Anda di halaman 1dari 25

 

Makalah Agrogeologi
Batuan Sedimen

Disusun oleh:
1. Donni Arganta 05101381722049
2. Endah Sari Oktavia 05101381722058

Dosen Pengajar ;
Prof. Dr. H. M. Edi Armanto
NIP.195909021986031003

JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-NYA hingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Batuan Sedimen”.
Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi besar
Muhammad SWA.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dari segi
penyusunan dan isinya, oleh karena itu penyusunan sangat diharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akirnya, dengan penuh kerendahan hati saya harapkan makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi pembacanya.

Indralaya, 03 April 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Masalah 4

BAB II DASAR TEORI 5

BAB III PEMBAHASAN 6

BAB IV KESIMPULAN 24

DAFTAR PUSTAKA 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu
agregat (kumpulan) mineral mineral yang telah menghablur. Tanah dan bahan
lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia maupun mekanis serta
proses erosi tidak termasuk batuan, tetapi disebut dengan “Aluvial deposit”. Salah
satu jenis batuan yang kita kenal adalah batuan sedimen Pemakaian batuan pada
dasarnya tergantung pada kekhususannya. Tekstur batuan mengacu pada
kenampakan butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat
kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir
(fabric). Jika warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan
mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum,dan
sesudah kristalisasi. Oleh karena itu pembuatan makalah ini kami lakukan sebagai
suatu langkah atau pemberian solusi bagi para mahasiswa untuk dapat mengetahui
apa itu batuan sedimen, bagaimana batuan beku tersebut terbentuk, klasifikasi
batuan beku, dan tipe dasar batuan sedimen.
Dengan adanya makalah ini, pengetahuan kita bertambah.
B. Rumusan Masalah
• Apa itu batuan sedimen?
• Apa faktor terjadinya batuan sedimen?
• Jenis – jenis batuan sedimen?
C. Tujuan Masalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
• Untuk mengetahui pengertian batuan sedimen
• Jenis – jenis batuan sedimen
• Dan proses terbentuknya batuan sedimen
Sehingga dengan kita mengetahui apa itu batuan bsedimen, mempermudah kita
untuk mempelajarinya dan memahaminya.

4
BAB II
DASAR TEORI
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada
kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang
lebih dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian
lapukannya diangkut oleh air, udara, atau es, yang selanjutnya diendapkan dan
berakumulasi di dalam cekungan pengendapan, membentuk sedimen. Material-
material sedimen itu kemudian terkompaksi, mengeras, mengalami litifikasi, dan
terbentuklah batuan sedimen.[1]Batuan sedimen meliputi 75% dari permukaan
bumi. Diperkirakan batuan sedimen mencakup 8% dari total volume kerak bumi.
[2]
Studi tentang urutan strata batuan sedimen adalah sumber utama untuk
pengetahuan ilmiah tentang sejarah bumi, termasuk Paleogeografi,
paleoklimatologi dan sejarah kehidupan. Disiplin ilmu yang mempelajari sifat-
sifat dan asal batuan sedimen disebut sedimentologi. Sedimentologi adalah bagian
dari baik geologi maupun geografi fisik dan tumpang tindih sebagian dengan
disiplin lain dalam ilmu bumi, seperti pedologi, geomorfologi, geokimia dan
geologi struktur.Batuan sedimen terjadi akibat pengendapan materi hasil erosi.
Materi hasil erosi terdiri atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar,
berat dan ada juga yang ringan. Cara pengangkutannya pun bermacam-macam
seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-lompat (saltation), terbawa
dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut (solution). Batuan Sedimen adalah
batuan yang terbentuk karena proses diagenesis dari material batuan lain yang
sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, erosi,
transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan
fisik maupun kimia. Proses erosi dan transportasi dilakukan oleh media air dan
angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi transport sudah tidak mampu
mengangkut partikel tersebut.
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir
menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia
yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi
sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar
lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut

5
dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersusfensi
kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi
reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar
laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap
di antara butiran mineral.

