Anda di halaman 1dari 87

GEOTEKNIK

Yahdi Azzuhry, A.Md., S.T., M.Eng.


Rock Slope Stability
(Analysis Basics)
Lecture 7

2
Pendahuluan
• Penilaian kemantapan lereng natural dan
buatan, karena adanya perubahan lingkungan
secara natural maupun akibat aktifitas
manusia dapat dilakukan dengan metode
analitik maupun metode numerik.
o Metode analitik akan menghasilkan satu
jawaban untuk satu set masukan.
o Metode numerik akan menghasilkan
jawaban pendekatan untuk tegangan dan
perpindahan pada model.
3
Pendahuluan
• Kedua metode ini, model yang digunakan umumnya
didasarkan pada penyederhanaan yang realistis,
bukan imitasi yang eksak dari kondisi sebenarnya
karena kondisi geologi dan interaksi mekanik yang
terjadi tidak pernah diketahui secara rinci.
• Analisis kemantapan lereng batuan pada dasarnya
bergantung kepada analisis rinci dari struktur
geologi di dalam massa batuan, kecuali untuk
batuan yang sangat lemah.

4
Pendahuluan
• Analisis kemantapan lereng batuan memungkinkan
kita:
• Menentukan kondisi kemantapan lereng batuan
dan/atau mekanisme ketidakmantapannya.
• Menentukan sensitivitas lereng terhadap adanya
gangguan.
• Menentukan metode pemantapan lereng yang
tidak mantap atau potensial tidak mantap.
• Merancang lereng secara optimal berdasarkan
keselamatan, kehandalan, dan ekonomi.
5
Pendahuluan
• Hal mendasar yang dibutuhkan untuk studi yang
baik harus mencakup tahapan
pengumpulan/evaluasi data berikut ini:
• Karakterisasi lapangan (geologi dan
hidrogeologi).
• Kondisi air tanah.
• Parameter geoteknik (kekuatan, deformabilitas,
permeabilitas).
• Mekanisma ketidakmantapan (model kinematik
atau keruntuhan potensial).

6
Plane sliding

7
Plane sliding
• Kemiringan muka lereng >
kemiringan bidang longsor
potensial.
• Bidang longsor potensial
miring ke arah muka lereng.
• Kemiringan bidang longsor
potensial harus sedemikian
sehingga kekuatan geser
bidang tercapai. Dalam kasus
bidang tanpa kohesi, hal ini
berarti kemiringan bidang
tersebut > sudut gesek
dalam.
• Jurus bidang longsor
potensial berbeda ±22O
dengan jurus muka lereng.8
Plane sliding

9
Wedge slides

10
Wedge slides • Kemiringan lereng >
kemiringan garis
perpotongan kedua
bidang lemah pembentuk
baji.
• Garis perpotongan kedua
bidang lemah pembentuk
baji miring ke arah muka
lereng.
• Kemiringan garis
perpotongan kedua
bidang pembentuk baji >
sudut gesek dalam.
11
Wedge slides

12
Toppling Failure

13
Flexural Toppling Failure
• Terdapat satu set
bidang lemah yang
miring ke arah lereng
pada sudut yang
cukup curam untuk
membentuk gelinciran
antar lapisan.
• Jurus bidang lemah
berbeda maksimum
20O dengan jurus
lereng.
14
Flexural Toppling Failure

15
Block Flexure Toppling
• Terdapat dua set
bidang lemah dan
garis perpotongan
keduanya miring ke
arah lereng.
• Terdapat satu set
bidang lemah yang
menjadi dasar dari
blok-blok yang
terguling.
16
Circular Failure

17
Circular Failure

18
Rock Slope Stability
(Analysis Basics)
Mekanisme Dasar Longsoran

19
Mekanisme Dasar
Longsoran • Pada blok hanya bekerja
percepatan gravitasi.
• Berat W bekerja vertikal
ke bawah.
• Penguraian W:
• W sin a  gaya penggarak.
• W cos a  gaya penahan.
• Tegangan normal s yang
bekerja pada permukaan
longsor:
• s = (W cos a) / A
• A = Luas dasar blok.

