ANALISIS KARBOHIDRAT
KELOMPOK 5
JURUSAN FARMASI
2021
BAB I. PENDAHULUAN
3.1.1 Alat
1. Beaker glass
2. Penangas
3. Pipet tetes
4. Botol semprot
5. Labu ukur
6. Pipet mohr
7. Tabung reaksi
3.1.2 Bahan
1. Sampel karbohidrat
2. Asam sulfat pekat
3. Reagen Molisch
4. Larutan Benedict
5. Reagen Barfoed
6. Larutan iodin
7. Larutan Nelson
8. Reagen Selliwanoff
9. Larutan Arseno
10. Larutan Mizone
11. HCl 0,1 N
12. NaOH 0,1 N
13. Aquades
3.2 Skema Percobaan
1 mL Larutan Iodin
Hasil
Hasil
3.2.4 Identifikasi Monosakarida dan Disakarida – Uji Barfoed
1 mL Larutan karbohidrat
Hasil
3.2.5 Hidrolisis Sukrosa
Larutan Sukrosa
0,1 M
- dimasukkan dalam tabung sebanyak 1 ml, ditambahkan 0,5
ml HCl 0,1n, dipanaskan selama 30 menit.
- didinginkan larutan kemudian dinetralkan dengan
penambahan 0,5 ml NaOH 0,1n
- dilakukan pengujian pada point 3.2.2, 3.2.3, dan 3.2.4.
sebagai pembanding, sebanyak 1 ml sukrosa 0,1 m ditambah
1 ml aquades dilakukan pengujian seperti point 3.2.2, 3.2.3,
dan 3.2.4. dicatat fenomena perbedaan yang terjadi.
Hasil
3.2.6 Uji Nielson
1 mL Mizone
Hasil
3.3 Alur Percobaan
Bahan
- Uji molisch
- Uji iodium
(+) (-)
Membentuk endapan
- Uji Barfoed 1 mL
- Uji selitwanof
(+) (-)
Ketosa (fruktosa) aldosa (glukosa, galaktosa)
(+) (-)
Galaktosa glukosa
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Uji Molisch
Bahan (Sampel Karbohidrat) Hasil
A +
B +
C +
D +
E +
F +
G +
H -
Akhir percobaan menimbulkan panas
4.1.2 Uji Iod
Bahan (Sampel Karbohidrat) Hasil
A -
B -
C -
D -
E -
F -
G +
4.2 Pembahasan
Karbohidrat terdiri dari 4 jenis yaitu monosakarida, disakarida,
oligosakarida, dan polisakarida. Oleh karena untuk mengidentifikasi adanya
kandungan karbohidrat dan gula pereduksi dalam suatu bahan atau zat dapat
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kuantitaif dapat menggunakan
alat polarimeter, sedangkan secara kualitatif antara lain dengan uji benedict, uji
seliwanoff, pembentukan osazon, uji iod, uji fehling dan uji molisch (Winarno,
2004). Dalam praktikum kali ini membahas tentang uji molisch, uji yodium, uji
benedict, uji barfoed, uji selliwanoff dan uji nelson.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah uji Molisch. Prinsip dari uji
molisch ini adalah reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat dan alfa naftol
yang akan membentuk senyawa kompleks berwarna merah-ungu. Dimana asam
sulfat berfungsi sebagai pembentukan senyawa furfural dan sebagai agen
kondensasi. Uji positif dari uji ini adalah terbentuknya cincin berwarna merah-
ungu. Uji molisch ini sendiri adalah untuk menguji kandungan karbohidrat pada
suatu sampel, jadi semua sampel yang mengandung karbohidrat hasil ujinya
positif.
