Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN DEFISIT

PENGETAHUAN PADA KLIEN HIPERTENSI


DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALU

Di Susun

OLEH :

I KETUT WIRNATA
NIM : 202001157

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2021

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


ANALISIS JURNAL

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN DEFISIT


PENGETAHUAN PADA KLIEN HIPERTENSI
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALU

Penelitian Kasus di Rumah Sakit Bhayangkata Palu

Oleh : I KETUT WIRNATA


Pendahuluan : Menurut World Health Organization (WHO), Lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memesuki tahap akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut aging proses atau proses penuaan. Angka kesakitan
Hipertensi cukup tinggi, dan terus menigkat dari tahun ketahun. Metode : Untuk
melaksanakan asuhan keperawatan gerontik pada Ny. S. yang mengalami
hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara Palu dengan mengunakan pendekatan
proses keperawatan gerontik. Metode penelitian ini adalah study kasus. Subyek
yang digunalan adalah satu lansia dengan masalah hipertensi dan masalah
defisit pengetahuan di Rumah Sakit Bhayangkara Palu dengan pendekatan
gerontik. Hasil study analisa dari pengkajian dan diagnosa ditemukan
kesenjangan . Sedangkan pada interbensi , implementasi dan evaluasi
ditemukan kesesuaian. Diskusi : diharapkan klien mampu mengatasi masalah
kesehatan yang diderita dengan memanfaatkan sember pelayanan kesehatan
yang tepat, keluarga mampu menciptakan lingkunga yang aman dan nyaman
bagi klien.
Kata kunci : Hpertensiu , defisit pengetahuan, asuhan keperawatan gerontik
dengan hpertensi

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga
Kasus Asuhan Keperawatan Ny. S dengan Diagnosa Medis Hipertensi di RS
Bhayangkara Palu ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih pada pihak RS Bhayangkara Palu, Karumkit Bhayangkara Palu, dan
Para Staf Rumah Sakit yang sudah memberikan izin kepada kami Mahasiswa Profesi
Ners STIKes Widya Nusantara untuk melaksanakan penelitian keperawatan Pasien gerontik.
Dan harapan kami semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki agar menjadi lebih
baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam penulisan laporan seminar ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan
seminar ini.

Palu, Maret 2021


Penyusun

I KETUT WIRNATA

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menjadi tua adalah proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua. Menua disebut sebagai lanjut usia.
Menurut Undang-Undang RI NO 13 Tahun 1993 dan WHO disebut sebagai penduduk
lanjut usia atau lansia adalah mereka yang berusia ≥ 60 tahun (Nugroho, 2010 dalam
Wiria, 2019).
Proses penuaan adalah proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan
meliputi perubahan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Pada perubahan fisiologis
terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh untuk menghadapi gangguan dari dalam
maupun luar tubuh. Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami lansia
adalah pada sistem kardiovaskuler (Teguh, 2010 dalam Astari, 2019). Oleh sebab itu,
lansia dianjurkan untuk rajin memeriksakan tekanan darah secara teratur agar dapat
mencegah penyakit kardiovaskuler khususnya hipertensi tersebut (Martono & Pranaka,
2010 dalam Astari, 2019).
Hipertensi adalah peningk atan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (AHA, 2017). Seiring
bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan
karena usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Ada
beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah. Faktor risiko
tersebut diklasifikasikan menja di factor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor
risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi diantaranya
adalah genetik, usia, jenis kelamin. Adapun faktor risiko yang dapat dimodifikasi
meliputi merokok, obesitas, aktivitas fisik yang kurang, penggunaan alkohol, stres,
asupan makronutrien dan mikronutrien.
Berdasarkan data Susenas 2019, jumlah lansia di Indonesia mencapai 22,4 juta
jiwa atau 8,69 % dari jumlah penduduk dan data yang diberikan Kemenkes tahun 2020,
hipertensi menjadi peringkat pertama penyakit tidak menular yang didiagnosa di fasilitas
kesehatan dengan jumlah 185.857 kasus (Muhamad Reza Sulaiman – detikHealth).
Tingginya angka kejadian hipertensi pada lansia menuntut peran tenaga kesehatan
untuk melakukan pencegahan dan upaya promosi kesehatan. Ada beberapa cara
pencegahan yang dapat dilakukan oleh lanjut usia agar terhindar dari penyakit hipertensi

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


dengan semboyan “SEHAT” yaitu Seimbangkan gizi, Enyahkan rokok, Hindari stres,
Awasi tekanan darah, dan Teratur berolahraga.
Sebagai tenaga kesehatan, kita mempunyai peranan penting dalam memelihara
kesehatan masyarakat bukan hanya pada usia produktif tetapi juga pada tingkat lansia,
sehingga para lansia bisa hidup sehat, lebih mandiri dan berkualitas. Kegiatan yang
dilakukan berupa promosi kesehatan, pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan secara
berkala pada tingkat dasar (Poliklinik) dan menggerakkan para lansia untuk aktif pada
kegiatan posbindu yang dilaksanakan sesuai program lansia di Poliklinik masing-masing
Polres Jajaran.
Poliklinik Rumah Sakit Bhayangkara. Setiap bulannya mendapatkan kunjungan
dari petugas kesehatan sebanyak 1 kali tiap bulannya. Kegiatan yang diberikan yaitu
berupa pemeriksaan kesehatan dan pengobatan pada para lansia juga pemberian
motivasi dan penyuluhan kesehatan secara langsung kepada para lansia yang
mempunyai masalah kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang diperlukan
para lansia.
2. Identifikasi Masalah
a. Apa itu hipertensi
b. Apa etiologi dari penyakit hipertensi ?
c. Bagaimana manifestasi klinik dari penyakit hipertensi?
d. Bagaimana penatalaksanaan penyakit hipertensi?
e. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit hipertensi pada lansia?
3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Setelah membuat laporan ini diharapkan mahasiswa mengerti dan mampu
memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan kasus hipertensi.
b. Tujuan Khusus
Setelah menyusun laporan ini diharapkan mahasiswa mampu:
1) Mengenal penyakit hipertensi pada lansia
2) Merumuskan diagnosa untuk pasien hipertensi pada lansia
3) Membuat perencanaan untuk pasien hipertensi pada lansia
4) Melakukan implementasi pada pasien dengan hipertensi pada lansia
5) Membuat evaluasi pada pasien hipertensi pada lansia

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


4. Manfaat Penulisan
a. Dengan adanya laporan kasus ini kita dapat mengetahui karakteritik dari penyakit
hipertensi
b. Dengan adanya laporan kasus ini kita dapat memberikan asuhan keperawatan pada
lansia dengan penyakit hipertensi
5. Metode Penulisan
Metode penulisan ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang
menggambarkan atau menguraikan tentang asuhan keperawatan melalui pendekatan
proses keperawatan berikut:
a. Studi kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari serta memahami hal-hal
yang bersifat teoritis berdasarkan pendapat para ahli.
b. Studi kasus (Case Study)
Dalam studi ini penulis langsung melihat dan mempelajari serta melaksanakan
asuhan keperawatan untuk mendapatkan data-data yang akurat dan representatif,
pengumpulan data dilakukan dengan tekhnik:
1) Wawancara (Interview)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab bsecara langsung
kepada pasien
2) Pengamatan (Observasi)
Yaitu pengamatan secara langsung terhadap perkembangan klien dalam bentuk
home visit
3) Pemeriksaan Fisik
Yaitu dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
4) Dokumentasi (Document)
Suatu metode pengumpulan data dimana data didapat melalui pencatatan yang
dilakukan terhadap semua perkembangan atau keadaan yang dialami klien.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS HIPERTENSI


1. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (AHA, 2017). Disebut
hipertensi apabila seseorang yang terkena :
a. Telah berumur 18 tahun atau lebih.
b. Bila 2x kunjungan berbeda tekanan diastolik lebih dari 80.
c. Beberapa kali pengukuran tekanan sistolik menetap >120 mmHg.
Menurut Guideline AHA 2017, klasifikasi tekanan darah orang dewasa yaitu :
N
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
o
1 Normal < 120 < 80
2 Meningkat 120-129 < 80
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 130-139 80-89
Grade 2 (sedang) > 140 > 90
Krisis Hipertensi > 180 > 120

2. Anatomi Fisologi
a. Anatomi
Sistem kardiovaskuler adalah sistem transport (peredaran) yang membawa
gas-gas pernapasan, nutrisi, hormon, dan zat lain dari dan ke jaringan tubuh.
Sistem kardiovaskuler dibangun oleh :
1) Darah
Merupakan jaringan cair kompleks yang mengandung sel-sel khusus
dalam cairan plasma
2) Jantung
Merupakan pompa ganda yang terdiri dari empat ruang yang bekerja
memompa darah ke pembuluh-pembuluh darah

3) Pembuluh darah

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


a) Pembuluh darah arteri
Arteri merupakan jenis pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluruh tubuh dari ventrikel sinistra (aorta). Arteri
memiliki tiga lapisan kuat yang tebal tetapi sifatnya elastis, dan terdiri dari
tiga lapisan yaitu tunika intima (lapisan paling dalam yang berhubungan
dengan darah), tunika media (lapisan tengah terdiri dari jaringan otot
polos), tunika eksterna atau adventesia (lapisan yang paling luar terdiri
dari jaringan ikat yang menguatkan dinding arteri)
b) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak tampak. Kapiler membentuk anyaman
dari seluruh jaringan tubuh yang kemudian bertemu dengan yang laninya
membentuk darah yang lebih besar yang disebut vena
c) Pembuluh darah vena
Vena adalah pembuluh darah yang membawa darah kotor kembali ke
jantung
b. Fisiologi
Tekanan darah merupakan faktor yang penting dalam sistem sirkulasi.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis
didalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya pendorong
mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola,kapiler, dan sistem vena sehingga
terbentuk suatu aliran darah yang menetap. Tekanan darah diatur melalui beberapa
mekanisme fisiologis untuk menjamin aliran darah ke jaringan yang memadai.
Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung (cardiac output) dan resistensi
pembuluh darah terhadap darah. Curah jantung adalah volume darah yang
dipompakan melalui jantung permenit, yaitu isi sekuncup (stroke volume) x laju
denyut jantung (heart rate).resistensi diproduksi terutama di arteriol yang dikenal
sebagai resistensi vaskuler sistemik. Resistensi bergantung pada viskositas
(kekentalan) darah, panjang pembuluh darah dan jari-jari pembuluh.
Aliran darah yang mengalir di sirkulasi dalam periode waktu tertentu secara
keseluruhan adalah 5000 ml/menit pada sirkulasi total orang dewasa dalam
keadaan istirahat. Kecepatan aliran darah yang melalui seluruh sisten sirkulasi
sama dengan kecepatan pompa darah oleh jantung yakni sama dengan curah
jantung. Isi sekuncup jantung dipengaruhi oleh tekanan pengisisan

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


(preload,kekuatan yang dihasilkan oleh otot jantung, dan tekanan yang harus
dilawan jantung saat memompa (after load). Normalnya afterload berhubungan
dengan tekanan aorta untuk venrikel kiri dan tekanan arteri untuk ventrikel kanan.
Afterload meningkat bila tekanan darah meningkat.
Beberapa pusat yang megatur dan mengawasi perubahan tekanan darah, yaitu
:
1) Sistem saraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat dibatang otak,
misalnya saraf otonom, susunan saraf pusat misalnya saraf vasomotor, susunan
saraf pusat
2) Sistem hormonal atau kimia yang dapat berlangsung local dan sistemik
misalnya renin angiotensin
3) Sistem hemodinamik yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,
sususnan kapiler serta perubahan tekanan osmotic dan hidrostatik dibagian
dalam dan diluar vaskuler.
3. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis, sistem
Renin Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler, serta faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisetimia
mempunyai kaitan erat dengan peningkatan tekanan darah esensial.
b. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


5) Meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer.
Berdasarkan bentuk, hipertensi dibagi menjadi : Hipertensi diastolik (diastolic
hypertension), Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi
sistolik (isolated systolic hypertension).
Terdapat jenis hipertensi yang lain yaitu :
a. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh
darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada
saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat
menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam
melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering
didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada
perempuan. Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National
Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau
"mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih
30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung
kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan
paru.
b. Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat
kehamilan, yaitu:
1) Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan
kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga
didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi adalah penyakit yang
timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan.
2) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.
3) Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia
dengan hipertensi kronik.
4) Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang
mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan
faktor keturunan, dan lain sebagainya.
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik
(faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi
garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-
minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.
4. Patofisologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner
& Suddarth, 2002).

5. Patway Keperawatan
Faktor predisposisi :stress, merokok, kurang gerak,
genetik, alkohol, konsentrasi garam,obesitas,

HIPERTENSI

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

ginjal otak Pembuluh darah retina

Vasokonstriksi pembuluh Resistensi pembuluh vasokonstriksi Spasme arteriol


darah ginjal darah otak meningkat
Afterload meningkat
Blood flow darah Resiko Cidera
Nyeri kepala Suplai O2
menurun
3 keotak
Penurunan curah 1 fatique
Nyeri menurun
3 3

Respon RAA jantung

Merangsang aldosteron

Retensi natrium 2
Resiko ketidakefektifan
3 3

perfusi jaringan otak 4 3 3

Intoleransi Aktivitas
edema

5 3 3

Kelebihan volume cairan


Sumber : Nanda 2015

6. Manifestasi Klinik

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


Menurut Marulam M, Panggabean, (2012) tanda dan gejala hipertensi dibedakan
menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi artrial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala lazim yang
mengenai kebanyakan pasien mencari pertolongan medis.
Menurut Tambayong dalam Nuratif & Kusuma, 2019, tanda dan gejala
dikarakteristikkan sebagai berikut:
1) Sakit kepala atau pusing
2) Nyeri atau berat di tengkuk
3) Sukar tidur
4) Mudah lelah dan marah
5) Tinnitus
6) Mata berkunang-kunang
7) Epistaksis
8) Gemetar
9) Nadi cepat setelah aktivitas
10) Sesak napas
11) Mual, muntah
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
3) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


4) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5) Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
6) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
7) Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
8) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
9) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
b. Pemeriksaan Lanjutan
1) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
2) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan
ginjal
8. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Agar terhindar dari komplikasi yang fatal, usaha-usaha pencegahan dan
pengobatan yang dapat dilakukan yaitu :
1) Mengurangi konsumsi garam dalam diet sehari-hari,
maksimal 2 gram garam dapur. Batasi pula makanan yang mengandung garam
natrium seperti corned beef, ikan kalengan, lauk atau sayuran instan, saus
botolan, mi instan, dan kue kering. Pembatasan konsumsi garam mengakibatkan
pengurangan natrium yang menyebabkan peningkatan asupan kalium. Ini akan
menurunkan natrium intrasel yang akan mengurangi efek hipertensi.
2) Menghindari kegemukan (obesitas). Batasan
kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal. Pada
penderita muda dengan hipertensi terdapat kecenderungan menjadi gemuk dan
sebaliknya pada penderita muda dengan obesitas akan cenderung hipertensi.
Pada orang gemuk akan terjadi peningkatan tonus simpatis yang diduga dapat
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
3) Membatasi konsumsi lemak. Ini dilakukan agar kadar
kolesterol darah tidak terlalu tinggi karena kolesterol darah yang tinggi dapat

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


menyebabkan endapan kolesterol. Hal ini akan menyumbat pembuluh darah dan
mengganggu peredaran darah sehingga memperberat kerja jantung dan
memperparah hipertensi. Kadar kolesterol normal dalam darah yaitu 200-250
mg per 100cc serum darah.
4) Berolah raga teratur dapat menyerap dan
menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi. Olah raga yang
dimaksud adalah gerak jalan, berenang, naik sepeda dan tidak dianjurkan
melakukan olah raga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi
karena latihan yang berat dapat menimbulkan hipertensi.
5) Makan buah-buahan dan sayuran segar amat bermanfaat
karena banyak mengandung vitamin dan mineral kalium yang dapat membantu
menurunkan tekanan darah.
6) Tidak merokok dan tidak minum alkohol karena
diketahui rokok dan alkohol dapat meningkatkan tekanan darah. Menghindari
rokok dan alkohol berarti menghindari kemungkinan hipertensi.
7) Latihan relaksasi atau meditasi berguna untuk
mengurangi stres atau ketegangan jiwa. Kendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai dan menyenangkan, mendengarkan musik
dan bernyanyi sehingga mengurangi respons susunan saraf pusat melalui
penurunan aktivitas simpatetik sehingga tekanan darah dapat diturunkan.
8) Merangkai hidup yang positif. Hal ini dimaksudkan
agar seseorang mengurangi tekanan atau beban stres dengan cara mengeluarkan
isi hati dan memecahkan masalah yang mengganjal dalam hati. Komunikasi
dengan orang dapat membuat hati menjadi lega dan dari sini dapat timbul ide
untuk menyelesaikan masalah.
9) Memberi kesempatan tubuh untuk istirahat dan
bersantai dari pekerjaan sehari-hari yang menjadi beban jika tidak terselesaikan.
Jika hal ini terjadi pada Anda, lebih baik melakukan kegiatan santai dulu.
Setelah pikiran segar kembali akan ditemukan cara untuk mengatasi kesulitan
itu. Membagi tugas yang kita tidak bisa selesaikan dengan sendiri dapat
mengurangi beban kita. Orang yang berpendapat dirinya mampu melakukan
segala hal dengan sempurna biasa disebut perfeksionis, orang ini akan selalu
stres dan menanggung beban kerja dan pikiran berlebihan. Kita harus sadar
bahwa kemampuan setiap orang terbatas untuk mampu mengerjakan segala-

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


galanya. Dengan memberi kesempatan pada orang lain untuk membantu
menyelesaikan tugas kita, beban kita dapat berkurang dan kita juga banyak
teman, yang tentunya akan menimbulkan rasa bahagia.
10) Menghilangkan perasaan iri atau dengki juga
mengurangi ketegangan jiwa sehingga hati kita menjadi tentram. Dengan
memupuk sikap-sikap seperti itu, tentu kita akan mengurangi ketegangan,
beban, stres yang timbul sehingga hipertensi dapat dihindari.
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pen de rita
hipertensi adalah:
1) Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,
gajih).
2) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers,
keripik dan makanan kering yang asin).
3) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-
buahan dalam kaleng, soft drink).
4) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5) Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur, kulit ayam).
6) Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7) Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
b. Penatalaksanaan medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
1) Non Farmakologi : Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a) Diet :
Beberapa diet yang dianjurkan:

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


- Rendah garam. Beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam
dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Dengan
pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau
setara dengan 3-6 gram garam per hari.
- Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric
oxide pada dinding vascular.
- Diet kaya buah dan sayur.
- Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
- Tidak mengkomsumsi Alkohol dan hinadari merokok
- Menurunkan berat badan
Makanan Yang tidak di perbolehkan
- Makanan yang mengandung lemak jenuh (daging sapi, kerbau,
kambing, susu full crim, keju, dan kelapa)
- Makanan yang mengandung kolesterol tinggi (jeroan, kuning telur,
cumi-cumi, kerang, kepiting, cokelat, mentega dan margarin)
- Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang.
- Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan, seperti :
 Biskuit,bolu dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau
soda
 Dendeng, abon, ikan asin, ikan pindang, sarden, udang kering, telur
asin, telur pindang.
 Keju, selai kacang tanah.
 Margarine, mentega.
 Acar, asinan sayuran, sayur dalam kaleng.
 Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
 Kecap, terasi, petis, dan saos tomat.
b) Latihan fisik atau olahraga yang teratur seperti berjalan, lari, berenang,
bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat
memperbaiki keadaan jantung.Olaharaga isotonik dapat juga bisa

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi
katekolamin plasma.Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali
dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
c) Pendidikan kesehatan (penyuluhan) untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai hipertensi.
2) Farmakologi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat
menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-
blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE
inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti hydralazine.
Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi
untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.
Pengobatan traditional hipertensi yang ada di Indonesia yang dapat
digunakan sebagai alternatif pengobatan hipertensi adalah mentimun (Cucumis
sativus Linn), bawang putih, seledri, belimbing manis, rosella (Soeryoko,
2010). Mentimun dapat menurunkan tekanan darah. Mentimun (Cucumis
sativus Linn) mempunyai kandungan mineral, yaitu kalium, magnesium, dan
fosfor. Kalium meningkatkan ekskresi Na, menurunkan sekresi renin,
vasodilatasi arteriol dan menurunkan respon terhadap vasokonstriktor
endogen, magnesium juga merupakan vasodilatasi kuat karena menurunkan
kontraktilitas otot polos pembuluh darah. Dua buah timun dimakan pagi dan
sore atau diparut, diperas, diambil airnya diminum pagi dan sore. Dua buah
belimbing dimakan pagi dan sore atau diparut, diperas dan diambil airnya
diminum pagi dan sore. Sepuluh lembar daun salam direbus dalam 2 gelas air
sampai rebusannya tinggal 1 gelas, diminum pagi dan sore hari. Satu genggam
daun seledri ditumbuk dengan sedikit air diperas lalu diminum pagi dan sore. 1
siung bawang putih, diparut, kemudian diperas lalu di seduh dengan air panas
sebanyak 200 ml. Di minum setiap hari selama 7 hari.
3) Follow up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter)
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai
berikut :

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
c) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun
bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
e) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu.
f) Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
g) Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
i) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari
j) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
k) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
l) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering.
Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
9. Komplikasi
Menurut Anonim B. ( 2011), gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah
dijumpai adalah: gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan
fungsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga
koma, sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal,
serangan jantung, stroke

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Dasar pengkajian pasien meliputi :
a. Aktivitas atau istirahat
Kelemahan, letih, napas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea, perubahan
irama jantung.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroslerosis, penyakit serebvaskuler, kenaikan tekanan darah,
takikardi, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.
c. Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah, tangisan yang
meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan maligna, peningkatan
pola bicara.
d. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal.
e. Makanan atau cairan
Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterolk, mual dan
muntah, perubahan berat badan, obsesitas, adanya edema.
f.Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, orientasi pola
atau isi bicara, proses pikir atau memori (ingatan), respon motorik (penurunan
kekuatan gangguan tangan), perubahan retinal optik.
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai atau klaudikasi, sakit kepala, nyeri
abdomen.
h. Pernafasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksisimal, riwayat merokok, batuk
dengan atamu tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot aksesori
pernafasan, bunyi nafas tambahan, cianosis.
Prioritas perawatan yaitu untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi
kardiovaskuler. mencegah komplikasi, Memberikan informasi tentang proses atau
prognosos dan program pengobatan, mendukung kontrol aktif terhadap kondisi.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


2. Diagnosa keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan afterload (perubahan tekanan darah)
2) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dengan
faktor resiko gangguan sirkulasi
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(peningkatan tekanan vesikuler serabral
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai dengan kebutuhan oksigen

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


3. Intervensi

No
Diagnos NOC NIC Rasional
a
1 a. Cardiac Pump effectiveness 1. Perhatikan warna kulit, suhu, dan Kulit dingin, lembap, dan pucat
b. Circulation Status kelembaban. merupakan akibat kenaikan kompensasi
c. Vital Sign Status pada stimulasi sistem saraf simpatis dan
d. Tissue perfusion: perifer curah jantung rendah dan desaturasi
Setelah dilakukan asuhan selama… oksigen.
jam penurunan kardiak output klien 2. Periksa adanya perubahan tingkat Penurunan perfusi serebral dan hipoksia
teratasi dengan kriteria hasil: kesadaran. tercermin dalam iritabilitas, kegelisahan,
1) Tekanan darah dan denyut nadi dan dan sulit berkonsentrasi. Pasien usia
ritme dalam parameter normal sangat rentan terhadap perfusi yang
untuk pasien; denyut perifer yang berkurang.
kuat; dan kemampuan untuk 3. Kaji denyut jantung dan tekanan darah. Sebagian besar pasien memiliki takikardia
mentolerir aktivitas tanpa gejala kompensasi dan tekanan darah rendah
dispnea, sinkop, atau nyeri dada. secara signifikan sebagai respons
2) Pasien menunjukkan kulit hangat, terhadap penurunan curah jantung
kering, eupnea tanpa adanya 4. Periksa gejala nyeri dada. Curah jantung rendah dapat menurunkan
kerutan paru. perfusi miokard, sehingga menyebabkan
nyeri dada

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


5. Kaji saturasi oksigen dengan oksimetri Perubahan saturasi oksigen adalah salah
nadi baik saat istirahat maupun selama satu tanda awal penurunan curah jantung.
dan setelah ambulasi. Hipoksemia sering terjadi, terutama
dengan aktivitas.
6. Posisikan pasien di semi-Fowler's ke Posisi tegak dianjurkan untuk
Fowler yang tinggi. mengurangi preload dan pengisian
ventrikel bila kelebihan cairan
penyebabnya.
7. Tempatkan pasien dalam posisi Untuk hipovolemia, posisi telentang
telentang meningkatkan kembalinya vena dan
meningkatkan diuresis.
8. Selama kejadian akut, pastikan pasien Pada gagal jantung berat, pembatasan
tetap berada di tempat istirahat atau aktivitas seringkali memfasilitasi
mempertahankan tingkat aktivitas yang pembalasan sementara
tidak membahayakan curah jantung.
9. Berikan terapi oksigen sesuai resep. Jantung yang gagal mungkin tidak dapat
merespons peningkatan kebutuhan
oksigen. Saturasi oksigen harus lebih
besar dari 90%.
2 a. Sirkulation status 1. Kaji keluhan, observasi TTV tiap 2-4 Untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Tissue perfusion : cerebral jam dan kesadaran klien sebagai standar dalam menentukan
Setelah dilakukan tindakan intervensi yang tepat

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


keperawatan selama …… jam perfusi 2. Kaji karakteristik nyeri (intensitas, Penurunan tanda dan gejala neurologis
jaringan otak efektif dengan kriteria lokasi, frekuensi dan faktor yang atau kegagalan dalam pemulihannya
hasil : mempengaruhi). merupakan awal pemulihan dalam
 Mendemonstrasikan status sirkulasi memantau TIK.
yang ditandai dengan : 3. Kaji capillary refill, GCS, warna dalam Untuk mengetahui tingkat kesadaran dan
- Tekanan systole dan diastole kelembapan kulit. potensial peningkatan TIK
dalam rentang yang diharapkan 4. Kaji tanda peningkatan TIK ( kaku Untuk mengetahui potensial peningkatan
- Tidak ada ortostatik hipertensi kuduk, muntah proyektil dan TIK.
- Tidak ada tanda – tanda penurunan kesadaran.
peningkatan TIK tidak lebih dari 5. Berikan klien posisi semifowler, kepala Memberi rasa nyaman bagi klien
15 mmHg ditinggikan 30 derajat.
 Mendemonstrasikan kemampuan 6. Anjurkan orang terdekat ( keluarga ) Ungkapan keluarga yang menyenangkan
kognitif yang ditandai dengan untuk bicara dengan klien walaupun memberikan efek menurunkan TIK dan
- Berkomunikasi dengan jelas dan hanya lewat sentuhan. efek relaksasi bagi klien.
sesuai dengan kemampuan 7. Kolaborasi dengan dokter dalam Sebagai therapi terhadap kehilangan
- Menunjukan perhatian dan pemberian therapi obat-obatan  kesadaran akibat kerusakan otak,
konsentrasi dan orientasi neurologis. kecelakaan lalu lintas dan operasi otak.
- Memproses informasi
- Membuat keputusan dengan
benar
3 a. Pain level, 1. Kaji skala nyeri dengan PQRST Nyeri merupakan pengalaman subjektif
b.Pain control, dan harus dijelaskan oleh pasien.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


