Anda di halaman 1dari 13

Pedoman Praktikum

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
Februari 2021
ACARA I

TANGGAPAN BIBIT KAKAO PADA BERBAGAI


KOMPOSISI MEDIA TANAM

I. TUJUAN

Mengetahui perbandingan tanah dan pupk organik yang menunjang pertumbuhan


bibit yang berkualitas.

II. LATAR BELAKANG


Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan
fisik, kimia, maupun biologis tanahnya terpenuh guna menunjang pertumbuhan
produksi dengan baik. Media tumbuh merupakan salah satu faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan bibit kopi.
Bahan organik berperan besar dalam memperbaiki stuktur tanah, mampu
meningkatkan kemampuan menahan air ( water holiding capacity ),
menyeimbangkan nisbah pori mikro dan makro guna memperbaiki aerasi tanah,
meningkatkan kesuburan kimia tanah, dan meningkatkan aktivitas biologi jasad
mikroorganisme tanah dalam mendekomposisi bahan organik.
Bahan organik dapat berasal dari kotoran cair dan padat dari hewan ( pupuk
kandang ), sisa-sisa tanaman ( pupuk hijau ), sampah atau limbah organik ( kompos
), jasad penambat N udara ( Azolla dan Kompazolla ). Semakin mudah diurai, bahan
organik makin kurang efektif dalam membantu agregasi tanah. Bahan organik yang
lebih sukar diurai memerlukan waktu lama untuk menunjukkan pengaruhnya, namun
efektivitasnya dapat berlangsung lebih lama. Hasil penguraian bahan organik yang
mampu berfungsi sebagai bahan perekat semen adalah polosakarida. Perlunya
penggunaan bahan organik untuk menunjang keberhasilan tanaman budidaya
merupakan langkah bijaksana dalam mensukseskan pertanian berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan.
Pemupukan merupakan salah satu usaha memodifikasi lingkungan yang optimal
bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan berarti menambahkan unsur hara tertentu
dalam tanah, bahan organik merupakan pupuk lengkap karena hamper semua unsur
hara baik makro maupun mikro tersedia dalam jumlah yang cukup, hanya saja
sifatnya adalah lepas lambat ( slow release ). Pupuk lepas lambat merupakan pupuk
yang melepaskan unsur hara dalam satu laju yang kemungkinan dapat menghasilkan
kondisi penyerapan maksimal oleh tanaman dan mengurangi kehilangan unsur hara.
Untuk lebih optimalnya, unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, kapan, dan
beberapa jumlahnya harus diketahui dahulu sebelum dilakukan pemupukan. Pada
tanaman kakao pemupukan biasanya dilakukan dua kali pada permulaan dan akhir
musim hujan. Penentuan takaran pupuk organik yang diberikan perlu diteliti
mengingat kandungan hara yang ada pada pupuk organik sangat bervariasi. Kendala
di lapangan yang ada antara lain : pengangkutan dan tenaga angkut kadang kurang
tersedia, pupuk orga nik dalam jumlah besar relatif sulit tersedia sesuai dengan
kebutuhan waktunya. Selain itu, kematang pupuk organik kadang belum sempurna.
Hal ini dapat menimbulkan masalah baru, misalnya adanya hama dan penyakit yang
terbawa dan proses dekomposisi yang sedang berlangsung dan mengeluarkan panas
dapat menyebabkan tanaman layu dan mati.

III. PERMASALAHAN
1. Pengaruh pupuk organik lebih lambat dibandingkan dengan pupuk buatan dan untuk
skala besar kebutuhan akan pupuk organik masih menjadi kendala.
2. Pengaruh pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit bervariasi tergantung asal
bahan organik dan kandungan unsur haranya.
IV. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan, sebagai berikut :
 Benih kakao
 Tanah
 Pasir
 Pupuk kandang/kompos
 Abo gosok
 Dithane M-45
 Furadan 3 G
 Polibag
2. Alat, sebagai berikut :
 Pisau
 Bak perkecambahan
 Ember kecil
 Kertas label
 Cangkul
 Cethok
 Penggaris
 Dan alat tulis.

