ini tergantung:
1. Keberadaan pori dan retakan dalam batuan
2. Keberadaan air/cairan dalam pori
3. Temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.
B. PELAPUKAN KIMIA
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan
dapat berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi
dengan udara (O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi
larutan. Selain itu, bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur
setempat membentuk kristal mineral baru.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan
ukuran butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan
cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau
sangat dingin.
Jenis pelapukan kimia:
1. Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan
mengandung ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat
dan membebaskan kation logam dan silika. Mineral lempung seperti
kaolin, ilit dan smektit besar kemungkinan hasil dari proses pelapukan
kimia jenis ini (Boggs, 1995). Pelapukan jenis ini memegang peran
terpenting dalam pelapukan kimia.
9
mineral kehilangan air sehingga berbentuk anhydrous. Proses terakhir
ini sangat jarang terjadi pada pelapukan, karena pada proses pelapukan
selalu ada air. Contoh yang umum dari proses ini adalah penambahan
air pada mineral hematit sehingga membentuk gutit.
5. Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum
oleh air hujan selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi
yang baru.
6. Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan
seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung
10
Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang
ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing
sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada
dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah
satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam
mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan
batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada
di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.
11
Batuan sedimen yang dihasilkan oleh proses ini umumnya akan mempunyai
sortasi yang buruk dan memperlihatkan struktur deformasi.
Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen dan penamaan
batuan sedimen telah ditemukan oleh para ahli, baik berdasarkan genetic maupun
deskrritif. Secara genetic dapat disimpulkan dua golongan (Pettijohn,1975 dan
W.T.Huang,1962).
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim,
topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang
mengontrol pengangkutan sediment (transportasi) adalah air, angin, dan juga gaya
grafitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju.
Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama,
karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah
mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran
sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir.
Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi
(confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar
di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer.
Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut
cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan
karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena
bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka
susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan
semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami
penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin
banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak
disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang
dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.
Sedimen dapat diangkut dengan empat cara:
• Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat
kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh
aliran air atau angin yang ada.
12
• Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir,
kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang
bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di
dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya
aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam.
Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser,
atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.
• Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat, umumnya terjadi
pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu
menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya
grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke
dasar.
• Grafity flow : terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida
yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai
akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan
sedimen pasir tersebut ke dasar.
4. Deposisi / Pengendapan
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa
selamanya. Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan
berkurang tiupannya, dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini,
maka pecahan batuan yang terbawa akan terendapkan. Proses ini yang
sering disebut proses pengendapan. Selama proses pengendapan,
pecahan batuan akan diendapkan secara berlapis dimana pecahan yang
berat akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti pecahan
yang lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan ini akan
membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan
sedimen saat ini. Penggolongan batuan sedimen yang berdasarkan pada
cara pengendapannya, dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu :
A. Sedimen Klastis
Kata clastik berasal dari bahas Yunani yaitu klatos yang artinyapecahan.
Jadi, sedimen klastik adalah adalah akumulasi partikel-partikel yang
berasal daripecahan batuan dan sisa-sisa kerangka organisme yang telah
13
mati. Penamaan batuan ini umumnya berdasarkan pada besar butirnya,
yaitu sebagai berikut :
Ukuran butir >256 mm disebut boulder atau bongkah
(bongkahkonglomerat)
Ukuran butir 64-256 mm disebut cobble atau kerakal
(karakalkonglomerat)
Ukuran butir 4-64 mm) disebut pebble atau kerikil (kerikil konglomera)
Ukuran butir 2-4 mm disebut granule (batu pasir kasar)
Ukuran butir 1/16-2 mm disebut batu pasir
Ukuran butir 1/256-1/16 mm disebut batu lanau
Ukuran butir <1/256 mm disebut batu lempung
B. Sedimen Kimia
Batuan sedimen kimiawi yaitu yang terangkut dalam bentuk larutan kemudian
diendapkan secara kimia di tempat lain. Endapan kimia juga berasaldari sumber
air panas dan secara tiba-tiba mengalami pendinginan akanmenghasilkan endapan
oval (kalsit).Contoh : Evaporasi dari air laut dan air danau, batuan sedimen
kimiawi
- Batu tetes (Stalaktit & stalakmit), yang banyak dijumpai dari guabawah tanah di
daerah kapur.CO2+ H2O H2CO3; H2CO3+ CaCO3… Ca (HCO3)2Ca (HCO3)2
CaCO3+ H2O + CO2-
Lapisan garam, suatu lapisan yang terbentuk dari mineral-mineral halit /NaCl
yang diendapkan di dasar laut atau dasar danau-danau garam karenapenguapan.
