Anda di halaman 1dari 9

Perubahan Bentuk Rumah Tinggal Sederhana T.

36
Studi kasus : Blok L Bumi Parahyangan Kencana, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung

Hartanto Budiyuwono 1. Ikhwan Nurtadril 2


1
Dosen Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Pascasarjana Universitas Katolik
Parahyangan, Bandung
2
Mahasiswa Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Pascasarjana Universitas Katolik
Parahyangan, Bandung
Email: Ikh1nur@gmail.com

1
Hartanto Budiyuwono, Ikhwan Nurtadril

ABSTRAK

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Negara berkembang seperti
Indonesia dengan jumlah penduduk yang sebagian besar berpenghasilan rendah, kebutuhan
rumah tinggal untuk masyarakat berpenghasilan rendah sangat penting. Namun rumah kecil
merupakan bangunan yang sering mengalami perubahan karena dengan luasan yang kecil
dapat menghasilkan masalah dalam memenuhi kebutuhan penghuni yang semakin
bertambah. Fenomena pada Blok L Perumahan Bumi Parahyangan Kencana adalah
perubahan bentuk bangunan yang terjadi sebesar 91.3%. Penelitian ini berfokus pada pola
perubahan bentuk rumah tinggal sederhana tipe 36, serta alasan perubahan tersebut. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan cara deskriptif yang
dimulai dari perekaman objek melalui survey, foto dokumentasi dan wawancara pemilik
rumah untuk mengetahui perubahan bentuk yang terjadi. Temuan penelitian pada kasus studi
dilihat dari aspek perubahan bentuk adalah perubahan bentuk rumah tinggal merupakan
proses adaptasi penghuni terhadap hunian dan lingkungannya, karena secara umum pemilik
rumah melakukan perubahan bentuk bangunan yang dilatar belakangi oleh penambahan
fungsi ruang pada area belakang, samping, dan depan rumah inti. Perubahan bentuk yang
terjadi diantaranya penambahan elevasi lantai,perubahan warna pada dinding, penambahan
Atap pada ruang tambahan dan penambahan pagar . Namun Perubahan bentuk rumah
tinggal tidak selalu dilatarbelakangi oleh keinginan penghuni tetapi dapat terpengaruh oleh
tekanan alam.

Keywords: Perubahan bentuk, rumah tinggal sederhana, Tipe 36.


[Type here]

1. PENDAHULUAN

Rumah tinggal sederhana tipe 36 merupakan rumah tinggal ukuran terkecil yang
direkomendasikan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rumah tinggal. Seperti yang
tercantum pada Undang-Undang ” Luas lantai rumah memiliki ukuran paling sedikit 36 meter
persegi”.[1] Rumah tipe 36 dirancang untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan
fasilitas dua buah kamar tidur, satu buah kamar mandi dan satu buah ruangan bersama.
Penghuni dan rumahnya mempunyai suatu hubungan yang saling mempengaruhi, manusia
mempengaruhi rumah dan rumah mempengaruhi manusia [2].

Gambar 1. tingkat perubahan rumah tinggal pada objek penelitian


Berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap 227 unit rumah yang berlokasi di Blok L
Perumahan Bumi Parahyangan Kencana yang terdiri dari dua tahap pembangunan, tahap 1
dibangun ± tahun 2005 berjumlah 135 unit dan tahap 2 dibangun ± tahun 2012 sebanyak 92
unit. Telah mengalami perubahan sebersar 92.96%, perubahan tersebut terdiri dari perubahan
total dengan menghancurkan rumah inti (Totaly Recontructed) sebesar 3.16%, perubahan
dengan merubah bentuk rumah inti (Remodelled) 14.1%, perubahan dengan menambah fungsi
baru tanpa merubah bentuk rumah inti (Extend) 75.7%. setelah dilakukan pengamatan awal
diketahui bangunan yang belum berubah pada umumnya merupakan bangunan yang tidak
dihuni dan bangunan yang dikontrakan.
Berdasarkan data tingkatan transformasi diatas, tingkatan perubahan dengan penambaan
fungsi baru tanpa merubah bentuk rumah ini (Extend) sebesar 75.7% menjadi hal menarik
untuk diteliti. Oleh karena itu peneliti memilih enam rumah untuk menjadi sampel penelitian.
Fenomena yang terjadi adalah ruangan inti tidak memadai dan cenderung mengakibatkan
perubahan tata ruang rumah tinggal yang berujung pada perubahan bentuk bangunan,
Perubahan bentuk tersebut menjadi permasalahan yang akan di teliti.

3
Hartanto Budiyuwono, Ikhwan Nurtadril

Metoda yang digunakan pada penelitian ini adalah metoda deskriptif kualitatif dengan survey
langsung dan mendeskripsikan perubahan yang terjadi dari 6 sampel penelitian. Instrumen
penelitian yang dilakukan adalah wawancara langsung kepada pemilik rumah dan foto
dokumentasi, yang dilakukan pada tahun 2017.
Analisa yang dilakukan utuk melihat perubahan bentuk yang terjadi pada kasus studi dilihat
berdasarkan aspek perubahan bentuk antara lain lantai, dinding, atap dan kusen pintu dan
jendela yang dilakukan oleh 6 sampel penelitian.

2. PERUBAHAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA


Penelitian ini dimulai dengan pengamatan awal untuk mengetahui tingkatan perubahan rumah
tinggal yang terjadi berupa perluasan atau penambahan (Extension) dan mengubah bentuk asli
(remodel).[3]

Perubahan fasad juga dapat terjadi akibat perubahan pada tata ruang rumah biasa disebut
dengan perubahan fasad per bagian, Misalnya akibat penambahan ruang, remodel bagian
dalam ruangan, penambahan pintu dan jendela serta perubahan lainnya yang berdampak pada
perubahan fasad di bagian tertentu. [4]

Beberapa macam perubahan bentuk yang terjadi pada perumahan sederhana, diantaranya:

i. Perubahan pada lantai, Perubahan yang terjadi adalah perubahan total, perubahan
sebagian, perubahan ketinggian lantai, dan menganti bahan penutup lantai.

ii. Perubahan pada dinding, Perubahan yang dapat terjadi adalah perubahan total pada
dinding, perubahan dinding dan bagian-bagian tertentu, perubahan ketinggian dinding
dan berubahan bahan dinding.

iii. Perubahan pada atap, Perubahan yang dapat terjadi adalah perubahan total pada atap
mengubah atap pada bagian-bagian tertentu, perubahan ketinggian atap, dan mengganti
bahan penutup atap.

iv. Perubahan pada kusen pintu dan jendela, Perubahan yang dapat terjadi adalah
perubahan total pada kusen, mengubah kusen pada bagian-bagian tertentu, perubahan
ketinggian kusen, dan mengganti bahan kusen.
[Type here]

Menurut Turner (1972), perumahan mengandung 2 (dua) arti, yaitu sebagai kata benda
(produk/komoditi) dan sebagai kata kerja (proses/aktivitas).[5] Perumahan sebagai kata benda
menunjukkan bahwa tempat tinggal sebagai komoditi, sedangkan rumah sebagai kata kerja
menunjukkan proses dan aktivitas manusia yang terjadi dalam penghunian rumah tersebut.
Dengan demikian, rumah tidak hanya dapat dilihat sebagai hasil fisik, tetapi juga sebagai
suatu proses yang berkembang dan berkaitan dengan keinginan penghuninya.
Kebutuhan dasar menurut Maslow (dalam Budihardjo, 1998) kalau dihubungkan dengan
sebuah rumah maka akan didapat beberapa pengertian sesuai dengan tingkatan kebutuhan,
antara lain:

1. Kebutuhan fisiologis, rumah memberikan perlindungan terhadap gangguan alam dan


binatang, sebagai tempat pribadi keluarga, dan berfungsi sebagai tempat istirahat.

2. Kebutuhan rasa aman, sebagai tempat menjalankan kegiatan ritual, penyimpanan harta
milik, menjamin hak pribadi.

3. Kebutuhan hubungan sosial, rumah memberikan peluang untuk interaksi dan aktivitas
komunikasi yang akrab dengan lingkungan sekitarnya. Manusia membutuhkan pengakuan
akan kepemilikannya, dan ini berarti manusia membutuhkan kontak sosial dalam
lingkungannya. Rumah membutuhkan lingkungan perumahan sebagai satu kesatuan yang
dapat ditemukenali dengan adanya aktivitas lingkungan, tata letak rumah, bentuk rumah, pola
tata ruang, serta kelengkapan lingkungan lainnya.

4. Kebutuhan terhadap penghargaan diri sendiri, rumah dan huniannya merupakan ukuran
terhadap kesuksesan.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, rumah dianggap sebagai pengembangan pribadi bagi


penghuninya, rumah sudah merupakan simbol atau status sosial penghuninya. [6]

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. perubahan bentuk yang terjadi pada objek penelitian
Perubahan bentuk rumah ini merupakan proses adaptasi yang dilakukan penghuni terhadap rumah inti dalam
rangka memenuhi kebutuhan akan hunian. Berikut ini perubahan yang terjadi pada 6 sampel penelitian.

5
Hartanto Budiyuwono, Ikhwan Nurtadril

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3

Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6


Gambar 2. Foto perubahan pada sampel penelitian

Perubahan bentuk rumah tinggal pada objek penelitian umumnya disebabkan oleh
penambahan fungsi ruang, yang dilatarbelakangi oleh pemenuhan kebutuhan penghuni. Berikut
ini beberapa perubahan bentuk yang terjadi pada sampel penelitian:

Gambar 3. Perubahan bentuk pada sampel penelitian

Perubahan bentuk yang terjadi pada area depan umumnya adalah penambahan kanopi pada
area carport untuk melindungi kendaraan dari hujan serta panas. Dan penambahan pagar agar
untuk membatasi area rumah dengan area publik seperti jalan untuk memenuhi kebutuhan
akan rasa aman, seperti menurut maslow (dalam Budihardjo, 1998) mengenai pengertian
tingkatan kebutuhan sebuah rumah salah satunya adalah kebutuhan rasa aman, sebagai tempat
menjalankan kegiatan ritual, penyimpanan harta milik, menjamin hak pribadi.
[Type here]

Selain dilatarbelakangi oleh kebutuhan penghuni, perubahan bentuk rumah tinggal pada objek
penelitian terjadi disebabkan oleh tekanan alam yang menyebabkan perubahan bentuk pada
elevasi lantai seperti dibawah ini:
Elevasi naik
30cm

Elevasi
normal
Penambahan elevasi
lantai 15cm
Tanggul
penahan air
Elevasi lantai normal

Gambar 4. 1 Elevasi lantai sampel 3


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
Gambar 4. 1 Perubahan elevasi lantai sampel 5
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
Gambar 4. Perubahan elevasi lantai pada sampel penelitian
Rumah yang pernah mengalami banjir cenderung mengalami perubahan bentuk berupa
peninggian elevasi lantai. Peninggian elevasi tidak dilakukan pada bangunan inti dan terlihat
dalam temuan penelitian ini bahwa sebagian besar peninggian elevasi lantai terjadi pada area
depan, samping dan belakang bangunan yang berfungsi sebagai tanggul agar air tidak masuk
kedalam bangunan
Kegiatan peninggian elevasi lantai ini menurut Maslow merupakan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis, yaitu rumah untuk memberikan perlindungan terhadap gangguan dari
alam. Juga rumah harus mampu menciptakan rasa aman.

7
Hartanto Budiyuwono, Ikhwan Nurtadril

3.2. Pengelompokan perubahan bentuk pada objek penelitian


Berdasarkan hasil penelitian maka terlihat pengelompokan pola perbahan bentuk adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Pengelompokan pola perubahan pada sampel penelitian
Perubahan Bentuk Sampel
1 2 3 4 5 6
Lantai Peninggian elevasi lantai area depan √ √ √
Peninggian elevasi lantai area samping √ √ √ √
Peninggian Elevasi lantai area belakang √ √ √
Dinding Perubahan warna √ √ √ √ √
Penambahan Pagar √ √ √ √ √ √
Atap Atap area carport √ √ √ √ √
Atap area samping √ √ √ √ √ √
Atap area belakang √ √ √ √ √ √
Pintu Penggantian material kusen dan daun pintu √ √
jendela
Penggantian daun pintu √ √
Pemindahan posisi pintu dan jendela √ √

Berdasarkan pengelompokan pola perubahan bentuk pada 6 sampel penelitian perubahan


bentuk rumah pada objek penelitian diakibatkan oleh kebutuhan penghuni akan penambahan
fungsi ruang sehingga terjadi perubahan pada lantai, dinding dan atap bangunan. selain itu
perubahan bentuk rumah tinggal tidak selalu berdasarkan kebutuhan penghuni, tetapi bentuk
rumah tinggal juga dapat berubah karena adanya tekanan alam. Seperti pada 4 sampel
penelitian yang pernah mengalami banjir melakukan perubahan bentuk rumah dengan
meninggikan elevasi lantai rumah.
[Type here]

4. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Hasil temuan pada kasus studi dilihat dari aspek perubahan bentuk bahwa perubahan bentuk
rumah tinggal merupakan proses adaptasi penghuni terhadap hunian dan lingkungannya.
Perubahan bentuk yang terjadi diantaranya penambahan elevasi lantai,perubahan warna pada
dinding, penambahan Atap pada ruang tambahan dan penambahan pagar.

Perubahan bentuk rumah tinggal tidak selalu dilatarbelakangi oleh keinginan penghuni tetapi
dapat terpengaruh oleh tekanan alam, seperti pada objek penelitian ini dikarenakan
lingkungan pernah mengalami banjir yang mengakibatkan penambahan elevasi lantai yang
berfungsi sebagai tanggul penghalang banjir.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Republik Indonesia. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan pemukiman.
Jakarta. (2011)
[2] Rapoport. Amos. House, Form and Culture. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New York.(1969)
[3] Siregar, S.A. 1990. The Architecture of a City in Development. Leuven.
[4] Axelrod, Jerold L. Architect. 1992. Architectural Plans for Adding on or Remodeling.
TAB Books, Blue Ridge.
[5] Turner, Alan (edt). 1980. The Cities Of The Poor. Croom Helm Ltd, London.
[6] Budihardjo, Eko. 1998. Arsitektur dan Kota di Indonesia, Bandung : PT. Alumni, Cetakan ke-
4.

Anda mungkin juga menyukai