Anda di halaman 1dari 10

I.

Jenis Kasus(Fraktur Patologis)

A. Definisi 
Fraktur patologis adalah fraktur akibat lemahnya struktur tulang oleh proses
patologik, seperti neoplasia, osteomalasia, osteomielitis, dan penyakit lainnya. Disebut
juga secondary fracture dan spontaneous fracture.

B. Etiologi 
Suatu fraktura yang terjadi pada tulang yang abnormal. Ini bisa :

- Kongenital : misalnya osteogenesis imperfekta, displasia fibrosa.

- Peradangan : misalnya osteomielitis.

- Neoplastik :

· benigna : misalnya enkhondroma

· maligna : primer, misalnya osteosarkoma, mieloma

sekunder, misalnya paru-paru, payudara, tiroid, ginjal, prostat

- Metabolik : misalnya osteomalasia, osteoporosis, panyakit Paget.

C. Pemeriksaan Penunjang
1. X.Ray

2. Foto Ronsen

3. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

4. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

5. CCT kalau banyak kerusakan otot.

(Carpenito 2000:50)

D. Penatalaksanaan Medis Fraktur Patologis


1. Osteogenesis Imperfekta 

Pada kasus-kasus yang lebih ringan tak diperlukan pengobatan spesifik. Fraktura yang terjadi
akan menjalani jalan yang normal. Pada kasus-kasus yang lebih berat, kadang-kadang
mungkin mengkombinasi koreksi deformitas dengan memperkuat tulang yaitu memasukkan
pasak intrameduler di seluruh panjang tulang.
2.Displasia Fibrosa 

Pengobatan penyakit ini berupa biopsi lesi diikuti tindakan memadatkan defek ini dengan
“bone chips”.

3. Osteomielitis

Penatalaksanaan osteomielitis akut ialah :

a. Perawatan di rumah sakit.

b. Pengobatan suportif dengan pemberian infus dan antibiotika.

c. Pemeriksaan biakan darah.

d. Antibiotika yang efektif terhadap gram negatif maupun gram positif (broad spectrum)
diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah, dan dilakukan secara parenteral
selama 3-6 minggu.

e. Immobilisasi anggota gerak yang terkena.

f. Tindakan pembedahan.

Banyak peneliti yang melakukan tindakan pembedahan seperti yang dilakukan oleh TRUETA
dengan alasan :

a. Dapat menegakkan diagnosis dan untuk pemeriksaan sensitivitas.

b. Mengurangi gangguan vaskularisasi yang disebabkan oleh penekanan.

c. Mengurangi rasa sakit dengan melakukan dekompresi terhadap jaringan yang terinfeksi.

Pembedahan pencegahan ini tidak memberi hasil memuaskan dan tindakan bedah sebaiknya
dilakukan bila telah teraba suatu abses.

Osteomielitis kronik tidak dapat sembuh sempurna sebelum semua jaringan yang mati
disingkirkan. Antibiotika dapat diberikan secara sistemik atau lokal.

Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan ialah :

a. Adanya sequester

b. Adanya abses

c. Rasa sakit yang hebat

d. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma epidermoid).

Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila involucrum telah cukup
kuat : mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.
4. Enkhondroma 

Di tempat enkhondroma menyebabkan erosi kortikal tulang besar, sebaiknya dikuret ke luar
dan kavitasnya diisi dengan “cancellous bone chips” tetapi biasanya tak memerlukan
pengobatan. Fraktura spontan terjadi untuk merangsang pembentukan tulang baru, sehingga
seringkali tak hanya terjadi “union” tetapi juga diikuti regresi tumor.

5. Osteosarkoma 

· Bergantung pada staging (dari Enneking) yaitu dinilai keganasan tumor dan kompartemen


yang terkena metastasis dapat dilakukan limb salvage atau limb ablation/amputation.

· Eradikasi dengan mempertahankan anggota gerak.

- Reseksi tulang dan rekonstruksi.

- Pemberian kemoterapi, radioterapi, obat simptomatis.

· Eradikasi dengan amputasi.

- Amputasi, kemoterapi, radioterapi dan obat simptomatis (adjuvant therapy).

· Paliatif :

- Dengan pembedahan/amputasi, kemoterapi, obat simptomatis/ajuvan.

- Tanpa pembedahan, kemoterapi, obat simptomatis.

6. Mieloma Multipel 

Lesi lokal bereaksi baik terhadap radioterapi, yang pada kasus fraktura patologik tulang
panjang bisa dikombinasi dengan fiksasi interna. Tindakan umum untuk memperpanjang usia
berupa penggunaan obat sitotoksik misalnya siklofosfamid atau melfalan dan pemberian
steroid dosis besar. Anemia bisa dikontrol dengan transfusi darah secara berulang.

7. Rickets 

Pertolongan yang harus diberikan pada penyakit Rickets terdiri dari 3 segi:

Kesatu :

Segi pencegahan dan pengobatan dengan pemberian vitamin D pada anak-anak kecil.
Vitamin D ini dapat diberikan dengan misalnya memberikan minyak ikan. Selain itu pula
diberikan Ultra Violet Therapie.

Kedua :

Segi pencegahan timbulnya salah bentuk. Segi ini dikerjakan untuk menjaga jangan sampai
tulang lembek tadi menjadi bengkok, diantaranya dengan memberikan splints dan untuk
membatasi anak-anak duduk, berdiri atau berjalan.
Ketiga :

Membetulkan salah bentuk. Ini dapat dikerjakan secara konservatif atau jika tidak berhasil
dengan operatif.

8. Osteomalasia 

Dapat diberikan metabolit vitamin D yang aktif. Absorpsi kalsium diintestin meningkat dan
kadar kalsium serum kembali normal serta terdapat penurunan kadar fosfatase alkali yang
telah meningkat tinggi sebelumnya dan hormon paratiroid.

9. Osteoporosis 

Prinsip pengobatan pada osteoporosis adalah :

- Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yang dapat meningkatkan pembentukan


tulang adalah : Na-fluorida dan steroid anabolik.

- Menghambat resorbsi tulang, obat-obatan yang dapat menghambat resorbsi tulang adalah :
kalsium, estrogen, kalsitonin dan difosfonat.

Pencegahan terjadinya osteoporosis dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak pada
pertumbuhan/dewasa muda. Percegahan osteoporosis pada usia muda, mempunyai tujuan :

- mencapai massa tulang dewasa (proses konsolidasi) yang optimal

- mengatur makanan dan kebiasaan gaya hidup yang menjamin seseorang tetap bugar

contoh :

- diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)

- latihan teratur tiap hari

- hindari : makanan tinggi protein, minum alkohol, merokok, minum kopi, minum antasida
yang mengandung aluminium

10. Penyakit Paget 

Nyeri dapat dihilangkan dengan analgesik. Tetapi penggunaan radioterapi ditolak karena ia
kemudian bisa menyebabkan jeleknya penyembuhan fraktura dan bisa meningkatkan
sarkoma.

Mithramisin merupakan antibiotika sitotoksik yang mempunyai efek langsung pada sel
tulang. Telah dilaporkan untuk menghilangkan nyeri pada penyakit Paget dan untuk
mengurangi fosfatase alkali serum. Tetapi menimbulkan efek samping gastrointestinal dan
toksisitas.

Difosfonat telah diberikan per oral dan telah memperlihatkan perbaikan parameter biokimia
penyakit ini tetapi dapat menginduksi osteomalasia.
Kalsitonin menghambat resorbsi tulang sehingga mengurangi penggantian tulang yang
meningkat secara abnormal. Akibatnya aktivitas seluler menjadi lebih teratur dan terlihat juga
penyembuhan dalam radiograf skelet. Kalsitonin diberikan subkutan untuk masa tertentu dan
tak tercatat adanya efek samping yang serius. Sementara ini kalsitonin merupakan
pengobatan penyakit Paget yang paling rasional.

11. Tumor Tulang Sekunder 

Terapi bersifat paliatif, karena penderita sudah berada dalam stadium lanjut. Terapi ditujukan
pada jenis karsinoma primernya yang dapat berupa radioterapi, kemoterapi ataupun hormon
terapi. Terapi dari segi bedah adalah terhadap fraktur patologis yang mungkin memerlukan
fiksasi secara eksternal atau internal, agar supaya penderita dapat diimmobilisasi tanpa
merasa kesakitan. Bila perlu dapat dilakukan fiksasi internal terhadap tulang-tulang
ekstremitas sebelum tulang tersebut mengalami fraktur, jadi baru diperkirakan akan fraktur
bila proses pada tulang dibiarkan berjalan terus (impending fracture).
II Pathways

III.Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, cidera pada
jaringan lunak, stress ansietas.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
perifer, kerusakan kulit, kerusakan jaringan, prosedur invasif.
d. Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah
perbaikan, imobilisasi fisik, perubahan sensasi, sirkulasi.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, tidak mengenal informasi.

IV.Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, cidera pada
jaringan lunak, stress ansietas
Tujuan: Klien mengataka nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan tindakan
santai, mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan
tepat,menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai
indikasi untuk situasi individual
Intervensi:
1. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan
atau traksi
R/: Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi
2. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.
R/: Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri.
3. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.
R/: Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler.
4. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)
R/: Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan lokal dan kelelahan
otot.
5. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi
visual, aktivitas dipersional)
R/: Mengalihkan perhatian terhadap nyeri,meningkatkan kontrol terhadap nyerI yang
mungkin berlangsung lama.
6. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.
R/: Menurunkan edema dan mengurangI rasa nyeri.
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/: Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik secara
sentral maupun perifer.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan.


Tujuan perawatan : Selama perawatan gangguan mobilisasi bisa diminimalisasi
sampai cedera diatasi dengan pembedahan.
Kriteria hasil : Tidak ada kontrakstur, kekuatan otot meningkat, pasien mampu
beraktifitas kembali secara bertahap.
Intervensi :
1. Kaji secara teratur fungsi motorik.
R/: Mengevaluasi keadaan secara umum.
2. Lakukan log rolling.
R/: Membantu ROM secara pasif
3. Pertahankan sendi 90 derajad terhadap papan kaki.
R/: Mencegah footdrop
4. Ukur tekanan darah sebelum dan sesudah log rolling.
R/: Mengetahui adanya hipotensi ortostatik
5. Inspeksi kulit setiap hari.
R/: Gangguan sirkulasi dan hilangnya sensai resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
6. Berikan relaksan otot sesuai pesanan seperti diazepam.
R/: Berguna untuk membatasi dan mengurangi nyeri yang berhubungan dengan
spastisitas

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


perifer, kerusakan kulit, kerusakan jaringan, prosedur invasif.
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : Tidak terjadi Infeksi
Intervensi :
1. Kaji respon pasien terhadap pemberian antibiotik
R/: Untuk menentukan antibiotic yang tepat untuk pasien
2. Pantau tanda-tanda vital
R/: Peningkatan suhu tubuh di atas normal menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi
3. Pantau luka operasi dan cairan yang keluar dari luka
R/: Adanya cairan yang keluar dari luka menunjukkan adanya tanda infeksi dari luka.
4. Pantau adanya infeksi pada saluran kemih
R/: Retensi urine sering terjadi setelah pembedahan

d. Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah


perbaikan, imobilisasi fisik, perubahan sensasi, sirkulasi.
Tujuan : Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku tekhnik
untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi,
mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi
Intervensi:
1. Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering, bersih, alat tenun
kencang, bantalan bawah siku, tumit).
R/: Menurunkan risiko kerusakan/abrasi kulit yang lebih luas.
2. Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal bebat/gips.
R/: Meningkatkan sirkulasi perifer dan meningkatkan kelemasan kulit dan
otot terhadap tekanan yang relatif konstan pada imobilisasi.
3. Lindungi kulit dan gips pada daerah perianal
R/: Mencegah gangguan integritas kulit dan jaringan akibat kontaminasi fekal.
4. Observasi keadaan kulit,penekanan gips/bebat terhadap kulit, insersi pen/traksi.
R/: Menilai perkembangan masalah klien.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, tidak mengenal informasi.
Tujuan : klien akan menunjukkan pengetahuan meningkat dengan kriteria klien
mengerti dan memahami tentang penyakitnya
Intervensi:
1. Kaji kesiapan klien mengikuti program pembelajaran.
R/: Efektivitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien
untuk mengikuti program pembelajaran.
2. Diskusikan metode mobilitas dan ambulasi sesuai program terapi fisik.
R/: Meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien dalam perencanaan dan
pelaksanaan program terapi fisik.
3. Ajarkan tanda/gejala klinis yang memerluka evaluasi medik (nyeri berat, demam,
perubahan sensasi kulit distal cedera)
R/: Meningkatkan kewaspadaan klien untuk mengenali tanda/gejala dini yang
memerulukan intervensi lebih lanjut
4. Persiapkan klien untuk mengikuti terapi pembedahan bila diperlukan.
R/: Upaya pembedahan mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah sesuai kondisi
klien.
V. Buku Sumber
1. Bulchek,Gloria M dkk,2016,Nursing Interventions Classification(NIC) Edisi keenam,
Diterjemahkan oleh:Nurjannah,Intansari dan Roxsana Devi T.Jakarta: CV Mocomedia
2. Johnson,Marion dkk,2016,Nursing Outcome Classfication(NOC) Edisi kelima
Diterjemahkan oleh: Nurjannah,Intansari dan Roxsana Devi T. Jakarta: CV Mocomedia
3. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
4. Muttaqin, Arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskletal. Edisi 1.
5. NANDA, 2015, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi edisi 10.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6.Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
7. Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai