Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya transisi epidemiologi
penyakit, perubahan struktur demografi, serta otonomi daerah, maka Puskesmas
diharapkan mengembangkan dan meningkatkan mutu layanannya. Untuk meningkatkan
mutu pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat menentukan
diagnosa penyakit secara pasti yaitu pelayanan laboratorium yang bermutu.
Laboratorium merupakan bagian unit kegiatan dari Puskesmas dimana
laboratorium Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas yang
melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari
manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau
faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.
Pemeriksaan kimia klinik di labolatorium merupakan kegiatan pelayanan
kesehatan yang tidak terpisahkan dengan kegiatan kesehatan lainnya untuk menunjang
peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit serta pemulihan
kesehatan perorangan ataupun masyarakat. Sebagai komponen penting dalam
pelayanan kesehatan, hasil pemeriksaan kimia klinik di labolatorium digunakan untuk
penetapan diagnosis, pemberian pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan serta
penentuan prognosis.

I.2 TUJUAN
I.2.1 Tujuan Umum
Tersusunnya pedoman pemeriksaan kimia klinik dapat digunakan sebagai acuan
bagi petugas labolatorium dalam melakukan pemeriksaan kimia klinik yang benar.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan petugas labolatoriuman dalam melakukan pemeriksaan kimia
klinik dalam prosedur pra analitik, analitik dan pasca analitik yang baik.
b. Terwujudnya kesamaan metode pemeriksaan yang digunakan oleh petugas
labolatorium.
c. Menjaga mutu hasil pemeriksaan labolatorium

1
I.3 SASARAN
Petugas Labolatorium

I.4 RUANG LINGKUP


Pedoman pemeriksaan kimia klinik melingkupi semua pemeriksaan kimia klinik yng bias
di lakukan di Labolatorium UPTD Puskesmas Pranggang mulai tahap pra analitik, analitik
dan pasca analitik

2
BAB 2
STANDAR FASILITAS/PERALATAN

Peralatan yang harus di siapkan untuk pemeriksaan kimia klinik anatara lain
2.1. Fotometer
2.2. Mikropipet 100 ul, 10 ul, 25 ul, 250 ul, 1000 ul
2.3. Tabung reaksi
2.4. Rak Tabung Reaksi
2.5. Pipet Volumetrik 5 ml dan 10 ml
2.6. Beaker glass
2.7. Filler
2.8. Yellow Tip
2.9. Blue Tip
2.10. Centrifuge

3
BAB 3
TEKNIK PEMERIKSAAN

3.1. PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH


3.1.1. Definisi
Glukosa adalah karbohidrat dalam bentuk monosakarida. Glukosa dalam darah
jika tidak diperlukaan akan disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen melalui
proses glikogenesis. Jika diperlukan, glikogen ini dapat diubah kembali menjadi
glukosa melalui proses glikogenesis dan dilepaskan dalam darah

3.1.2. Metode dan Prinsip


Metode : Enzimatik colorimetri GOD
Prinsip : Glukosa dioksidasi secara enzimatik menggunakan enzim GOD
( Glukosa Oksidase), membentuk asam glukonik dan H2O2 kemudian bereaksi
dengan fenol dan 4-aminoantipirin dengan enzim peroksidase sebagai katalisator
membentuk quinomine. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan
konsentrasi glukosa dalam spesimen dan diukur secara fotometri pada panjang
gelombang 340 nm

3.1.3. Persiapan dan Penyimpanan Reagen


Pembuatan Working Reagen (Reagen Kerja)
- Pipetkan aquadest dengan pipet volume sejumlah volume yang tertera
pada label di botol R1 (enzyme-buffer), masukkan ke dalam botol
- Masukkan isi vial R1 ke dalam botol yang sudah berisi aquadest tadi.
Campur dan diamkan selama kira-kira 2 menit hingga tercampur merata.
- Working Reagen stabil selama sedikitnya 1 tahun jika tidak
terkontaminasi
Penyimpanan Reagen
- Simpan reagen pada suhu 2 – 8 °C dalam botol plastic yang tertutup
rapat dan terhindar dari cahaya
- Buang reagen jika keruh

3.1.4. Spesimen dan Stabilitas Spesimen


a. Serum atau heparin plasma

4
segera pisahkan dari cell darah untuk menghindari terjadinya glikolisis
- stabil selama 8 jam pada suhu 25 °C
- stabil selama 72 jam pada suhu 2-8 °C
- Plasma dengan antikoagulan NaF stabil selama 24 jam pada suhu ruang

b. CSF (Cerebrospinal Fluid)


spesimen harus segera diproses untuk menghidari hasil rendah palsu.
Simpan pada suhu -20°C
c. Urine
Tampung pada botol berwarna gelap dan simpan pada suhu 2-8°C. Awetkan
urine 24 jam dengan 5 ml asam asetat glacial atau 5 gr sodium benzoat atau
sodium fluoride

3.1.5. Linearitas
Hasil reaksi liniear hingga 500 mg/dl. Jika hasil diatas 500 mg/dl encerkan
spesimen dengan larutan saline (PZ) dan ulangi pemeriksaan lalu kalikan
hasilnya dengan faktor pengenceran.

3.1.6. Persiapan Reagen


Pipet aquabidest menggunakan pipet volume sebanyak volume yang tertera
pada Vial R1 ( enzyme-buffer) ke dalam botol penampung. Tambahkan satu vial
R1 (Chromogen) campur hingga larut dengan sempurna (kira-kira 2 menit).
Kemudian tambahkan 1 vial R2 dan campur rata. Simpan pada botol plastik yang
terlindung dari cahaya. Hindari kontaminasi

3.1.7. Manual Prosedur


Blanko reagen Standar Specimen
Reagent 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Aquabides 10 µl
Standart 10 µl
Spesimen 10 µl
Campur dan inkubasi selama 10 menit pada suhu 37°C atau 20 menit pada
suhu ruang. Baca absorbance terhadar blanko reagen pada panjang
gelombang 500 nm (460-560) . Warna hasil reaksi stabil selama 15-20
menit pada suhu 37°C

3.1.8. Nilai Normal


Glukosa darah Puasa : 70-110 mg/dl
Glukosa darah sesaat : < 200 mg /dl

5
Glukosa darah 2 jam pp : < 200 mg/dl

3.2. PEMERIKSAAN KADAR KHOLESTEROL


3.2.1. Definisi
Kholesterol adalah metabolit yang mengandung lemak strol yang ditemukan
pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah

3.2.2. Metode dan Prinsip


Metode : Enzimatik kolorimetri CHOD- PAP
Prinsip : Kholesterol ester diurai menjadi kholestrol dan asam lemak
menggunakan enzim kholesterol esterase. Kholesterol yang terbentuk kemudian
diubah menjadi kholesterol 3- one dan hidrogen peroksida oleh enzim kholesterol
oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk beserta fenol dan 4-aminoantipirin
oleh peroksidase diubah menjadi zat yang berwarna merah

3.2.3. Persiapan dan Penyimpanan Reagen


Pembuatan Working Reagen (Reagen Kerja)
- Masukkan isi vial R2 ( enzyme) ke dalam vial R1 (Buffer). Campur dan
diamkan selama kira-kira 2 menit hingga tercampur merata.
- Working Reagen stabil selama 2 tahun jika tidak terkontaminasi
Penyimpanan Reagen
- Simpan reagen pada suhu 2 – 8 °C dalam wadah tertutup rapat dan terhindar
dari cahaya
- Buang reagen jika keruh

3.2.4. Spesimen dan Stabilitas Spesimen


Spesimen yang digunakan dalam pemeriksaan adalah serum atau plasma
(Heparin/EDTA).
Kholesterol dalam spesimen selama :
- 5 – 7 hari pada suhu 2-8 °C
- bulan pada suhu -20° C
- hindari pencairan dan pembekuan spesimen secara berulang-ulang

3.2.5. Linearitas
Hasil reaksi liniear hingga 500 mg/dl. Jika hasil diatas 500 mg/dl encerkan
spesimen dengan larutan saline (PZ) dan ulangi pemeriksaan lalu kalikan
hasilnya dengan faktor pengenceran.

6
3.2.6. Manual Prosedur
1. Biarkan reagen dan spesimen mencapai suhu ruangan.
2. Pipetkan ke dalam tabung
Blanko Standart Spesimen
Reagen
Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Aquadest 10 µl
Standart 10 µl
Spesimen 10 ul
Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37°C atau 10 menit pada
suhu ruang. Baca absorbance terhadap blanko reagen pada panjang
gelombang 500 nm (480-520 nm ). Warna hasil reaksi stabil stabil selama 1
jam

3.2.7. Nilai Normal


Kurang dari 200 mg/dl

3.3. PEMERIKSAAN TRIGLISERIDA


3.3.1. Definisi
Trigliserida adalah bentuk utama lemak yang disimpan oleh tubuh. Trigliserida
terdiri dari 3 molekul asam lemak yang dikombinasikan dengan molekul dari
gliserol alkohol. Trigliserida sebagian besar berasal dari makanan yang kita
makan

3.3.2. Metode dan Prinsip Pemeriksaan


Metode : Enzymatik kolorimetri GPO
Prinsip : Trigliserida dihidrolisis oleh enzyme lipase menjadi asam lemak dan
lipase. Gliserol yang dibentuk dikonversi menjadi Gliserol-3-phosphat oleh enzim
gliserol kinase. Gliserol 3 Phosphat ini kemudian diubah menjadi dihidroksiaseton
dan hidrogen peroksida oleh enzim GPO. Hidrogen peroksida yang terbentuk
bersama dengan 4-klorofenol oleh enzim peroksidase diubah menjadi 4-(p
benzoquinon-monoimino ) –fenazone yang berwarna merah.

3.3.3. Persiapan dan Penyimpanan Reagen

7
Pembuatan Working Reagen (Reagen Kerja)
- Masukkan isi vial R2 ( enzyme) ke dalam vial R1 (Buffer). Campur dan
diamkan selama kira-kira 2 menit hingga tercampur merata.
- Working Reagen stabil selama 1 tahun jika tidak terkontaminasi
Penyimpanan Reagen
- Simpan reagen pda suhu 2 – 8 °C dalam wadah tertutup rapat dan terhindar
dari cahaya
- Buang reagen jika keruh

3.3.4. Spesimen dan Stabilitas Spesimen


Spesimen yang digunakan dalam pemeriksaan aalah serum atau plasma EDTA
Trigliserida Stabil dalam spesimen selama :
- 5-7 hari pada suhu 2-8 °C
- 3 bulan pada suhu -20° C
- hindari pencairan dan pembekuan spesimen secara berulang-ulang

3.3.5. Linearitas
Hasil pemeriksaan linear hingga 700 mg / dl. Hasil diatas 700 mg/dl encerkan
specimen dengan larutan PZ lalu ulangi pemeriksaan dan kalikan hasilnya
dengan factor pengenceran

3.3.6. Manual Prosedur


Blanko Standart Spesimen
Reagent 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Aquabidest 10 µl
Standart 10 µl
Spesimen 10 µl
Campur dan ikubasi selama 5 menit pada suhu 37°C atau 10 menit pada
suhu 20-25 °C. Ukur absorbance pada panjang gelombang 500 nm (480 –
520). Hasil reaksi stabil dalam waktu 1 jam

3.3.7. Nilai Normal


Pria : 40 – 160 mg/dl
Wanita : 35 – 135 mg/dl

3.3.8. Implikasi Klinik


- Trigliserida meningkat dapat terjadi pada pasien yang mengidap sirosis
alkoholik, alkoholisme, anoreksia nervosa, sirrosis billier, obstruksi billier,

8
hiperkalsemia, idiopatik, hiperlipopreteinemia, penyakit penimbun glikogen,
penyakit iskemia hati, hipotiroidisme, kehamilan, porfiria akut yang sering
kambuh, sindrom sesak nafas, talasemia mayor, hepatitis viral dan sindrom
werner’s

3.4. PEMERIKSAAN KADAR HDL CHOLESTEROL


3.4.1. Definisi
HDL merupakan lipoprotein yang ukurannya paling kecil . HDCL memiliki
proporsi protein paling tinggi dibanding lipoprotein lainnya yaitu > 50 % protein.
Protein utama yaitu APO A1 dan APO AII, disertai protein lain yang jumlahnya
lebih kecil APO C ( CI, CII dan CIII) E,AIV dan D. Komponen lipid yang banyak
adalah fosfolipid dengan sedikit kolesterol ester dan trigliserid.