Uji Molisch adalah uji untuk membuktikan adanya karbohidrat. Uji
pereaksi molisch terdiri dari larutan 5% α-naftol dalam alkohol 5%. Karbohirat
dengan asam sulfat pekat menghasilkan senyawa furfural. Senyawa furfural
dengan pereaksi α-naftol menghasilkan persenyawaan berwarna (warna merah-
ungu). Reaksi yang negatif (hijau) merupakan suatu bukti bahwa dalam sampel
yang diuji tidak mengandung karbohidrat. Penambahan larutan H2SO4 pekat akan
menghidrolisis ikatan glikosidik (ikatan antara monosakarida satu dengan
monosakarida lainnya), menghasilkan monosakarida selanjutnya yang didehidrasi
menjadi furfural dan turunan karbohidrat dalam uji molisch. Sedangkan,
penambahan H2SO4 melalui tepi dinding karena larutan tersebut bersifat
eksotermis sehingga panas dari larutan tersebut dapat melubangi dasar tabung
reaksi.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan
bahwa semua bahan sampel terlihat adanya cincin berwarna merah-ungu, kecuali
satu sampel terakhir “H”. Hal ini dikarenakan kondensasi karbohidrat oleh
pereaksi molisch, dan karena adanya reaksi dihidro dengan H 2SO4 sehingga sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa, semua jenis karbohidart akan berwarna
merah-ungu bila larutannya dicampur beberapa tetes larutan 5% α-naftol. Maka,
semua bahan yang telah diuji merupakan karbohidrat kecuali satu sampel baha
terakhir dengan label huruf “H” yang diduga bukan karbohidrat.
Percobaan kedua yang dilakukan yaitu uji yodium. Uji yodium ini adalah
untuk menguji identifikasi kandungan pati, glikogen dan dekstrim pada bahan
sampel yang telah diuji sebelumnya dengan uji molisch. Prinsip dari uji yodium
ini adalah larutan yodium dalam bentuk triiodida akan masuk pada struktur helikal
pati sehingga akan terbentuk warna biru pekat. Warna bitu pekat terbebut
merupakan suatu warna kompleks yang dihasilkan karena yodium punya amilosa
dan warna kompleks yang dihasilkan bergantung pada struktur polisakarida dan
umur yodium. Semakin lama umur yodium maka warna yang dihasilkan semakin
pudar. Pati dengan yodium mengahasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan
warna coklat dan glikogen akan berwarna merah, sedangkan monosakarida dan
disakarida tidak berwarna (non polisakarida).
Mekanisme yang terjadi pada uji iodin ini adalah KI akan membentuk
kompleks triiodida dalam air yang kemudian masuk kedalam helikal pati dan
membentuk warna biru pekat. Reaksi yang terjadi pada uji iodin ini adalah :
H2O2(aq) + 3 I-(aq) + 2 H+ → I3- + 2 H2O
I3-(aq) + 2 S2O32-(aq) → 3 I-(aq) + S4O62-(aq)
Pada percobaan ini bahan sampel yang termasuk dalam karbohidrat,
kemudian ditambahkan 1mL reagen yodium kemudian diaduk. Selanjutnya
dibakar untuk mempercepat reaksi, kemudian diperoleh hasil. Dari data hasil
percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil uji dekstrin, glikogen dan
amilum adalah positif untuk uji amilum dengan sampel berlabel “G”. Dalam
literatur menyebutkan bahwa pati dengan uji iodin menghasilkan warna biru.
Sehingga percobaan yang dilakukan sudah sesuai dengan literatur dan sampel
berlabel “G” diduga adalah amilum.
Selanjutnya dilakukan uji yang ketiga pada percobaan analisis karbohidrat
ini. Uji Benedict adalah uji yang dilakukan untuk karbohidrat non polisakarida.
Uji benedict adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Dengan
prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai CU2O
berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCo3 pada larutan
natrium karbonat (reagen benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan
tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid
atau keton bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton
bebas tidak dapat mereduksi larutan benedict. Warna biru pada larutan
menunjukkan reaksi negatif (tidak adanya gula pereduksi), sedangkan reaksi
positif dengan adanya warna hijau kebiruan, hijau, kuning, dan endapan merah
bata. Warna endapan ini bergantung kepada konsentrasi karbohidrat yang
diperiksa.
Adapun tujuan dari dilakukannya pemanasan tersebut adalah untuk
mempercepat reaksi antara logam Cu dalam pereaksi benedict dengan sampel.
Berdasarkan percobaan yang telah kita lakukan pada sampel dengan uji yodiun
negatif, gula pereduksi (glukosa, galaktosa, fruktosa dan arabinosa) akan
membentuk endapan merah, kuning atau hijau. Sampel dengan non pereduksi
ditunjukkan dengan label “D” sehingga sampel “D” merupakan karbohidrat non
pereduksi atau diduga sukrosa dengan menghasilkan uji Benedict negatif. Sampel
yang menunjukkan positif akan diuji kembali dengan uji Barfoed untuk
mengetahui monosakarida atau disakarida.
Percobaan keempat yaitu uji barfoed, uji barfoed adalah uji untuk
membedakan monosakarida dan disakarida. Prinsipnya bahwa karbohidrat dalam
larutan asam lemah akan mengalami perubahan reaktifitas, karbohidrat dengan
reaktifitas rendah akan hilang daya reduksinya sedangkan karbohidrat dengan
reaktifitas tinggi akan tetap dipertahankan. Ion Cu²⁺(dari pereaksi barfoed) dalam
suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosokarida dari
pada disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata. Jika
terbentuk warna biru setelah penambahan fosfomolibdat, maka reaksi positif.
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa hanya sampel berlabel “E dan F”
yang menunjukkan kontrol negatif. Jika dilihat berdasarkan literatur, bahwa
disakarida adalah laktosa dan maltosa. Sementara yang membutuhkan waktu lama
dalam pemanasannya sampai bisa bereaksi adalah disakarida. Jadi, fungsi
pemanasan pada uji barfoed adalah dengan adanya pemanasan yang lama akan
dapat menghidrolisis, sehingga larutan akan bereaksi (reaksi positif). Sampel
dengan label “E dan F” diduga adalah laktosa dan maltosa. Selanjutnya sampel
dengan hasil positif akan diuji kembali dengan uji Selliwanof.
Uji selliwanof merupakan percobaan kelima yaitu pengujian dengan
golongan aldosa bereaksi, sedangkan ketosa mengalami proses dehidrasi untuk
membentuk 4-hidroksi metil furfural yang kemudian mengalami kondensasi
dengan resorsinol, dan akan mengalami kondensasi membentuk senyawa
kompleks berwarna merah orange atau uji yang spesifik dalam mengindentifikasi
gula ketoheksosa. Pereaksi Selliwanof terdiri dari 0,5% resorsinol dan HCl pekat.
Dilakukannya pemanasan pada bahan uji yang telah diberi pereaksi Selliwanof
adalah untuk mempercepat laju reaksi ketika dehidrasi dan kondensasi
pembentukan senyawa kompleks berwarna. Reaksi positif terjadi jika, larutan
berwarna merah.
Dari percobaan diperoleh hasil yang sama dengan literatur, yang
menyatakan fruktosa merupakan jenis gula yang memberikan hasil positif ,
karena fruktosa dapat bereaksi dengan reagen Seliwanoff dan memberikan
kompleks warna merah ceri. Sampel dengan label “B” merupakan sampel dengan
uji selliwanof positif, sehingga sampel “B” adalah fruktosa. Selanjutnya untuk uji
selliwanof negatif adalah aldosa dengan glukosa dan galaktosanya. Sampel
dengan uji selliwanof negatif adalah sampel “A dan C” sehingga sampel “A dan
C” diduga adalah glukosa dan galaktosa.
BAB V. PENUUP
5.1 Kesimpulan
Karbohidrat yang terdapat pada suatu bahan pangan perlu dilakukan untuk
mengetahui kadar karbohidrat pada bahan pangan tersebut. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan sampel bahan yang mengandung karbohidrat
dapat diketahui melalui uji Molisch.
Secara umum, terdapat dua macam analisa karbohidrat, yaitu analisa
kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif meliputi Uji Molisch, Uji
Barfoed, Uji Benedict, Uji Seliwanoff, dan Uji Iodin. Sedangkan analisa
kuantitatif terdiri dari Metode Luff Schoorl, Metode Nelson-Somogyi, Metode
Anthrone, Metode Folin, Metode Enzimatis, dan Metode Kromatografi. Namun
pada praktikum ini, analisa protein dilakukan dengan metode Nelson-Somogyi.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA