Anda di halaman 1dari 15

NAMA 1. SALSABILA M.

PUTRI
KELOMPOK 2. SUSAN CHANCHIA CHIQUITA
3. THERESIA N. D. LANANG
4. WINNIE DWI M. THALO
KELAS / IIA/1
KELOMPOK
NIM 1. PO530333319834
2. PO530333319837
3. PO530333319838\
4. PO530333319842
TUGAS PARASITOLOGI II
JUDUL JURNAL 1. Identifikasi Protozoa Usus pada Pasien yang Sedang Menjalani
Kemoterapi di RSUP Dr M Djamil, Padang
2. PrevalensiInfeksiProtozoa Usus pada Siswa Sekolah Dasar
Negeri Papanggo 01 Jakarta Utara Tahun 2016
3. Analisa Kadar Protozoa Usus pada Masyarakat Usia 40 – 50
tahun Pekerja Kebun di Desa Negeri Juhar Kabupaten Karo
PENULIS 1. Muhammad Marzain, Eka Nofita , Rima Semiarty
2. Ivan Yoseph Saputra 1 , Monica Puspa Sari 2 , Wani Devita
Gunardi
3. Yunita Purba ,Mahyudi

Ringkasan Jurnal meliputi poin – poin berikut, yaitu :

1. Judul penelitian
2. Tujuan penelitian
3. Metode penelitian
4. Cara mendapatkan data
5. Hasil penelitian
6. Kesimpulan

JURNAL 1
Identifikasi Protozoa Usus pada Pasien yang Sedang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr M
Djamil, Padang

A. Tujuan Penelitian :
Untuk mengidentifikasi protozoa usus pada pasien yang sedang menjalani kemoterapi di
RSUP Dr M Djamil Padang.
B. Metode Penelitian :
Studi deskriptif
C. Cara Mendapatkan Data :
Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr M Djamil dari Juni 2017 hingga Maret 2018.
D. Hasil Pengamatan :
Berdasarkan penelitian tentang pemeriksaan protozoa usus yang telah dilakukan di RSUP
Dr M Djamil dan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Andalas didapatkan
hasil sebagai berikut.
Tabel 1. Angka kejadian infeksi protozoa usus

Tabel 2. Distribusi Infeksi protozoa usus berdasarkan jenis kelamin dan umur
Tabel 3. Distribusi frekuensi protozoa usus berdasarkan spesies protozoa usus

Tabel 4. Distribusi frekuensi infeksi protozoa usus berdasarkan stadium


Tabel 5. Stadium protozoa usus
Tabel 6. Distribusi frekuensi protozoa usus berdasarkan siklus kemoterapi