3.4.2. Metode dan Prinsip


Metode : Enzimatik kolorimetri
Prinsip : Dengan pemberian phospotungistic acid dan ion magnesium ke dalam
sampel maka kilomikron, VLDL dan LDL mengendap ( presipitasi). Serum + HDL
separating reagent sentrifuse HDL fraksi ( supernatan) +
kilomikron,VLDL,LDL fraksi ( presipitasi). Setelah disentrifuse dalam supernatan
hanya terdapat HDL yang kadar nya dapat ditentukan dengan metode
kolorimetrik enzimatik seperti tes kolesterol total

3.4.3. Persiapan dan Penyimpanan Reagen


Pembuatan Working Reagen (Reagen Kerja)
- Reagen siap digunakan.
- Reagen stabil hingga batas Expirated Date jika tidak terkontaminasi
Penyimpanan Reagen
- Simpan reagen pada suhu 2 – 8 °C dalam wadah yang tertutup rapat dan
terhindar dari cahaya
- Buang reagen jika keruh

3.4.4. Spesimen dan Stabiitas Spesimen


Spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan HDL-Cholesterol adalam Serum,
plasma EDTA yang diambil setelah pasien puasa selama 12-14 jam

9
HDL – Cholesterol dalam spesimen stabil selama
- 1-3 hari pada suhu 2-8 °C
- 1 bulan pada suhu -20 °C

3.4.5. Limitasi
- Spesimen yang hemolisis dan ikterik jangan digunakan karena
menyebabkan peningkatan konsentrasi HDL palsu
- Asam ascobic menghambat penentuan enzimatik dari cholesterol
- Terdapat hubungan antara HDL-kolesterol dan penyakit arteri koroner
- Peningkatan HDL dapat terjadi pada alkoholisme, sirosis billier primer,
tercemar racun industri atau poliklorin hidrokarbon. Peningkatan kadar HDL
juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan klofibrat, estrogen, asam
nikotinat, kontrasepsi oral dan fenitoin

3.4.6. Linearitas
Hasil pemeriksaan linear hingga 200 mg/dl. Jika hasil diatas 200 mg/dl encerkan
supernatan dengan larutan PZ kemudian ulangi pemeriksaan dan kalikan
hasilnya dengan faktor pengenceran

3.4.7. Manual Prosedur


Pipetkan Ke dalam tabung Metode Makro Metode Mikro
Spesimen 1000 µl 500 µl
Presipitant 100 µl 50 µl
Campur dan biarkan selama 10 menit pada suhu ruang. Centrifuge selama 15
menit pada 3500-4000 rpm
Pipetkan ke dalam tabung Blanko Standart Spesimen

Reagent Biolabo Total 1000 µl 1000 µl 1000 µl


Cholesterol CHOD-PAP
Aquabidest 25 µl
Standart 25 µl
Supernatant 25 µl
Campur dan biarkan selama 5 menit pada suhu 37°C atau 10 menit pada suhu
ruang. Baca hasil reaksinya dengan fotometer pada panjang gelombang 500
nm ( 480 – 520 nm) terhadap blanko reagent. Warna dari hasil reaksi stabil
selama 1 jam.

3.4.8. Nilai Normal


30 – 70 mg /dl

10
3.4.9. Implikasi Klinik
- Terdapat hubungan antara HDL- Cholesterol dan penyakit arteri koroner
- Peningkatan HDL dapat terjadi pada alkoholisme, sirosis billier primer,
tercemar racun industri atau poliklorin hidrokarbon. Peningkatan kadal HDL
juga adapat terjadi pada pasien yang menggunakan klofibrat, estrogen,
asam nikotinat, kontrasepsi oral dan fenitoin
- Penurunan hDL dapat terjadi pada kasus fibrosis sistik, sirosis hati, DM,
Sindrom nefrotik, malaria dan beberapa infeksi akut. Penurunan HDL juga
dapat terjadi pada pasien yang menggunakan probucol hidrloritiazid,
progestin dan infus nutrisi parenteral

3.5. PEMERIKSAAN LDL KHOLESTEROL


3.5.1. Definisi
LDL kholesterol adalah B kholesterol
3.5.2. Metode
Metode Direct

3.5.3. Persiapan dan Penyimpanan Reagen


Pembuatan Working Reagen (Reagen Kerja)
- Reagen siap digunakan.
- Reagen yang sudah dibuka stabil selama 3 bulan jika tidak terkontaminasi
Penyimpanan Reagen
- Simpan reagen pada suhu 2 – 8 °C dalam wadah yang tertutup rapat dan
terhindar dari cahaya
- Buang reagen jika keruh

3.5.4. Spesimen dan Stabilitas Spesimen


- Spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan LDL Kholesterol adalah serum
atau plasma EDTA yang diambil setelah pasien puasa selama 12 – 14 jam.
- Plasma oxalat, heparin fluoride dan citrat tidak dapat digunakan untuk
pemeriksaan
- LDL kholesterol stabil dalam plasma selama :
 1- 3 hari pada suhu 2-8 ºC
 1 bulan pada suhu -20 ºC
3.5.5. Linieraitas

11
Hasil reaksi linear dari 1 – 900 mg/dl. Jika hasilnya diatas 900 mg/dl encerkan
spesimen dengan larutan saline dengan perbandingan 1 : 1 lalu ukangi
pemeriksaan dan kalikan hasilnya dengan 2 ( faktor pengenceran)

3.5.6. Manual Prosedur


Biarkan reagen dan specimen mencapai suhu ruangan
Blanko Kalibrator spesimen

Reagen R1 300 µl 300 µl 300 µl


Calibrator 3 µl
Spesimen 3 µl
Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37 ºC
Reagen R2 100 µl 100 µl 100 µl
Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37 ºC
Baca absorbance dengan fotometer pada panjang gelombang 546 nm

3.5.7. Nilai Normal


- Nilai normal : ˂ 130 mg/dl
- Nilai Batas : 130 – 159 mg/dl
- Resiko Tinggi : ≥ 160 mg/dl

3.5.8. Implikasi Klinik


- Nilai LDL Kholesterol tingi dapat terjadi pada penyakit pembuluh darah
koroner tau hiperlipidemia bawaan. Peninggian kadar dapat terjadi pada
sampel yang diambil segera.
- Hal serupa terjadi pula pada hiperlipoproteinemia tipe Ha dan Hb, DM,
hipotiroidisme, sakit kuning yang parah, sindrom nefrotik, hiperlipidemia
bawaan dan idiopatik serta penggunaan kontrasepsi oral yang megandung
esterogen
- Penurunan LDL dapa terjadi pada pasien dengan hipoproteinemia atau alfa-
beta-lipoproteinemia

3.6. PEMERIKSAAN UREUM/BUN

12
3.6.1. Definisi : Ureum darah adalah produk sisa metabolism protein dalam tubuh yang
diekskresikan oleh hati ke dalam darah atau ginja Bersama dengan urine