20
Mekanisme Dasar
Longsoran • Jika diasumsikan kuat
geser permukaan longsor
mengikuti kriteria Mohr-
Coulomb:
t = c + s tan f
t = c + (W cos a) / A ● tan f
atau
R = cA + W cos a ● tan f
dengan
R = tA
adalah gaya geser yang
menahan gelinciran blok.
21
Pengaruh Tekanan
Air pada Kuat
Geser • Sebuah kaleng terbuka
berisi air diletakkan pada
bidang miring.
• Untuk penyederhanaan,
kohesi antara dasar kaleng
dengan permukaan
bidang miring diasumsikan
nol.
• Kaleng dengan isinya akan
menggelincir ke bawah
jika
y1 = f
22
Pengaruh Tekanan
Air pada Kuat
Geser • Jika dasar kaleng bocor, air
dapat mengisi celah antara
dasar kaleng dengan
permukaan bidang miring
dan memberikan tekanan
air atau gaya angkat
U = uA
• Gaya normal W cos y2
sekarang dikurangi dengan
U dan gaya penahan
gelinciran sekarang
menjadi
R = (W cos y2 – U) tan f
23
Pengaruh Tekanan
Air pada Kuat
• Jika:
Geser • gt = berat satuan kaleng + air
• gw = berat satuan air
• maka
• W = gt h A
• U = gw hw A
• hw = h cos y2
• U = gw / gt ● W cos y2
• R = W cos y2 (1- gw/gt ) tan f
• Kondisi kesetimbangan
batas:
tan y2 = (1- gw/gt) tan f

24
Pengaruh Tekanan
Air pada Kuat
Geser
• Jika diasumsikan:
• Sudut gesek dalam f antar muka kaleng-kayu
adalah 30O.
• Berat total kaleng+air sedikit lebih besar dari
berat air  gw/gt = 0.9
• Kemiringan bidang agar kaleng dapat
menggelincir adalah:
• 30O untuk kaleng yang tidak bocor.
• 3O18’ untuk kaleng yang bocor.
25
Pengaruh Tekanan
Air dalam Rekahan
• Tekanan air dalam rekahan
Tarik tarik meningkat secara linier
terhadap kedalaman dan
memberikan gaya total V
pada permukaan blok bagian
belakang.
• Diasumsikan bahwa tekanan
air ditransmisikan sepanjang
perpontongan antara rekahan
tarik dengan dasar blok.
• Distribusi tekanan air
menghasilkan gaya angkat U
yang mengurangi gaya normal
yang bekerja pada
permukaan ini.
26
Pengaruh Tekanan
Air dalam Rekahan
Tarik

Kondisi kesetimbangan batas:


W sin a + V = cA + (W cos a – U) tan f

27
Pengaruh Tekanan
Air dalam Rekahan
Tarik
W sin a + V = cA + (W cos a – U) tan f

• Gaya penggerak meningkat.


• Gaya penahan menurun.
• Baik V maupun U menurunkan kemantapan.
• Meskipun tekanan yang terlibat secara relatif kecil,
tekanan ini bekerja pada area yang besar sehingga
gaya yang ditimbulkannya dapat sangat besar.

28
Perkuatan untuk
Mencegah Gelinciran

Kondisi kesetimbangan batas:


W sin a + V – T cos b =
cA + (W cos a – U + T sin b) tan
f
29
Faktor Keamanan Lereng

• Untuk kasus blok yang mendapatkan gaya


akibat air dan diperkuat dengan baut batuan,
FK dihitung dengan persamaan:

cA  (W cos   U  T sin β) tan 


FK 
W sin   V  T cos β

30
Faktor Keamanan Lereng
• Untuk meningkatkan FK:
• Mengurangi V and U  penyaliran.
• Meningkatkan T  pemasangan baut batuan
atau kabel tertarik.
• Mengubah W  harus dievaluasi dengan
hati-hati

cA  (W cos   U  T sin β) tan 


FK 
W sin   V  T cos β
31
GEOTEKNIK
Yahdi Azzuhry, A.Md., S.T., M.Eng.
Analisis Longsoran Bidang
(Plane sliding )

