OLEH
IMELDA LASA
A. Latar Belakang
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan (Nurarif & Kusuma, 2015).Operasi katarak dapat menimbulkan komplikasi.
Komplikasi dapat terjadi dalam waktu beberapa hari setelah operasi hingga beberapa
bulan setelah operasi. Insiden komplikasi bervariasi, tergantung laporan dari tempat
yang berbeda. Umumnya, komplikasi ini membutuhkan tindakan bedah untuk
memperbaiki salah satu efek samping tersering dari operasi katarak adalah robeknya
kapsul posterior (Simanjuntak, 2012). Adanya komplikasi akan menimbulkan
kecemasan pada pasien. Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik
yang sering merupakan satu fungsi emosi. Kecemasan berkaitan dengan perasaan yang
tidak pasti dan tidak berdaya (Zuchra, 2012). Hal ini dapat melibatkan dukungan
keluarga karena keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan.“Stage Of The
Arts”Gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi masalah sosial yang cukup
besar di Indonesia. WHO memperkirakan pada tahun 2014 terdapat 45 jutapenderita
kebutaan di dunia, dimana sepertiganya berada di Asia Tenggara. Dengan pertambahan
jumlah penduduk duniadan peningkatan umur harapan hidup maka jumlah kebutaan
akan meningkat paling sedikit 1 juta orang pertahun. (WHO,2014)
Prevalensi kebutaan diIndonesia mencapai 1,5% dari jumlah penduduk di Indonesia
menurut hasil rvey pada tahun 2014. Berdasarkan angkatersebut, katarak merupakan
penyebab utama kebutaan di Indonesia dengan presentase sebesar 0,78% walaupun
katarakumumnya adalah penyakit usia lanjut, namun 16-20% buta katarak telah dialami
oleh penduduk Indonesia pada usia 40-54tahun. Terjadinya katarak diduga karena
proses multi faktor, yang terdiri dari faktor intrinsik dan faktor ektrinsik. Faktorintrinsik
seperti jenis kelamin dan umur sedangkan faktor ektrinsik seperti diabetes mellitus,
kekurangan nutrisi, penggunaanobat, rokok, alkohol, sinar matahari (Riskesdas,
2013).Tingginya angka kebutaan di Indonesia menempatkan Indonesia pada urutan
pertama di Asia dengan tingkat kebutaan yang tertinggi, dengan perbandingan angka
kebutaan 3 juta orangbuta diantara 210 juta penduduk Indonesia, sedangkan didunia
Indonesia menempatkan diri pada posisi kedua setelahnegara-negara di Afrika Tengah
dan sekitar Gurun Sahara yang masalah utama kasus kebutaan disebabkan oleh
katarak.Berdasarkan data survei kesehatan indera penglihatan tahun 2009-2014
menunjukkan bahwa di Indonesia angkakebutaan mencapai 1,5% penyebab kebutaan di
Indonesia adalah katarak yaitu memberikan andil terbesar 0,78%diakibatkan oleh
katarak dan akan terus meningkat angka kebutaan karena katarak kejadiannya
diperkirakan 0,1 % atau(sekitar 210.000/ tahun).
BAB II
TINAJAUAN TEORI
A. Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan (Nurarif & Kusuma, 2015).Katarak merupakan keadaan dimana terjadi
kekeruhan pada serabut ataubahan lensa didalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu
keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolism normal
lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat
perkembangan serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses
degenerasi (Ilyas, 2014)
B. Etiologi
Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada
usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya, trauma. Katarak bisa
disebabkan oleh: cedera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes), obat-obatan
tertentu (misalnya kortikosteroid) (Nurarif & Kusuma, 2015). Katarak pada dewasa
biasanya berhubungan dengan proses penuaan. Adapun faktor lain yang dapat
mempengaruhi katarak meliputi :
1. Umur
2. Jenis kelamin
4. Merokok.
5. Perkerjaan
C. Klasifikasi Katarak
Menurut penelitian Ilyas, 2014) katarak dapat diklasifikasikan ke dalam golongan
sebagai berikut:
1. Katarak degenerative.
2. Katarak congenital, juvenile dan senile.
3. Katarak komplikata.
4. Katarak traumatic.
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa dapat di golongkan sebagai berikut:
1. primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolism.
2. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.
3. Komplikasi penyakit.
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam golongan berikut:
1. Katarak congenital yaitu katarak yang terlihat pada usia dibawah 1 tahun.
2. Juvenile yaitu katarak yang terlihat pada usia 1 tahun dan dibawah usia 40
tahun.
3. Katarak persenil yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun.
4. Katarak senile yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) Katarak pada dewasa dikelompokkan menjadi:
1. Katarak immature: lensa masih memiliki bagian yang jernih.
2. Katarak matur: lensa sudah seluruhnya keruh.
3. Katarak hipermatur: bagian permukaan lensa yang sudah
merembes
melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata
lainnya.
E. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
F. PATHWAY
Cemas
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Degenerasi pd lensa
F. Pemeriksaan penunjang
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler: mungkin terganggua dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit
sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang penglihatan: penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi: TIO (12 –25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi: membedakan sudut terbuka dan sudur tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif: menentukan adanya/tipe glukoma.
6. Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optic,
papilledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED: menunjukan anemi sistemik / infeksi
8. EKG, kolesterol serum, lipid, tes toleransi glukosa: Kontrol DM
G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dari penyakit katarak, yaitu : nistagmus dan
strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan
menimbulkan komplikasi penyakit berupa glukoma dan uveitis
H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah- buahan yang banyak
mengandung vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi
pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan
kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik pembedahan yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur
mata selama pembedahan. Prosedur inimeliputi pengambilan kapsul
anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal
lunak menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan k apsula
posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada
ek strasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan
pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat
ultrason frekwensi tinggiuntuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi
partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi melalui alat yang sama yang
juga memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan
lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada
kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula
lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara
lembut. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang
dilakukan.Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa
kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata.
Koreksi optikal yang dapatdilakukandiantaranya:
1) Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun
pembesaran25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan
perifer yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial,
membuat benda- benda nampak jauh lebih dekat dan mengubah garis
lurus menjadi lengkung. memerlukan waktu penyesuaian yang lama
sampai pasien dapat mengkoordinasikan gerakan,memperkirakan jarak,
dan berfungsi aman dengan medan pandang yang terbatas.
2) Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini
memberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna bagi mereka yang
mampu menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat lensa
kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensakontak menjadi sulit, karena
kebanyakan lansia mengalami kemunduran ketrampilan,sehingga pasien
memerlukan kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
3) Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke
dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran
normal, karena IOL mampumenghilangkan efek optikal lensa apakia.
Sekitar 95 % IOL di pasang di kamera posterior, sisanya di kamera
anterior. Lensa kamera anterior di pasang pada pasien yang menjalani
ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa
sengaja selama prosedur ekstrakapsuler