BAB III
PEMBAHASAN

A. PROSES PEMBENTUKAN BATUAN SEDIMEN


Proses pembentukan batuan sediment disebut juga sedimentasi. Sedimentasi
diartikan dalam banyak arti dan dari banyak ilmuwan. Salah satunya adalah
Pettijohn. Ia mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen
atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk
atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan
berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.
Batuan sedimen ini mengalami proses pemadatan dan juga pengompakan dari
bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan sedimen yang utuh. Proses ini
dinamakan sebagai diagenesa. Proses diagenesa sendiri dapat terjadi pada suhu
dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300 derajat celcius dan juga tekanan
1 – 2 kilobar yang berlangsung mulai dari sedimen mengalami penguburan hingga
terangkat dan juga tersingkap kembali di atas permukaan lapisan atmosfer bumi.
Berdasarkah hal ini maka ada 3 macam diagnesa, yakni:
1. Diagnesa eogenik, yakni diagnesa awal yang terjadi pada sedimen di
bawah permukaan air.
2. Diagnesa mesogenik, yakni diagnesa yang terjadi pada waktu sedimen
mengalami penguburan yang semakin dalam.
3. Diagnesa telogenik, yakni diagnesa yang terjadi pada saat batuan sedimen
tersingkap kembali ke permukaan bumi yang disebabkan karena
pengangkatan dan juga erosi.

6
Itulah berbagai macam diagnesa yang terjadi pada batuan sedimen. Oleh
karena diagnesa ini ada bermacam macamnya, maka derajat kekompakan
batuan sedimen ini juga ada berbagai macam atau bervariasi.

Berbagai macam kekompakan dari batuan sedimen ini antara lain:


 Bahan lepas atau loose materials, yakni yang masih berupa endapan
ataupun sedimen.
 Padu atau indurated. Pada tingkatan ini konsolidasi material terjadi pada
kondisi kering. Namun hal ini akan terurai apabila dimasukkan ke dalam
air.
Itulah beberapa jenis dari kekompakan yang terjadi pada batuan sedimen.
Setelah kita mempelajari kekompakan dari batuan sedimen, selanjutnya kita
akan mempelajari mengenai tekstur dari batuan sedimen.

Tekstur Batuan Sedimen


Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwasannya batuan sedimen ini
mempunyai tekstur yang bermacam- macam. Batuan sedimen ini dapat bertekstur
klastika ataupun non- klastika. Namun apabila batuannya sudah sangat kompak
dan apabila telah terjadi rekristalisasi atau pengkristalan kembali, maka batuan
sedimen ini memiliki tekstur kristalin. Batuan sedimen yang mempunyai tekstur
kristalin ini pada umumnya terjadi pada jenis batu gamping dan juga batuan
sedimen yang kaya silika yang sangat kompak dan juga keras.
Manfaat Batuan Sedimen.
• Untuk bahan dasar bangunan (gypsum)
• Untuk bahan bakar (batu bara)
• Untuk Pengeras jalan (batu gamping)
• Untuk Pondasi rumah (batu gamping)
• Dll.

7
up Sedimentasi

Gambar : Siklus Batuan Yang Mencakup Sedimantasi.

Proses sedimentasi ini berlangsung dalam 4 tahap yaitu:


1. Pelapukan (Weathering)
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah
pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia
dan/atau biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan
sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses
pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari
mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai
batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh
dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan
klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya.
Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga
dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis
pembentukan tanah itu sendiri (Boggs, 1995).

A. PELAPUKAN FISIK
Pelapukan fisik adalah proses dimana batuan pecah menjadi kepingan
yang lebih kecil, tetapi tanpa mengalami perubahan komposisi kimia dan mineral

8
yang berarti. Pelapukan fisik ini dapat menghasilkan fragment/kristal kecil sampai
blok kekar (joint block) yang berukuran besar.
Jenis pelapukan fisik yaitu :
• Stress release: batuan yang muncul ke permukaan bumi melepaskan
stress menghasilkan kekar atau retakan yang sejajar permukaan
topografi.
• Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan.
Proses ini tergantung:
1. Keberadaan pori dan retakan dalam batuan
2. Keberadaan air/cairan dalam pori
3. Temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.