33
Asumsi Analisis
Longsoran
• Jurus bidang gelincir dan Bidang (Plane
rekahan tarik sejajar dengan
jurus muka lereng. sliding )
• Rekahan tarik vertikal dan
terisi air dengan kedalaman
zw.
• Air masuk ke permukaan
bidang gelincir sepanjang
dasar rekahan tarik dan
mengalir sepanjang
permukaan bidang gelincir,
keluar pada tekanan atmosfir,
dimana permkaan gelincir
mengarah ke muka lereng.
34
Asumsi Analisis
Longsoran
• Gaya-gaya W, U, V bekerja Bidang (Plane
melalui titik pusat massa dari
blok  Tidak ada momen
sliding )
yang cenderung menghasilkan
rotasi pada blok  Longsoran
disebabkan oleh gelinciran
saja.
• Kuat geser permukaan bidang
gelincir ditentukan oleh
kohesi dan sudut gesek dalam
 Kriteria Mohr-Coulomb.
• Ada bidang bebas  Tidak
ada penahan pada batas
lateral dari longsoran.
35
Faktor Keamanan Longsoran
Bidang (Plane sliding )
FK 
 
cA  W cos p - U - V sin  p tan 
W sin  p  V cos p

dengan:
• A = (H + b tan ys – z) cosec yp
• U = ½ gwzw (H + b tan ys – z) cosec yp
• V = ½ gw z w 2
• W bergantung kepada posisi rekahan tarik

36
Faktor Keamanan Longsoran
Bidang (Plane sliding )
• Jika rekahan tarik berada di permukaan lereng
sebelah atas:
W = gr [ (1 – cot yf tan yp) (bH + ½ H2 cot yf) + ½ b2
(tan ys – tan yp) ]

37
Faktor Keamanan Longsoran
Bidang (Plane sliding )
• Jika rekahan tarik berada di muka lereng:
W = ½ grH2 [ (1 – z/H)2 cot yp x (cot yp tan yf – 1) ]

38
Perkuatan dengan Baut Batuan
Tertarik

FK 
 
cA  W cos p - U - V sin  p  T sin ( T   p ) tan 
W sin  p  V cos p  T cos ( T   p )

39
Perkuatan dengan Baut Batuan
Tertarik
• Analisis kemantapan untuk longsoran bidang
dilakukan pada sebuah irisan lereng setebal 1 m,
nilai T yang dihitung untuk FK tertentu mempunyai
satuan kN/m.
• Jika tarikan pada setiap baut adalah TB, dan baut
batuan dipasang dengan pola tertentu sehingga
terdapat n baut pada setiap baris vertikal, maka
gaya pembautan total pada setiap baris vertikal
adalah (TB x n).

40
Perkuatan dengan Baut Batuan
Tertarik
• Karena gaya pembautan yang diperlukan adalah T,
spasi horisontal S antara setiap baris vertikal
diberikan oleh persamaan:

TB x n  kN 
S  
T  kN/m 

41
Analisis Longsoran Baji:
Asumsi
(Wedge slides)
• Baji impermeable.
• Air memasuki bagian atas
baji melalui garis
perpotongan 3 dan 4 serta
keluar pada muka lereng
melalui garis perpotongan 1
dan 2.
• Tekanan maksimum terjadi
sepanjang garis
perpotongan 5 dan tekanan
sepanjang garis 1, 2, 3, dan
4 adalah nol.
42
Faktor Keamanan Longsoran Baji
(Wedge slides)

3 w w
FK  (c A X  c B Y)  (A  X) tanA  (B  Y) tanB
H 2 2

• X = sin 24/(sin 45 sin 2.na) • a and b = kemiringan


• Y = sin 13/(sin 35 sin 1.nb) bidang A dan B
• A= (cos a – cos b cos na.nb)/ • 5 = kemiringan garis
(sin 5 sin 2na.nb) perpotongan 5
• B = (cos b – cos a cos na.nb)/ • 24, dll. = sudut-sudut yang
(sin 5 sin 2na.nb) diukur pada stereoplot.