HCL + NaOH NaCL + H2O
C. Sedimen Organik
Batuan sedimen organik /orgasen, yaitu batuan sediemn yang dibentukatau
diendapkan oleh organisme.
14
Ciri-ciri batuan sedimen :
- Pada umumnya berlapis-lapis,
- Lebih lunak, ringan dan berwarna terang,
- Tempat utama fosil.
Contoh: Batu bara terbentuk dari timbunan sisa-sisa tumbuhan di dasar
danau(rawa –rawa, berubah menjadi menjadi gambut, selanjutnya menjadi batu
baramuda/batu bara).
Lithifikasi
Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan
sediment yang kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir.
Seluruh proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam
dan terlitifikasi disebut sebagai diagenesis. Diagenesis terjadi pada temperatur dan
tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi selama proses pelapukan, namun lebih
rendah daripada proses metamorfisme.
15
Proses diagenesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses
yang mengontrolnya, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi.
Proses diagenesis sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter
akhir batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagenesis akan menyebabkan
perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik,
mineralogi dan kimia.
16
B. STRUKTUR SEDIMEN DAN BEBERAPA BATUAN SEDIMEN
Dari pembahasan mengenai batuan sediment, kita akan mendapat banyak
istilah, terutama tentang struktur sedimen diantaranya:
1. Ripple Mark
Ripple mark merupakan salah satu struktur sedimen yang terbentuk akibat
aktivitas erosional. Pengertian ripple itu sendiri adalah suatu bentukan struktur
17
yang menunjukkan adanya undulasi berjarak teratur pada permukaan pasir atau
pada permukaan perlapisan batupasir. Perkembangan dari struktur ini adalah cross
lamination, yang merupakan pola struktur laminasi internal yang berkembang saat
migrasi dari struktur ripple.
Pembentukan struktur ripple ini berasal dari adanya suatu arus, misalnya
arus angin yang membawa material-material pasir sebagai material transport
kemudian dengan mekanisme pergerakan arus yang khas mengendapkan material
transport tadi pada front side-suatu-ripple. Intinya Ripple mark berbentuk
gelombang karena disebabkan oleh arus.
Ripple mark dapat dipergunakan dalam penentuan arah arus dan penentuan
top and bottom.
2. Cross Bedding
Dalam geologi, cross-bedding cenderung mengacu pada struktur sedimen
di unit horizontal batu. Struktur miring ini adalah merupakan deposito dari
bedforms seperti riak dan bukit pasir, dan mereka menunjukkan bahwa
lingkungan depositional berisi fluida yang mengalir (biasanya, air atau angin).
Singkatnya Cross Bedding (Current Bedding) dapat diartikan dengan
perlapisan/batuan saling potong memotong satu dengan yang lainnya.
Cross Bedding dapat dibagi 2 bentuk yaitu planar dan wavy cross bedding.
Planar cross bedding memiliki bentuk relative seperti garis, sedangkan wavy cross
bedding berbentuk seperti kurva.
3. Graded Bedding
Graded Bedding merupakan struktur sedimen yang terbentuk bila butiran
butiran dalam tubuh batuan sedimen berubah secara gradual, samakin menghalus
atau semakin mengkasar. Pettijohn (1957) menggambarkan dua tipe pokok
gradasi. Tipe pertama yaitu tidak terdapat butiran halus pada bagian bawah
gradasi . Sedangkan tipe kedua yaitu butiran-halus-terdapat-pada-seluruh-gradasi-.
(Pettijohn,1957 )
18
Struktur ini berguna dalam penentuan top and bottom suatu batuan dimana
pada umumnya pada gradasi normal, butiran yang berukuran lebih besar akan
terendapkan terlebih dulu, sehingga bagian bottom memiliki ukuran butiran yang
cenderung lebih besar.
Struktur graded bedding merupakan struktur yang khas sekali dimana
butiran makin ke atas makin halus. Secara genesa, graded bedding oleh arus turbid
juga terjadi oleh selain oleh kerja suspensi juga disebabkan oleh pengaruh arus
turbulensi.
