Anda di halaman 1dari 14

Pedahuluan

Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan
pangan penduduk di Negara Indonesia. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan
tanaman kedelai adalah tersedianya benih bermutu. Untuk menghasilkan benih bermutu diperlukan
penanganan pasca panen yang tepat, antara lain sistem pengemasan selama penyimpanan. Benih kedelai
cepat mengalami kemunduran di dalam penyimpanan, disebabkan kandungan lemak dan proteinnya
relatif tinggi sehingga perlu ditangani secara serius sebelum disimpan karena kadar air benih akan
meningkat jika suhu dan kelembaban ruang simpan cukup tinggi.

Menurut Kuswanto (2003) pengemasan benih bertujuan untuk memudahkan pengelolaan benih,
memudahkan transportasi benih untuk pemasaran, memudahkan penyimpanan benih dengan kondisi yang
memadai, mempertahankan persentase viabilitas benih, mengurangi deraan (tekanan/pengaruh) alam, dan
mempertahankan kadar air benih. Maka pengemasan harus memperhatikan jenis kemasan yang baik dan
sesuai untuk digunakan. (Jurnal Hanan).

Metode Penyimpanan

1. Metode Vacum Packaging Benih Kacang Kedelai

Teknologi penyimpanan dan pengemasan yang baru seperti sistem pengemasan vakum (vacuum
packaging). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan kadar air dan daya tumbuh
benih yang disimpan pada berbagai kemasan dengan metode pengemasan vakum dan juga untuk
mengetahui perubahan daya kecambah benih kedelai (Glycine max, L) varietas anjasmoro dengan sistem
pengemasan vakum dan mendapatkan informasi bahan kemasan yang sesuai untuk benih kedelai (Glycine
max, L) varietas anjasmoro dengan sistem pengemasan vakum. Di dalam kondisi atmosfir yang vakum,
kadar oksigen sangat minimal. Dalam kondisi tersebut kehidupan hama, mikroorganisme dalam biji-bijian
dapat berhenti sama sekali akibat kekurangan oksigen. Untuk menghindari kerusakan pangan oleh jasad
renik yang anaerob, teknik vakum perlu ditunjang dengan kadar air yang rendah.

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
 Alat-alat : timbangan digital, oven, desikator, cawan petri, termometer, higrometer, sealer, mesin
pengemas vakum, plastik kemasan (polietilen, polipropilen, dan aluminium foil), papan tanam,
dan pinset.
 Bahan : Benih kedelai varietas Anjasmoro yang diperoleh dari Balai Benih Induk Palawija
Bedali-Singosari, Lawang, Malang.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan dua faktor perlakuan.
 Faktor pertama adalah jenis kemasan (K) yaitu: polyetylene (K1), polipropilen (K2), dan
aluminium foil (K3).
 Faktor kedua adalah luas kemasan (A) yaitu: luas kemasan 1 (15x20cm) (A1), luas kemasan 2
(15x25cm) (A2), luas kemasan 3 (15 x 30cm) (A3).
Benih kedelai disiapkan dari lot benih di gudang penyimpanan, lalu diukur kadar airnya. Kemasan
disiapkan sesuai dengan ukurannya pada perlakuan masing-masing jenis kemasan, lalu benih dimasukkan
ke dalamnya sebanyak ± 250 gram (400 butir untuk pengujian daya kecambah dan beberapa butir untuk
pengujian kadar air). Benih yang sudah dikemas kemudian divakum dengan mesin pengemas vakum,
kemudian disimpan pada ruang penyimpanan pada suhu kamar.
Pengamatan benih kedelai sebagai kontrol disimpan pada ruang penyimpanan pada suhu kamar dilakukan
setiap 2 minggu sekali selama 3 bulan. Pengamatan benih kedelai dengan perlakuan pengemasan sistem
vakum dilakukan setiap 1 bulan sekali selama 3 bulan. Pengamatan meliputi massa awal, suhu
penyimpanan, daya tumbuh, dan kadar air awal.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kadar Air
Kadar air awal benih kedelai sebesar 10.64%, dan mengalami kenaikan secara bertahap hingga
15.44% pada minggu ke-12. Hal ini dikarenakan dinding karung goni tidak mampu untuk menahan
penetrasi uap air yang cukup tinggi selama penyimpanan benih kedelai. Pada pengemasan vakum,
kenaikan kadar air terkecil pada benih kedelai yang disimpan pada aluminium foil dengan luas 300 cm2
dan kenaikan kadar air terbesar pada polipropilen dengan luas 375 cm2.

Gambar 1. Hubungan antara kadar air dan waktu penyimpanan

Jenis kemasan yang memiliki kemampuan menahan uap air tinggi adalah aluminium foil yang
ditandai dengan kenaikan kadar air lebih lambat dibandingkan kedua jenis kemasan lainnya. Hal ini
sesuai dengan sifat aluminium foil yang tidak mudah tembus uap air dan gas. Dan untuk jenis kemasan
yang memiliki kemampuan menahan uap air lebih rendah adalah jenis kemasan polipropilen film, dinding
jenis kemasan polipropilen dan polietilen lebih mudah di penetrasi oleh uap air dibandingkan dengan
dinding aluminium foil. Sesuai dengan hasil penelitian Hawa (2008) yang menjelaskan bahwa aluminium
foil merupakan jenis kemasan yang terbaik selama penyimpanan keripik mangga, dan selama
penyimpanan diantara polietilen, polipropilen dan aluminium foil keripik mangga dalam kemasan akan
menyerap uap air dari lingkungan luar, yang ditandai dengan kenaikan massa. Sama halnya pada benih
kedelai, selama penyimpanan terjadi perubahan kadar air yang menyebabkan perubahan berat yang
menunjukkan bahwa benih kedelai juga mengabsorbsi uap air. Kadar air pada jenis kemasan polietilen,
polipropilen dan aluminium foil baik pada luasan 2 maupun 3 juga mengalami perubahan, yaitu
mengalami kenaikan secara terus menerus.

Penyimpanan benih dengan kadar air rendah sampai dengan sedang (<11%) harus disimpan di
dalam bahan pengemas yang tahan uap air atau kedap udara agar benih tersebut tidak mudah rusak dan
mutunya dapat terjaga. Penggunaan bahan pengemas yang resisten terhadap penetrasi uap air seperti
aluminium foil dan kantong plastik (polyethylen) tidak menjamin kadar air konstan, apalagi bila benih
yang disimpan tidak cukup kering.

Berat Benih Kedelai


Pertambahan berat yang terjadi pada kontrol yang disimpan di dalam karung goni mengalami
kenaikan yang cukup besar. Dimana berat awal sebesar 250 gram, kemudian mengalami kenaikan secara
terus-menerus dan minggu ke-12 sebesar 9,44%. Hal ini dikarenakan oleh kenaikan jumlah kandungan
kadar air pada benih kedelai sehingga menyebabkan berat benih kedelai mengalami pertambahan berat
dari berat awal benih kedelai. Sedangkan berat benih kedelai yang disimpan pada ketiga jenis bahan
pengemas (polietilen, polipropilen, dan aluminium foil) dengan menggunakan sistem pengemasan vakum
meskipun beratnya mengalami kenaikan tetapi kenaikan yang terjadi tidak sebesar kenaikan yang terjadi
pada kontrol.

Gambar 2. Hubungan antara pertambahan berat benih kedelai dengan waktu penyimpanan

Pada kemasan polietilen (PE, 375 cm² dan 450 cm²) dan polipropilen (PP, 375 cm²) terjadi
penyusutan berat. Hal ini dikarenakan oleh benih kedelai tidak mengabsorbsi uap air, tetapi mendesorpsi
uap air. Nilai perubahan berat yang terjadi pada benih kedelai varietas Anjasmoro ini didapatkan
berdasarkan pada prosentase dari berat akhir benih kedelai dikurangi berat awal benih kedelai kemudian
dibagi dengan berat awal benih kedelai. Pertambahan berat benih kedelai ini disebabkan oleh pengaruh
jumlah tingkat kandungan kadar air yang semakin lama juga semakin meningkat. Pada Gambar 2 tampak
bahwa semakin lama waktu penyimpanan maka berat benih akan bertambah. Hal ini disebabkan oleh
absorbsi uap air yang terjadi pada benih kedelai. Hawa et. al. (2010) melaporkan bahwa kondisi beras
sosoh dan beras pecah kulit dalam kemasan vakum setelah 30 hari masih sangat baik. Hal ini
menunjukkan bahwa laju respirasi beras dapat dihambat akibat ketersediaan O2 yang terbatas selama
penyimpanan vakum.

Daya Tumbuh
Daya tumbuh benih kedelai mengalami penurunan selama penyimpanan. Daya tumbuh awal sebesar 98%.
Pada perlakuan kontrol yang disimpan di dalam karung goni daya tumbuhnya menurun pada minggu ke-
12 sebesar 88.25%. Benih kedelai yang mampu mempertahankan daya tumbuhnya adalah benih kedelai
yang disimpan pada jenis bahan pengemas aluminium foil. Sedangkan benih kedelai yang disimpan pada
kedua jenis behan pengemas yang lain yaitu polietilen dan polipropilen terjadi penurunan daya tumbuh
tetapi tidak sebesar kontrol.
Gambar 3. Hubungan daya tumbuh dengan waktu penyimpanan

Perubahan tingkat daya tumbuh yang semakin lama semakin menurun disebabkan oleh jenis
kemasan yang digunakan tidak mampu menahan penetrasi uap air, sehingga menyebabkan meningkatnya
jumlah kandungan kadar air dan berat benih kedelai. Daya berkecambah benih diartikan sebagai mekar
dan berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya
untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya tumbuh atau
daya berkecambah benih adalah pengujian akan sejumlah benih, berapa prosentase dari jumlah benih
tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan. Yang dimaksud
dengan kemampuan tumbuh secara normal, yaitu dimana perkecambahan benih tersebut menunjukkan
kemampuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bibit tanaman dan tanaman yang baik dan normal,
pada lingkungan yang telah disediakan yang sesuai bagi kepentingan pertumbuhan dan
perkembangannya. Faktor kadar air awal simpan, bahan pengemas dan lama simpan sangat berpengaruh
terhadap daya tumbuh benih kedelai. Daya tumbuh dari benih yang disimpan dengan kandungan air tinggi
akan cepat sekali mengalami kemunduran. Hal ini dijelaskan mengingat sifat benih yang higroskopis,
benih sangat mudah menyerap air dari udara disekitarnya.
Pengujian daya tumbuh pada ketiga jenis kemasan dapat dilihat bahwa daya tumbuh benih
kedelai yang baik terdapat pada benih kedelai yang disimpan pada jenis kemasan aluminium foil. Hal ini
dikarenakan oleh pengaruh tingkat kadar air dan pertambahan berat benih kedelai pada jenis kemasan ini
tidak terlalu besar dibanding jenis kemasan polietilen dan jenis kemasan polipropilen. Jika daya tumbuh
benih kedelai yang disimpan pada ketiga jenis kemasan (polietilen, polipropilen, dan aluminium foil)
dengan pengemasan sistem vakum dibandingkan dengan benih kedelai sebagai kontrol hasilnya sangat
jauh berbeda, yaitu daya tumbuh benih kedelai sebagai kontrol mengalami penurunan yang lebih cepat.
Hal ini dikarenakan oleh terjadinya absorbsi uap air yang lebih besar sehingga meningkatkan kandungan
kadar air didalam benih dan menyebabkan penurunan daya tumbuhnya menjadi yang sangat cepat.
Daya kecambah benih kedelai varietas Anjasmoro yang dikemas dengan menggunakan
pengemasan sistem vakum bila dibandingkan dengan standar pengujian benih kedelai Laboratorium Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih prosentase daya kecambahnya masih jauh di atas 80% yaitu ± 94.5 –
95.75 % meskipun benih kedelai tersebut telah disimpan selama 3 bulan. Hal ini dipengaruhi oleh sistem
pengemasan yang digunakan yaitu sistem pengemasan vakum. Dan juga prosentase daya kecambah benih
kedelai yang disimpan dengan menggunakan sistem pengemasan vakum juga lebih besar daripada benih
yang disimpan pada kantong plastik yang dikemas tanpa sistem pengemasan vakum. Seperti yang telah
dikemukakan oleh Sudaryono (1990) bahwa daya tumbuh benih kedelai jika disimpan pada jenis
pengemas kantong plastik dengan kadar air awal sebesar 10% setelah 3 bulan daya tumbuhnya 89.5%,
kemudian setelah 6 bulan daya tumbuhnya menjadi 78,0%. Sedangkan penyimpanan benih kedelai yang
dikemas vakum dengan kadar air awal sebesar 10,644% setelah 3 bulan memiliki prosentase daya tumbuh
sebesar 94.5 – 95.75 %, sehingga dapat diprediksikan bahwa daya tumbuhnya setelah 6 bulan lebih tinggi
dari 78% tergantung suhu dan RH ruang penyimpanan.
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada
kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan
kualitas baik. vigor benih. Secara umum benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal
pada keadaan lingkungan yang optimal. Untuk mengetahui suatu benih baik tidaknya untuk ditanam
dilapang kemudian menghasilkan produksi yang tinggi benih tersebut harus diuji daya tumbuh dan
vigornya. Pengertian daya tumbuh dan vigor disini hampir sama. Daya tumbuh merupakan kekuatan
benih untuk dapat tumbuh pada kondisi lapang yang optimal dan vigor adalah kecepatan tumbuh benih
pada kondisi lapang yang optimal juga. Hasil prosentase daya tumbuh dan vigor nilainya juga sama,
hanya saja pada vigor bisa dihitung nilai koefisien perkecambahan dan indeks vigor. Dari nilai-nilai
tersebut bisa diketahui kecepatan tumbuh benih kedelai tersebut. Nilai dari koefisien perkecambahan dan
indeks vigor bisa dilihat pada tabel lampiran. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kecepatan
berkecambah tergantung pada jumlah kandungan kadar air yang terdapat pada benih.