43
Longsoran Bidang:
Perhitungan FK
• Hitung FK lereng ini.
• Hitung FK jika rekahan
tarik terisi penuh
dengan air.
• Hitung FK jika lereng
sepenuhnya kering.
• Hitung FK jika kohesi gr = 26 kN/m3
berkurang menjadi nol gw = 9.81 kN/m3
dan lereng tetap
C = 25 kPa
sepenuhnya kering. f = 37O
44
Analisis Longsoran
Sirkular (Circular
• Perhitungan dilakukan pada
Failure) massa tanah dengan batas
sebelah bawah permukaan
longsor yang diasumsikan
dan batas sebelah atas
permukaan lereng.
• Gaya-gaya dan momen-
momen penggerak
dibandingkan dengan gaya-
gaya dan momen-momen
penahan.
• Perhitungan umumnya
dilakukan pada penampang
dua dimensi dengan asumsi
regangan bidang.
45
Analisis Longsoran
Sirkular (Circular
• Beberapa asumsi lainnya
Failure) dibuat untuk permukaan
longsor sampai ditemukan
permukaan longsor yang
paling kritikal (FK
terendah).
• Dalam hubungannya
dengan kuat geser tanah,
FK didefinsikan sebagai
rasio antara kuat geser
yang tersedia (s) dan kuat
FK 
Kuat geser

s geser yang dibutuhkan
Tegangan geser  untuk kesetimbangan (t):

46
Analisis Longsoran
Sirkular (Circular
Failure)

• Untuk tegangan total


c  σ tan
FK 

• Untuk tegangan efektif

c   σ - u  tan
FK 

47
Analisis Longsoran
Sirkular (Circular
• Dalam banyak metode Failure)
kesetimbangan batas
seperti:
• Ordinary Method of Slices
(OMS)
• Simplified Bishop
• Corps of Engineers’
Modified Swedish
• Spencer
kesetimbangan statik
dianalisis dengan membagi
massa tanah di atas
permukaan longsor menjadi
sejumlah irisan vertikal.
48
Analisis Longsoran
Sirkular (Circular
Failure)
• Gaya-gaya yang bekerja
pada setiap irisan:
• W – berat irisan
• E – Gaya-gaya horisontal
(normal) pada sisi-sisi irisan
• X – Gaya-gaya vertikal (geser)
antar irisan
• N – Gaya normal pada dasar
irisan
• S – Gaya geser pada dasar
irisan

49
Analisis Longsoran
Sirkular (Circular
Failure)
• Kecuali W, semua gaya-
gaya ini tidak diketahui
dan harus dihitung agar
kesetimbangan statik
dipenuhi.
• Gaya geser S pada dasar
irisan merupakan hasil
perkalian antara tegangan
geser t dengan panjang
dasar irisan Dℓ:
S = tDℓ
• Untuk tegangan efektif:
cΔ  σ - u  Δ tan
S 
FK FK 50
Analisis Longsoran
Sirkular (Circular
• Gaya normal N adalah Failure)
hasil perkalian antara
tegangan normal (σ)
dengan panjang dasar
irisan Dℓ:
N = sDℓ

• Hubungan antara S, N,
and FK dapat dituliskan
sebagai:
cΔ  N - uΔ tan
S 
FK FK
51
Analisis Longsoran Sirkular
(Circular Failure) : Persamaan
Jumlah Unknowns untuk n irisan

Unknowns Jumlah
Unknowns
Faktor Keamanan (FK) 1
Gaya-gaya normal pada dasar irisan (N) n
Gaya-gaya normal antara irisan, E n-1
Gaya-gaya geser antara irisan, X n-1
Lokasi gaya-gaya normal pada dasar irisan n
Lokasi gaya-gaya normal antar irisan n-1
Jumlah Total Unknowns 5n-2
52
Analisis Longsoran Sirkular
(Circular Failure) : Persamaan
Jumlah persamaan untuk n irisan

Jumlah
Persamaan Persamaan
Persamaan kesetimbangan gaya pada arah n
horisontal
ΣFx = 0
Persamaan kesetimbangan gaya pada arah vertikal n
ΣFy = 0

Kesetimbangan momen n
Jumlah Total Persamaan 3n
53
Analisis Longsoran Sirkular: Solusi
(Circular Failure)
• Agar diperoleh solusi deterministik statik, harus
terdapat kesetimbangan antara jumlah unknowns
dengan jumlah persamaan kesetimbangan.
• Jumlah unknowns (5n – 2) lebih besar dari jumlah
persamaan kesetimbangan (3n) jika n lebih besar
dari satu.
• Oleh karena itu, beberapa asumsi harus dibuat
untuk mendapatkan solusi deterministik statik.

54
Analisis Longsoran Sirkular: Solusi
(Circular Failure)
• Metode-metode kesetimbangan batas
menggunakan asumsi yang berbeda untuk
mendapatkan jumlah persamaan yang sama
dengan jumlah unknowns.
• Metode-metode ini juga berbeda dalam
persamaan-persamaan kesetimbangan yang harus
dipenuhi.

55
Permukaan Longsor Kritis

• Permukaan longsor kritis didefinisikan


sebagai permukaan longsor dengan FK
terendah.
• Karena masing-masing prosedur analisis
menggunakan asumsi tersendiri, lokasi
permukaan longsor kritis dapat sedikit
berbeda untuk masing-masing metode
analisis.

56
Permukaan Longsor Kritis
• Permukaan longsor kritis untuk problem tertentu
yang dianalisis dengan metode tertentu didapatkan
melalui posedur sistematik pendefinisian
permukaan longsor percobaan sampai
diperolehnya permukaan longsor dengan FK
minimum.
• Skema pencarian bervariasi, bergantung kepada
bentuk permukaan longsor yang diasumsikan dan
program komputer yang digunakan.

57
Permukaan Longsor Kritis

58
Contoh Analisis Longsoran
Busur

59
Kelemahan Metode
Kesetimbangan Batas
• Hubungan tegangan-regangan material
diabaikan.
• Kebanyakan problem adalah indeterministik
statik.
• FK diasumsikan konstan sepanjang
permukaan longsor (sebuah oversimplifikasi,
terutama jika permukaan longsor melalui
bermacam-macam material).

60
Kelemahan Metode
Kesetimbangan Batas
• Akurasi perhitungan dapat bervariasi.
• Hanya memungkinkan kondisi pembebanan
sederhana (tidak mengakomodasi tegangan
in situ).
• Hanya memberikan sangat sedikit gambaran
mengenai mekanisme kelongsoran lereng
(tidak mempertimbangkan evolusi kondisi
tegangan atau keruntuhan progresif).

61
Metode Hoek-Bray: Langkah-
Langkah

1.Tentukan kondisi air


tanah yang akan terjadi
pada lereng dan pilih
chart yang paling
mendekati kondisi
tersebut.

62
Metode Hoek-
Bray: Kondisi
Air Tanah

63
Metode Hoek-Bray: Langkah-
Langkah
2. Hitung nilai rasio tak
berdimensi c/(gH.tanf)
dan temukan nilai ini pada
skala sirkular bagian luar.
3. Ikuti garis radial dari nilai
pada langkah 2 sampai
perpotongannya dengan
kurva kemiringan lereng.
4. Temukan harga tanf/F
atau c/gHF yang sesuai
dan hitung Faktor
Keamanan.
64
Metode
Hoek-Bray:
Chart 1

65
Metode
Hoek-Bray:
Chart 2

66
Metode
Hoek-Bray:
Chart 3

67
Metode
Hoek-Bray:
Chart 4

68
Metode
Hoek-Bray:
Chart 5

69
End of Lecture 7

70
TEST

 Kelompok Soal A :

 Kelompak Soal B :

71
TEST

 Kelompok Soal A : RQD = 50% (Fair)

 Kelompak Soal B : RQD = 87% (Good)

72
GEOTEKNIK
Yahdi Azzuhry, A.Md., S.T., M.Eng.
Rock Slope Stability
(Metode Kesetimbangan )
Lecture 8

74
Metode Kesetimbangan
Metode ini dapat dinyatakan dengan persamaan-
persamaan kesetimbangan dari satu atau
beberapa blok yang diasumsikan tidak
terdeformasi dan mengurangi gaya-gaya yang tidak
diketahui (reaksi dan bagian stabil massa batuan
atau gaya-gaya antar blok), khususnya gaya geser
yang bekerja pada permukaan longsoran yang
dipilih sebelumnya.

75
Metode Biasa
(Fellenius Atau Swedia)
•  Metode biasa adalah metode yang paling
sederhana dari metode irisan karena mempunyai
prosedur dimana hasilnya dalam suatu
persamaan faktor keamanan linier. Pada
umumnya gaya antar irisan dapat diabaikan
karena gaya-gaya ini parallel dengan dassar dari
tiap irisan (Fellenius, 1936).
• Dengan memasukkan kriteria longsoran dan gaya
normal didapatkan rumus :

76
Metode Bishop Sederhana
•  Metode ini mengabaikan gaya geser antar irisan
dan kemudian mengasumsikan bahwa suatu gaya
normal atau horizontal cukup untuk
mendefinisikan gaya-gaya antar irisan (Bishop,
1955).

• Keterangan :

77
Metode Spencer
•  Metode ini juga mengasumsikan bahwa
hubungan yang konstan antara besaran dari gaya
geser dan gaya normal antara irisan (Spencer,
1967).
Rumusnya :

78
Metode Janbu Sederhana
•  Metode ini menggunakan suatu faktor koreksi f0
untuk menghitung akibat dari gaya antar irisan.
Faktor koreksi ini dihubungkan dengan kohesi,
sudut geser dalam dan bahwa dari permukaan
longsoran (Janbu et.al., 1956).
• Rumusnya :

79
Metode Janbu Perbaikan
•  Metode ini mengasumsikan bahwa titik dimana
gaya antar irisan beraksi dapat didefinisikan oleh
suatu garis arah (line thrust).
Rumusnya :

80
Metode Morgenstern-Price
•Metode
  ini mengasumsikan suatu fungsi
matematik arbitrary untuk mendeskripsikan arah
dari gaya antar irisan.
Rumusan :

81
Metode Bishop-Morgenstern
•  Bishop dan Morgenstern (1960)
menyederhanakan metode Bishop dan
memasukan rasio tekanan air pori. Di dalam
dimensi linear, persamaannya adalah :

82
End of Lecture 8

83
TEST

 Kelompok Soal A :

 Kelompak Soal B :

84
RUMUS YANG
DIGUNAKAN PADA
SOAL UAS
JANUARI JUNI 2016

85
Faktor Keamanan Longsoran
Bidang (Plane sliding )
FK 
 
cA  W cos p - U - V sin  p tan 
W sin  p  V cos p

dengan:
• A = (H + b tan ys – z) cosec yp
• U = ½ gwzw (H + b tan ys – z) cosec yp
• V = ½ gw z w 2
• W bergantung kepada posisi rekahan tarik

86
Faktor Keamanan Longsoran
Bidang (Plane sliding )
• Jika rekahan tarik berada di permukaan lereng
sebelah atas:
W = gr [ (1 – cot yf tan yp) (bH + ½ H2 cot yf) + ½ b2
(tan ys – tan yp) ]

87

Anda mungkin juga menyukai