Manajemen Organisasi Olahraga Prestasi Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Manajemen Organisasi Olahraga Prestasi Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Oleh:
Agung Nugroho
(Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY)
Abstrak
Latar Belakang
mulai dari lingkup klub sebagai lapisan terbawah sampai ke tingkat Pengurus Besar sebagai
lapisan teratas merupakan suatu “Conditio sine qua none” atau suatu keharusan yang mutlak
keberadaannya. Lebih dari itu telah disadari semua pihak bahwa organisasi itu sebagai
struktur dan proses yang tidak mungkin lagi ditangani secara amatiran, namun harus dikelola
Commanding, Reporting, Executing, dan Budgeting. Dari sekian banyak fungsi, ada yang
communicating ada yang memasukkannya ke dalam motivating, dan reporting hanya sebagai
Keberhasilan suatu organisasi olahraga prestasi selalu dikaitkan dengan seberapa jauh
prestasi olahragawan yang dihasilkan oleh organisasi tersebut. Secara teoritis dapat dikatakan
bahwa organisasi olahraga prestasi yang dapat menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan
baik dapat diharapkan akan menghasilkan prestasi yang baik pula. Tolok ukur utama prestasi
1
olahraga di Yogyakarta dapat dilihat pada ranking prestasi yang dicapai dalam pelaksanaan
Pekan Olahraga Nasional (PON) sejak dari PON I Tahun 1948 di Surakarta sampai dengan
namun jika dilihat dari jumlah medali yang dihasilkan tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Ranking ke-2 adalah ranking tertinggi yang pernah dicapai kontingen DIY, yaitu
pada PON I Tahun 1948 di Surakarta. Setelah itu kontingen DIY tidak pernah mencapai
urutan ke-6 besar. Ranking terendah terjadi pada PON XII Tahun 1989 di Jakarta, DIY
menempati urutan ke-18 dari 27 propinsi se-Indonesia. Prestasi di PON yang terakhir adalah
pada PON XV Tahun 2000 di Surabaya dimana DIY menduduki urutan ke-16 dengan 6
medali emas, 12 medali perak, dan 25 medali perunggu. Prestasi seperti ini belum dapat
Oleh karena itu KONI DIY bertekad untuk memperbaiki ranking prestasinya pada
PON yang akan datang secara bertahap. Diharapkan pada PON XVI Tahun 2004 yang akan
datang di Palembang, DIY dapat menduduki 10 besar dan pada PON XVII Tahun 2008 di
Untuk mewujudkan cita-cita itu, suatu kajian yang mendasar perlu dilakukan melalui
pendekatan penelitian. Dari hasil suatu penelitian yang ilmiah kebijakan yang diambil dalam
Bertolak dari latar belakang diatas maka disini akan diteliti : “Manajemen Organisasi
Olahraga Prestasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”, yang akan dilihat kaitannya
2
Tabel 1. Perolehan Medali Kontingen DIY Selama Mengikuti PON
Perolehan Medali
No PON Tahun Tempat Ranking
Emas Perak Perunggu
1. I 1948 Surakarta 11 9 3 II
2. II 1951 Jakarta - - - *)
3. III 1953 Medan - - - *)
4. IV 1957 Makassar - - - *)
5. V 1961 Bandung 7 11 15 VII
6. VI 1965 Jakarta - - - **)
7. VII 1969 Surabaya 2 - 9 IX
8. VIII 1973 Jakarta 4 1 8 IX
9. IX 1977 Jakarta 5 6 17 IX
10. X 1981 Jakarta 8 9 22 X
11. XI 1985 Jakarta 11 15 26 XIII
12. XII 1989 Jakarta 4 10 7 XVIII
13. XIII 1993 Jakarta 9 12 13 XIII
14. XIV 1996 Jakarta 11 11 22 XII
15. 2000 Surabaya 6 12 25 XVI
16. XV 2008 Kalimantan Timur
Keterangan :
*) DIY tidak ikut
**) PON tidak diselenggarakan karena Peristiwa G.30.S/PKI
a. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di depan dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
Istimewa Yogyakarta ?
3
3. Fungsi-fungsi manajemen mana yang merupakan kunci keberhasilan dalam
b. Tujuan Penelitian
kesehatan organisasi.
c. Manfaat Penelitian
1. Hasil-hasil yang positif dari penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan
Yogyakarta.
Definisi Operasional
Agar tidak terjadi berbagai penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini,
maka secara operasional beberapa variabel dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
berikut :
Manajemen adalah pengelolaan fungsi-fungsi dalam suatu organisasi, dalam hal ini adalah
dalam organisasi olahraga prestasi.
Organisasi olahraga prestasi adalah semua organisasi olahraga yang bertujuan melakukan
pembinaan olahraga prestasi yang bernaung di bawah KONI DIY, mulai dari Klub, Pengcab,
Pengda, KONI Kecamatan, dan KONI Kabupaten dan Kota.
4
KAJIAN PUSTAKA
Definisi Manajemen
Manajemen adalah suatu proses yang terdiri atas tindakan-tindakan yang meliputi
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya (Terry G.R., 1986 : 4). Dasar manajemen
agar sempurna menurut Terry harus memperhatikan People, Ideas, Resources, and
Objectives (PIRO). Sedang menurut Komaludin (1989 : 3) manajemen bisa dikatakan sebagai
material.
Manullang (1981 : 17) juga menyatakan bahwa manajemen adalah seni dan ilmu
sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Adapun
Robbins yang dikutip Chelladurai P. (1985 : 4) menyatakan bahwa there are numerous
definitions of management, but all of them suggest that management is the coordination of
the efforts of different people toward a command end. Robins juga mendefinisikan bahwa
Dari beberapa pendapat Moekijat (2000 : 6) memberi pengertian bahwa manajemen dapat
kegiatan. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen pada
5
organisasi olahraga adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pimpinan yang berhubungan
Fungsi-fungsi Manajemen
Banyak pendapat para ahli tentang fungsi-fungsi manajemen sebagai tindakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Beberapa ahli manajemen mengemukakan berbagai pendapat yang
Louis A. Allen (1958 : 24-25), menyebutkan ada 5 fungsi manajemen yaitu : Planning,
Henry Fayol (dalam Malayu S.P.H., 1996 : 17) juga menyebutkan 5 fungsi manajemen yang
Sondang P.S., (1992 : 17) juga mengatakan ada 5 fungsi manajemen yaitu : perencanaan,
Terry G.R., (1996 : 4-5) hanya menyebut ada 4 fungsi manajemen yaitu : Planning,
Harold Koontz and Cyril O’Donnell, (1976 : 1-2) juga menyebutkan 5 fungsi manajemen
dengan istilah yang sedikit berbeda yaitu : Planning, Organizing, Coordinating, Staffing,
Directing and Leading, and Controlling.
Dari berbagai pendapat tersebut, pada penelitian ini variabel-variabel fungsi manajemen yang
akan digunakan adalah : POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling). Adapun
pengertian masing-masing fungsi tersebut adalah sebagai berikut :
Planning (Perencanaan)
Planning (perencanaan) termasuk budgeting, yaitu kegiatan perencanaan yang sangat
sederhana sampai perumusan yang lebih rumit. Perencanaan yang sederhana misalnya
penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.
Menurut Sondang P. Siagian (1992 : 50), perencanaan merupakan usaha sadar pengambilan
keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di
masa depan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam perencanaan menurut Manullang M. (1981 : 21) adalah dengan
menjawab keenam pertanyaan berikut ini :
Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
6
Apa sebab tindakan itu harus dikerjakan ?
Kapan tindakan itu harus dikerjakan ?
Siapakah yang akan mengerjakan ?
Bagaimana caranya melaksanakan tindakan itu ?
Selain tindakan-tindakan tersebut diatas fungsi perencanaan sudah termasuk penetapan
budget. Oleh karenanya lebih tepat bila perencanaan dirumuskan sebagai penetapan tujuan
organisasi, peraturan-peraturan, pedoman-pedoman pelaksanaan tugas, ikhtisar biaya yang
diperlukan, dan pemasukan uang yang diharapkan dari suatu organisasi.
Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah pembentukan hubungan tingkah laku yang efektif diantara orang-
orang sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan memperoleh kepuasan pribadi
dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu untuk mencapai
suatu tujuan atau sasaran tertentu (Terry G.R., 1977 : 264).
Dengan demikian pengorgaisasian yaitu pengelompokan kegiatan yang dilakukan yakni
penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit organisasi, serta
menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antar masing-masing unit tersebut. Oleh karena
itu pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai aktivitas manajemen dalam pengelompokan
orang-orang untuk menetapkan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggungjawab masing-
masing yang berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pada penelitian ini pengorganisasian termasuk Staffing yaitu penyusunan personalia,
perekrutan pelatih atau atlet berbakat serta penetapan orang-orang yang memangku masing-
masing jabatan dalam organisasi tersebut.
