DI SUSUN OLEH:
ELSINTA.DUDA
DOSEN MATAKULIAH:
C. Kejadian penyakit
kejadian TB paru Menurut Eka (2013) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kejadian TB paru, antara lain
Umur berperan dalam kejadian penyakit TB. Risiko untuk mendapatkan TB dapat
dikatakan seperti halnya kurva normal tebalik, yakni tinggi ketika awalnya, menurun
karena di atas 2 tahun hingga dewasa memiliki daya tangkal terhadap TB dengan baik.
Puncaknya tentu dewasa muda dan menurun kembali ketika seseorang atau kelompok
menjelang usia tua,
Tingkat pendapatan mempengaruhi angka kejadian TB, kepala keluarga yang mempunyai
pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi
yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB paru,
Kondisi rumah menjadi salah satu faktor resiko penularan TB paru. Atap, dinding dan
lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman. Lantai dan dinding yang sulit
dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai
media yang baik bagi perkembangbiakan kuman.
Membuka jendela setiap pagi dan merokok berpengaruh terhadap kejadian TB paru.
Kegiatan membuka jendela setiap pagi merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit
TB paru. Dengan membuka jendela setiap pagi, maka dimungkinkan sinar matahari dapat
masuk ke dalam rumah atau ruangan. Sedangkan kebiasaan merokok memperburuk
gejala TB. Demikian juga dengan perokok pasif yang menghisap rokok, akan lebih
mudah terinfeksi TB paru,
Riwayat kontak dengan penderita TB paru menyebabkan penularan TB paru dimana
seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya,
sedangkan besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih
dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita TB
paru.
D. Reservoir
Manusia merupakan reservoir untuk penularan kuman Mycobacterium tuberculosis,
kuman tuberkulosis menular melalui droplet nuclei. Seorang penderita tuberkulosis dapat
menularkan pada 10-15 orang (Depkes RI, 2002). Menurut penelitian pusat ekologi kesehatan
(1991), menunjukkan tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga penderita cukup
tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam
rumahnya. Di dalam rumah dengan ventilasi baik, kuman ini dapat hilang terbawa angin dan
akan lebih baik lagi jika ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa
menangkap kuman TB.
Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan (2000), didapatkan data bahwa
Tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang
penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya.
Besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih dari 1 orang
adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita tuberkulosis.
Hal yang perlu diketahui tentang host atau penjamu meliputi karakteristik; gizi atau daya tahan
tubuh, pertahanan tubuh, higiene pribadi, gejala dan tanda penyakit dan pengobatan.
Karakteristik host dapat dibedakan antara lain; Umur, jenis kelamin, pekerjaan, keturunan,
pekerjaan, keturunan, ras dan gaya hidup.
E. Cara Penularan
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak
sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan
tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan
dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
F. Masa Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam
tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi
ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya
masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi
berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan
pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya. Masa inkubasi
dari penyakit TBC yaitu mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan 4-12 minggu.
Setelah bakteri tersebut tertular dan memasuki tubuh, bakteri masih belum aktif karena
akan tertidur selama beberapa waktu. Periode ini disebut masa inkubasi. Pada periode ini
penderita tidak akan merasakan gejala dan juga tidak dapat menularkan orang lain. Namun jika
penderita mengikuti tes bakteri MTB, hasilnya akan tetap positif, dan sebaiknya segera
mendapatkan pengobatan yang tepat agar resiko TBC dapat dikurangi.
G. Masa Penularan
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini
sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis, walaupun penyakit
masih dalam masa subklinis. Pada tahap ini, diharapkan diagnosis dapat di tegakan secara
dini,dengan gejala,demam tidak terlalu tinggi,nafsu makan berkurang,batuk-batuk selama kurang
dari 3 minggu,dan persaan kurang enak.
H. Kerentanan dan kekebalan
Kerentanan terhadap bakteri M. tuberculosis merupakan faktor yang ditentukan oleh resiko
untuk mendapatkan infeksi dan resiko munculnya penyakit klinis setelah infeksi terjadi. Orang
beresiko tinggi terkena TB yaitu bayi, usia lanjut, kurang gizi, daya tahan tubuh yang rendah, dan
orang yang mempunyai penyakit penyerta (Brooks, Carroll, Butel, Morse, & Mietzner, 2010).
sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil
dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-
tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul
dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis
dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang
disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh
makrofag seperti dinding.
e) Tindakan internasional
Pengaturan Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011-2014 bertujuan
untuk memberikan acuan bagi pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, fasilitas
pelayanan kesehatan, institusi pendidikan/penelitian, serta lembaga swadaya masyarakat
dalam penyelenggaraan program pengendalian tuberkulosis.