E. Pembahasan :
Pada penelitian yang telah dilakukan pada pasien kanker yang sedang menjalani
kemoterapi di RSUP Dr M Djamil, Padang yang berjumlah 33 orang, ditemukan protozoa
usus pada 3 sampel (9,1%) dari tinja yang diperiksa. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Kaleiselvam pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan yaitu ditemukan 7,9% pasien ditemukan
protozoa usus pada sampel tinja yang diperiksa. Prevalensi ini jauh lebih rendah
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Neha Ballani et al di India yaitu
ditemukan 38 dari 100 (38%) pasien kanker yang menjalani kemoterapi dan radioterapi
ditemukan protozoa usus pada pemeriksaan tinjanya. Adanya perbedaan dari berbagai
penelitian ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik sampel
yang digunakan, faktor lingkungan dan personal hygiene, stadium kanker, serta kualitas
hidup pasien.11,13 Berdasarkan jenis kelamin, angka kejadian infeksi protozoa usus lebih
tinggi pada perempuan (6,1%) dibanding laki-laki (3%). Kecenderungan terjadinya
infeksi protozoa usus pada seseorang dipengaruhi oleh status gizi, umur, hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan sekitar, keadaan sosial ekonomi, serta adanya komplikasi
dengan infeksi parasite atau bakteri lain. Jadi, infeksi protozoa usus ini tidak dipengaruhi
oleh jenis kelamin. Tingginya infeksi protozoa usus yang terjadi pada perempuan pada
penelitian ini mungkin terjadi karena jumlah responden perempuan lebih banyak dari
pada laki-laki. Dengan semakin banyak sampel, probabilitas untuk ditemukan protozoa
usus pada pemeriksaan tinja akan semakin besar.14,15 Jenis protozoa yang ditemukan
hanya spesies Entamoeba histolytica, yaitu 3 dari 33 (9,1%) sampel yang diperiksa
ditemukan spesies Entamoeba histolytica. Hal ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Uysal et al, yaitu Cryptosporidium merupakan protozoa yang paling
banyak ditemukan yaitu 69,2% dari total sampel yang mengandung protozoa usus.
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Neha Ballani et al di India, ditemukan
Cryptosporidium dan E. histolytica merupakan protozoa usus terbanyak (masing-masing
39,5%) yang ditemukan pada pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi. Adanya
Perbedaan pada penelitian ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti keadaan
geografis, sanitasi lingkungan, kebiasaan (PHBS), sosio-ekonomi yang rendah, umur,
status gizi, serta keadaan imun seseorang.11,16 Pada tiga sampel yang ditemukan
protozoa usus, semuanya berupa single infection. Hasil yang sama juga didapatkan pada
penelitian yang dilakukan Kaleiselvam di RSUP H Adam Malik Medan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Abdel-Magied et al di Mesir didapatkan hasil yang berbeda,
yaitu 49,2% infeksi protozoa usus bersifat multiple infection. Tingginya angka kejadian
multiple infection pada penelitian Abdel-Magied et al ini dikarenakan sampel yang
digunakan adalah pasien yang sedang menjalani terapi kanker dengan diare, sedangkan
penelitian yang dilakukan di RSUP Dr M Djamil ini tidak memandang pasien mengalami
diare atau tidak.12,13 Pada penelitian ini ditemukan E. histolytica stadium trofozoit dan
stadium kista. Stadium trofozoit lebih banyak ditemukan (67%), sedangkan stadium kista
ditemukan 33%. Pada penelitian ini, berdasarkan pemeriksaan makroskopis tinja,
dinyatakan positif adanya trofozoit E. histolytica memiliki konsistensi yang encer dan
berlendir, tetapi tinja yang terdapat kista E. histolytica memiliki konsistensi yang lebih
padat. Hal ini sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa gejala infeksi
(diare) biasanya terjadi pada stadium trofozoit, sedangkan stadium kista bersifat carier
dan biasanya tanpa ada gejala.4 Pada segi umur, stadium trofozoit yang ditemukan pada
penelitian ini ditemukan pada pasien yang berumur lebih dari 40 tahun. Hal ini akan
mengakibatkan gejala yang lebih berat, mengingat seiring dengan meningkatnya usia
kemampuan imunitas akan semakin menurun termasuk respon melawan infeksi. Adanya
penurunan kemampuan imunitas ini, ditambah dengan pemberian kemoterapi hal ini tentu
akan semakin menekan sistem imun. Dengan demikian adanya infeksi protozoa usus
memungkin terjadinya gejala yang lebih berat. 17 Pada penelitian ini infeksi protozoa
usus hanya ditemukan pada pasien yang sedang menjalani kemoterapi siklus ke-2 dan ke-
5. Angka kejadian infeksi lebih tinggi pada pasien yang sedang menjalani kemoterapi
siklus ke-2 (67%) daripada pasien yang sedang menjalani kemoterapi siklus ke-5.
Distribusi yang tidak merata ini bisa disebabkan berbagai faktor, seperti faktor
lingkungan, keadaan umum, nutrisi, dan respon yang berbeda pada tiap pasien. Syarat
seorang pasien untuk mendapatkan kemoterapi, seperti keadaan umum cukup baik,
Hb>10 gram/dl, leukosit > 5000/mm3 , trombosit > 150.000/mm3 memungkinkan daya
tahan tubuh yang kuat untuk melawan infeksi.
F. Kesimpulan :
Protozoa yang ditemukan hanya spesies E. histolytica stadium trofozoit dan kista.
JURNAL II
PrevalensiInfeksiProtozoa Usus pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Papanggo 01
Jakarta Utara Tahun 2016
A. Tujuan Penelitian :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi infeksi Protozoa usus pada
siswa Sekolah Dasar Negeri Papanggo 01, Jakarta Utara.
B. Metode Penelitian :
Analisis data dilakukan secara kuantitatif deskriptif dan crosstab.
C. Cara Mendapatakan data :
Pengambilan data diambil dengan metode cross sectional pada bulan Oktober 2016.
D. Hasil dan Pembahasan :
E. Pembahasan
Pada penelitian yang dilakukan pada bulan Oktober 2016 didapatkan sebanyak 98
sampel. Berdasarkan pemeriksaan mikroskopik feses diketahui prevalensi protozoa
usus adalah 6%, dengan rincian Entamoeba histolytica 3%, infeksi campuran
Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia 1%, dan infeksi Cryptosporidium sp 2%.
Prevalensi infeksi Entamoeba histolytica pada SDN Papanggo 01 Jakarta Utara tahun
2016 adalah 3%. Nilai ini relatif sama dengan beberapa penelitian yang dilakukan
sebelumnya baik di Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Padang. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan di Nigeria, yaitu sebesar 17%. Walaupun terdapat
perbedaan namun perbedaan tersebut hanya sekitar 15%, masih dianggap rendah juga.
Rendahnya prevalensi mungkin disebabkan oleh beberapa faktor misalnya kesadaran
masyarakat akan kebersihan dan kesehatan lingkungan, makanan dan minuman sudah
baik sehingga penularan infeksi protozoa usus pun berkurang. Prevalensi
Cryptosporidium parvum tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan di
RSUD dr Soetomo,Surabaya pada tahun 1998. Hal ini dikarenakan infeksi C.parvum
lebih banyak ditemukan pada pasien – pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah,
seperti anak – anak, lansia dan pasien dengan HIV. Pada penelitian tidak ditemukan
adanya infeksi protozoa usus Balantidiumcoli pada siswa SDN Papanggo 01. Hospes
utama Balantidium coli adalah babi. Kontaminasi sumber air oleh kotoran babi adalah
penyebab utama dari infeksi Balantidium coli. Pada penelitian ini kemungkinan siswa
SDN Papanggo 01 Jakarta Utara tidak berkontak dengan babi, sehingga tidak didapati
infeksi Balantidium coli.
Pada penelitian ini didapatkan persentase infeksi siswa perempuan lebih tinggi
dibandingkan infeksi siswa laki-laki. Pada penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya pada anak panti asuhan di Pondok Gede, Bekasi tahun 2011, anak
sekolah dasar di Western Tajikistan tahun 2011, dan anakanak usia 0-10 tahun di
Isfahan, Iran tahun 2010 didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara infeksi parasit
usus dengan jenis kelamin. Prevalensi siswa yang positif terinfeksi protozoa usus dan
mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum makan adalah 6,4%. Nilai ini relatif
lebih kecil dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Ilam
District, Nepal tahun 2016. Prevalensi positif infeksi protozoa usus pada pekerja
perkebunan teh yang mencuci tangan dengan sabun sebelum makan adalah 12,7%.
F. Kesimpulan :
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi infeksi protozoa usus pada siswa
SDN Papanggo Jakarta utara temasuk sangat rendah yaitu 6%.
JURNAL III