3.6.2. Metode dan Prinsip


Metode Enzimatic kolorimetri berdasarkan aksi spesifik dari urease yang
menghidrolisis urea dalam ion ammonium dan carbon dioxide. Ion ammonium
bersama dengan clorida dan salisilat kemudian membentuk komplek berwarna
blue-green. Warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi urea dalam
specimen yang diukur pada panjang gelombang 600 nm

3.6.3. Persiapan dan Penyimpanan Reagen


Pembuatan Working Reagen (Reagen Kerja)
- Working Reagen : masukkan isi vial R2 (urease) ke dalam vial R1 (salisilat).
Campur dengan cara membolak-balik kan tabung.
Working Reagen stabil selama 1 bulan pada suhu 2-8 c
- Alkaline (Vial R3)
Prosedur 1 dan 2 (manual) : encerkan (1+3) dengan aquabidest (stabil
selama 3 bulan pada suhu 2-8 C
Prosedur 3 (manual atau otomatic): reagen siap digunakan

3.6.4. Spesimen dan Penyimpanan Spesimen


a. Non Hemolisis serum atau plasma heparin
Urea stabil dalam serum atau plasma selama :
- 24 jam pada suhu ruangan
- Beberapa hari pada suhu 2-8 C
- 2-3 bulan jika dibekukan
b. Urine 24 jam : encerkan dengan aquabidest dengan perbandingan 1:19
Urea dalam Urine 24 jam selama 4 hari pada suhu 2-8 C

3.6.5. Manual Prosedur


Prosedur 1 :
Biarkan reagen dan specimen mencapai suhu ruangan
Blanko Standart Spesimen
Working Reagen (R1+R2) 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Aquabidest 5 µl
Standart 5 µl
Spesimen 5 µl
Campur dan inkubasi selama 4 menit pda suhu ruang
Base (vial R3) diluted ¼ 1000 µl 1000 µl 1000 µl

13
Campur dan biarkan selama 8 menit pada suhu ruang atau selama 5 menit
pada suhu 37C. Baca absorbace terhadap blanko pada panjang gelombang
578 nm (590-610 nm). Warna hasil reaksi stabil selama 2 jam
Prosedur 2
Blanko Standart Spesimen
Working Reagen (R1+R2) 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Aquabidest 10 µl
Standart 10 µl
Spesimen 10 µl
Campur dan inkubasi selama 4 menit pda suhu ruang
Base (vial R3) diluted ¼ 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Campur dan biarkan selama 8 menit pada suhu ruang atau selama 5 menit
pada suhu 37C. Baca absorbace terhadap blanko pada panjang gelombang
578 nm (590-610 nm). Warna hasil reaksi stabil selama 2 jam
Prosedur 3
Blanko Standart Spesimen
Working Reagen (R1+R2) 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Aquabidest 5 µl
Standart 5 µl
Spesimen 5 µl
Campur dan inkubasi selama 4 menit pda suhu ruang
Base (vial R3) PUR 250 µl 250 µl 250 µl
Campur dan biarkan selama 8 menit pada suhu ruang atau selama 5 menit
pada suhu 37C. Baca absorbace terhadap blanko pada panjang gelombang
578 nm (590-610 nm). Warna hasil reaksi stabil selama 2 jam

3.6.6. Nilai Normal


Dalam serum atau plasma
- 18-60 tahun : 13-43 mg/dl
- 60-90 tahun : 17- 49 mg/dl
- >90 tahun : 21-66 mg/dl
Dalam urine 26-43 g/24 jam
Untuk menghitung Blood Urea Nitrogen (BUN) kalikan hasil pemeriksaan urea dengan
0,467

3.7. PEMERIKSAAN UREUM/BUN METODE KINETIK UV


3.7.1. Definisi : Ureum darah adalah produk sisa metabolism protein dalam tubuh yang
diekskresikan oleh hati ke dalam darah atau ginja Bersama dengan urine

14
3.7.2. Metode dan Prinsip
metode enzimatik berdasarkan reaksi talke dan schubert, disederhanakan oleh
tiffany dan al, yang menunjukkan bahwa konsentrasi urea sebanding dengan
perubahan absorbansi pada 340 nm selama interval waktu tetap.
Skema Reaksi

Urea + H2O 2NH3 + CO2


NH3 + Oxoglutarate + NADH + H + Glutamate + NAD+ + H2O

3.7.3. Persiapan dan Penyimpanan Reagen


Pembuatan Working Reagen (Reagen Kerja)
- Working Reagen : masukkan isi vial R2 (enzyme/koenzime) ke dalam vial
R1 (buffer). Campur dan tunggu hingga larut sempurna (kira-kira 2 menit).
Working Reagen stabil selama 1 bulan pada suhu 2-8 c

3.7.4. Spesimen dan Penyimpanan Spesimen


a. Non Hemolisis serum atau plasma heparin
Urea stabil dalam serum atau plasma selama :
- 24 jam pada suhu ruangan
- Beberapa hari pada suhu 2-8 C
- 2-3 bulan jika dibekukan
b. Urine 24 jam : encerkan dengan aquabidest dengan perbandingan 1:19
Urea dalam Urine 24 jam selama 4 hari pada suhu 2-8 C

3.7.5. Manual Prosedur


Prosedur 1 :
Biarkan reagen dan specimen mencapai suhu ruangan
Blanko Standart Spesimen
Working Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Standart 10 µl
Spesimen 10 µl
Campur dan jalankan stop watch
Setelah 30 detik baca pada fotometer pada Panjang gelombang 340 nm

3.7.6. Nilai Normal


Dalam serum atau plasma

15
- 18-60 tahun : 13-43 mg/dl
- 60-90 tahun : 17- 49 mg/dl
- >90 tahun : 21-66 mg/dl
Dalam urine 26-43 g/24 jam
Untuk menghitung Blood Urea Nitrogen (BUN) kalikan hasil pemeriksaan urea dengan
0,467

3.8. PEMERIKSAAN CREATININ


3.8.1. Definisi
Kreatinin adalah produk antara hasil peruraian kreatinin otot dan fosfokreatinin
yang diekskresikan melalui ginjal. Produksi kreatinin konstan selama masa otot
konstan. Kreatinin dihasilkan selama kontraksi otot skeletal melalui pemecahan
kreatinin fosfat. Kreatinin diekskresi oleh ginjal dan konsentarisnya dalam darah
sebagai indikator fungsi ginjal. Pada kondisi ginjal normal, kreatinin dalam darah
ada dalam jumlah konstan. Nilainya akan meningkat pada penurunan fungsi
ginjal. Tes kreatinin berguna untuk mendiagnosa fungsi ginjal karena nilainya
mendekati Glomerular Filtration Rate (GFR)
Serum kreatinin berasal dari massa otot, tidak dipengaruhi oleh diet atau aktifitas
dan diekskresi seluruhnya melalui glomerulus