Actuating (Penggerakan)
Penggerak adalah keseluruhan usaha, cara teknik, dan metode untuk mendorong para anggota
organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisien, efektif, dan ekonomis (Sondang P. Siagian, 1992 : 128). Pada
penggerakan menurut Sondang termasuk fungsi-fungsi Commanding, Directing, Actuating,
dan Motivating.
Istilah commanding adalah cara menggerakkan bawahan dengan perintah komando,
sedangkan directing mempunyai makna pemberian petunjuk atau pengarahan yang harus
ditempuh oleh pelaksana operasional. Adapun motivating, yaitu dorongan berupa pemberian
inspirasi dan semangat agar semuanya dilakukan dengan suka rela dan sadar.
Controlling (Pengawasan)
Pengawasan berarti mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi
prestasi kerja dan apabila perlu menetapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil
pekerjaan sesuai dengan rencana (Terry G.R., 1986 : 395). Prinsip pengawasan efektif adalah
membantu usaha-usaha kita untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan untuk memastikan
bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai rencana. Sependapat dengan
Sondang P. Siagian (1992 : 169) bahwa pengawasan merupakan proses pengamatan dari
seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang
dilakukan sesuai dengan yang ditentukan sebelumnya.
Apabila fungsi-fungsi fundamental manajemen lainnya (planning, organizing, dan actuating)
dilaksanakan secara sempurna, maka tidak banyak diperlukan pengawasan. Namun pada
kenyataannya hal tersebut jarang sekali terjadi.
Hakekat Olahraga Prestasi
Dengan melihat nilai strategis olahraga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara maka pengembangan olahraga prestasi di Indonesia secara sistematik, tersistem,
dan terstruktur harus segera dilaksanakan dengan memperhatikan berbagai kondisi aktual,
situasi, dan kendala yang ada (KONI Pusat, 2003 : 21).
7
Prinsip-prinsip universal untuk menciptakan seorang juara harus dilakukan dimana saja
khususnya pada program latihan atlet berdasarkan informasi ilmu pengetahuan dan olahraga
yang melibatkan keahlian multidisiplin. Menurut Dasar Gerakan Nasional Garuda Emas
1997-2007 (2003 : 22), strategi dasar tersebut meliputi :
Intensifikasi koordinasi antar instansi dalam pembinaan olahraga prestasi, khususnya antara
Depdiknas, Depdagri, dan KONI dilakukan Outsourcing (tidak sendiri).
Tidak mempertentangkan antara latihan/kompetisi dengan kegiatan akademi atau pekerjaan.
Menerapkan prinsip-prinsip pembinaan olahraga prestasi yang berlandaskan dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara konsisten dan konsekuen secara bertahap dan
berkesinambungan.
Melakukan desentralisasi yang sinkron dengan sistem pengawasan terpadu.
Menerapkan azas pembinaan olahraga prioritas dengan konsep PPLP, Kelas Olahraga, Klub
Olahraga, SLTP/SMU Unggulan seperti Ragunan yang telah dikembangkan Depdiknas.
Kelima strategi dasar tersebut merupakan inti dari Gerakan Nasional Garuda Emas 1997-
2007, dengan kata kunci dalam olahraga prestasi adalah :
Pembinaan dilakukan sejak usia dini;
Faktor sekolah;
Sistem latihan yang bertahap dan berkelanjutan;
Sistem kompetisi yang cukup;
Pelatih handal;
Iptek keolahragaan;
Dana;
Jaminan masa depan;
Organisasi pembinaan olahraga prestasi yang profesional.
Dari sembilan kata kunci dalam pembinaan prestasi olahraga tersebut salah satu faktor
keberhasilan dalam pencapaian prestasi atlet adalah organisasi pembinaan olahraga prestasi di
Indonesia, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia (ISORI, 2003 : 50) bahwa salah satu bentuk
komitmen terhadap pembangunan olahraga di Indonesia adalah Penguatan Kelembagaan dan
Kapabilitas Manajemen.
Penguatan kelembagaan dan kapabilitas manajemen bertujuan untuk meningkatkan daya
saing yang semakin merosot berdasarkan parameter relatif (distribusi medali dalam Sea
Games dan Asian Games), maka diperlukan peningkatan upaya dan kekuatan komponen-
komponen strategis seperti pemanduan bakat dan sistem promosi atlet muda; pengadaan dan
peningkatan standar kompetensi pelatih; peningkatan sarana dan prasarana olahraga baik
dalam kualitas maupun kuantitas; dan sekaligus memperbaiki mutu pusat-pusat pelatih;
menata sistem pelatihan dan kompetensi; meluncurkan program pendukung berupa penguatan
sistem intensif dan rasa aman (perawatan rumah sakit, asuransi, dll.).
Kekuatan dan Kelemahan Organisasi
Kesehatan suatu organisasi merujuk pada kondisi umum yang tampak dari kemampuan
organisasi untuk berjalan sepenuhnya sesuai dengan visi dan misinya.
Salusu (2000 : 291) mengatakan bahwa kapabilitas organisasi adalah konsep yang dipakai
untuk menunjuk pada kondisi internal yang terdiri atas dia faktor stratejik, yaitu kekuatan dan
kelemahan organisasi.
Kekuatan adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif yang memungkinkan
organisasi memiliki kemampuan stratejik dalam mencapai sasarannya.
Kelemahan adalah kondisi ketidakmampuan internal yang menyebabkan organisasi tidak
dapat mencapai sasarannya. Apabila faktor kelemahan sangat dominan, ada kemungkinan
kekuatan yang dimiliki organisasi berubah menjadi kelemahan. Sebaliknya kekuatan yang
8
ada dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kelemahan (Higgin yang dikutip Salusu, 2000 :
291).
Kekuatan Organisasi
Beberapa elemen penting yang dipandang sebagai kekuatan dari sudut pandang organisasi
antara lain : struktur organisasi yang rapi dengan penjabaran tugas dan tanggungjawab yang
jelas dengan jarak kendali yang memadai sehingga semua staf pengurus memahami tugas-
tugasnya dengan baik, serta memahami makna pelayanan yang bermutu.
Faktor lain yang menjadi kekuatan organisasi adalah lokasi yang strategis dengan kemudahan
transportasi dan komunikasi dengan berbagai unsur terkait.
Pimpinan yang kuat dengan visi yang jelas serta ide-ide yang berbobot juga merupakan
modal yang ampuh bagi organisasi dalam memanfaatkan sumber daya yang terbatas (Salusu,
2000 : 292).
Dalam organisasi olahraga prestasi dari sudut pandang sumber daya manusia, yang sangat
menentukan keberhasilan pencapaian prestasi adalah atlet yang potensial dan pelatih yang
profesional. Kedua faktor dominan ini merupakan kunci utama keberhasilan proses
pembinaan prestasi yang ditunjang oleh faktor-faktor pendukung lainnya seperti fasilitas dan
dana yang memadai.
Kelemahan Organisasi
Kelemahan suatu organisasi tidak boleh diabaikan sepanjang ada peluang untuk melakukan
perbaikan, misalnya kurangnya tenaga pelatih yang profesional tidak dibiarkan begitu saja,
tetapi perlu diambil keputusan stratejik untuk menanggulanginya. Keputusan dapat berupa
pengiriman sejumlah pelatih untuk mengikuti pendidikan lanjut atau penataran pelatih ke
tingkat yang lebih tinggi untuk meningkatkan profesionalisme, atau dapat juga
menyelenggarakan pelatihan dengan mengundang kalangan perguruan tinggi, tenaga ahli dari
Pengurus Besar atau dari Federasi Olahraga Internasional.
Kelemahan-kelemahan pada umumnya dirasakan oleh suatu organisasi antara lain lokasi yang
jauh dari jangkauan fasilitas umum, seperti jalan raya, telepon, listrik, dan air minum.
Disamping itu dari segi sumberdaya kurangnya dana untuk mendukung berbagai program
yang direncanakan atau kondisi keuangan organisasi yang tidak stabil. Selain itu kelemahan
dapat bersumber dari terbatasnya tenaga terampil, kekurangmampuan memanfaatkan sumber
daya yang ada, rendahnya komitmen pengurus, dan lemahnya kepemimpinan karena kurang
mampu berpikir stratejik (Salusu, 2000 : 294).