B. PELAPUKAN KIMIA
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan
dapat berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi
dengan udara (O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi
larutan. Selain itu, bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur
setempat membentuk kristal mineral baru.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan
ukuran butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan
cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau
sangat dingin.
Jenis pelapukan kimia:
1. Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan
mengandung ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat
dan membebaskan kation logam dan silika. Mineral lempung seperti
kaolin, ilit dan smektit besar kemungkinan hasil dari proses pelapukan
kimia jenis ini (Boggs, 1995). Pelapukan jenis ini memegang peran
terpenting dalam pelapukan kimia.

2. Hidrasi adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga


membentuk mineral baru. Lawan dari hidrasi adalah dehidrasi, dimana

9
mineral kehilangan air sehingga berbentuk anhydrous. Proses terakhir
ini sangat jarang terjadi pada pelapukan, karena pada proses pelapukan
selalu ada air. Contoh yang umum dari proses ini adalah penambahan
air pada mineral hematit sehingga membentuk gutit.

3. Oksidasi berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya


terbentuk pada mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain
yang mudah teroksidasi pada proses pelapukan adalah sulfur, contohnya
pada pirit (Fe2S).

4. Reduksi terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup)


lebih banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini
membuat besi menambah elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih
mudah larut sehingga lebih mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang
pada sistem pelapukan dalam pelarutan.

5. Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum
oleh air hujan selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi
yang baru.

6. Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan
seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung

2. Erosi dan Transportasi


Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah
menjadi bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat.
Berpindahnya tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini
dapat terjadi melalui beberapa cara:

10
Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang
ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing
sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada
dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah
satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam
mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan
batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada
di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.

3. Transportasi dan Deposisi


a) Transportasi dan deposisi partikel oleh fluida :
Pada transportasi oleh partikel fluida, partikel dan fluida akan bergerak
secara bersama-sama. Sifat fisik yang berpengaruh terutama adalah densitas dan
viskositas air lebih besar daripada angina sehingga air lebih mampu mengangkut
partikel yang mengangkut partikel lebih besar daripada yang dapat diangkut
angina. Viskositas adalah kemampuan fluida untuk mengalir. Jika viskositas
rendah maka kecepatan mengalirnya akan rendah dan sebaliknya. Viskositas yang
kecepatan mewngalirnyabesar merupakan viskositas yang tinngi.

b) Transportasi dan deposisi partikeloleh sediment gravity flow


Pada transportasi ini partikel sediment tertransport langsung oleh pengaruh
gravitasi, disini material akan bergerak lebih dulu baru kemudian medianya. Jadi
disini partikel bergerak tanpa batuan fluida, partikel sedimen akan bergerak
karena terjadi perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kinetik. Yang
termasuk dalam sediment gravity flow antara lain adalah debris flow, grain flow
dan arus turbid. Deposisi sediment oleh gravity flow akan menghasilkan produk
yang berbeda dengan deposisi sediment oleh fluida flow karena pada gravity flow
transportasi dan deposisi terjadi dengan cepat sekali akibat pengaruh gravitasi.

11
Batuan sedimen yang dihasilkan oleh proses ini umumnya akan mempunyai
sortasi yang buruk dan memperlihatkan struktur deformasi.
Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen dan penamaan
batuan sedimen telah ditemukan oleh para ahli, baik berdasarkan genetic maupun
deskrritif. Secara genetic dapat disimpulkan dua golongan (Pettijohn,1975 dan
W.T.Huang,1962).
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim,
topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang
mengontrol pengangkutan sediment (transportasi) adalah air, angin, dan juga gaya
grafitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju.
Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama,
karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah
mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran
sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir.
Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi
(confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar
di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer.
Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut
cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan
karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena
bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka
susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan
semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami
penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin
banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak
disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang
dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.
Sedimen dapat diangkut dengan empat cara:
• Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat
kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh
aliran air atau angin yang ada.

12
• Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir,
kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang
bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di
dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya
aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam.
Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser,
atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.
• Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat, umumnya terjadi
pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu
menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya
grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke
dasar.
• Grafity flow : terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida
yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai
akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan
sedimen pasir tersebut ke dasar.
4. Deposisi / Pengendapan
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa
selamanya. Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan
berkurang tiupannya, dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini,
maka pecahan batuan yang terbawa akan terendapkan. Proses ini yang
sering disebut proses pengendapan. Selama proses pengendapan,
pecahan batuan akan diendapkan secara berlapis dimana pecahan yang
berat akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti pecahan
yang lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan ini akan
membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan
sedimen saat ini. Penggolongan batuan sedimen yang berdasarkan pada
cara pengendapannya, dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu :
A. Sedimen Klastis
Kata clastik berasal dari bahas Yunani yaitu klatos yang artinyapecahan.
Jadi, sedimen klastik adalah adalah akumulasi partikel-partikel yang
berasal daripecahan batuan dan sisa-sisa kerangka organisme yang telah

13
mati. Penamaan batuan ini umumnya berdasarkan pada besar butirnya,
yaitu sebagai berikut :
 Ukuran butir >256 mm disebut boulder atau bongkah
(bongkahkonglomerat)
 Ukuran butir 64-256 mm disebut cobble atau kerakal
(karakalkonglomerat)
 Ukuran butir 4-64 mm) disebut pebble atau kerikil (kerikil konglomera)
 Ukuran butir 2-4 mm disebut granule (batu pasir kasar)
 Ukuran butir 1/16-2 mm disebut batu pasir
 Ukuran butir 1/256-1/16 mm disebut batu lanau
 Ukuran butir <1/256 mm disebut batu lempung

Beberapa betuan endapan kadang-kadang terbentuk dari bahan-bahan fosil.


Dengan demikian suatu batuan yang ada fosil binatang jelas bukan merupakan
batuan beku, melainkan batuan endapan.

B. Sedimen Kimia
Batuan sedimen kimiawi yaitu yang terangkut dalam bentuk larutan kemudian
diendapkan secara kimia di tempat lain. Endapan kimia juga berasaldari sumber
air panas dan secara tiba-tiba mengalami pendinginan akanmenghasilkan endapan
oval (kalsit).Contoh : Evaporasi dari air laut dan air danau, batuan sedimen
kimiawi
- Batu tetes (Stalaktit & stalakmit), yang banyak dijumpai dari guabawah tanah di
daerah kapur.CO2+ H2O H2CO3; H2CO3+ CaCO3… Ca (HCO3)2Ca (HCO3)2
CaCO3+ H2O + CO2-
Lapisan garam, suatu lapisan yang terbentuk dari mineral-mineral halit /NaCl
yang diendapkan di dasar laut atau dasar danau-danau garam karenapenguapan.
HCL + NaOH NaCL + H2O

C. Sedimen Organik
Batuan sedimen organik /orgasen, yaitu batuan sediemn yang dibentukatau
diendapkan oleh organisme.

14
Ciri-ciri batuan sedimen :
- Pada umumnya berlapis-lapis,
- Lebih lunak, ringan dan berwarna terang,
- Tempat utama fosil.
Contoh: Batu bara terbentuk dari timbunan sisa-sisa tumbuhan di dasar
danau(rawa –rawa, berubah menjadi menjadi gambut, selanjutnya menjadi batu
baramuda/batu bara).

Berdasarkan terbentuknya (lingkungan pengendapan ), batuan sedimen


dibagimenjadi dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu
gamping,dolomit,napal, dan sebagainya.
b. Sedimen darat (teristris/kontinen), prosesnya terjadi di darat, misalnya
endapan sungai (aluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan
gurun(aeolis), dan sebagainya.
c. Sedimen transisi, lokasi pembentukanya terletak antara darat dan
laut,misalnya endapan delta dan endapan rawa-rawa (limnis).

Berdasarkan kedalamnya, laut dibagi menjadi beberapa zona :


(bathymetriczone), zona litoral, yaitu Zona Transisi yang terletak pada daerah
pasang surut. Zona Epineritik, yaitu, dari batas daerah surut sampai kedalaman
50m. ZonaNeritik (50-200m), Zona Bathial (200-2000m), dan Zona Abysal
(>2000m).

Lithifikasi
Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan
sediment yang kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir.
Seluruh proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam
dan terlitifikasi disebut sebagai diagenesis. Diagenesis terjadi pada temperatur dan
tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi selama proses pelapukan, namun lebih
rendah daripada proses metamorfisme.

15
Proses diagenesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses
yang mengontrolnya, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi.
Proses diagenesis sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter
akhir batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagenesis akan menyebabkan
perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik,
mineralogi dan kimia.

Proses diagenesis terdiri dari 4 tahapan yaitu:


a. Kompaksi
Pada saat perlapisan di batuan sedimen terbentuk, tekanan yang ada di
perlapisan yang paling bawah akan bertambah akibat pertambahan beban di
atasnya. Akibat pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan
batuan akan tertekan sehingga keluar dari lapisan batuan yang ada. Proses ini
sering disebut kompaksi.
b. Sementasi
Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel yang ada dalam lapisan
mulai bersatu. Adanya semen seperti lempung, silika, atau kalsit diantara partikel-
partikel yang ada membuat partikel tersebut menyatu membentuk batuan yang
lebih keras. Proses ini sering disebut sementasi.
Setelah proses kompaksi dan sementasi terjadi pada pecahan batuan yang
ada, perlapisan sedimen yang ada sebelumnya berganti menjadi batuan sedimen
yang berlapis-lapis. Batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batu
gamping dapat dibedakan dari batuan lainnya melalui adanya perlapisan, butiran-
butiran sedimen yang menjadi satu akibat adanya semen, dan juga adanya fosil
yang ikut terendapkan saat pecahan batuan dan fosil mengalami proses erosi,
kompaksi dan akhirnya tersementasikan bersama-sama.
c. Kristalisasi
Ketika air menguap, kumpulan bahan sediment ini akan menjadi kristal
yang solid dan akan mengeras menjadi batu.
d. Reaksi Kimia
Reaksi kimia berlangsung secara oksidasi maupun reduksi sehingga ada
perubahan biloks. Contohnya perubahan biloks pada oksidasi ion bikarbonat.

16
B. STRUKTUR SEDIMEN DAN BEBERAPA BATUAN SEDIMEN
Dari pembahasan mengenai batuan sediment, kita akan mendapat banyak
istilah, terutama tentang struktur sedimen diantaranya:

1. Ripple Mark
Ripple mark merupakan salah satu struktur sedimen yang terbentuk akibat
aktivitas erosional. Pengertian ripple itu sendiri adalah suatu bentukan struktur

17
yang menunjukkan adanya undulasi berjarak teratur pada permukaan pasir atau
pada permukaan perlapisan batupasir. Perkembangan dari struktur ini adalah cross
lamination, yang merupakan pola struktur laminasi internal yang berkembang saat
migrasi dari struktur ripple.
Pembentukan struktur ripple ini berasal dari adanya suatu arus, misalnya
arus angin yang membawa material-material pasir sebagai material transport
kemudian dengan mekanisme pergerakan arus yang khas mengendapkan material
transport tadi pada front side-suatu-ripple. Intinya Ripple mark berbentuk
gelombang karena disebabkan oleh arus.
Ripple mark dapat dipergunakan dalam penentuan arah arus dan penentuan
top and bottom.

2. Cross Bedding
Dalam geologi, cross-bedding cenderung mengacu pada struktur sedimen
di unit horizontal batu. Struktur miring ini adalah merupakan deposito dari
bedforms seperti riak dan bukit pasir, dan mereka menunjukkan bahwa
lingkungan depositional berisi fluida yang mengalir (biasanya, air atau angin).
Singkatnya Cross Bedding (Current Bedding) dapat diartikan dengan
perlapisan/batuan saling potong memotong satu dengan yang lainnya.
Cross Bedding dapat dibagi 2 bentuk yaitu planar dan wavy cross bedding.
Planar cross bedding memiliki bentuk relative seperti garis, sedangkan wavy cross
bedding berbentuk seperti kurva.