4. Load Cast
Load Cast merupakan lekukan yang timbul pada permukaan lapisan akibat
beban yang ada diatasnya atau dapat diartikan sebuah ketidakteraturan di dasar
sebuah lapisan atasnya, biasanya batu pasir, sedang yang menjadi lapisan dasar
biasanya shale atau tanah liat.
5. Convolute Bedding
Merupakan liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi. Struktur
ini merupakan struktur yang paling tidak terstruktur dikarenakan energi
gelombang yang bolak-balik dan tidak menentu sehingga menghasilkan alur
sedimentasi yang susah di prediksi.
Dari no.1-5 diatas merupakan contoh-contoh struktur sediment, sedangkan
no. 6-10 dibawah ini merupakan contoh batuan sedimen dan fungsinya.
6. Batubara (Coal)
Termasuk kedalam jenis batuan sedimen batubara. Batu bara merupakan
batuan sedimen nonklastik yang tersusun atas senyawa karbon, batu bara dibentuk
dari tumbuhan purba yang mengalami dekomposis dan terkubur dalam lapisan
sedimen selama jutaan tahun lamanya dalam periode carboniferous (260 – 350
juta tahun lalu) semakin banyak lapisan yang terbentuk, maka lapisan ini akan
19
tertimbun oleh lapisan diatasnya dan mengalami peningkatan suhu dan berat dan
bahan organic yang ada, setelah jutaan tahun, kondisi fisik ini menyebabkan batu
bara terbentuk dari karbon, hydrogen, oksigen, sulfur, nitrogen, dan mineral
anorganik lain dari tumbuhan. Batu bara yang terbentuk pada suatu lapisan
disebut “seams”. Untuk batubara dibedakan berdasarkan kandungan unsure
karbon,oksigen, air dan tingkat perkembangannya. Contohnya peat, lignit,
bituminous coal, anthracite.
Beberapa jenis batu bara :
Peat : Padat dan sebagian terdiri dari hasil penguraian material
organik. Mengandung 50 %
Lignite : Berwarna coklat atau abu-abu, rapuh dan kebanyakan
tidak murni, masih memperlihatkan potongan-potongan
tumbuhan/kayu. Mengandung 80% karbon
Bituminous : Hitam dengan beberapa kumpulan. Beberapa
kumpulan bersinar sedangkan yang lain tidak. Kumpulan-
kumpulan ini menunjukkan beberapa macam material tumbuhan
dalam proses yang berbeda-beda yang dapat dilihat dengan
mikroskop. Mengandung 90% karbon.
Anthracite : Fase tertinggi dalam batu bara. Mengandung 95%
karbon
20
di seluruh Indonesia diperkirakan lebih dari 28 milyar ton yang tersebar hampir
diseluruh wilayah Indonesia, salah satu lokasi depositnya yang cukup besar adalah
di Tasikmalaya bagian Selatan.
21
ukuran butiran yang bulat karena terangkut hingga jarak yang jauh. Sebagian
besar jenis batu pasir ini ditemukan pada pantai dan gumuk pasir.
Arkose
Arkose adalah batu pasir yang memiliki 25% atau lebih kandungan
feldspar. Sedimen yang menjadi asal mula dari Arkose ini biasanya hanya
mengalami sedikit perubahan secara kimia. Sebagian arkose juga memiliki sedikit
butiran-butiran yang bersifat coarse karena jarak pengangkutan yang relatif
pendek.
Graywacke
Graywacke adalah salah satu tipe dari batu pasir yang 15% atau lebih
komposisinya adalah matrix yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan
sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap atau kehijauan.
Manfaat batu pasir diantaranya ialah sebagi berikut:
Industri gelas kaca: Batu pasir kuarts mengandung senyawa silika yang
merupakan oksida pembentuk gelas.
Industri Semen: Sebagai pengontrol kandungan silika dalam semen yang
akan dihasilkan.
Industri Keramik: Bahan baku pembuatan tegel mosaik/ email.
Industri gerinda: Sebagai pengamplas.
Industri pengecatan logam: Bahan baku pasir cetak dan sebagai bahan
penghilang karat dalam industri logam.
10. Shale
Shale adalah batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan
ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Komposisi mineralnya umumnya
tersusun dari mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih
besi. Shale dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung
atau serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu pasir dan batu
serpih, sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah membelah dan bila
dipanasi menjadi plastis.Shale digunakan dalam semen dan batu bata, beton, dan
pembangunan jalan, dan produk keramik.
22
Beberapa shale memiliki minyak di dalamnya dan dapat digunakan untuk
bahan bakar. Sekarang ini, terlalu banyak biaya untuk mendapatkan minyak
keluar dari serpih, sehingga tidak digunakan lagi cara seperti itu.
11. LIMESTONE
Limestone atau batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki
komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3). Teksturnya bervariasi antara rapat,
afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik
karena hasil dari proses organisme atau karena proses anorganik. Batu gamping
dapat dibedakan menjadi batu gamping terumbu, calcilutite, dan calcarenite.
* CALCARENITE
Calcarenite memiliki ukuran butir 1/16 hingga 2 milimeter, batuan ini
terdiri dari 50% atau lebih material carbonate detritus, yaitu material yang
tersusun terutama atas fosil dan oolit.
* CALCILUTITE
Calcilutite terbentuk jika ukuran butiran dari calcarenite berubah menjadi
lebih kecil hingga kurang dari 1/16 milimeter yang kemudiaan mengalami
litifikasi.
* GAMPING TERUMBU
Batu Gamping terumbu terbentuk karena aktivitas dari coral atau terumbu
pada perairan yang hangat dan dangkal.
12. SALTSTONE
Saltstone terdiri dari mineral halite (NaCl) yang terbentuk karena adanya
penguapan yang biasanya terjadi pada air laut. Tekstur dari batuan ini berbentuk
kristalin.
13. GIPSUM
Gipsum tersusun atas mineral gipsum (CaSO4.H2O). Sama seperti dengan
Saltstone, batuan ini terbentuk karena kandungan uap air yang ada menguap.
Tekstur dari batuan ini juga berupa kristalin.
14. COAL
23
Coal atau batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari kompaksi
material yang berasal dari tumbuhan, baik berupa akar, batang, maupun daun.
Teksturnya amorf, berlapis, dan tebal. Komposisinya berupa humus dan karbon.
Warna biasanya coklat kehitaman dan pecahannya bersifat prismatik.Batu bara
terbentuk pada rawa-rawa pada daerah beriklim tropis yang airnya mengandung
sedikit oksigen. Bagian dari tumbuhan jatuh dan mengendap di dasar rawa
semakin lama semakin bertambah dan terakumulasi. Material tersebut lama-
kelamaan terkubur oleh material di atasnya sehingga tekanannya bertambah dan
air keluar, dan kemudian mengalami kompaksi menjadi batu-bara.
BAB IV
KESIMPULAN
PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami buat semoga bermanfaat bagi orang yang
membacanya dan menambah wawasan bagi orang yang membaca makalah ini.
24
Dan kami seluruh penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
kata dan kalimat yang tidak jelas atau sulit dimengerti.
Dan kami juga sangat mengharapkan yang membaca makalah ini akan
bertambah motivasi.
DAFTAR PUSTAKA
Armanto. Edi. 2003. Agrigeologi dan Bahan Induk Tanah. Palembang: Penerbit
Universitas Sriwijaya
Armanto. Edi. 2003. Agrogeologi dan Bahan Induk Tanah. Palembang: Penerbit
Universitas Sriwijaya
Chester, R. 2001. Marine Geochemistry. Unwin HymanLtd, London Bunte, K dan
Steven A. R. 2001. Sampling surface and subsurface particle-size
distributions in wadable gravel- and cobble-bed streams for analyses in
sediment transport, hydraulics, and streambed monitoring.
Gen.Tech.Rep.RMRS-GTR-74. Fort Collins. CO: U.S. Department of
Agriculture. Forest Service. Rocky Mountain Research Station.
Hutabarat S. dan Evans S.M., 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI Press.
Riyono,2000.Metode Analisis Air Laut, Sedimen danBiota. Buku 2. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI, Jakarta.
Rifardi,1994. Analisis Ukuran Butir Sedimen di Perairan Estuaria, Sungai Oura
dan Sekitar Okinawa, Jepang Selatan. Terubuk XX: 60-71.
Wenworth C.K., 1922. A Scale of Grade and Class Terms for Clastic Sediments.
The Journal of Geology 30: 377-392
25