Kepemimpinan yang lemah dengan sendirinya tidak dapat memberikan perhatian kepada
atlet, pelatih, pengurus, dan stake holder lainnya yang berkepentingan dalam pencapaian
prestasi yang tinggi.
Budaya organisasi yang positif dapat membangkitkan daya dorong sekaligus menjadi
kekuatan organisasi yang dapat menggerakkan komitmen atlet, pelatih, dan pengurus untuk
berprestasi.
Salah satu akar kelemahan organisasi adalah tidak memiliki visi dan misi yang jelas dan
kemudian terlihat jelas pada penjabaran ke dalam tujuan dan sasaran. Kalau visi dan misi
organisasi kabur, tidak ada pegangan yang kokoh dalam mencapai tujuan organisasi secara
sehat.
Banyak kenyataan di organisasi olahraga prestasi dalam mencapai tujuan prestasi hanya
dengan membeli pemain tanpa memikirkan dampak negarif dan mengabaikan proses
pembinaan yang berkesinambungan secara teratur. Lebih menyedihkan lagi pencapaian
prestasi dengan cara-cara yang bertentangan dengan filosofi dasar olahraga, yaitu dengan
menyuap pemain, wasit, dan pengurus lawan tanding.
Penelitian Yang Relevan
9
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Wachidin S. (2001), dengan judul Hubungan Manajemen
Terhadap Prestasi SSB di Kabupaten Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan
antara perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan terhadap prestasi
olahraga SSB di Kabupaten Sleman tidak signifikan. Uji harga F hitung = 0,161 < F tabel
19,247. Adapun sumbangan masing-masing variabel adalah : (1) perencanaan = 17,4%, (2)
pengorganisasian = 3,1%, (3) penggerakan = 0,8%, dan pengawasan = 3%.
Penelitian yang dilakukan oleh Aprizal (1997) dengan judul : Keefektifan Penelitian
Manajemen Koperasi Bagi Manajemen KUD di Kabupaten Kerinci. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa : (1) keefektifan pelatih ditinjau dari segi pengetahuan manajer tentang
manajemen sebesar 68,2% artinya kurang efektif, (2) keefektifan pelatihan dari segi kinerja
manajer sebesar 68,2% artinya kurang efektif, (3) sedangkan pengalaman, pengetahuan,
frekuensi, pelatihan, dan sikap mempunyai hubungan dengan kinerja manajer (nilai rho
masing-masing : 0.88; 0.91; 0.86; 0.84). Hasil secara kualitatif menunjukkan bahwa : (1)
metode penyampaian materi kurang tepat, (2) pengurus yang menjalankan fungsi dan
tanggungjawab adalah pengurus yang menjalin koordinasi dengan sesama pengelola KUD,
(3) pembina hanya menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya secara aktif terhadap KUD,
(4) manajer yang bekerja mandiri adalah manajer yang sudah berpengalaman dan mengetahui
fungsi dan tanggungjawabnya.
10
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan menggunakan metode survei dengan
teknik angket dan wawancara.
Sasaran dan Subjek Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah semua organisasi olahraga prestasi yang bernaung di
bawah lingkup KONI Propinsi DIY, mulai dari Klub, Pengurus Cabang (Pengcab), Pengurus
daerah (Pengda) KONI Kabupaten dan Kota se-Propinsi DIY. Sedangkan yang menjadi
subjek dalam penelitian ini adalah : 10% dari jumlah atlet, 20% dari jumlah pengurus, dan
50% dari pelatih dan wasit se-DIY. Jumlah subjek untuk setiap Kabupaten/Kota ditetapkan
1.000 orang. Karena di DIY terdapat 4 Kabupaten dan 1 Kota maka subjek seluruhnya
menjadi 5.000 orang. Cara pengambilan subjek penelitian ditetapkan bersama pengurus
organisasi.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa angket dan wawancara yang disusun
berdasarkan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi.
Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data dikumpulkan dengan cara memberikan angket kepada pengurus, pelatih, wasit, dan atlet
yang sudah ditetapkan sebagai subjek penelitian. Untuk meyakinkan keakuratan data yang
dikumpulkan melalui angket dilakukan wawancara terhadap perwakilan dari pengurus,
pelatih, wasit, dan atlet yang telah dijadikan subjek.
Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dari hasil angket dan wawancara terhadap
responden. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran
global mengenai kinerja organisasi melalui penilai terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen organisasi di organisasi olahraga prestasi se-DIY.
DAFTAR PUSTAKA
12