Umur Simpan
Umur simpan benih kedelai merupakan kisaran lamanya waktu benih kedelai dari kondisi benih siap
sampai benih diterima konsumen dan siap untuk ditanam kembali di lapang. Perhitungan umur simpan
berdasarkan pada data dan analisa yang diplotkan terhadap waktu dan daya tumbuhnya maka didapatkan
regresi linearnya. Sehingga diperoleh sembilan persamaan untuk tiga macam bahan pengemas dan dengan
tiga jenis kemasan yang berbeda. Dari hasil perhitungan prediksi umur simpan dari tiga macam kemasan
yang berbeda dan dari tiga luasan yang berbeda. Dimana benih kedelai yang memiliki umur simpan
paling lama adalah 107 minggu yaitu pada jenis kemasan aluminium foil dengan luas 300 cm², dan paling
pendek adalah 70 minggu yaitu pada jenis kemasan polipropilen baik pada luas 375 cm² dan 450 cm².
Perbedaan umur simpan disebabkan oleh faktor jenis kemasan yang berbeda dan pada luas yang berbeda,
sehingga pada jenis kemasan yang kurang mampu menahan penetrasi uap air menyebabkan umur simpan
benih menjadi pendek karena terjadi kenaikan uap air.

2. Metode Penyimpanan benih Kacang Kedelai Pada Silo

Tujuan utama penyimpanan kedelai adalah untuk memastikan ketersediaan benih untuk siklus
tanam berikutnya, untuk menjamin pasokan kedelai mentah secara teratur dan berkelanjutan untuk
industri pengolahan dan untuk menstabilkan harga pasarnya.

Studi penyimpanan kedelai Telah diamati bahwa genotipe kedelai berbeda dalam kapasitasnya
untuk mempertahankan viabilitas dan kekuatan selama penyimpanan.

Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Kualitas Kedelai Selama Penanganan Pascapanen

1) Penuaan Biologis
2) Suhu atau Temperatur
3) Kelembaban
4) Infeksi Mikroba
5) Serangan Serangga
 Penurunan kualitas kedelai akan berdampak pada kerugian kuantitatif dan kualitatif, karena
perpecahan yang dihasilkan lebih rentan terhadap penyerapan air dan kerusakan enzimatis serta
jamur.
 Temperatur berperan dalam mengatur serangga dan jamur. Sedangkan kelembaban menjadi
faktor penting dalam mengatur daya simpan. Semakin tinggi kelembaban dan suhu biji, semakin
pendek waktu penyimpanan yang diperbolehkan.
 Suhu dan kadar air perlu dipantau untuk mengamati penumpukan panas dan kelembaban.
Mendinginkan biji-bijian dengan aerasi dapat menurunkan suhu dan kadar air serta membatasi
perkembangan populasi serangga.

C. Teknik Penyimpanan Kacang Kedelai Pada Silo

 Pengeringan benih kedelai yang mengalir bebas pada tingkat kelembaban rendah dapat
dilanjutkan di silo atau bangunan penyimpanan dengan aerasi dari bawah pada 0,1
m3/menit/mton.
 Sebagian besar silo dibangun dengan sistem aerasi. Sistem aerasi di gedung penyimpanan
(gudang) negara berkembang diterapkan dengan meletakkan beberapa kipas diluar gedung yang
terhubung ke saluran galvanis, yang menyampaikan ambien udara ke bagian bawah massa biji-
bijian yang diangin-anginkan.
 Tidak menganginkan kedelai ketika kelembaban relatif udara setelah penurunan suhu biji lebih
rendah dari udara buangan. Kelembaban di udara hangat dengan kelembapan tinggi dapat terjadi
pengembunan pada biji yang dingin.
Teknik Penyimpanan Kacang Kedelai dengan Pengemasan