3.8.2. Metode dan prinsip


Metode jaffe
Reaksi kolometri kreatinin dengan alkaline pikrat di ukur secara kinetik pada
panjang gelombang 490 nm (490-510)

3.8.3. Persiapan dan Penyimpanan Reagen


Pembuatan Working Reagen (Reagen Kerja)
- Campur R1 dan R1 dengan perbandingan 1 : 1 campu rata.
- Working Reagen stabil selama 30 hari pada suhu 2 – 8 °C jika tidak
terkontaminasi
- Untuk spesimen yang ikterik gunakan reagen 1 dan 2 secara terpisah tanpa
dicampur terlebih dahulu

Penyimpanan Reagen
- Simpan reagen pada suhu 2 – 8 °C dalam wadah yang tertutup rapat dan
terhindar dari cahaya
- Buang reagen jika keruh

16
3.8.4. Spesimen
Serum atau heparin plasma
Urine : encerkan dengan aquabidest 1+19 sebelum diperiksa. Kalikan hasilnya
dengan factor pengenceran 20
Kreatinin stabil dalm specimen selama 24 jam pada suhu 2-8 C

3.8.5. Linearitas
Hasil pemeriksaan linear hingga 15 mg/dl. Di atas itu encerkan specimen dengan
larutan saline ( PZ) da ulangi pemeriksaan. Kalikan hasilnya dengan factor
pengenceran

3.8.6. Manual Prosedur


Biarkan reagen dan specimen mencapai suhu ruangan
Prosedur 1
Blanko Standart spesimen
(Opsional)
Working Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Aquabidest 100 µl
Standart 100 µl
Spesimen 100 µl
Campur dan baca absorbance terhadap blanko reagen atau
aquabidest setelah 30 detik pada panjang gelombang 490 nm (490-
510)

Prosedur 2 ( Untuk specimen yang ikterik)


Blanko Standart Sampel
( Opsional )
Reagen 1 500 µl 500 µl 500 µl
Aquabidest 100 µl
Standart 100 µl
Spesimen 100 µl
Inkubasi selama 5 menit, kemudian tambahkan :
Reagen 2 500 µl 500 µl 500 µl
Campur dan baca absorbance terhadap blanko reagen atau
aquabidest setelah 30 detik pada panjang gelombang 490 nm (490-
510)

3.8.7. Nilai Normal :0,6 – 1,3 mg/dl

17
3.9. PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT
3.9.1. Definisi
Asam urat merupakan produk metabolisme purin. Asam urat beredar dalam
sirkulasi darah, difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan diekskresikan keluar tubuh
bersama dengan urine. Kadar asam urat darah dipengaruhi oleh asupan
makanan mengandung asam amino purin seperti kacang dan jeroan.
Peningkatan kadar asam urat dikaitkan dengan penyakit gout ( arthritis urica) dan
resiko terbentuknya batu ginjal/saluran kemih

3.9.2. Metode dan Prinsip


Metode : Enzimatik kolorimetri Urikase
Prinsip : Asam urat dioksidasi oleh uricase menjadi allantoin dan hidrogen
peroksida.H2O2 yang terbentuk akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin dengan
dikatalis oleh enzim peroksidase menghasilkan senyawa yang berwarna merah.
Intensitas warna ini dikur secara fotometri pada panjang gelombang 520-560 nmi

3.9.3. Persiapan dan Penyimpanan Reagen


Pembuatan Working Reagen (Reagen Kerja)
- Masukkan isi vial R2 ( enzyme) ke dalam vial R1 (Buffer). Campur dan
diamkan selama kira-kira 2 menit hingga tercampur merata.
- Working Reagen stabil selama 1 bulan jika tidak terkontaminasi
Penyimpanan Reagen
- Simpan reagen pda suhu 2 – 8 °C dalam wadah tertutup rapat dan terhindar
dari cahaya
- Buang reagen jika keruh

3.9.4. Spesimen dan Stabilitas Spesimen


Spesimen yang digunakan dalam pemeriksaan adalah serum atau plasma
(Heparin/EDTA). Dan urine
Untuk specimen urine encerkan dengan aquadest dengan perbandingan 1 : 9
sebelum diperiksa dan kalikan hasilnya dengan factor pengenceran
Asam Urat Stabil dalam spesimen selama :
- 3 hari pada suhu ruang
- 1 minggu pada suhu 2-8 °C
- 6 bulan pada suhu -20° C
- hindari pencairan dan pembekuan spesimen secara berulang-ulang

3.9.5. Lineritas

18
Hasil pemeriksaan linear hingga 20 mg / dl. Hasil diatas 20 mg/dl encerkan
specimen dengan larutan PZ lalu ulangi pemeriksaan dan kalikan hasilnya
dengan factor pengenceran

3.9.6. Manual Prosedur


Blanko Standart Spesimen
Working Reagent 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Spesimen 25 µl
Standart 25 µl
Aquabidest 25 µl
Campur , biarkan selama 5 menit pada suhu 25°C. Ukur absorbansi pada
panjang gelombang 520 nm ( 490 – 530) terhadap blanko reagen. Warna
stabil selama 30 menit

3.9.7. Nilai Normal


Wanita : 3,6 – 8,5 mg/dl
Pria : 2,3 – 6,6 mg/dl

3.9.8. Implikasi Klinik


- Hiperurisemia dapat terjadi pada leukimia, limfoma, syok, kemoterapi,
metabolit asidosis dan kegagalan fungsi ginjal yang signifikan akibat
penurunan ekskresi atau peningkatan produksi asam urat
- Nilai asam urat di bawah nilai normal tidak bermakna secara klinik

.
3.10. PEMERIKSAAN KADAR AST ( Aspartat Amino Transferase)
3.10.1. Definisi
AST adalah enzim yang memiliki aktivitas metabolisme yang tinggi , ditemukan
di jantung, hati, otot rangka, ginjal otak, limfa, pankreas dan paru-paru. Penyakit

19
yang menyebabkan perubahan , kerusakan atau kematian sel pada jaringan
tersebut akan mengakibatkan terlepasnya enzim ini ke sirkulasi.