3. Graded Bedding
Graded Bedding merupakan struktur sedimen yang terbentuk bila butiran
butiran dalam tubuh batuan sedimen berubah secara gradual, samakin menghalus
atau semakin mengkasar. Pettijohn (1957) menggambarkan dua tipe pokok
gradasi. Tipe pertama yaitu tidak terdapat butiran halus pada bagian bawah
gradasi . Sedangkan tipe kedua yaitu butiran-halus-terdapat-pada-seluruh-gradasi-.
(Pettijohn,1957 )

18
Struktur ini berguna dalam penentuan top and bottom suatu batuan dimana
pada umumnya pada gradasi normal, butiran yang berukuran lebih besar akan
terendapkan terlebih dulu, sehingga bagian bottom memiliki ukuran butiran yang
cenderung lebih besar.
Struktur graded bedding merupakan struktur yang khas sekali dimana
butiran makin ke atas makin halus. Secara genesa, graded bedding oleh arus turbid
juga terjadi oleh selain oleh kerja suspensi juga disebabkan oleh pengaruh arus
turbulensi.

4. Load Cast
Load Cast merupakan lekukan yang timbul pada permukaan lapisan akibat
beban yang ada diatasnya atau dapat diartikan sebuah ketidakteraturan di dasar
sebuah lapisan atasnya, biasanya batu pasir, sedang yang menjadi lapisan dasar
biasanya shale atau tanah liat.

5. Convolute Bedding
Merupakan liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi. Struktur
ini merupakan struktur yang paling tidak terstruktur dikarenakan energi
gelombang yang bolak-balik dan tidak menentu sehingga menghasilkan alur
sedimentasi yang susah di prediksi.
Dari no.1-5 diatas merupakan contoh-contoh struktur sediment, sedangkan
no. 6-10 dibawah ini merupakan contoh batuan sedimen dan fungsinya.

6. Batubara (Coal)
Termasuk kedalam jenis batuan sedimen batubara. Batu bara merupakan
batuan sedimen nonklastik yang tersusun atas senyawa karbon, batu bara dibentuk
dari tumbuhan purba yang mengalami dekomposis dan terkubur dalam lapisan
sedimen selama jutaan tahun lamanya dalam periode carboniferous (260 – 350
juta tahun lalu) semakin banyak lapisan yang terbentuk, maka lapisan ini akan

19
tertimbun oleh lapisan diatasnya dan mengalami peningkatan suhu dan berat dan
bahan organic yang ada, setelah jutaan tahun, kondisi fisik ini menyebabkan batu
bara terbentuk dari karbon, hydrogen, oksigen, sulfur, nitrogen, dan mineral
anorganik lain dari tumbuhan. Batu bara yang terbentuk pada suatu lapisan
disebut “seams”. Untuk batubara dibedakan berdasarkan kandungan unsure
karbon,oksigen, air dan tingkat perkembangannya. Contohnya peat, lignit,
bituminous coal, anthracite.
Beberapa jenis batu bara :
 Peat : Padat dan sebagian terdiri dari hasil penguraian material
organik. Mengandung 50 %
 Lignite : Berwarna coklat atau abu-abu, rapuh dan kebanyakan
tidak murni, masih memperlihatkan potongan-potongan
tumbuhan/kayu. Mengandung 80% karbon
 Bituminous : Hitam dengan beberapa kumpulan. Beberapa
kumpulan bersinar sedangkan yang lain tidak. Kumpulan-
kumpulan ini menunjukkan beberapa macam material tumbuhan
dalam proses yang berbeda-beda yang dapat dilihat dengan
mikroskop. Mengandung 90% karbon.
 Anthracite : Fase tertinggi dalam batu bara. Mengandung 95%
karbon

7. Batu Gamping (Limestone)


Batu gamping merupakan batuan sedimen karbonat yang terdapat di alam.
Umumnya terdiri dari kalsit, beberapa mempunyai imparities atau variasi bagus
bahkan keduanya dalam penampakkannya. Beberapa baugamping yang berbentuk
butiran halus mungkin terbentuk secara presipitasi kimia dengan batuan banyak
atu sedikit organisme kecil, beberapa sedimen pada dasar laut kemungkinan
tersingkap di lapisan awal pada formasi batugamping ukuran halus. Tampak luar
bahan tambang batu gamping berwarna putih, putih kekuningan, abu-abu hingga
hitam.
Berdasarkan determinasi bahan tambang batu gamping merupakan salah
satu bahan galian industri yang potensinya sangat besar. Cadangan batu gamping

20
di seluruh Indonesia diperkirakan lebih dari 28 milyar ton yang tersebar hampir
diseluruh wilayah Indonesia, salah satu lokasi depositnya yang cukup besar adalah
di Tasikmalaya bagian Selatan.

8. Batu Rijang (Flintstone)


Rjang atau batu api (Bahasa Inggris: flint atau flintstone) adalah batuan
endapan silikat kriptokristalin dengan permukaan licin (glassy). Disebut “batu
api” karena jika diadu dengan baja atau batu lain akan memercikkan bunga api
yang dapat membakar bahan kering.
Rjang biasanya berwarna kelabu tua, biru, hitam, atau coklat tua. Rijang
terutama ditemukan dalam bentuk nodul pada batuan endapan seperti kapur atau
gamping. Sejak Zaman Batu, rijang banyak dipergunakan untuk membuat senjata
dan peralatan seperti pedang, mata anak panah, pisau, kapak, dll.
Poses pembentukan rijang belum jelas atau disepakati, tapi secara umum
dianggap bahwa batuan ini terbentuk sebagai hasil perubahan kimiawi pada
pembentukan batuan endapan terkompresi, pada proses diagenesis. Ada teori yang
menyebutkan bahwa bahan serupa gelatin yang mengisi rongga pada sedimen,
misalnya lubang yang digali oleh mollusca, yang kemudian akan berubah menjadi
silikat. Teori ini dapat menjelaskan bentuk kompleks yang ditemukan pada rijang.

9. Batu Pasir (Sandstone)


Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran
pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya
terakumulasi pada suatu tempat. Batu pasir termasuk dalam batuan sediment
klastik. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi
batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari
batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir
umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan
Graywacke.
 Quartz Sandstone
Quartz sandstone adalah batu pasir yang 90% butirannya tersusun dari
kuarsa.Butiran kuarsa dalam batu pasir ini memiliki pemilahan yang baik dan

21
ukuran butiran yang bulat karena terangkut hingga jarak yang jauh. Sebagian
besar jenis batu pasir ini ditemukan pada pantai dan gumuk pasir.
 Arkose
Arkose adalah batu pasir yang memiliki 25% atau lebih kandungan
feldspar. Sedimen yang menjadi asal mula dari Arkose ini biasanya hanya
mengalami sedikit perubahan secara kimia. Sebagian arkose juga memiliki sedikit
butiran-butiran yang bersifat coarse karena jarak pengangkutan yang relatif
pendek.
 Graywacke
Graywacke adalah salah satu tipe dari batu pasir yang 15% atau lebih
komposisinya adalah matrix yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan
sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap atau kehijauan.
Manfaat batu pasir diantaranya ialah sebagi berikut:
 Industri gelas kaca: Batu pasir kuarts mengandung senyawa silika yang
merupakan oksida pembentuk gelas.
 Industri Semen: Sebagai pengontrol kandungan silika dalam semen yang
akan dihasilkan.
 Industri Keramik: Bahan baku pembuatan tegel mosaik/ email.
 Industri gerinda: Sebagai pengamplas.
 Industri pengecatan logam: Bahan baku pasir cetak dan sebagai bahan
penghilang karat dalam industri logam.

10. Shale
Shale adalah batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan
ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Komposisi mineralnya umumnya
tersusun dari mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih
besi. Shale dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung
atau serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu pasir dan batu
serpih, sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah membelah dan bila
dipanasi menjadi plastis.Shale digunakan dalam semen dan batu bata, beton, dan
pembangunan jalan, dan produk keramik.

22
Beberapa shale memiliki minyak di dalamnya dan dapat digunakan untuk
bahan bakar. Sekarang ini, terlalu banyak biaya untuk mendapatkan minyak
keluar dari serpih, sehingga tidak digunakan lagi cara seperti itu.