 Sistem Penyimpanan Kedelai dapat dikemas dan disimpan dalam kantong untuk pemanfaatan
lebih lanjut. Umumnya digunakan untuk penyimpanan jangka pendek.
 Tas dapat ditumpuk di luar ruangan pada platform beton yang terlindung dari cuaca buruk dan
serangan rayap dan hewan pengerat.
 Kedelai juga dapat ditempatkan pada platform kayu di dalam gudang. Volume spesifiknya, yaitu
ruang yang ditempati oleh satu ton kedelai yang disimpan dalam kantong adalah 2,0 m 3/ton.
 Sistem penyimpanan lain terdiri dari penyimpanan kedelai dalam jumlah besar di dalam gudang
(gudang), atau di tempat sampah (silo) yang terbuat dari beton atau baja bergelombang.
 Desain fasilitas penyimpanan ditentukan oleh kebutuhan aerasi benih dan sudut istirahatnya,
yaitu, sudut minimum di mana tumpukan mempertahankan kemiringannya yang tergambar dalam
tinggi atap kerucut di tempat penyimpanan agar kedelai atau bungkil mengalir dengan lancar.
 Struktur penyimpanan di pertanian dapat berupa lumbung tanah tertutup di zona kering dan
lumbung berventilasi terbuat dari serat tumbuhan dan kayu yang digunakan di zona lembab.
 Silo beton laterized lebih baik daripada silo logam dan dapat digunakan untuk penyimpanan
kacang kedelai di daerah tropis.
 Silo tanpa ventilasi digunakan untuk menyimpan biji-bijian tetapi dibatasi pada zona dengan
kelembaban relatif rendah dan bentuk terlindung dari variasi suhu luar. Kedelai harus benar-benar
bersih, kering dan dirawat dengan insektisida yang tahan lama dengan suhu yang dipantau oleh
termokopel.
 Indikasi pertama pembusukan adalah peningkatan suhu. Ketika suhu di tempat sampah atau di
fasilitas penyimpanan tidak dipantau, pembusukan berlanjut ke tahap akhir pemanasan.
Membalik biji-bijian dengan peralatan bermotor atau dengan tangan adalah cara untuk
memberikan ventilasi pada biji-bijian yang dapat membantu menghilangkan panas yang
terkumpul di area biji-bijian tertentu.

25 genotipe kedelai disimpan selama 8 bulan dalam empat kondisi penyimpanan:

1) Tandan tanaman digantung pada ketinggian 2 m di gudang pedesaan yang berventilasi baik
dan ditaburi malathion (4%) dan captan (3 g/kg benih) untuk menghindari serangan kumbang.
2) Benih ditempatkan dalam kantong kain di gudang berventilasi baik pada kondisi ambien.
3) Benih ditempatkan dalam wadah tertutup (toples) pada kondisi ambien.
4) Benih ditempatkan dalam kantong kain disimpan dalam ruang pada 15 oC dan kelembaban
relatif 60 persen kedelai menunjukkan konservasi terbaik dengan perkecambahan rata-rata 95
persen dan variabilitas rendah antar genotipe.

 Benih yang disimpan dalam kantong kain dan pada tandan tanaman yang disimpan di gudang
pada kondisi ambien menunjukkan nilai perkecambahan yang paling rendah.
 Benih ditumbuk dengan pemukulan tangan, perontokan mesin, atau penginjakan traktor dan
disimpan dalam kondisi penyimpanan ambien dan kemudian diuji persentase perkecambahan,
konduktivitas listrik dan pengaruh penuaan.
 Pemukulan dengan tangan menghasilkan persentase tingkat perkecambahan yang lebih tinggi dan
kerusakan benih yang lebih sedikit dibandingkan dengan dua teknik lainnya pada semua tahap
penyimpanan.

Perubahan Selama Penyimpanan

 Perubahan kimiawi dan biologi selama penyimpanan Benih kedelai merupakan jaringan hidup
dan mengalami perubahan fisikokimia dan biologi yang dapat menyebabkan kerusakan nutrisi
dan fungsional dan akhirnya pada hilangnya nilai komersial.
 Perubahan yang ditemukan selama penanganan pascapanen adalah yang terkait dengan protein
biji, komponen utama kedelai. Perubahan protein yang dapat diekstraksi dari tepung kedelai
yang dihilangkan lemaknya dan kacang utuh selama enam bulan penyimpanan dengan suhu
penyimpanan dan kondisi kelembaban relatif (25oC, 50 persen RH; 25oC, 85 persen RH; 35oC, 50
persen RH; dan 35oC, 85 persen RH)
 Persentase protein yang dapat diekstraksi baik dari makanan yang dihilangkan lemaknya
atau kacang utuh menurun seiring waktu. Tingkat penurunan tergantung pada kondisi
penyimpanan. Semakin tinggi suhu dan semakin tinggi kelembapan, semakin tinggi laju
penurunan kemampuan ekstraksi protein. Kadar air (atau RH) tampaknya memiliki efek yang
lebih kuat daripada suhu penyimpanan. Selain itu, dalam kondisi penyimpanan yang identik,
makanan yang dihilangkan lemaknya menunjukkan penurunan yang lebih cepat dari kemampuan
ekstraksi protein seiring waktu dibandingkan dengan kacang utuh. Ketika ekstraksi setiap
komponen protein diikuti, semua komponen menurun dengan waktu penyimpanan.
 Selain penyimpanan protein, komponen lain pada kedelai juga mengalami perubahan selama
penyimpanan. Ini termasuk peningkatan nitrogen non-protein, asam lemak bebas dan nilai
peroksida, penurunan gula, aktivitas penghambat tripsin, lisin yang tersedia, pigmen dan aktivitas
lipoksigenase dan dekomposisi fosfolipid, peningkatan abu total, berbagai mineral, gula dan
unsur-unsur pereduksi dalam air rendaman kacang-kacangan yang disimpan dilaporkan. Indikator
penting dari perubahan biologis selama penyimpanan kedelai adalah penggelapan warna biji,
penurunan tingkat penyerapan air, peningkatan kebocoran selama perendaman dan peningkatan
nilai asam dari minyak mentah yang diekstraksi serta keasaman biji.
 Selain itu, lemak netral dalam kacang segar telah terhidrolisis menjadi asam lemak bebas
selama penyimpanan. Pengurangan hasil produksi secara keseluruhan dan sifat organoleptik
merupakan fungsi dari waktu penyimpanan dan menjadi parah bila suhu penyimpanan dan
kelembapan relatif sama-sama tinggi. Rupanya, sebagian besar efek dapat dikaitkan dengan
penurunan fungsi protein sebagai hasil penyimpanan.

