Anda di halaman 1dari 8

TUGAS P2M

PENYAKIT MENULAR TBC

DI SUSUN OLEH:

ELSINTA.DUDA

115 018 009

DOSEN MATAKULIAH:

VENI MORNALITA KOLUPE,S.KM,M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN AJARAN 2020-2021
A. Identifikasi TBC
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia
adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi
TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan
bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%.
Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan
oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46%
diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

B. Penyebab infeksi TBC


Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh
karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC
cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh
kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Berikut ini
beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi tertular TB:
 Orang yang sistem kebebalan tubuhnya menurun. Contohnya, pengidap diabetes,
orang yang menjalani rangkaian kemoterapi, atau pengidap HIV/AIDS.
 Orang yang mengalami malanutrisi atau kekurangan gizi.
 Pecandu narkoba.
 Para perokok.

C. Kejadian penyakit
kejadian TB paru Menurut Eka (2013) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kejadian TB paru, antara lain
 Umur berperan dalam kejadian penyakit TB. Risiko untuk mendapatkan TB dapat
dikatakan seperti halnya kurva normal tebalik, yakni tinggi ketika awalnya, menurun
karena di atas 2 tahun hingga dewasa memiliki daya tangkal terhadap TB dengan baik.
Puncaknya tentu dewasa muda dan menurun kembali ketika seseorang atau kelompok
menjelang usia tua,
 Tingkat pendapatan mempengaruhi angka kejadian TB, kepala keluarga yang mempunyai
pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi
yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB paru,
 Kondisi rumah menjadi salah satu faktor resiko penularan TB paru. Atap, dinding dan
lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman. Lantai dan dinding yang sulit
dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai
media yang baik bagi perkembangbiakan kuman.
 Membuka jendela setiap pagi dan merokok berpengaruh terhadap kejadian TB paru.
Kegiatan membuka jendela setiap pagi merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit
TB paru. Dengan membuka jendela setiap pagi, maka dimungkinkan sinar matahari dapat
masuk ke dalam rumah atau ruangan. Sedangkan kebiasaan merokok memperburuk
gejala TB. Demikian juga dengan perokok pasif yang menghisap rokok, akan lebih
mudah terinfeksi TB paru,
 Riwayat kontak dengan penderita TB paru menyebabkan penularan TB paru dimana
seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya,
sedangkan besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih
dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita TB
paru.
D. Reservoir
Manusia merupakan reservoir untuk penularan kuman Mycobacterium tuberculosis,
kuman tuberkulosis menular melalui droplet nuclei. Seorang penderita tuberkulosis dapat
menularkan pada 10-15 orang (Depkes RI, 2002). Menurut penelitian pusat ekologi kesehatan
(1991), menunjukkan tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga penderita cukup
tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam
rumahnya. Di dalam rumah dengan ventilasi baik, kuman ini dapat hilang terbawa angin dan
akan lebih baik lagi jika ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa
menangkap kuman TB.
Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan (2000), didapatkan data bahwa
Tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang
penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya.
Besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih dari 1 orang
adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita tuberkulosis.
Hal yang perlu diketahui tentang host atau penjamu meliputi karakteristik; gizi atau daya tahan
tubuh, pertahanan tubuh, higiene pribadi, gejala dan tanda penyakit dan pengobatan.
Karakteristik host dapat dibedakan antara lain; Umur, jenis kelamin, pekerjaan, keturunan,
pekerjaan, keturunan, ras dan gaya hidup.

E. Cara Penularan
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak
sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening.

Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan
tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan
dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.

Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya


menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk
dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen.

F. Masa Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam
tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi
ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya
masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi
berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan
pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya. Masa inkubasi
dari penyakit TBC yaitu mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan 4-12 minggu.
Setelah bakteri tersebut tertular dan memasuki tubuh, bakteri masih belum aktif karena
akan tertidur selama beberapa waktu. Periode ini disebut masa inkubasi. Pada periode ini
penderita tidak akan merasakan gejala dan juga tidak dapat menularkan orang lain. Namun jika
penderita mengikuti tes bakteri MTB, hasilnya akan tetap positif, dan sebaiknya segera
mendapatkan pengobatan yang tepat agar resiko TBC dapat dikurangi.

G. Masa Penularan
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini
sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis, walaupun penyakit
masih dalam masa subklinis. Pada tahap ini, diharapkan diagnosis dapat di tegakan secara
dini,dengan gejala,demam tidak terlalu tinggi,nafsu makan berkurang,batuk-batuk selama kurang
dari 3 minggu,dan persaan kurang enak.
H. Kerentanan dan kekebalan
Kerentanan terhadap bakteri M. tuberculosis merupakan faktor yang ditentukan oleh resiko
untuk mendapatkan infeksi dan resiko munculnya penyakit klinis setelah infeksi terjadi. Orang
beresiko tinggi terkena TB yaitu bayi, usia lanjut, kurang gizi, daya tahan tubuh yang rendah, dan
orang yang mempunyai penyakit penyerta (Brooks, Carroll, Butel, Morse, & Mietzner, 2010).
sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil
dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-
tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul
dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis
dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang
disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh
makrofag seperti dinding.

I. Cara-cara pemberantasan TBC Meliputi :


a) Upaya Pencegahan
Salah satu langkah untuk mencegah TBC (tuberkulosis) adalah dengan
menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk
dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan. Bagi yang belum
pernah menerima vaksin BCG, dianjurkan untuk melakukan vaksin bila terdapat salah satu
anggota keluarga yang menderita TBC.
TBC juga dapat dicegah dengan cara yang sederhana, yaitu mengenakan masker saat
berada di tempat ramai dan jika berinteraksi dengan penderita TBC, serta sering mencuci
tangan.
langkah-langkah di bawah ini sangat berguna untuk mencegah penularan, terutama pada
orang yang tinggal serumah dengan Anda:
 Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau kenakan Apabila menggunakan
tisu untuk menutup mulut, buanglah segera setelah digunakan.
 Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
 Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering
membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.
 Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan TBC yang
Anda derita tidak lagi menular.

b) pengawasan perawatan penderita,kontak,dan lingkungan sekitar


Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, para penderita tuberkulosis juga wajib
mendapatkan pengobatan intensif yang menyeluruh. Salah satunya dengan mengikuti cara
minum obat TBC sesuai dengan jadwalnya. Maka dari itu, penderita TBC membutuhkan
bantuan perawatan dari orang terdekat, terutama anggota keluarga di rumah.Untuk
membantu anggota keluarga yang terkena TBC sekaligus meminimalisir risiko
penularannya, diperlukan pengetahuan khusus seputar perawatan pasien tuberkulosis di
rumah
Menurut keluarga penularan penyakit TB Paru sangat penting untuk dicegah agar tidak
terjadi penularan ke anggota keluarga lainnya. Tindakan yang dilakukan keluarga untuk
mencegah penularan penyakit TB Paru ke anggota keluarga dengan memodifikasi
lingkungan dengan cara membuka jendela kamar dan pintu rumah, menjemur kasur yang
dipakai penderita TB Paru secara satuminggu sekali. Dengan membuka ventilasirumah
maupun menjemur kasur penderita TBdi harapkan bakteri tersebut mati karena terpapar
sinar matahari secara langsung(“Families fight TB,” 2006).
Selain membuka ventilasi rumah,tempat-tempat lembab juga perlu di
bersihkan,dikarenakan bakteri ini sangat menyukai padatempat yang lembab sehingga
sangatberpotensi sebagai tempat sarang bakteri TBParu dan dapat menyebabkan penularan
keanggota keluarga lain. Untuk itu kebersihanlingkungan dalam rumah juga
harusdiperhatikan supaya perkembangan bakteriTB tidak begitu bertambah banyak.

c) Penanggulangan klb TBC


Penanggulangan Tuberkulosis yang selanjutnya disebut Penanggulangan TB adalah
segala upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa
mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi kesehatan
masyarakat, menurunkan angka kesakitan,Kecacatan atau kematian, memutuskan
penularan, mencegah resistensi obat dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan
akibat Tuberkulosis
d) Implikasi Bencana TBC
Terdapat beberapa implikasi yang dapat dilakukan untuk peningkatan dalam bidang
keperawatan, khususnya:
1. Pelayanan Keperawatan
Diharapkan hasil dari penelitian ini akan berdampak pada dilakukannya upaya
peningkatan pelayanan kesehatan oleh tenaga medis dan perawat dengan lebih
mengupayakan tindakan preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif serta menekankan pada pengawasan bagi penderita yang menjalani
pengobatan, memberikan pendidikan kesehatan agar penderita dan orang yang beresiko
tertular dapat melakukan tindakan preventif sehingga dapat mencegah rantai penularan.
2. Pendidikan Keperawatan
Diharapkan hasil dari penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan kajian dan
pengetahuan mengenai motivasi minum OAT bagi penderita TB.

e) Tindakan internasional
Pengaturan Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011-2014 bertujuan
untuk memberikan acuan bagi pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, fasilitas
pelayanan kesehatan, institusi pendidikan/penelitian, serta lembaga swadaya masyarakat
dalam penyelenggaraan program pengendalian tuberkulosis.

Anda mungkin juga menyukai