c. Comfort level Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor
Setelah dilakukan tinfakan yang berhubungan merupakan suatu hal
keperawatan selama ….jam yang amat penting untuk memilih
Pasien tidak mengalami nyeri, dengan intervensi yang cocok dan untuk
kriteria hasil: 2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri mengevaluasi keefektifan dari terapi yang
 Mampu mengontrol nyeri (tahu nonverbal, seperti : ekspresi wajah, diberikan
penyebab nyeri,mampu posisi tubuh, gelisah, Merupakan indikator/derajat nyeri yang
menggunakan tehnik menangis/meringis, menarik diri, tidak langsung yang dialami. Sakit kepala
nonfarmakologi untuk mengurangi perubahan frekuensi mungkin bersifat akut atau kronis. Jadi
nyeri,mencari bantuan) jantung/pernapasan, tekanan darah manifestasi fisiologis bisa muncul atau
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang 3. Ajarkan teknik distraksi/pengalihan tidak
dengan menggunakan manajemen nyeri
nyeri Mengajarkan pasien pengendali nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, dan/atau dapat mengubah mekanisme
intensitas, frekuensi dan tanda 4. Anjurkan untuk beristirahat dalam sensasi nyeri dan mengubah persepsi
nyeri) ruangan yang tenang nyeri

 Menyatakan rasa nyaman setelah 5. Berikan penjelasan kepada keluarga Menurunkan stimulasi yang berlebihan

nyeri berkurang dan pasien jika nyeri tersebut muncul yang dapat mengurangi nyeri

 Tanda vital dalam rentang normal segera melaporkan kepada petugas Pengenalan segera meningkatkan

Tidak mengalami gangguan tidur kesehatan intervensi dini dan dapat menurunkan
6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik beratnya serangan
Analgetik dapat memblok nyeri sehingga

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


nyeri dapat berkurang
4 a. Self Care : ADLs 1) Kaji kemampuan klien untuk Mempengaruhi pilihan intervensi yang
b.Toleransi aktivitas melakukan tugas dan aktivitas hidup digunakan
c. Konservasi eneergi sehari hari yang normal dengan
Setelah dilakukan tindakan memperhatikan laporan tentang
keperawatan selama ……..klien dapat kelemahan, keletihan, dan kesulitan
beraktivitas dengan kriteria dalam menyelesaikan tugas
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 2) Perhatikan perubahan dalam Menunjukkan perubahan neurology
dengan TD, HR, RR yang sesuai keseimbangan, gangguan gaya berjalan karena defisiensi vitamin B12
 Melaporkan peningkatan aktivitas dan kelemahan otot mempengaruhi keamanan pasien/risiko
toleransi, termasuk aktivitas sehari cedera.
hari 3) Pantau TTV selama dan setelah Manifestasi kardiopulmonal dari upaya
 Tanda fisiologis intoleran (TTV) aktivitas. jantung dan paru untuk membawajumlah
dalam batas normal oksigen adekuat ke jaringan.

 Menunjukkan nilai laboratorium 4) Beri atau anjurkan bantuan terkait Untuk membantu pasien membangun

(Hb/Ht) dalam rentang yang dapat aktivitas dan ambulasi sesuai kebutuhan kemandirian

diterima yang memungkinkan klien untuk


menjadi partisipan aktif seoptimal
mungkin.
5) Identifikasi dan implementasikan teknik Tindakan tersebut dapat menurunkan
menghemat energy : duduk dikursi metabolism seluler dan kebutuhan
ketika berpakaian oksigen

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


6) Anjurkan pasien istirahat bila terjadi Meningkatkan aktivitas secara bertahap
kelelahan dan kelemahan, anjurkan sampai normal dan memperbaiki tonus
pasien melakukan aktivitas otot/stamina tanpa kelemahan.
semampunya (tanpa memaksakan diri) Meingkatkan harga diri dan rasa
terkontrol.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


4. Discharge Planing
1) Berhenti merokok
2) Pertahankan gaya hidup sehat
3) Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress
4) Batasi konsumsi alkohol
5) Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan
penggunaannya secara rutin
6) Diet garam serta pengendalian berat badan
7) Periksa tekanan darah secara teratur

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada pengkajian yang kami lakukan didapati klien mengatakan sakit kepala,
pusing seperti rasa goyang, seperti tidak seimbang, tegang pada leher, mata sebelah
kanan kabur yang dialami sejak 3 hari terakhir (sejak tanggal 22 juni 2020), dialami
secara tiba-tiba pada pagi hari setelah klien selesai sholat subuh. Pusing akan hilang jika
klien menutup mata dan beristirahat tidur dan muncul kembali jika klien berjalan. Skala
nyeri : ringan (3). TD : 150/100 mmHg, N : 74 x/menit, RR : 19 x/menit, S : 36,8 0C.
klien rajin untuk kontrol tekanan darah di puskesmas dan juga rutin minum obat.
Secara teori gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Gejala lain berupa nyeri atau berat di tengkuk, sukar tidur, mudah lelah dan
marah, tinnitus, mata berkunang-kunang, epistaksis, gemetar, nadi cepat setelah
aktivitas, sesak napas, mual, muntah
B. Pathway Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada kasus Ny S yaitu nyeri dan defisiensi
pengetahuan.
Sedangkan pada konsep keperawatan masalah keperawatan yang dapat
muncul yaitu :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload (perubahan
tekanan darah)
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dengan faktor resiko gangguan
sirkulasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vesikuler
serabral
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dengan
kebutuhan oksigen
C. Intervensi
Intervensi yang direncanakan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi klien
meliputi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.
Rencana keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini adalah
lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, amati isyarat nonverbal dari