Pengaruh suhu pengeringan dan penyimpanan benih pertumbuhan bibit kedelai

Pengantar

Memperoleh benih kedelai yang berkualitas selalu menjadi salah satu tantangan utama dalam
sistem produksi (Marcos-Filho, 2013). Oleh karena itu, telah dilakukan pencarian metode yang
efektif untuk mengkarakterisasi kualitas lot benih yang ditentukan dalam proses produksi
tanaman secara terus menerus (Vieira et al., 2013b).

Untuk penyimpanan yang efisien, tidak hanya kualitas awal yang baik yang diperlukan, tetapi
benih harus melalui kondisi pengeringan yang menghindari hilangnya kualitas fisiologis dan
baru kemudian disimpan dalam kondisi yang dianggap ideal, seperti suhu di bawah 20 ° C dan
relatif. kelembaban di bawah 60% Namun demikian, jika dilakukan tanpa kehati-hatian, baik
pengeringan maupun penyimpanan dapat berdampak negatif terhadap kualitas benih, yang
langsung mempengaruhi, misalnya, perkecambahan dan kekuatan benih melalui pengeringan
yang tidak tepat atau, terlebih lagi, memperburuk pengaruh merugikan tersebut sesuai dengan
waktu penyimpanan dan kondisi.
Pengeringan benih kedelai pada suhu 45 dan 55 ° C secara langsung mempengaruhi viabilitas,
perkecambahan, dan vigor benih kedelai, yang selanjutnya berdampak negatif terhadap potensi
penyimpanan bahan. Efek merugikan memperburuk masalah langsung yang disebabkan oleh
pengeringan, terutama di bawah suhu lebih dari 20 ° C dan kelembaban relatif yang tidak
terkontrol, yang mengurangi potensi penyimpanan benih selama sembilan bulan menjadi sekitar
empat bulan (Surki et al., 2012).

Metode

Uji perkecambahan dilakukan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Rules for Seed
Testing (Brasil, 2009). Empat sub-sampel 50-benih untuk setiap perlakuan didistribusikan dalam
gulungan handuk kertas yang dibasahi dengan air suling dengan berat dua setengah kali berat
kertas kering dan disimpanpada suhu 25 ° C dalam perkecambahan Mangelsdorf. Persentase
bibit normal dihitung delapan hari setelah pengujian dilakukan.

Percobaan dilakukan dalam susunan plot split 5 x 5, dengan lima temperatur udara pengering di
dalam plot dan lima periode penyimpanan berbeda di plot split dengan rancangan acak lengkap.
Untuk mengevaluasi efek laten dari suhu pengeringan, data dilakukan analisis regresi polinomial.
Model tersebut dipilih dengan mempertimbangkan besarnya koefisien determinasi (R 2),
signifikansi regresi dengan uji F, dan fenomena yang diteliti menggunakan program Sisvar.

Hasil

Melalui kurva laju reduksi air (WRR) yang diperoleh selama pengeringan benih kedelai, diamati
bahwa sesuai dengan suhu yang lebih tinggi, seperti 60, 70 dan 80 ° C, WRR jelas lebih
ditekankan pada awal proses (Gambar 2). ). Namun, seiring waktu, laju ini menjadi lebih
homogen di antara perlakuan pengeringan karena air yang ada di permukaan produk secara
bertahap digantikan oleh front penguapan yang bergerak ke dalam produk. Selain itu, karena
keterlibatan mekanisme yang lebih kompleks dalam pergerakan air dari dalam ke luar benih,
seperti difusi cairan dan aksi kapiler, kecepatan proses menurun, sehingga menunjukkan
kesamaan WRR di antara perlakuan termal. diterapkan kira-kira 50 menit dari awal pengeringan

Ada penurunan kadar air di semua lot benih yang dievaluasi (Tabel 1), mungkin karena
penurunan nilai kelembaban relatif di udara lingkungan dari waktu ke waktu (Gambar 1) dan
mungkin juga karena komposisi sentesimal dari tanaman tersebut. biji karena mereka aleuro-
oleaginous dan cenderung menahan lebih sedikit air secara internal karena kandungan
minyaknya kurang hidrofilik

Pengaruh suhu pengeringan yang berbeda terhadap kualitas fisiologis benih juga diamati oleh
Ullmann et al. (2015) dalam evaluasi benih sorgum manis, dimana diamati penurunan daya
kecambah sesuai dengan faktor suhu terutama pada suhu diatas 40 ° C; setiap kenaikan derajat
suhu menyebabkan penurunan setengah poin persentase dalam perkecambahan. Selanjutnya
dalam penelitian ini umumnya disebabkan oleh peningkatan laju pembuangan air (WRR) dari
produk yang dipicu oleh peningkatan suhu udara pengering. Peningkatan WRR ini, setelah
membuat perbedaan mencolok antara bagian periferal dan bagian dalam produk,
mempromosikan pembentukan retakan kulit benih dan celah mikro di kotiledon, yang
mempengaruhi kualitas benih. Selain itu, situasi seperti ini dapat meningkatkan kerentanan
material terhadap kerusakan laten, atau bahkan memperburuk kerusakan, sehingga mengurangi
potensi penyimpanan produk dan kualitas fisiologisnya. Efek merusak yang menggambarkan
kerusakan yang disebabkan oleh pengeringan benih kedelai juga diamati.

setelah menemukan bahwa penggunaan suhu pengeringan lebih tinggi dari 40 ° C menyebabkan
kerusakan sel, seperti pancaran sinar dan pencucian zat terlarut, terutama di daerah sumbu
embrio, berbahaya bagi perkembangan bibit dan dengan demikian mengurangi dua sifat
fisiologis utama, perkecambahan dan kekuatan. Selain itu, seperti yang ditemukan olehVieira et
al. (2013a), kualitas awal dari banyak benih kedelai dan kondisi selama penyimpanan
menentukan pemeliharaan potensi fisiologis benih karena benih yang tidak rusak mengalami
pengurangan ketebalan kulit benih yang lebih sedikit ketika disimpan dalam kondisi dingin (10 °
C) atau kondisi yang sudah dipertimbangkan. berbahaya bagi potensi fisiologis kedelai (25 ° C).

Perlu dicatat bahwa analisis pertumbuhan bibit dan uji pelengkap lainnya menyusun indeks
kekuatan untuk evaluasi kualitas benih kedelai dan dari hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan
bahwa efek merusak dari suhu tinggi selama pengeringan lebih ekspresif pada pertumbuhan
tunas dan akar, yang mungkin menunjukkan kepekaan yang lebih besar terhadap
perlakuan.Peningkatan faktor suhu pada benih kedelai, terutama pada suhu di atas 40 ° C,
mengganggu pertumbuhan semai karena peningkatan laju pengeringan menyebabkan kerusakan
jaringan meristematik dan, akibatnya, merusak perkembangan sumbu embrionik (Afrakhteh et
al., 2013). Dalam konteks ini, Costa et al. (1999) menyoroti bahwa semakin panjang hipokotil,
semakin besar kapasitas bibit untuk muncul dan mengatasi resistensi yang mungkin ditimbulkan
oleh kedalaman tanam dan / atau tanah yang mengeras.

Kesimpulan

Kenaikan suhu udara pengering di atas 40 ° C mempengaruhi kinerja pembibitan, dan efek ini
ditekankan selama penyimpanan, terutama pada pertumbuhan akar.Suhu udara 40 ° C dapat
direkomendasikan untuk pengeringan benih kedelai dengan masa penyimpanan selama 180 hari
dalam kondisi penyimpanan yang tidak terkontrol iklimnya.

Daftar pustaka

AFRAKHTEH, S .; FRAHMANDFAR, E .; HAMIDI, A., RAMANDI, HD Evaluasi


karakteristik pertumbuhan dan daya semai pada dua kultivar kedelai yang dikeringkan dengan
temperatur berbeda dan pengering bed fluidized.Jurnal Internasional Pertanian dan Ilmu
Tanaman, v.5, n.21, hlm. 2537-2544, 2013. http://www.ijagcs.com/wp-
content/uploads/2013/09/2537-2544.pdf

BRASIL. Ministério da Agricultura, Pecuária e Abastecimento. Regras para análise de sementes.


