Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status gizi dan kesehatan ibu pada pra-hamil, saat kehamilan dan

menyusui merupakan periode sangat penting yang menentukan kualitas

sumber daya manusia nantinya. Nutrisi selama kehamilan adalah salah satu

faktor penting dalam pembentukan janin. Pola makan yang baik akan cukup

menyediakan gizi yang dibutuhkan untuk kesehatan selama kehamilan dan

mengurangi risiko lahirnya bayi cacat. Status gizi yang baik pada ibu hamil

dapat mencegah terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR) dan stunting

(pendek). Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil

dapat menyebabkan kurang energi kronis (KEK).

Ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK) dengan LILA < 23,5 cm

adalah keadaan dimana ibu hamil mengalami kekurangan gizi (kalori dan

protein) yang berlangsung lama atau menahun. Hal ini karena

ketidakseimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak

tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh baik fisik ataupun

mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Ibu hamil KEK beresiko

melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) (Berat kurang dari 2500

gram). Ada hubungan yang saling terkait antara KEK dengan anemia, dan

bayi berat lahir rendah. Ibu hamil dengan KEK beresiko dua kali untuk

1
2

melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak KEK (Betty. 2019;

h.25).

Sejalan dengan penelitian yang di lakukan Rahmania (2013; h.98-103)

menyatakan bahwa bila ibu mengalami KEK selama hamil maka dapat

menimbulkan masalah baik ibu maupun janin. KEK pada ibu dapat

menyebabkan anemia, perdarahan, berat badan (BB) ibu tidak bertambah

secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Kekurangan gizi pada ibu dan

bayi telah menyumbang setidaknya 3,5 juta kematian setiap tahunnya dan

menyumbang 11% dari penyakit global di Dunia (Abraham, Miruts. 2014).

Berdasarkan Penetapan Status Gizi (PSG) tahun 2017, ditetapkan

target presentasi ibu hamil dengan resiko KEK sebesar 21,2%, pada tahun

yang sama prevalensi ibu hamil dengan resiko KEK sebesar 14,8%. Presentasi

tersebut lebih rendah jika dibandingkan resiko ibu hamil KEK pada tahun

2016 yaitu sebesar 16,2%. (Handayani dan Mulyati. 2017; h. 15).

Berdasarkan riset kesehatan dasar (Rikesdas) tahun 2013, prevalensi

risiko KEK pada ibu hamil masih cukup tinggi yaitu sebesar 30,1% . indikator

presentase ibu KEK di harapkan turun sebesar 1,5 % setiap tahunnya. Pada

awal periode 2015, presentase ibu hamil KEK di targetkan tidak melebihi

24,2% dan di harapkan di akhir periode pada tahun 2019, maksimal ibu hamil

dengan risiko KEK adalah sebesar 18,2% (Kemenkes RI. 2018; h.15).

Presentase ibu hamil risiko KEK pada daerah Jawa Tengah adalah

sebesar 19,2%. Salah satu provinsi yang memiliki presentase ibu hamil risiko

KEK tertinggi adalah Provinsi Papua sebesar 21,7% dan yang memiliki
3

presentase paling rendah yaitu Provinsi Sulut sebesar 6,7% (Handayani dan

Mulyati. 2017; h. 74).

Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperbaiki gizi pada ibu

hamil KEK adalah dengan pemberian makanan tambahan. Bentuk makanan

tambahan untuk ibu hamil KEK menurut peraturan menteri kesehatan Nomer

51 tahun 2016 tentang Standart Produk Suplementasi Gizi adalah biskuit yang

mengandung protein, asam linoleat, karbohidrat, dan diperkaya dengan 11

vitamin dan 7 mineral ( Kemenkes RI. 2019; h. 169).

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki masalah gizi pada ibu hamil

KEK bertujuan untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu yang dapat

menyebabkan kematian dan mencegah penurunan kekuatan otot yang

membantu proses persalinan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya BBLR,

bayi lahir cacat, bahkan kematian pada bayi (Kemenkes RI. 2018; h. 15)

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu

selama masa kehamilan, pesalinan, dan nifas yang disebabkan oleh hal

tersebut atau pengelolaanya. Tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti

kecelakaan atau terjatuh disetiap 100.000 kelahiran hidup. Selain untuk

menilai program kesehatan ibu, indikator ini juga mampu menilai derajat

kesehatan masyarakat. Karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan

kesehatan, baik dari sisi aksebilitas maupun kualitas. Secara umum terjadi

penurunan kematian ibu selama periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305 per

100.000 kelahiran hidup(Kemenkes RI. 2019; h. 111).