V. CARA KERJA
1. Mengecambahkan benih kakaopada bak perkecambahan.
2. Menyiapkan media tanam dari tanah yang dicampur dengan pupuk organik sesuai
perlakuan di bawah ini :
Percobaan I : Pengaruh takaran pupuk kandang sapi.
M0 = tanah tanpa pupuk
M1 = tanah dan pupuk kompos perbandingan 1:1 (v/v)
M2 = tanah dan pupuk kompos perbandingan 2:1 (v/v)

3. Percobaan menggunakan rancangan percobaan yang disusun dalam Rancangan Acak


Lengkap ( Complete Randomized Design ) dengan 5 sampel setiap perlakuannya.
4. Memelihara persemaian sesuai dengan kebutuhan, dan mengamati jumlah benih yang
berkecambah setiap hari selama satu minggu.
5. Hitung gaya berkecambah dan indeks vigornya.
6. Memindahkan benih yang telah berkecambah dari masing-masing perlakuan sebanyak 5
bibit ke dalam polibag yang telah diisi tanah bercampur pupuk kompos sesuai perlakuan.
Mencampur media tanam dengan Furadan 3 G sesuai kebutuhan untuk mencegah
serangan hama.
7. Mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun bibit dimulai pada umur 2
minggu setelah tanam dan diulang setiap minggu selama empat kali pengamatan.
8. Mengukur volume akar pada akhir pengamatan dengan metode water displacement.
9. Mengukur berat segar dan berat kering tanaman setelah dioven.
10. Menganalisis data hasil pengamatan dengan analisis sidik ragam pada @ = 5 %, dan
untuk mengetahui beda antar-perlakuan diuji dengan DMRT pada @ = 5 %.

PUSTAKA

Brady, N.C. 1974. The Nature and Properties of The Soils. 8 th ed.Macmillan Pub. Co. New
York. 639 p.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya
Penerjemahan: Susilo, H. dan Subiyanto. UI-Press. Jakarta.
Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Penerjemahan: Sjamsuddin, E.J.S. Baharsjah, dan A.H. Nasution. UI Press. Jakarta.
Sanchez, A.P., 1976. Properties and Management of Soils in Tropics. Jhon Wiley and
Sons, New York.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan: Lukman, D.R. dan
Sumaryon. IPB. Bandung, 241 h.
Thompson, M.L. and F.R. Troeh. 1978. Soil and Soil Fertility. McGraw-Hill Book Co. Inc.
New York. 451 p.
ACARA II

TANGGAPAN BIBIT KOPI PADA BERBAGAI


KOMPOSISI MEDIA TANAM

VI. TUJUAN

Mengetahui perbandingan tanah dan pupk organik yang menunjang pertumbuhan


bibit yang berkualitas.

VII. LATAR BELAKANG


Tanaman kopi dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan fisik,
kimia, maupun biologis tanahnya terpenuh guna menunjang pertumbuhan produksi
dengan baik. Media tumbuh merupakan salah satu faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan bibit kopi.
Bahan organik berperan besar dalam memperbaiki stuktur tanah, mampu
meningkatkan kemampuan menahan air ( water holiding capacity ),
menyeimbangkan nisbah pori mikro dan makro guna memperbaiki aerasi tanah,
meningkatkan kesuburan kimia tanah, dan meningkatkan aktivitas biologi jasad
mikroorganisme tanah dalam mendekomposisi bahan organik.
Bahan organik dapat berasal dari kotoran cair dan padat dari hewan (pupuk
kandang ), sisa-sisa tanaman ( pupuk hijau ), sampah atau limbah organik (kompos ),
jasad penambat N udara ( Azolla dan Kompazolla ). Semakin mudah diurai, bahan
organik makin kurang efektif dalam membantu agregasi tanah. Bahan organik yang
lebih sukar diurai memerlukan waktu lama untuk menunjukkan pengaruhnya, namun
efektivitasnya dapat berlangsung lebih lama. Hasil penguraian bahan organik yang
mampu berfungsi sebagai bahan perekat semen adalah polosakarida. Perlunya
penggunaan bahan organik untuk menunjang keberhasilan tanaman budidaya
merupakan langkah bijaksana dalam mensukseskan pertanian berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan.
Pemupukan merupakan salah satu usaha memodifikasi lingkungan yang optimal
bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan berarti menambahkan unsur hara tertentu
dalam tanah, bahan organik merupakan pupuk lengkap karena hamper semua unsur
hara baik makro maupun mikro tersedia dalam jumlah yang cukup, hanya saja
sifatnya adalah lepas lambat ( slow release ). Pupuk lepas lambat merupakan pupuk
yang melepaskan unsur hara dalam satu laju yang kemungkinan dapat menghasilkan
kondisi penyerapan maksimal oleh tanaman dan mengurangi kehilangan unsur hara.
Untuk lebih optimalnya, unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, kapan, dan
beberapa jumlahnya harus diketahui dahulu sebelum dilakukan pemupukan. Pada
tanaman kakao pemupukan biasanya dilakukan dua kali pada permulaan dan akhir
musim hujan. Penentuan takaran pupuk organik yang diberikan perlu diteliti
mengingat kandungan hara yang ada pada pupuk organik sangat bervariasi. Kendala
di lapangan yang ada antara lain : pengangkutan dan tenaga angkut kadang kurang
tersedia, pupuk orga nik dalam jumlah besar relatif sulit tersedia sesuai dengan
kebutuhan waktunya. Selain itu, kematang pupuk organik kadang belum sempurna.
Hal ini dapat menimbulkan masalah baru, misalnya adanya hama dan penyakit yang
terbawa dan proses dekomposisi yang sedang berlangsung dan mengeluarkan panas
dapat menyebabkan tanaman layu dan mati.

VIII. PERMASALAHAN
1. Pengaruh pupuk organik lebih lambat dibandingkan dengan pupuk buatan dan
untuk skala besar kebutuhan akan pupuk organik masih menjadi kendala.
2. Pengaruh pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit bervariasi tergantung asal
bahan organik dan kandungan unsur haranya.
IX. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan, sebagai berikut :
 Benih kakao
 Tanah regosol
 Pasir
 Pupuk kandang/KOMPOS
 Dithane M-45
 Furadan 3 G
 Polibag
2. Alat, sebagai berikut :
 Pisau
 Bak perkecambahan
 Ember kecil
 Kertas label
 Cangkul
 Cethok
 Penggaris
 Dan alat tulis.

X. CARA KERJA
1. Mengecambahkan benih kopi pada bak perkecambahan.
2. Menyiapkan media tanam dari tanah yang dicampur dengan pupuk organik sesuai
perlakuan di bawah ini:

M0 = tanah tanpa pupuk


M1 = tanah dan pupuk kompos perbandingan 1:1 (v/v)
M2 = tanah dan pupuk kompos perbandingan 2:1 (v/v)

3. Percobaan menggunakan rancangan percobaan yang disusun dalam Rancangan Acak


Lengkap ( Complete Randomized Design ) dengan 5 sampel setiap perlakuannya.
4. Memelihara persemaian sesuai dengan kebutuhan, dan mengamati jumlah benih yang
berkecambah setiap hari selama satu minggu.
5. Hitung gaya berkecambah dan indeks vigornya.
6. Memindahkan benih yang telah berkecambah dari masing-masing perlakuan sebanyak 5
bibit ke dalam polibag yang telah diisi tanah bercampur pupuk kompos sesuai perlakuan
1:1 ). Mencampur media tanam dengan Furadan 3 G sesuai kebutuhan untuk mencegah
serangan hama.
7. Mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun bibit dimulai pada umur 2
minggu setelah tanam dan diulang setiap minggu selama empat kali pengamatan.
8. Mengukur volume akar pada akhir pengamatan dengan metode water displacement.
9. Mengukur berat segar dan berat kering tanaman setelah dioven.
10. Menganalisis data hasil pengamatan dengan analisis sidik ragam pada @ = 5 %, dan
untuk mengetahui beda antar-perlakuan diuji dengan DMRT pada @ = 5 %.

