A. Definisi
Fraktur patologis adalah fraktur akibat lemahnya struktur tulang oleh proses
patologik, seperti neoplasia, osteomalasia, osteomielitis, dan penyakit lainnya. Disebut
juga secondary fracture dan spontaneous fracture.
B. Etiologi
Suatu fraktura yang terjadi pada tulang yang abnormal. Ini bisa :
- Neoplastik :
C. Pemeriksaan Penunjang
1. X.Ray
2. Foto Ronsen
(Carpenito 2000:50)
Pada kasus-kasus yang lebih ringan tak diperlukan pengobatan spesifik. Fraktura yang terjadi
akan menjalani jalan yang normal. Pada kasus-kasus yang lebih berat, kadang-kadang
mungkin mengkombinasi koreksi deformitas dengan memperkuat tulang yaitu memasukkan
pasak intrameduler di seluruh panjang tulang.
2.Displasia Fibrosa
Pengobatan penyakit ini berupa biopsi lesi diikuti tindakan memadatkan defek ini dengan
“bone chips”.
3. Osteomielitis
d. Antibiotika yang efektif terhadap gram negatif maupun gram positif (broad spectrum)
diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah, dan dilakukan secara parenteral
selama 3-6 minggu.
f. Tindakan pembedahan.
Banyak peneliti yang melakukan tindakan pembedahan seperti yang dilakukan oleh TRUETA
dengan alasan :
c. Mengurangi rasa sakit dengan melakukan dekompresi terhadap jaringan yang terinfeksi.
Pembedahan pencegahan ini tidak memberi hasil memuaskan dan tindakan bedah sebaiknya
dilakukan bila telah teraba suatu abses.
Osteomielitis kronik tidak dapat sembuh sempurna sebelum semua jaringan yang mati
disingkirkan. Antibiotika dapat diberikan secara sistemik atau lokal.
a. Adanya sequester
b. Adanya abses
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila involucrum telah cukup
kuat : mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.
4. Enkhondroma
Di tempat enkhondroma menyebabkan erosi kortikal tulang besar, sebaiknya dikuret ke luar
dan kavitasnya diisi dengan “cancellous bone chips” tetapi biasanya tak memerlukan
pengobatan. Fraktura spontan terjadi untuk merangsang pembentukan tulang baru, sehingga
seringkali tak hanya terjadi “union” tetapi juga diikuti regresi tumor.
5. Osteosarkoma
· Paliatif :
6. Mieloma Multipel
Lesi lokal bereaksi baik terhadap radioterapi, yang pada kasus fraktura patologik tulang
panjang bisa dikombinasi dengan fiksasi interna. Tindakan umum untuk memperpanjang usia
berupa penggunaan obat sitotoksik misalnya siklofosfamid atau melfalan dan pemberian
steroid dosis besar. Anemia bisa dikontrol dengan transfusi darah secara berulang.
7. Rickets
Pertolongan yang harus diberikan pada penyakit Rickets terdiri dari 3 segi:
Kesatu :
Segi pencegahan dan pengobatan dengan pemberian vitamin D pada anak-anak kecil.
Vitamin D ini dapat diberikan dengan misalnya memberikan minyak ikan. Selain itu pula
diberikan Ultra Violet Therapie.
Kedua :
Segi pencegahan timbulnya salah bentuk. Segi ini dikerjakan untuk menjaga jangan sampai
tulang lembek tadi menjadi bengkok, diantaranya dengan memberikan splints dan untuk
membatasi anak-anak duduk, berdiri atau berjalan.
Ketiga :
Membetulkan salah bentuk. Ini dapat dikerjakan secara konservatif atau jika tidak berhasil
dengan operatif.
8. Osteomalasia
Dapat diberikan metabolit vitamin D yang aktif. Absorpsi kalsium diintestin meningkat dan
kadar kalsium serum kembali normal serta terdapat penurunan kadar fosfatase alkali yang
telah meningkat tinggi sebelumnya dan hormon paratiroid.
9. Osteoporosis
- Menghambat resorbsi tulang, obat-obatan yang dapat menghambat resorbsi tulang adalah :
kalsium, estrogen, kalsitonin dan difosfonat.
Pencegahan terjadinya osteoporosis dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak pada
pertumbuhan/dewasa muda. Percegahan osteoporosis pada usia muda, mempunyai tujuan :
- mengatur makanan dan kebiasaan gaya hidup yang menjamin seseorang tetap bugar
contoh :
- hindari : makanan tinggi protein, minum alkohol, merokok, minum kopi, minum antasida
yang mengandung aluminium
10. Penyakit Paget
Nyeri dapat dihilangkan dengan analgesik. Tetapi penggunaan radioterapi ditolak karena ia
kemudian bisa menyebabkan jeleknya penyembuhan fraktura dan bisa meningkatkan
sarkoma.
Mithramisin merupakan antibiotika sitotoksik yang mempunyai efek langsung pada sel
tulang. Telah dilaporkan untuk menghilangkan nyeri pada penyakit Paget dan untuk
mengurangi fosfatase alkali serum. Tetapi menimbulkan efek samping gastrointestinal dan
toksisitas.
Difosfonat telah diberikan per oral dan telah memperlihatkan perbaikan parameter biokimia
penyakit ini tetapi dapat menginduksi osteomalasia.
Kalsitonin menghambat resorbsi tulang sehingga mengurangi penggantian tulang yang
meningkat secara abnormal. Akibatnya aktivitas seluler menjadi lebih teratur dan terlihat juga
penyembuhan dalam radiograf skelet. Kalsitonin diberikan subkutan untuk masa tertentu dan
tak tercatat adanya efek samping yang serius. Sementara ini kalsitonin merupakan
pengobatan penyakit Paget yang paling rasional.
Terapi bersifat paliatif, karena penderita sudah berada dalam stadium lanjut. Terapi ditujukan
pada jenis karsinoma primernya yang dapat berupa radioterapi, kemoterapi ataupun hormon
terapi. Terapi dari segi bedah adalah terhadap fraktur patologis yang mungkin memerlukan
fiksasi secara eksternal atau internal, agar supaya penderita dapat diimmobilisasi tanpa
merasa kesakitan. Bila perlu dapat dilakukan fiksasi internal terhadap tulang-tulang
ekstremitas sebelum tulang tersebut mengalami fraktur, jadi baru diperkirakan akan fraktur
bila proses pada tulang dibiarkan berjalan terus (impending fracture).
II Pathways
III.Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, cidera pada
jaringan lunak, stress ansietas.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
perifer, kerusakan kulit, kerusakan jaringan, prosedur invasif.
d. Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah
perbaikan, imobilisasi fisik, perubahan sensasi, sirkulasi.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, tidak mengenal informasi.
IV.Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, cidera pada
jaringan lunak, stress ansietas
Tujuan: Klien mengataka nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan tindakan
santai, mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan
tepat,menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai
indikasi untuk situasi individual
Intervensi:
1. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan
atau traksi
R/: Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi
2. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.
R/: Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri.
3. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.
R/: Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler.
4. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)
R/: Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan lokal dan kelelahan
otot.
5. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi
visual, aktivitas dipersional)
R/: Mengalihkan perhatian terhadap nyeri,meningkatkan kontrol terhadap nyerI yang
mungkin berlangsung lama.
6. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.
R/: Menurunkan edema dan mengurangI rasa nyeri.
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/: Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik secara
sentral maupun perifer.