Ministério da Agricultura, Pecuária e Abastecimento. Secretaria de DefesaAgropecuária.
Brasilia: MAPA / ACS, 2009. 395p. http: //
www.agricultura.gov.br/arq_editor/file/2946_regras_analise__sementes.pdf

COSTA, JA; PIRES, JLF; THOMAS, AL; ALBERTON, M. Comprimento e índice de expansão
radial do hipocótilo de kultivares de soja. Ciência Rural,v.29, n.4, hal.609-612, 1999.
http://www.scielo.br/pdf/cr/v29n4/a06v29n4.pdf

MARCOS-FILHO, J. Importância melakukan fisiológico da semente de soja potensial.


Informativo ABRATES, v.23, n.1, hal.21-24, 2013. http://www.abrates.org. br / gambar /
Informativo / v23_n1 / 02._Julio_Importancia_Fisiologia.pdf

SURKI, AA; SHARIFZADEH, F .; AFSHARI, RT Pengaruh kondisi pengeringan dan waktu


panen terhadap viabilitas dan kerusakan benih kedelai di bawah suhu penyimpanan yang
berbeda. Jurnal Penelitian Pertanian Afrika, v.7,n.36, hlm. 5118-5127, 2012.
http://www.academicjournals.org/journal/AJAR/ article-full-text-pdf / D9AEAAA35317

ULLMANN, R .; KIRIM ULANG, O .; CHAVES, TH; OLIVEIRA, DEC; COSTA, LM


Qualidade fisiológica das sementes de sorgo sacarino submetidas à secagem em diferentes
condições de ar. Revista Brasileira de Engenharia Agrícola e Ambiental, v.19, n.1, hlm. 64-69,
2015. http: // www. agriambi.com.br/revista/v19n01/v19n01a11.pdf

VIEIRA, RD; PANOBIANCO, M .; MARCOS-FILHO, J. Avaliação melakukan potensi


fisiológico de sementes. Dalam: SEDIYAMA, T. (Ed.). Tecnologias de produção de sementes de
soja. Londrina: ed. Mecenas, 2013b. hal.109-127.
Penyimpanan Kedelai dan Pengaruhnya
terhadap Kualitas Sub Produk Kedelai
1. Pendahuluan
 Selama tahap pasca panen, kedelai mengalami kerugian kualitatif dan kuantitatif karena
beberapa faktor eksternal:
 sifat fisik: suhu dan kelembapan
 bahan kimia: suplai oksigen
 biologis: bakteri, jamur, serangga dan hewan pengerat
 Kedelai terdiri dari 20% lemak dan rentan terhadap kerusakan kualitatif melalui proses
degradasi lemak jika disimpan secara tidak benar dan dapat menyebabkan kerusakan
serius pada industri makanan
 perubahan fisik, kimia dan biokimia dapat terjadi pada kedelai, tergantung pada kondisi
dan waktu penyimpanan. Perubahan kualitatif kedelai selama penyimpanan
berkontribusi pada hilangnya kualitas minyak dan tepung serta turunan lainnya seperti
tahu dan susu kedelai

2. Penyimpanan kedelai
2.1. kualitas kedelai selama penyimpanan
 penyimpanan kedelai bertujuan untuk menjaga karakteristik biji pascapanen, sehingga
dapat memperoleh sub produk dengan kualitas yang memuaskan, serta untuk
mempertahankan vitalitas biji-bijian, kualitas penggilingan serta sifat gizinya.
 faktor utama yang menentukan mutu kedelai adalah:
 kadar air rendah dan  kerusakan oleh panas
seragam  kerusakan akibat serangga
 persentase bahan asing yang dan jamur
rendah  peningkatan nilai kepadatan
 perubahan warna  konsentrasi minyak dan
 kerentanan terhadap protein
kerusakan  viabilitas benih
 Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik tersebut diantaranya:
 kondisi lingkungan saat
pembentukan biji-bijian
pada tanaman
 sistem musim dan panen
 sistem pengeringan
 teknik penyimpanan
 pengangkutan
 karakteristik spesies dan
varietas
2.2. Faktor utama yang mempengaruhi kualitas biji-bijian yang disimpan
 Kadar air
Kadar air dapat dianggap sebagai faktor terpenting pada kualitas biji yang
disimpan. ACASIO (1997) menyarankan agar biji-bijian dengan kadar air lebih
dari 13% w.b. harus dikeringkan untuk mengurangi risiko kerusakan berupa
kehilangan bahan kering akibat respirasi, serangan jamur, produksi panas
spontan dan penurunan persentase perkecambahan.

Anda mungkin juga menyukai