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


ketidaknyamanan, ukur tanda – tanda vital, ajarkan tehnik relaksasi napas dalam,
anjurkan klien untuk istirahat yang cukup, dan anjurkan pasien untuk minum obat
secara teratur.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber pengetahuan,
kurangnya informasi tentang penyakit.
Rencana keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini adalah :
kaji pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya, jelaskan tentang proses
penyakit, tanda dan gejala serta penyebab, jelaskan tentang program pengobatan dan
alternative pengobatan dirumah, diskusikan perubahan gaya hidup diit yang
mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi, instruksikan kapan harus
kepelayanan kesehatan untuk control tekanan darah/ anjurkan untuk cek up secara
rutin.
D. Implementasi
Implementasi yang diberikan berdasarkan intervensi yang telah direncanakan
sebelumnya berdasarkan diagnosa yang kami angkat.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini adalah
melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mengamati isyarat nonverbal dari
ketidaknyamanan,mengukur tanda – tanda vital, mengajarkan tehnik relaksasi napas
dalam, menganjurkan klien untuk istirahat yang cukup, dan menganjurkan pasien
untuk minum obat secara teratur.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber pengetahuan,
kurangnya informasi tentang penyakit.
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi diagnose ini adalah :
mengkaji pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya, menjelaskan tentang
proses penyakit, tanda dan gejala serta penyebab, menjelaskan tentang program
pengobatan dan alternative pengobatan dirumah, mendiskusikan perubahan gaya
hidup diit yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi, menginstruksikan
kapan harus kepelayanan kesehatan untuk kontrol tekanan darah/ menganjurkan
untuk cek up secara rutin.
E. Evaluasi
Evaluasi dinilai berdasarkan respon dari pasien selama dilakukan implementasi
kepada pasien. Dimana kami memberikan pemahaman berupa pendidikan kesehatan

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


kepada klien tentang penyakitnya. Klien memahami apa yang telah diberikan dan
mempraktikkan materi yang diberikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Pada pengkajian yang kami lakukan pada Ny. S didapati klien mengatakan sakit
kepala, pusing seperti rasa goyang, seperti tidak seimbang, tegang pada leher, mata
sebelah kanan kabur yang dialami sejak 3 hari terakhir (sejak tanggal 22 juni 2019),
dialami secara tiba-tibapada pagi hari setelah klien selesai sholat subuh. Pusing akan
hilangjika klien menutup mata dan beristirahattidur dan muncul kembali jika klien
berjalan. Skala nyeri : ringan (3). TD : 150/100 mmHg, N : 74 x/menit, RR : 19 x/menit,
S : 36,80C
Masalah keperawatan yang muncul pada Ny. S yaitu nyeri dan defisiensi
pengetahuan sehingga untuk intervensi keperawatan yang diberikan lebih kepada
pemberian informasi atau pendidikan kesehatan mengenai penyakit yang dideritanya.
2. Saran
a. Dengan adanya asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadikan pedoman bagi
perawat khususnya mahasiswa keperawatan dalam menjalankan praktek asuhan
keperawatan pada lansia dengan hipertensi
b. Bagi pasien dan keluarga pasien diharapkan mampu mengenali atau mengetahui
bagaimana tanda dan gejala dari hipertensi dan mampu mengenali adanya
kekambuhan sehingga dapat melakukan tindakan untuk mengatasi masalah di rumah.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021


DAFTAR PUSTAKA

Anonim B. , 2011, Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi ke 2 : Jakarta: Penerbit Buku.


Kedokteran EGC.
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi. 8 volume 2.
Jakarta : EGC
Kowalak JP (ed). 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Dialihbahasakan oleh Hartono A.Jakarta:
EGC.
Marulan M, Panggabean. 2012 Penyakit Jantung Hipertensi ; Buku Ajar Ilmu Peyakit
DalamJilid III Edisi Keempat ; Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnostik Medis & Nanda NIC-NOC edisi revisi jilid 2: Jakarta : Mediaction
Publishing
Sari R. 2015. Analisis hubungan antara derajat hipertensi pada pasien usia lanjut dengan
komplikasi organ target yang terjadi pada para pasien lansia di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Dr. Kariadi Semarang periode 2008 – 2012: [Diunduh 2018
November 6]: Tersedia pada
https://es.scribd.com/document/.../Sari-R-G2A009015-Bab2
 

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NON REG 2020/2021

Anda mungkin juga menyukai