11. LIMESTONE
Limestone atau batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki
komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3). Teksturnya bervariasi antara rapat,
afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik
karena hasil dari proses organisme atau karena proses anorganik. Batu gamping
dapat dibedakan menjadi batu gamping terumbu, calcilutite, dan calcarenite.
* CALCARENITE
Calcarenite memiliki ukuran butir 1/16 hingga 2 milimeter, batuan ini
terdiri dari 50% atau lebih material carbonate detritus, yaitu material yang
tersusun terutama atas fosil dan oolit.
* CALCILUTITE
Calcilutite terbentuk jika ukuran butiran dari calcarenite berubah menjadi
lebih kecil hingga kurang dari 1/16 milimeter yang kemudiaan mengalami
litifikasi.
* GAMPING TERUMBU
Batu Gamping terumbu terbentuk karena aktivitas dari coral atau terumbu
pada perairan yang hangat dan dangkal.

12. SALTSTONE
Saltstone terdiri dari mineral halite (NaCl) yang terbentuk karena adanya
penguapan yang biasanya terjadi pada air laut. Tekstur dari batuan ini berbentuk
kristalin.
13. GIPSUM
Gipsum tersusun atas mineral gipsum (CaSO4.H2O). Sama seperti dengan
Saltstone, batuan ini terbentuk karena kandungan uap air yang ada menguap.
Tekstur dari batuan ini juga berupa kristalin.

14. COAL

23
Coal atau batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari kompaksi
material yang berasal dari tumbuhan, baik berupa akar, batang, maupun daun.
Teksturnya amorf, berlapis, dan tebal. Komposisinya berupa humus dan karbon.
Warna biasanya coklat kehitaman dan pecahannya bersifat prismatik.Batu bara
terbentuk pada rawa-rawa pada daerah beriklim tropis yang airnya mengandung
sedikit oksigen. Bagian dari tumbuhan jatuh dan mengendap di dasar rawa
semakin lama semakin bertambah dan terakumulasi. Material tersebut lama-
kelamaan terkubur oleh material di atasnya sehingga tekanannya bertambah dan
air keluar, dan kemudian mengalami kompaksi menjadi batu-bara.

BAB IV
KESIMPULAN

Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan


berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda – beda dan
membentuk jenis batuan yang berbeda pula.
Batuan sedimen bisa terbentuk karena berbagai proses alamiah, seperti
proses penghancuran atau disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi,
dan organis serta proses penguapan/evaporasi.
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok
utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang
terbentuk melalui tiga cara utama:
pelapukanbatuan lain (clastic), pengendapan (deposition) karena aktivitas
biogenik, dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti
batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan.Batuan
endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.

PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami buat semoga bermanfaat bagi orang yang
membacanya dan menambah wawasan bagi orang yang membaca makalah ini.

24
Dan kami seluruh penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
kata dan kalimat yang tidak jelas atau sulit dimengerti.
Dan kami juga sangat mengharapkan yang membaca makalah ini akan
bertambah motivasi.

DAFTAR PUSTAKA

Armanto. Edi. 2003. Agrigeologi dan Bahan Induk Tanah. Palembang: Penerbit
Universitas Sriwijaya
Armanto. Edi. 2003. Agrogeologi dan Bahan Induk Tanah. Palembang: Penerbit
Universitas Sriwijaya
Chester, R. 2001. Marine Geochemistry. Unwin HymanLtd, London Bunte, K dan
Steven A. R. 2001. Sampling surface and subsurface particle-size
distributions in wadable gravel- and cobble-bed streams for analyses in
sediment transport, hydraulics, and streambed monitoring.
Gen.Tech.Rep.RMRS-GTR-74. Fort Collins. CO: U.S. Department of
Agriculture. Forest Service. Rocky Mountain Research Station.
Hutabarat S. dan Evans S.M., 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI Press.
Riyono,2000.Metode Analisis Air Laut, Sedimen danBiota. Buku 2. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI, Jakarta.
Rifardi,1994. Analisis Ukuran Butir Sedimen di Perairan Estuaria, Sungai Oura
dan Sekitar Okinawa, Jepang Selatan. Terubuk XX: 60-71.
Wenworth C.K., 1922. A Scale of Grade and Class Terms for Clastic Sediments.
The Journal of Geology 30: 377-392

25

Anda mungkin juga menyukai