PUSTAKA

Brady, N.C. 1974. The Nature and Properties of The Soils. 8 th ed.Macmillan Pub. Co. New
York. 639 p.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya
Penerjemahan: Susilo, H. dan Subiyanto. UI-Press. Jakarta.
Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Penerjemahan: Sjamsuddin, E.J.S. Baharsjah, dan A.H. Nasution. UI Press. Jakarta.
Sanchez, A.P., 1976. Properties and Management of Soils in Tropics. Jhon Wiley and
Sons, New York.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan: Lukman, D.R. dan
Sumaryon. IPB. Bandung, 241 h.
Thompson, M.L. and F.R. Troeh. 1978. Soil and Soil Fertility. McGraw-Hill Book Co. Inc.
New York. 451 p.
ACARA III

TANGGAPAN BIBIT TEBU BUD CHIP PADA BERBAGAI


KOMPOSISI MEDIA TANAM

I. TUJUAN

Mengetahui perbandingan tanah dan pupk organik yang menunjang pertumbuhan


bibit yang berkualitas.

II. LATAR BELAKANG


Tanaman tebu dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan fisik,
kimia, maupun biologis tanahnya terpenuh guna menunjang pertumbuhan produksi
dengan baik. Tanah merupakan faktor fisik yang terpenting bagi pertumbuhan tebu.
Tanaman tebu dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah, namun tanah yang baik
untuk pertumbuhan tebu adalah tanah yang dapat menjamin kecukupan air yang
optimal. Media tumbuh merupakan salah satu faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan bibit tebu.
Bahan organik berperan besar dalam memperbaiki stuktur tanah, mampu
meningkatkan kemampuan menahan air ( water holiding capacity ),
menyeimbangkan nisbah pori mikro dan makro guna memperbaiki aerasi tanah,
meningkatkan kesuburan kimia tanah, dan meningkatkan aktivitas biologi jasad
mikroorganisme tanah dalam mendekomposisi bahan organik.
Bahan organik dapat berasal dari kotoran cair dan padat dari hewan (pupuk
kandang ), sisa-sisa tanaman ( pupuk hijau ), sampah atau limbah organik (kompos ),
jasad penambat N udara ( Azolla dan Kompazolla ). Semakin mudah diurai, bahan
organik makin kurang efektif dalam membantu agregasi tanah. Bahan organik yang
lebih sukar diurai memerlukan waktu lama untuk menunjukkan pengaruhnya, namun
efektivitasnya dapat berlangsung lebih lama. Hasil penguraian bahan organik yang
mampu berfungsi sebagai bahan perekat semen adalah polosakarida. Perlunya
penggunaan bahan organik untuk menunjang keberhasilan tanaman budidaya
merupakan langkah bijaksana dalam mensukseskan pertanian berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan.
Pemupukan merupakan salah satu usaha memodifikasi lingkungan yang optimal
bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan berarti menambahkan unsur hara tertentu
dalam tanah, bahan organik merupakan pupuk lengkap karena hamper semua unsur
hara baik makro maupun mikro tersedia dalam jumlah yang cukup, hanya saja
sifatnya adalah lepas lambat ( slow release ). Pupuk lepas lambat merupakan pupuk
yang melepaskan unsur hara dalam satu laju yang kemungkinan dapat menghasilkan
kondisi penyerapan maksimal oleh tanaman dan mengurangi kehilangan unsur hara.
Untuk lebih optimalnya, unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, kapan, dan
beberapa jumlahnya harus diketahui dahulu sebelum dilakukan pemupukan. Pada
tanaman kakao pemupukan biasanya dilakukan dua kali pada permulaan dan akhir
musim hujan. Penentuan takaran pupuk organik yang diberikan perlu diteliti
mengingat kandungan hara yang ada pada pupuk organik sangat bervariasi. Kendala
di lapangan yang ada antara lain : pengangkutan dan tenaga angkut kadang kurang
tersedia, pupuk orga nik dalam jumlah besar relatif sulit tersedia sesuai dengan
kebutuhan waktunya. Selain itu, kematang pupuk organik kadang belum sempurna.
Hal ini dapat menimbulkan masalah baru, misalnya adanya hama dan penyakit yang
terbawa dan proses dekomposisi yang sedang berlangsung dan mengeluarkan panas
dapat menyebabkan tanaman layu dan mati.