Analisa Kadar Protozoa Usus Pada Masyarakat Usia 40-50 Tahun Pekerja Kebun Di Desa
Negeri Juhar Kabupaten Karo

A. Tujuan Penelitian :
untuk mengetahui kista Protozoa usus pada tinja masyarakat usia 40-50 tahun dengan
pemeriksaan laboratorium metode direct smear menggunakan lugol kista
B. Metode Penelitian :
Jenis penelitian yang dilakukan pada pemeriksaan ini adalah deskriptif crossectional
C. Cara Mendapatkan data :
Analisa data yaitu data yang didapat akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi. Jumlah sampel yang diperiksa sebanyak 40 orang diperiksa dengan
menggunakan lugol kista.
D. Hasil dan Pembahasan Penelitian :
Setelah dilakukan penelitian gambaran umum kista Protozoa usus pada tinja masyarakat
usia 40-50 tahun di Desa Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 40 sampel dengan
menggunakan lugol kista, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Hasil penelitian yang diperoleh dari pemeriksaan kista Protozoa usus yaitu 1 (2,5%)
terinfeksi Endolimax nana, 1 (2,5%) terinfeksi Iodamoeba butchlii semua dalam bentuk
kista. 1 (2,5%) sampel positif Giardia Lambliakelas Mastigophorayang menyebabkan
diare. Jumlah sampel yang positif kista Protozoa sebanyak 3 sampel (7,5%), dan sampel
yang negatif Kista Protozoa usus37 sampel (92,5).
E. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisa kista Protozoa usus kelas Rhizopoda pada tinja masyarakat usia
40 – 50 tahun di Desa Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan Medan sebanyak 40 sampel
dengan menggunakan lugol kista, di temukan 1 orang terinfeksi kista Iodamoeba
butschlii, 1 orang terinfeksi kista Endolimax nana dan 1 orang terinfeksi Protozoa kelas
mastigophora spesies Giardia lamblia. Yang terinfeksi kista Protozoa pada penelitian ini
yaitu laki-laki yang negatif 27,5%, yang laki-laki positif 2,5%, perempuan yang negatif
65%, perempuan positif 5%.

Anda mungkin juga menyukai