3.10.2. Metode dan Prinsip


Metode Kinetik ( IFCC)
Prinsip Reaksi AST
L-aspartat + 2-Oxoglutarate Oxaloacetat + L- Glutamat

Oxaloacetat + NADH + H+ L- Malate + NAD+

Penurunan di dalam absorbancd dikarnakan perubahan NADH menjadi NAD +


dan sebanding dengan aktivitas AST dalam spesimen yang diukur pada
panjang gelombang 340 nm

3.10.3. Spesimen dan Stabilitas Spesimen


- Spesimen yang digunakan adalah serum atau plasma yang tidak hemolisis
- Plasma heparin tidak bisa digunakan
- AST stabil dalam serum atau plasma selama :
 24 jam pada suhu ruang
 28 hari pada suhu 2-8ºC
 Sedikitnya 1 tahun pada suhu -20ºC

3.10.4. Persiapan Reagen


- tambahkan aquabides pada vial R1 sesuai volume yang tertera pada label
- campur rata dan tunggu sekitar 2 menit hingga larut dengan sempurna.

3.10.5. Stabilitas dan Penyimpanan Reagan


- Simpan reagen pada wadah aslinya dalam keadaan tertutup rapat dan
terhindar pada cahaya matahari pada suhu 2-8 °C
- reagen yang telah dilarutkan stabil selama 60 hari jika tidak terkontaminasi
- Buang reagen jika keruh atau absorbance yang diukur pada panjang
gelombang 340 nm kurang dari 1,000

3.10.6. Manual Prosedur


Pipetkan ke dalam tabung
Reagent 1 ml
Biarkan mencapai suhu 30 °C kemudian tambahkan
Spesimen 100 µl
Campur lalu jalankan timer. baca absobance pada panjang gelombang

20
340 nm setelah 1 menit

3.10.7. Nilai Normal


5 – 35 U/L
3.10.8. Lineritas
- Hasil pemeriksaan linear hingga 350 IU/L
- Jika Absorbance lebih dari 0,200 kurangi volume spesimen atau
encerkan spesimen dengan larutan saline lalu ulangi pemeriksaan
dan kalikan hasilnya dengan faktor pengenceran

3.10.9. Implikasi Klinik


- Peningkatan kadar AST dapat terjadi pada MI, penyakit hati, pankreatitis
akut, trauma, anemia hemolitik akut, penyakit ginjal akut, luka bakar parah,
penggunaan berbagai obat misalnya : izoniasid, eritromisin, kontrasepsi oral
- Penurunan kadar AST dapat terjadi pada pasien asidosis dengan diabetes
mellitus

3.11. PEMERIKSAAN KADAR ALT ( ALANIN AMINO TRANSFERASE )


3.11.1. Definisi
Konsentrasi enzim ALT yang tinggi terdapat pada hati. ALT juga terdapat
pada jantung, otot dan ginjal. ALT Lebih banyak terdapat dalam hati
dibandingkan jaringan otot jantung dan lebih spesifik menunjukkan fungsi hati
dibandingkan jaringan otot jantung dan lebih spesifik menunjukkan fungsi hati
dari pada AST. ALT berguna untuk diagnosa penyakit hati dan memantau
lamanya pengobatan penyakit hepatik, sirosis postneurotik dan efek hepatotoksik
obat

3.11.2. Metode dan Prinsip


Metode Kinetik ( IFCC)
ALT
Prinsip Reaksi

21
L-alanin + 2-Oxoglutarate Piruvat + L- Glutamat
LDH
+
Oxaloacetat + NADH + H L- Malate + NAD+

Penurunan di dalam absorbance dikarnakan perubahan NADH menjadi NAD +


dan sebanding dengan aktivitas ALT dalam spesimen yang diukur pada
panjang gelombang 340 nm

3.11.3. Persiapan reagen/ Pembuatan Working Reagen


- tambahkan aquabides pada vial R1 sesuai volume yang tertera pada
label
- campur rata dan tunggu sekitar 2 menit hingga larut dengan sempurna.

3.11.4. Stabilitas dan Penyimpanan Reagen


- Simpan reagen pada botol aslinya, terhindar dari cahaya pada suhu 2-
8°C
- Working Reagen stabil selama 60 hari jika tidak terkontaminasi
- Buang reagen jika absorbance yang diukur pada panjang gelombang
340 nm ˂ 1,000
- jangan gunakan Working Reagen yang telah ED

3.11.5. Pengumpulan dan Penanganan spesimen


- spesimen yang digunakan adalah serum atau plasma EDTA
- jangan gunakan plasma heparin
- AST stabil dalam serum atau plasma selama :
 24 jam pada suhu ruang
 28 hari pada suhu 2-8 °C
 sedikitnya 1 tahun pada suhu -20°C

3.11.6. Manual Prosedur


biarkan spesimen dan working reagen mencapai suhu ruangan

Pipetkan ke dalam tabung

22
Reagent 1 ml
Biarkan mencapai suhu 30 °C kemudian tambahkan
Spesimen 100 µl
Campur lalu jalankan timer. baca absobance pada panjang gelombang
340 nm setelah 1 menit

3.11.7. Nilai Normal


5 – 35 U/L

3.11.8. Lineraitas
- Hasil pemeriksaan linear hingga 350 IU/L
- Jika Absorbance lebih dari 0,200 kurangi volume spesimen atau
encerkan spesimen dengan larutan saline lalu ulangi pemeriksaan
dan kalikan hasilnya dengan faktor pengenceran

3.11.9. Implikasi Klinik


- Peningkatan kadar ALT dapat terjadi pada penyakit hepatoselluler,
sirosis aktif, obstruksi billier dan hepatitis
- Banyaka obat dapat meningkatkan kadar ALT
- Nilai peningkatan yang signifikan adalah dua kali lipat dari nilai normal
- Nilai juga meningkat pada keadaan obesitas, preeklamsi berat, acute
lymphoblastic leukimia (ALL)

23
BAB 5
PENGENDALIAN MUTU

Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan


pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan
terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan
kesehatan. Pemeriksaan labolatorium klinik terbaik adalah apabila tes tersebut akurat (tepat),
persis (presisi), rentan, spesifik, murah dan dapat membedakan orang normal dari abnormal.
Untuk menjamin mutu hasil pemeriksaan Labolatorium perlu dilakukan :
5.1. VERIVIKASI
Verifikasi merupakan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan
kegiatan labolatorium mulai dari tahap Pra Analitik, Analitik dan Pasca Analitik
Verivikasi juga merupakan bagian dari Pemantapan Mutu Internal labolatorium

Adapun verifikasi yang harus dilakukan sebagai berikut:


5.1.1. Tahap pra analitik
a. Formulir permintaan pemeriksaan
- Apakah identitas pasien, identitas pengirim, nomor rekam medis, alamat
pasien, tanggal pemeriksaan, permintaan pemeriksaan sudah lengkap dan
jelas.
- Apakah semua jenis pemeriksaan yang diminta sudah ditandai
pengirim,
b. Persiapan Pasien
Apakah persiapan pasien sudah sesuai persyaratan
c. Pengambilan dan penerimaan Spesimen
Apakah specimen dikumpulkan secara benar dengan memperhatikan jenis
spesimen
d. Penanganan Spesimen

24
1) Apakah pengolahan spesimen dilakukan sesuai persyaratan.
2) Apakah kondisi penyimpanan spesimen sudah tepat.
3) Apakah penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan-
pemeriksaan khusus
4) Apakah kondisi pengiriman spesimen sudah tepat.
e. Persiapan sampel untuk analisa
1) Apakah kondisi sampel memenuhi persyaratan.
2) Apakah volume sampel sudah cukup.
3) Apakah identifikasi sampel sudah benar.

5.1.2. Tahap Analitik


a. Persiapan Reagen/Media
1) Apakah reagen/media memenuhi syarat
2) Apakah masa kadaluarsa tidak terlampaui
3) Apakah cara pelarutan dan pencampurannya sudah benar
4) Apakah cara pengencerannya sudah benar
5) Apakah pelarutnya (Aquadest) sudah memenuhi syarat

b. Pipetasi Reagen dan Sampel


1) Apakah semua peralatan laboratorium yang digunakan
2) bersih, memenuhi persyaratan.
3) Apakah pipet yang digunakan sudah dikalibrasi.
4) Apakah pipetasi dilakukan dengan benar.
5) Apakah urutan prosedur diikuti dengan benar.
c. Inkubasi
1) Apakah suhu inkubasi sesuai dengan persyaratan.
2) Apakah waktu inkubasi tepat.
d. Pemeriksaan
Apakah alat/instrumen berfungsi dengan baik (dapat
dipercaya) hasil pemeriksaan fungsi dan hasil perawatannya.
e. Pembacaan Hasil
Apakah penghitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian
sudah benar.

5.1.3. Tahap Pasca Analitik

25
Pelaporan Hasil
- Apakah Form Hasil bersih
- Apakah identitas pasien sudah benar
- Apakah jenis pemeriksaan sudah sesuai dengan yang diminta
- Apakah tulisan jelas, sehingga tidak salah tafsir
- Apakah hasil pemeriksaan yang ditulis sudah benar
- Apakah ada kecenderungan hasil pemeriksaan abnormal atau kritis

5.2. VALIDASI HASIL


Validasi hasil pemeriksaan labolatorium merupakan upaya memantapkan kualitas hasil
pemeriksaan labolatorium yang telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang oleh
labolatorium rujukan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara
5.2.1. Labolatorium mengirim specimen dan hasil pemeriksaan ke labolatorium
rujukan untuk diperiksa dan hasilnya dibandingkan terhadap hasil
pemeriksaan labolatorium pengirim biasanya dilakukan jika terdapat hasil
pemeriksaan yang abnormal atau sangat ekstrim
5.2.2. Persentase tertentu dari hasil pemeriksaan positip dan negatip dikirim ke
labolatorium rujukan untuk diperiksa ulang

5.3. PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL


Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik
oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai
penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan
kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal Kimia Klinik biasanya dilakukan oleh BBLK
Surabaya

26
BAB 6
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABOLATORIUM

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) labolatorium merupakan bagian dari


pengelolaan labolatorium secara keseluruhan. Labolatorium melakukan berbagai tindakan dan
kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari manusia maupun bukan
manusia. Bagi petugas labolatorium yang selalu kontak dengan spesimen, maka berpotensi
terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya
atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya
tindakan pencegahan sebagai berikut :

6.1. Mencegah penyebaran bahan infeksi, misalnya :


1) Menggunakan peralatan standar
2) Menempatkan sisa spesimen yang akan disterilisasi dalam wadah yang tahan bocor
3) Melakukan dekontaminasi permukaan meja kerja dengan desinfektan yang sesuai
setiap habis bekerja
4) Mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit serta mata dengan mengikuti
hal-hal berikut :
- Mencuci tangan dengan sabun/desinfektan sebelum dan sesudah bekerja
- jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja
- tidak makan minum, merokok, mengunyah permen atau menyimpan
makanan/minuman dalam labolatorium
- tidak memakai kosmetik ketika berada dalam labolatorium
- menggunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat resiko percikan bahan
infeksi saat bekerja

5) Mencegah infeksi melalui tusukan

27
Jarum suntik, pipet pasteur, kaca dan pecahan kaca obyek dapat menyebabkan
luka tusuk. Untuk itu dapat dihindari dengan bekerja dengan hati-hati dan memilih
pipet pasteur yang terbuat dari plastik

6) Menggunakan pipet dan alat bantu pipet


- Tidak memipet dengan mulut, tetapi gunakan alat bantu pipet
- Tidak meniupkan udara muapun mencampur bahan terinfeksi dengan cara
menghisapdan meniup cairan lewat pipet
- Tidak keluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
- Desinfeksi segera meja kerja yang terkena tetesan cairan/bahan infeksi dari
pipet dengan kapas yang dibasahi desinfektan. Kapas di autoklaf setelah
selesei digunakan
- Gunakan pipet ukur karena cairan tidak perlu dikeluarkan sampai tetes
terakhir
- Rendam pipet habis pakai dalam wadah berisi desinfektan. Biarkan selama
18-24 jam sebelum disterilisasi
- Tidak menggunakan semprit dengan atau tanpa jarum suntik untuk memipet
-
7) Menggunakan sentrifus/alat pemusing
- Lakukan sentrifugasi sesuai instruksi pabrik
- Sentrifuse harus diletakkan pada ketinggian tertentu sehingga petugas
labolatorium dapat melihat ke dalam alat dan menempatkan tabung sentrifuse
dengan mudah
- Periksa rotor sentrifuse dan selongsong (bucket) sebelum dipakai atau secara
berkala untuk melihat tanda korosi dan keretakan
- Selongsong berisi tabung sentrifuse harus seimbang
- Gunakan air untuk menyeimbangkan selongsong. Jangan gunakan larutan
NaCl atau hipoklorit karena bersifat korosif
- Setelah dipakai, simpan selongsong dalam posisi terbalik agar cairan
penyeimbang dapat mengalir keluar
- Melakukan senttrifugasi dengan cara yang benar yaitu tabung harus tertutup
rapat dan selongsong yang terkunci, untuk melindungi petugas labolatorium
terhadap aerosol dan sebaran partikel dari mikroorganisme
- Pastikan sentrifuse tertutup selama dijalankan

8) Menggunakan lemari pendingin dan lemari pembeku


- Membersihkan lemari pendingin (referingerator), lemari pembeku ( freezer)
dan tabung es kering (dry ice), melakukan defrost secara teratur

28
- Membuang ampul, tabung, botol dan wadah lain yang pecah. Menggunakan
alat pelindung muka dan sarung tangan karet tebal saat bekerja. Setelah
dibersihkan, permukaan dalam lemari pendingin dan lemari pembeku harus
didesinfeksi dengan desinfektan yang tidak korosif
- Memberi label wadah yang berisi nama bahan, tanggal disimpan dan nama
orang yang menyimpan. Wadah yang tidak berlabel dan bahan yang sudah
kadaluarsa harus dimusnahkan
- Tidak menyimpan cairan yang mudah terbakar

6.2. Tindakan Khusus terhadap darah dan cairan tubuh


Tindakan di bawah ini khusus dibuat untuk melindungi petugas labolatorium terhadap
infeksi yang ditularkan melalui darah seperti virus hepatitis B, HIV, Avian Influenza dan
lain-lain
a. Mengambil, memberi label dan membawa spesimen
1) Hanya petugas labolatorium yang boleh melakukan pengambilan darah
2) Gunakan sarung tangan
3) Perhatikan teknik pengambilan darah
4) Masukkan tabung ke dalam kantong plastik untuk dibawa ke labolatorium.
Formulir permintaan dibawa secara terpisah

b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel


1) Gunakan sarung tangan
2) Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung dengan dililit kain kasa
terlebih dahulu
c. Kaca dan benda tajam
1) Diutamakan menggunakan alat terbuat dari plastik sebagai pengganti
kaca/gelas
2) Sedapat mungkin hindari penggunaan alat suntik
d. Peralatan otomatis
1) Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclose type)
2) Cairan yang keluar dari alat harus dikumpulkan dalam tabung/wadah tertutup
atau dibuang ke dalam sistem pembuangan limbah

6.3. Pengelolaan Spesimen


a. Penerimaan Spesimen
- Labolatorium harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen.
Jika jumlah spesimen tidak banyak, maka penerimaan spesimen dapat
dilakukan pada meja khusus di dalam labolatorium

29
- Spesimen harus ditempatkan di dalam wadah yang tertutup rapat untuk
mencegah tumpahnay/bocornya spesimen
- Wadah harus dapat didesinfeksi atau diautoklaf
- Wadah terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah/bocor
- Wadah diberi label tentang identitas spesimen
- Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik
yang dapat didesinfeksi atau diautoklaf ulang
- baki harus didesinfeksi/diotoklaf secara teratur setiap hari
- Jika mungkin wadah terletak di atas baki dalam posisi berdiri

b. Petugas Penerima Spesimen


- Semua petugas penerima spesimen harus mengenakan jas labolatorium
- Semua spesimen harus dianggap infeksi dan ditangani dengan hari-hati
- Meja penerimaan spesimen harus dibersihkan dengan desinfektan setiap hari
- Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label
- Dilarang makan minum dan merokok saat bekerja
- Cuci tangan pakai sabun/desinfektan setiap selesei bekerja dengan spesimen
- Tamu / pasien tidak diperbolehkan menyentuh barang apapun yang terdapat
pada meja dimana spesimen tersimpan
c. Petugas Pembawa Spesimen dalam labolatorium
- Mengenakan jas labolatorium yang tertutup rapat pada bagian depan saat
membawa spesimen
- Membawa spesimen dengan baki rak khusus
- Jika spesimen bocor/tumpah diatas baki, baki didekontaminasi dan sisa
spesimen diotoklaf
d. Pengiriman spesimen dan bahan infeksius dari labolatorium
Bahan infeksi dan spesimen diagnostik yang diperkirakan mengandung bahan
infeksi membutuyhkan kemasan 3 lapis sesuai rekomendasi WHO terdiri atas :
- Wadah kedap air berisi spesimen
- Wadah kedap air berisi bantalan absorben yang cukup banyak untuk
menghisap semua cairan spesimen yang bocor
- Wadah yang melindungi wadah ke-2 dari pengaruh luar seperti kerusakan
fisik dan air selama dalam perjalanan
Bahan infeksi dikategorikan bahan berbahaya. Kemasan berisi bahan infeksi harusn
mempunyai label bahaya. Salinan dari formulir berisi data spesimen, surat atau
informasi lain yang mengidentifikasi atau menerangkan tentang spesimen harus
ditempel pada bagtian luar wadah kedua . Dua lembar salinan lain masing-masing
dikirim ke labolatorium penerima dan arsip pengirim. Pengiriman bahan infeksi

30
membutuhkan koordinasi yang baik antara si pengirim, pemberi jasa transportasi
dan labolatorium penerima untuk menjamin bahwa bahan dikirim dengan aman dan
tiba ditujuan dalam keadaan baik

BAB 7

PENUTUP

Pelayanan labolatorium telah dislenggarakan oleh berbagai jenis dan tingkat pelayanan
kesehatan dengan mutu yang bervariasi. Karena pelayanan labolatorium merupakan salah
satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan, perlu diselenggarakan sesuai kaidah-
kaidah penyelenggaraan labolatorium Klinik yang baik (Good Labolatory Practice) untuk dapat
menjamin keamanan bagi pasien, lengkungan maupun tenaga kesehatan pada labolatorium
itu sendiri. Cara penyelengaraan Labolatorium Klinik yang baik ini harus senantiasa dijadikan
sebagai acuan dalam penyelenggaraan Labolatorium Klinik pada berbagai jenis dan jenjang
pelayanan

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Permenkes no 43 tahun 2013 tentang Cara Penyelenggaraan Labolatorium Klinik


Yang baik, Kemenkes, 2013
2. Kesehatan dan keselamatan Kerja Labolatorium Kesehatan, Trsnaningsih E, Pusat
Kesehatan Kerja, Depkes RI
3. Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kementrian Kesehatan RI, 2011
4. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Labolatorium Klinik, edisi Kedua, E.N Kosasih dan A.S
Kosasih
5. Insert Kit Reagen Biolabo

32

Anda mungkin juga menyukai