III. PERMASALAHAN
3. Pengaruh pupuk organik lebih lambat dibandingkan dengan pupuk buatan dan
untuk skala besar kebutuhan akan pupuk organik masih menjadi kendala.
4. Pengaruh pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit bervariasi tergantung asal
bahan organik dan kandungan unsur haranya.
IV. BAHAN DAN ALAT
3. Bahan, sebagai berikut :
 Benih tebu
 Tanah
 Pasir
 Pupuk kandang/organik
 Dithane M-45
 Furadan 3 G
 Polibag
4. Alat, sebagai berikut :
 Pisau
 Bak perkecambahan
 Ember kecil
 Kertas label
 Cangkul
 Cethok
 Penggaris
 Dan alat tulis.

V. CARA KERJA
1. Mengecambahkan benih tebupada bak perkecambahan.
2. Menyiapkan media tanam dari tanah yang dicampur dengan pupuk organik sesuai
perlakuan di bawah ini:

M0 = tanah tanpa pupuk


M1 = tanah dan pupuk kompos perbandingan 1:1 (v/v)
M2 = tanah dan pupuk kompos perbandingan 2:1 (v/v)

3. Percobaan menggunakan rancangan percobaan yang disusun dalam Rancangan Acak


Lengkap ( Complete Randomized Design ) dengan 5 sampel setiap perlakuannya.
4. Memelihara persemaian sesuai dengan kebutuhan, dan mengamati jumlah benih yang
berkecambah setiap hari selama satu minggu.
5. Memindahkan benih yang telah berkecambah dari masing-masing perlakuan sebanyak 5
bibit ke dalam polibag yang telah diisi tanah bercampur pupuk kompos sesuai perlakuan
1:1 ). Mencampur media tanam dengan Furadan 3 G sesuai kebutuhan untuk mencegah
serangan hama.
6. Mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun bibit dimulai pada umur 2
minggu setelah tanam dan diulang setiap minggu selama empat kali pengamatan.
7. Mengukur volume akar pada akhir pengamatan dengan metode water displacement.
8. Jumlah daun
9. Diameter batang pada akhir percobaan.
10. Mengukur berat segar dan berat kering tanaman setelah dioven.
11. Menganalisis data hasil pengamatan dengan analisis sidik ragam pada @ = 5 %, dan
untuk mengetahui beda antar-perlakuan diuji dengan DMRT pada @ = 5 %.
Daftar Pustaka

Artati, E.K., N.E. Margaraerta, W.H.Vissia. 2010. Konstanta kecepatan reaksi


berbagai fungsi suhu pada hidrolisa sellulosa dari ampas tebu dengan asam
sulfat. Jurnal Ekuilibrium. 9 (2): 1-4
Basuki. 2013. Pengaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) terhadap
karakteristik agronomi tanaman tebu system tanam bagal satu. Jurnal Menara
Perkebunan. 81 (2): 49-55.
Cairani. 2005. Pegaruh pemberian pupuk organic blotong dan pupuk sulfomag plus
terhadap sifat kimia tanah, pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea
mayz L.) pada tanah typic paleudult. Jurnal Penelitian Bidang Pertanian.
3(3): 73-78.
Nasution, K.H., T. Islami, H.T. Sebayang. 2013. Pengaruh dosis pupuk anorganik dan
pengendalian gulma pada pertumbuhan vegetative tanaman tebu (Saccharum
officinarum L.) Varietas PS 881. Jurnal Produksi Tanaman. 1(4): 8-15.
Purwaningsih, E. 2011. Pengaruh pemberian kompos blotong, legin, dan mikoriza
terhadap serapan hara N dan P tanaman kacang tanah. Jurnal Widya Warta. 2
(1): 55-68.
Putri, A.D., Sudiarso dan T. Islami. 2013. Pengaruh komposisi media tanam pada
teknik bud chip tiga varietas tebu (Saccharum officinarum L.). Jurnal Produksi
Tanaman. 1(1): 16-23.
Sime, M. 2013. The effect of different cane portions of sprouting growth and yield of
sugarcane (Saccharum spp. L.)., 3(1): 1-3

Anda mungkin juga menyukai