4

World Health Organization (WHO) memperkirakan diseluruh dunia

lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Prioritas

penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), kehamilan risiko

tinggi (24%), infeksi (11%), abortus (5%), dan partus lama (5%). Perdarahan

menempati presentase tertinggi penyebab kematian ibu. Anemia dan

kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama

terjadinya perdarahan dan infeksi (Damayanti. 2015; h. 67).

Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia termasuk sangat tinggi jika

dibandingkan dengan AKI diberbagai negara dalam kawasan Asia Tenggara.

Seperti dibanyak negara lainya, penyebab utama kematian ibu adalah

perdarahan. Perdarahan merupakan komplikasi persalinan yang dapat terjadi

selama kehamilan dan pasca persalinan. Proporsi kematian yang menempati

posisi tertinggi diantara tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan,

eklampsi dan sepsis. Ironisnya semua penyebab utama tersebut, digolongkan

sebagai penyulit atau komplikasi yang sebenarnya dapat dihindari apabila

diasuh dan dikelola secara benar. Upaya percepatan penurunan AKI dapat

dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan

kesehatan ibu yang berkualitas. Seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih difasilitas pelayanan

kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus

dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berecana

termasuk keluarga berencana (KB) pasca persalinan (Kemenkes RI. 2019; h.

113).
5

Untuk upaya kesehatan telah menunjukan hasil yang baik terlihat dari

angka kematian anak dari tahun ke tahun yang menunjukan penurunan. Hasil

survey demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukan

Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup, AKB

24 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita telah mencapai target.

Tujuan Pembangunan berkelanjutan (TPB/SDGs) 2030 yaitu sebesar 25 per

1000 kelahiran hidup dan diharapkan AKN juga mencapai target yaitu 12 per

100 kelahiran hidup (Kemenkes RI. 2019; h. 131)

Melalui program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5NG)

merupakan kegiatan sistematis dan terpadu untuk mengurangi Angka

Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Program 5NG memiliki 4 fase yaitu

fase pra hamil, fase kehamilan, fase persalinan dan fase nifas. Ibu hamil

dicatat oleh bidan desa dengan bikor, petugas surveilans kesehatan sebagai

koordinator wilayah, diperiksa oleh tenaga kesehatan minimal 1 kali oleh

dokter dan dapat dikenal fakto-faktor resikonya. Ibu hamil dengan faktor

resiko tinggi diberikan tanda ibu hamil dapat “diinceng”, diketahui, dikenali

dan dideteksi dini untuk merencanakan persalinannya secara tepat dan lebih

baik. Menyiapkan dan menentukan tempat yang akan digunakan dalam

melakukan proses persalinan, menyiapkan keluarga, menyiapkan transportasi,

menyiapkan pembiayaan, dan seterusnya (Dinkes Jawa Tengah. 2019).

Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2018

sebanyak 421 kasus. Mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus

kematian ibu tahun 2017 yang sebanyak 475 kasus. Angka kematian di
6

provinsi juga mengalami penurunan dari 88,05 per 100.000 kelahiran hidup.

Pada tahun 2017 menjadi 78,60 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2018

(Dinkes Provinsi Jateng. 2018; h. 38). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Kendal angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2018 tercatat 25

kasus dan tahun 2019 terdapat 7 kasus. Sedangkan AKB pada tahun 2018

sebanyak 16 kasus dan tahun 2019 tercatat 31 kasus. Jumlah ibu hamil dengan

KEK di Kabupaten Kendal sebanyak 783 orang, sedangkan jumlah ibu hamil

risiko KEK Di Puskesmas Brangsong II selama tahun 2019 yaitu 57 orang.

(Dinkes Kendal. 2019).

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis termotivasi untuk

mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada

Ny K G2P0A1 Umur 25 tahun hamil 36 minggu dengan Kekurangan Energi

Kronis (KEK) Di Desa Turunrejo Kec. Brangsong Kab. Kendal”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu meliputi kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, dan nifas pada Ny K G2P0A1 Umur 25 tahun

hamil 36 minggu dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) secara

komprehensif Di Desa Turunrejo Kec. Brangsong Kab. Kendal

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.


7

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kekurangan

energi kronis (KEK) secara komprehensif selama hamil

b. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan kekurangan energi

kronis (KEK) secara komprehensif selama bersalin

c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan kekurangan energi

kronis (KEK) secara komprehensif selama nifas

d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan kekurangan energi

kronis (KEK) secara komprehensif selama KB

e. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan kekurangan energi

kronis (KEK) secara komprehensif selama bayi baru lahir

C. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Ny K G2P0A1 Umur 25 tahun hamil 36 minggu dengan Kekurangan Energi

Kronis (KEK) selama masa kehamilan, bersalin, nifas, KB dan bayi baru

lahir

2. Tempat

Desa Turunrejo Rt 03 Rw 02Kec. Brangsong Kab. Kendal

3. Waktu

Pengambilan data dilakukan mulai bulan Desember 2019 – Februari 2020


8

D. Manfaat

1. Bagi pasien

a. Menambah pengetahuan ibu tentang kehamilan, persalinan, nifas, KB

dan bayi baru lahir

b. Mendapatkan pelayanan secara standart dari mulai kehamilan,

bersalin, nifas, KB dan bayi baru lahir

2. Bagi bidan

Sebagai acuan dalam rangka mendeteksi dan memberi asuhan secara

standart pada ibu hamil, bersalin, nifas, maupun bayi baru lahir dengan

Kekurangan Energi Kronis (KEK)

3. Bagi puskesmas

a. Dapat dijadikan acuan untuk merencanakan asuhan bagi ibu hamil,

bersalin, nifas, maupun bayi baru lahir dengan Kekurangan Energi

Kronis (KEK) sesuai dengan standar

b. Dapat meningkatkan mutu pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin,

nifas, maupun bayi baru lahir dengan Kekurangan Energi Kronis

(KEK)

4. Bagi institusi

Sebagai referensi bahan bacaan berkaitan dengan asuhan kebidanan

komprehensif selama masa kehamilan, persalinan, nifas, KB dan bayi baru

lahir.
9

E. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang digunakan:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan dari seseorang sasaran atau responden, atau

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo.

2012; h.139).

2. Observasi dan Pemeriksaan fisik

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan

mengadakan pengamatan secara langsung kepada Responden penelitian

untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat. 2012;

h.81). Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan

penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Dalam penelitian,

pengamatan suatu prosedur yang berencana, antara lain meliputi; melihat,

mendengar dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi

tertentu yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti. Ahli lain

mengatakan bahwa observasi adalah studi yang sengaja dan sistematik

tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psychis dengan jalan

“mengamati” dan “mencatat” (Notoatmodjo. 2012; h. 131).


10

Observasi dilakukan saat kunjungan rumah meliputi keadaan

umum, kesadaran ibu, pemeriksaan fisik.

a. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan

penglihatan dan pendengaran untuk mendeteksi karakteristik

normal atau tanda fisik tertentu dari bagaian tubuh

2) Palpasi

Palpasi adalah suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat

teraba dengan menggunakan bagian tangan yang berbeda untuk

mendeteksi jaringan, bentuk, suhu, persepsi getaran, atau

pergerakan dan konsistensi

3) Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang berbentuk dari organ

tubuh untuk mendeteksi perbedaan dari normal (Manuaba. 2007;

h. 222)

b. Studi dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan

cara mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli

tersebut berupa gambar, tabel atau daftar periksa, dan film dokumenter

(Hidayat. 2012; h. 100).


11

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Laporan Tugas Akhir ini dibagi menjadi V BAB, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup, manfaat, metode

pengambilan data dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang tinjauan teori medis dan tinjauan teori asuhan

kebidanan

BAB III METODE

Berisi tentang rancangan, subyek, pengumpulan data dan analisa

data, dan masalah etika

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian memuat keseluruhan asuhan kebidanan yang telah

dilaksanakan dan bahasan berisi perbandingan teori dengan

kenyataan pada kasus yang disajikan sesuai dengan langkah-langkah

manajemen kebidanan

BAB V PENUTUP

Kesimpulan meliputi hasil bahasan yang dapat menjawab

permasalahan dan tujuan penyusunan studi kasus. Saran yang berupa

masukan berdasarkan simpulan yang bersifat operasional atau dapat

dilaksanakan

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai